You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukansumberdaya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidakdirancang untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuaidengan kondisinya. Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan cara demikian maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi digunakannya metode pengujian dengan sampling audit diharapkan auditordapat memperoleh hasil pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa efektif dan efisien.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya, yaitu :

1.3

Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Akademik


Makalah yang berjudul Audit Sampling Terhadap Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi ini, penulis buat untuk memenuhi tugas Pemeriksaan Akuntansi II yang diberikan oleh Tim Dosen pada awal semester V pembelajaran subjek tersebut.

1.3.2 Tujuan Material


Dengan pembuatan makalah yang berjudul Audit Sampling Terhadap Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi ini, kami selaku tim penulis dapat memahami materi lebih mendalam dan dapat memberikan penjelasan tentang materi ini, dan bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai pembahasaan dalam makalah ini.

1.4

Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin diberikan dan diperolah penulis dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang materi Audit Sampling terhadap pengujian atas pengujian serta perancangan program pengujian substabtifnya.

1.5

Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan dengan membaca dan mempelajari sejumlah buku, mengumpulkan data-data dari bukubuku dan situs-situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengambilan Sampel Statistik dan Nonstatistik harus Dilaksanakan dengan Benar agar Diterima Menurut Standar Audit Berlaku Umum. 2.2 Perbandingan Pengambilan Sampel Audit untuk Pengujian Perincian Saldo, Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor. Jenis pengendalian Pengujian pengendalian Pengujian transaksi substantive Apa yang Diukurnya Keefektifan operasi pengendalian internal atas Keefektifan pengendalian Kebenaran moneter transaksi dalam sistem akuntansi Pengujian atas rincian saldo Apakah jumlah dolar saldo akun mengandung salah saji yang memadai Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi: Untuk menentukan apakah tingkat pengecualian populasi cukup rendah. Untuk mengurangi penilaian risiko pengendalian dan karenanya mengurangi pengujian atas rincian saldo. Untuk perusahaan publik, guna menyimpulkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif demi tujuan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Auditor jarang menggunakan pengujian tingkat keterjadian (rate of occurrence) tidak seperti pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam pengujian perincian saldo. Auditor menggunakan metode pengambilan sampel yang menghasilkan nilai rupiah.Terdapat 3 jenis metode utama dalam pengambilan sampel yang digunakan untuk menghitung salah saji nilai rupiah dalam saldo akun,yaitu : pengambilan sampel nonstatistik, pengambilan sampel unit moneter (monetary unit sampling), dan pengambilan samper variabel (variables sampling).

2.3

Pengambilan Sampel Nonstatistik


Ada 14 langkah yang diperlukan dalam sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo, dimana selaras dengan 14 langkah yang digunakan untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, walaupun tujuannya berbeda. Langkah-Sampling Audit untuk Pengujian atas Rincian Saldo Langkah- Sampling Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi Merencanakan Sampel 1. Menyatakan tujuan pengujian audit. 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. 3. Mendefinisikan populasi. Merencanakan Sampel 1. Menyatakan tujuan pengujian audit. 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan. 3. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian. 4. Mendefinisikan populasi. 5. Mendefinisikan unit sampling. 6. Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi. 7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah. 4. Mendefinisikan populasi. 5. Mendefinisikan unit sampling. 6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi. 7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah (ARACR). 8. Mengestimasi salah saji dalam populasi. 9. Menentukan ukuran sampel awal. Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit 10. Memilih sampel. 11. Melakukan prosedur audit. Mengevaluasi Hasil 12. Menggeneralisasi dari sampel ke 8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi. 9. Menentukan ukuran sampel awal. Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit 10. Memilih sampel. 11. Melakukan prosedur audit. Mengevaluasi Hasil 12. Menggeneralisasi dari sampel ke

populasi. 13. Menganalisis salah saji.

populasi. 13. Menganalisis pengecualian.

14. Memutuskan akseptabilitas populasi. 14. Memutuskan akseptabilitas populasi. Menetapkan Tujuan Pengujian Audit Auditor mengambil sampel dalam pengujian perincian saldo untuk menentukan apakah saldo akun yang sedang diaudit disajikan dengan wajar. Auditor akan melakukan pengujian perincian saldo untuk menetapkan apakah saldo telah salah saji secara material. Biasanya salah saji yang dapat diterima menunjukkan adanya salah saji yang material.

Menentukan Adanya Pengambilan Sampel Seperti yang disebutkan bahwa Pengambilan sampel audit diberlakukan jika auditor ingin mengambil kesimpulan tentang populasi berdasarkan sebuah sampel.. Meskipun auditor biasanya mengambil sampel dari banyak akun, dalam beberapa situasi pengambilan sampel tidak diberlakukan. Sama halnya jika auditor membuat verifikasi tambahan aset tetap lalu menemukan banyak tambahan kecil dan terdapat pembelian sebuah bangunan gedung, maka auditor dapat memutuskan untuk mengabaikan bagian-bagian kecil secara keseluruhan.

