You are on page 1of 2

PERKEMBANGAN EMOSIONAL DAN KOGNITIF ANAK USIA 6-12 TAHUN

Perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit. Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau babakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.4 Fase perkembangan menurut Sumiati Ahmad yang dikutip oleh Susanto (2011), membagi periodisasi biologis dan perkembangan emosional anak. 4,10Tahap I : mulai dari 0-1 tahun, disebut bayi. Sejak lahir, seorang individu sudah memiliki kemampuan untuk merasakan dan memberi respon emosi dalam bentuk tertarik pada sesuatu, merasa tertekan dan merasa jijik. Bayi sudah bisa memberikan senyuman sosial sebagai bentuk ekpsresi emosi, pada usia mulai 4-6 minggu. Emosi yang lain berkembang secara bertahap dan ditunjukkan dengan semakin banyaknya respon ketika anak berkembang seiring dengan waktu. Emosi marah, terkejut dan sedih mulai muncul pada usia 3-4 bulan, dan anak mulai bisa merasakan takut pada usia antara 5 7 bulan. Rasa malu mulai muncul pada usia 6-8 bulan, dan perasaan bersalah baru muncul pada anak sekitar usia 1 tahun. Ketika anak belum bisa bicara, mereka menggunakan emosi, khususnya senyuman dan tangisan untuk berkomunikasi. Senyuman bayi mengkomunikasikan rasa senang dan nyaman kepada orang tuanya, dan meningkatkan semakin banyaknya pernyataan cinta dan perhatian yang disampaikan oleh orang tuanya. Sebaliknya, tangisan merupakan bentuk komunikasi dari perasaan tertekan karena lapar, sakit atau marah.10 Tahap II : mulai dari 1-6 tahun, disebut masa prasekolah. Secara emosional, anak usia prasekolah sudah bisa merasakan cinta dan mempunyai kemampuan untuk menjadi anak yang penuh kasih sayang, baik dan sangat menolong, dan pada saat yang bersamaan bisa juga sangat egois dan agresif. Anak sudah bisa merasakan dan menyadari jika ada anak lain yang sedih, merasa bersimpati dan ingin menolong. Namun demikian, karena mereka belum bisa berpikir dari sudut pandang orang lain, mereka belum bisa diharapkan untuk berempati. Ketika anak semakin matang, mereka akan mampu untuk mengidentifikasi atau mengenali perasaan mereka, dan menghubungkannya dengan kejadian atau peristiwa yang spesifik. Anak usia 3 tahun bisa menceritakan perbedaan antara reaksi senang dan sedih pada sebuah cerita, dan seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasa mereka, anak usia 4 dan 5 tahun sudah bisa menyampaikan perasaan mereka pada orang lain. Anak usia ini sudah bisa mengekspresikan emosi dasar dari rasa marah dan takut, baik dengan cara yang positif maupun negatif. Marah sebagai bentuk pernyataan asertif, sebagai dasar dari cara anak mengembangkan kemampuan inisiatif, dan bisa mendorongnya kearah prestasi dan penyelesaian masalah. Rasa takut, yang diekspresikan dalam bentuk kecemasan yang ringan justru bisa menjadi sebuah motivator bagi mereka. Marah juga bisa mereka ekspresikan dalam bentuk agresisivitas, biasanya hal ini disebabkan karena mainan dan ruang bermain atau tempat untuk bereksplorasi yang kurang, dan kecemburuan biasanya berkaitan dengan persaingan antar saudara kandung. Anak prasekolah hanya mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum bisa memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan. Karena itu, anak-anak ini menjadi bingung dan sulit untuk membedakan emosi mereka, dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan apa yang mengganggu atau apa yang mereka inginkan.10 Tahap III : mulai dari 6-12 tahun, disebut masa sekolah. Perkembangan emosi anak usia sekolah kurang lebih sama dengan anak usia prasekolah, namun karena kemampuan kognitif mereka sudah lebih berkembang, hal ini memungkinkan mereka untuk bisa mengekpresikan emosinya dengan lebih bervariasi, dan terkadang bisa mengekpresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda dan bahkan bertolak belakang, Cenderung aktif, lebih yakin dan ramah dalam bergaul, tegas, tertarik dan senang dengan hal-hal yang baru, seperti : keterampilan baru atau pelajaran baru. Menunjukkan ketegasan, dan jika diberi kesempatan dapat menjadi bertahan (defensif) serta berbantah (argumentatif).10,11

Perkembangan kemampuan kognitif mereka juga yang membuat anak usia antara 6-8 tahun sudah mengetahui bahwa orang lain bisa mempunyai perasaan dan pikiran berbeda mengenai suatu hal.10,12 Pada usia 8-10 tahun mereka bisa mempersepsikan mengenai apa yg orang lain pikir dan rasakan, dan pada usia 12 tahun keatas mereka sudah mampu menganalisa dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu, begitu juga orang lain, dan mereka sudah mulai bisa merasakan bentuk empati yang lebih dalam. Pengetahuan mengenai benar atau salah dan perkembangan emosi mengenai perasaan benar dan salah pada anak usia ini ditentukan oleh aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya mereka. Begitu anak-anak tumbuh dan berkembang, mereka semakin matang untuk membentuk aturan dan nilai-nilai mereka sendiri dalam kerangka sosial dan budaya yang lebih luas. Anak pada usia 6-7 tahun mengetahui adanya aturan, dan menganggap hal tersebut tidak bisa diubah, dan mereka selalu memikirkan mengenai hukuman yang akan mereka dapat jika mereka melanggar aturan. Mulai usia 10 tahun keatas, mereka mulai bisa mempertimbangkan antara tujuan tingkah laku dan konsekuensinya, mereka juga menyadari bahwa sebuah tingkah laku bisa memiliki makna berbeda tergantung sudut pandangnya. Mereka juga tahu bahwa aturan bisa diubah dan dikompromikan.10 Jean Piaget (1954) mengemukakan teori mengenai Tahapan Perkembangan Kognitif yang membagi fase perkembangan anak menjadi 4 tahapan, yaitu: Sensory-motor Stage (0-2 tahun) yaitu keadaan dimana seorang anak mulai menyadari keberadaan dirinya dan mulai melakukan suatu tindakan secara terarah, tahap selanjutnya adalah Preoperative Stage (2-7 tahun), yaitu fase diamana seorang anak mulai belajar menggunakan bahasa, kata-kata dan mengenal gambar dan simbol. Pada tahap ini, sifat seorang anak masih egosentris. Tahap ketiga adalah Concrete Operasional Stage ( 7-11 tahun), merupakan tahap diamana seorang anak mulai berpikir secara logis mengenai benda-benda dan kejadian disekitarnya dan terkadang pemikirannya masih bersifat konkrit atau harafiah. Formal Operational Stage, yaitu tahapan dimana seorang anak dapat berpikir secara konkrit dan abstrak. Mereka mulai dapat berpikir tentang masa depan, membuat hipotesis, dan sebagainya (11 tahun ke atas). 4

You might also like