You are on page 1of 0

www.rajaebookgratis.

com

Hati-Hati Ada Si Pemberang
Kesal ya melihat si kecil emosian. Becanda sedikti
saja ia langsung marah, disuruh pun suka
membantah, Bagaimana cara mengatasi anak
emosian?

Pagi itu Indah marah sekali. Buku PRnya yang
selalu dijaga rapi kedapatan kotor. "Ma.., kenapa
buku PRku jadi rusak begini?"tanya Indah marah
dengan mata berkaca. "Oh maaf, semalam dek Dito tak sengaja
menumpahkan susunya," ibunya menjelaskan. Bukannya terima, emosi Indah
langsung meledak. Lalu ia berteriak marah, dan membanting pintu kamarnya.

Melihat kondisi anaknya, Ny.Katrin bingung. Kalau sudah ngambek, Indah bisa
tahan tak bicara. Wajahnya ditekuk saja. Entah mengapa Indah mudah sekali
marah.

Anak mudah marah, berang, atau tantrum merupakan suatu perilaku normal.
Karena perilaku tersebut bagian dari proses perkembangan, fisik, kognitif dan
emosi anak terhadap suatu kegagalan, atau hal yang tidak memuaskan
dirinya. Reaksi itu umumnya dilampiaskan dalam perilaku fisik atau verbal.
Perilaku fisik biasanya memukul, atau merusak benda di sekitarnya. Sedang
perilaku verbal misalnya membentak atau mengeluarkan kata kasar.

Menurut Lila Nisai S.Psi psikolog Growth Consultan semua itu salah satu
tahapan dalam perkembangan. Orangtua tak perlu khawatir. Sebab episode
emosional atau tantrum pasti berakhir sejalan dengan perkembangan usianya.
Tapi, yang perlu ditanamkan marah yang wajar. Yakni marah yang tidak
merusak seperti banting gelas, atau memukul adik.

Pada anak yang emosian, banyak orangtua langsung mencap si anak punya
sifat negatif. Padahal ada segi positifnya loh. Menurut Lila anak pemberang
berarti mereka sudah bisa menunjukkan independensinya, mengekpresikan
individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah
dan frustrasi. Sehingga membuat orang dewasa mengerti kalau mereka
bingung, lelah atau sakit.

Cari Penyebabnya
Namun bukan berarti perilaku pemarah harus dipuji atau disemangati. Maksud
menyemanagati, papar Lila, setelah anak marah hebat, orangtua memberi
reaksi keras berupa hukuman padanya. Dengan begitu, secara tak langsung
orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk
bertindak kasar dan agresif.

Justru, orangtua seharusnya mengajarkan anak tentang bagaimana cara
bereaksi terhadap rasa jengkel, frustasi dsb. Bahkan orangtua juga kehilangan
kesempatan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak
menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut,
tambah Lila. Bila anak sedanag emosi jiwa, orangtua tak perlu ikut emosi ya.
Lebih baik mencari tahu penyebab anak jadi emosi. Menurut lila banyak faktor
yang bisa membuat anak jadi emosian. Misalnya Fisik yang lelah bisa membuat
anak mudah kesal,sehingga sulit mengendalikan emosinya. Anak gagal
www.rajaebookgratis.com

mengerjakan PR atau membuat kerajinan tangan juga bisa membakar
emosinya. Hal ini kata Lila bisa semakin parah jika anak merasa bahwa orang
tuanya selalu membandingkannya dengan anak lain, atau memiliki tuntutan
yang tinggi padanya.

Anak sering ditolak, dimarahi atau memaksakan kehendak saat mereka asyik
main, kerap membuat konflik antara orangtua dan anak."Jika dibiarkan, bisa
merusak emosi mereka. Akibatnya masalah sepelepun bisa membuat ia
meledak.

Pengaruh Pola Asuh
Selain itu lingkungan rumah sangat berpengaruh dengan emosi anak. Andai di
rumah Anda cepat sekali emosi, jangan heran bila si kecil pun menuruni sifat
Anda. Menurut Lila cara orangtua mengasuh anak juga berperan menyebabkan
anak emosi. "Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang
diinginkan, bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak."

Perlindungan yang berlebihan pada anak juga bisa membuat anak marah.
Sekali waktu anak ingin lepas dari dominasi orangtua. Begitupula pola asuh
yang tidak konsisten, juga bisa menyebabkan anak marah besar. Misalnya,
orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin
mengizinkan anak berbuat sesuatu, atau seringkali mengancam untuk
menghukum tapi tidak pernah menghukum. "Ini bisa membuat anak bingung
dan emosi saat orangtua menghukumnya."

Beri Penyaluran Positif
Agar emosi anak terkontrol, anak bisa dibiasakan mengekspresikan emosinya
dengan melakukan kegiatan fisik. Sebab anak yang banyak melakukan
aktivitas olahraga atau seni cenderung dapat mengekspresikannya dengan
cara simbolik. Misalnya bernyanyi, bermain bola menendang bola sekuatnya,
dll. Semua ini menurut Lila, cara baik untuk menyalurkan emosi. Lewat
permainan-permainan tersebut, anak belajar untuk menerima kekalahan,
belajar untuk tidak sombong jika menang, bersikap sportif, dan belajar
bersaing secara sehat.

Nah, bila anak sudah memperlihatkan rasa marah, orangtua harus
mengupayakan untuk menyalurkan energi berlebihnya misalnya berlari, atau
berteriak di luar rumah. Kegiatan lain yang bisa jadi alternatif adalah
menumpahkan kekesalan dengan melukis. Jika Anda terpaksa harus
berseberangan pendapat dengan anak saat dia mengamuk, kemukakan
pendapat Anda secara tegas, tetapi lembut.

Orangtua harus berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga
emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak. Kalau
kemarahan anak bersumber dari keterbatasan kemampuannya, beri ia
pengertian bahwa tidak semua yang diinginkan bisa tercapai. Perlu sabar dan
berani menerima kenyataan. Sebab jika dihadapi dengan marah tidak akan
menyelesaikan masalah. Tapi bila kemarahannya bersumbernya dari orang
lain, upayakan agar anak bisa memahami kalau setiap orang itu berbeda.
Mereka harus diajak mendalami sifat setiap orang dan menghindari perilaku
orang yang tak ia suka.

www.rajaebookgratis.com

Tak Perlu Dibujuk
Andai mereka tetap tantrum, selama kemarahan berlangsung, Lila
menyarankan sebaiknya orangtua tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen,
tidak memberikan nasihat-nasihat moral dengan tujuan anak berhenti marah.
Sebab saat marah mereka tidak akan mendengarkan. Usaha menghentikan
Tantrum seperti itu malah seperti menyiram bensin dalam api. "Kemarahan
anak bisa memuncak, dan lebih lama lagi. Yang terbaik adalah
membiarkannya. Kemarahan justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak
berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan," terang Lila.

Jika perilaku marah dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak
selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan
rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta, minimal
Anda duduk atau berada dekat dengannya.

Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati dengan berkata,
"kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih." Bila ingin mengatakan
sesuatu cukup katakan, "mama dan papa sayang kamu. Atau mama ada di sini
sampai kamu selesai marah." "Yang penting di sini adalah memastikan bahwa
anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak.

Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi
yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-
nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan
anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi
karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang
diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar
bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca
buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia
telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.

Aldi Kelas 5 SDN 01 pagi Cilandak
Ngambek Kalau Diomelin Mama.
Aku termasuk anak yang emosian. Makanya paling nggak suka kalau ada yang
ngegangguin. Aku paling sebel kalau lagi asyik main komputer digangguin
adik. Soalnya adiku yang masih balita nggak bisa dilarang. Kalau aku bentak
eh dia nangis dan mengadu sama mama. Akhirnya aku yang diomelin. Karena
aku nggak bisa balik marah ke mama aku jadi ngomel sendiri. Kalau mama
nyuruh aku cuek aja.

Adit Kelas 5 SDN 02 Pagi Ragunan
Berkelahi dengan Teman
Kalau ada teman yang bercandanya keterlaluan, misalnya ngejek aku dan
susah disuruh berhenti, biasanya aku tantang berkelahi. Kalau sudah begitu,
biasanya kita berkelahi di lapangan sambil ditonton teman-teman. Meskipun
badan pada sakit dan kita dapat hukuman dari guru, tapi rasanya puas bisa
melampiaskan kemarahan. Kalau aku sedang marah-marah, biasanya mama
suka bertanya, kenapa kamu kok tampangnya cemberut melulu. Meskipun
sebel atas pertanyaannya, karena nggak tahan ditanya terus akhirnya aku
curhat juga.
www.rajaebookgratis.com


Diaz Kelas 5 SDN 01 Pagi Cilandak.
Soal Ulangan Bikin Marah
Sudah soal ulangannya susah, temen masih juga nanya jawabannya. Padahal
aku sudah bilang kalau aku nggak tahu. Rasanya pengen bener deh mukul
teman yang seperti itu. Setelah ulangan selesai, biasanya aku suka marahin
temen yang seperti itu. Kalau lagi marah banget, aku malas main sama dia
selama beberapa hari. Teman yang suka pamer-pamer barang baru juga bisa
buat aku marah, soalnya kelihatan sombong mentang-mentang bisa beli.
Padahal nggak perlu dipamer semua orang juga akhirnya tahu kan.

Adit Kelas 5 SDN 02 Pagi Ragunan
Temen Perempuan Cerewet
Anak perempuan yang cerewet dan suka nyuruh-nyuruh kalau lagi piket
kadang-kadang bikin aku marah. Soalnya, piket kan tanggungjawab kita
semua, nggak perlu pakai nyuruh-nyruh seperti nenek sihir kita juga tahu
kerjaan kita. Tapi kalau dibilangin, anak perempuan bukan mengerti malah
tambah cerewet. Uh, kalau bukan perempuan sudah aku pukul deh.

Rina Saptarita
Ibu rumah tangga
Harus Diberi Kesempatan Bicara
Sewaktu habis dimarahin ayahnya karena pulang sekolah telat, selama
beberapa hari, anaku marah-marah melulu. Kalau ditanya tidak menjawab,
wajahnya tidak ramah, kalau dimintai tolong malah nyuruh adiknya. Jengkel
juga juga melihat tingkah lakunya, tapi mau dimarahin lagi takut makin
menjadi. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya padanya mengenai penyebab
kemarahannya, ternyata di marah sama ayahnya karena dia tidak dikasih
kesempatan untuk mengatakan alasan kenapa dia pulang telat.

Setelah kejadian itu, setiap anak memperlihatkan mimik muka cemberut, aku
pasti mengajak berdiskusi agar anak merasa pendapat didengarkan. Dan
ternyata dengan cara itu, pemarahnya jadi hilang.

Dewi
Pegawai Negeri
Gampang Marah Tapi Bisa Reda Sendiri.
Anakku yang paling bungsu ini termasuk tipe yang emosian. Aku nggak tahu
sifat emosian itu didapat dari mana. Sewaktu masih sekolah di TK, kalau sudah
marah, susah sekali menghentikannya. Ditanya baik baik malah teriak-teriak.
Dibentak sedikit malah melempar barang, akhirnya aku biarkan saja sampai
kecapekan sendiri. Kalau sudah puas teriak dan mengerutu baru aku dampingi
dan tanya apa penyebabnya. Meskipun memakan waktu dia mau juga
mengutarakan permasalahannya.

Sekarang si bungsu sudah kelas 3 SD. Sikap emosional masih ada tapi tidak
lagi ditunjukkan dengan teriak-teriak. Paling-paling uring-urinngan sepanjang
hari dan kalau sudah capek berhenti sendiri. Aku sengaja tak meladeni
amarahnya, soalnya penyebabnya biasanya hanya sepele, misalnya pulang
sekolah dia ditinggal temannya. (Deblot)

You might also like