Menetapkan Salah Saji Karena pengambilan sampel audit dalam pengujian perincian saldo mengukur salah saji nilai moneter, maka salah saji terjadi ketika sampel tidak disajikan dengan benar. Dalam audit piutang dagang, salah saji yang dilakukan klien terhadap saldo pelanggan yang termasuk dalam sampel auditor merupakan salah saji.

Menetapkan Populasi populasi ditetapkan sebagai bagian dari penyrsunan populasi uang tercatat (recorded rupiah populatiore) dalam pengujian perincian saldo. Kebanyakan populasi akuntansi yang akan dilibatkan oleh auditor tersebut memiliki nilai uang yang besar. Auditor akan mengevaluasi apakah populasi tercatat tersebut kurang saji atau lebih saji.

Pengambilan Sampel Bertingkat Dalam kebanyakan populasi, auditor memisahkan populasi tersebut menjadi dua atau lebih subpopulasi sebelum memberlakukan pengambilan sampel audit. Tindakan ini disebut pengambilan sampel bertingkat,dimana setiap subpopulasi disebut stratum. Dengan pengambilan sampel bertingkat, auditor dapat mengutamakan beberapa subpopulasi tertentu dan mengabaikan yang lainnya. Dalam sebagian besar situasi pengambilan sampel audit, termasuk dalam konfirmasi piutang dagang, auditor akan berfokus pada jumlah uang tercatat yang lebih besar sehingga mereka menentukan setiap stratum berdasarkan besar kecilnya jumlah uang tercatat.

Menetapkan Unit Pengambilan Sampel Untuk pengambilan sampel audit nonstatistik dalam pengujian perincian saldo, unit pengambilan sampelnya merupakan komponen utama dari saldo akun. Auditor dapat menggunakan jumlah sampel sebagai populasi tercatat untuk menguji seluruh tujuan audit, kecuali kelengkapan. Jika auditor merasa perlu memenuhi tujuan kelengkapan, maka mereka harus memilih sampel dari sumber yang berbeda.

Menelapkan Salah Saji yang Dapat Dilerima untuk menentukan jumlah sampel dan mengevaluasi hasil pengambilan sampel nonstatistik Auditor menggunakan salah saji yang dapat diterima. Pertama auditor membuat penentuan awal tentang materialitas dan menggunakan jumlah yang ditetapkan atas salah saji yang dapat diterima untuk setiap akun. Jumlah sampel yang dibutuhkan bertambah seiring dengan berkurangnya jumlah salah saji yang dapat diterima untuk saldo akun atau kelompok transaksi.

Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Kesalahan Risiko yang dapat diterima atas kesalahan penerimaan (acceptable risk of incorrect acceptance l ARlA) adalah jumlah risiko yang diambil auditor atas penerimaan bahwa saldo tersebut benar ketika salah saji yang terjadi melebihi jumlah yang diterima. ARIA mengukur kepastian yang diinginkan auditor terhadap suatu saldo akun. Untuk tingkat kepastian yang lebih tinggi dalam audit atas saldo, auditor akan menetapkan ARIA lebih rendah. (Perlu dicatat bahwa ARIA setara dengan ARACR [acceptable risk of accessing control risk too low / risiko yang diterima jika risiko pengendalian terlalu rendah] untuk pengullan pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.) Seperti

halnya ARACR, ARIA dapat ditetapkan secara kuantitatif (misalnya 5 % atau 10 %) atau kualitatif (seperti rendah, menengah, atau tinggi). Terdapat hubungan terbalik antara ARIA dengan jumlah sampel yang disyaratkan. Jika, misalnya, auditor mengurangi ARIA dari l0% ke 5%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan akan bertambah. Sebaliknya, jika auditor tidak mau mengambil risiko terlalu besar, maka jumlah sampel harus diperbesar. Faktor penting yang memengaruhi keputusan auditor tentang ARIA adalah risiko pengendalian yang ditetapkan dalam model risiko audit. Ketika pengendalian internal efektif, maka risiko pengendalian dapat dikurangi, sehingga auditor dapat

meningkatkan ARIA. Hal ini yang kemudian akan mengurangi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam pengujian atas akun terkait. Sebagai tambahan terhadap risiko pengendalian, ARIA secara langsung dipengaruhi oleh risiko audit yang diterima dan secara terbalik dipengaruhi oleh pengujian substantif lainnya yang telah dilaksanakan (atau direncanakan) untuk saldo akun. Jika auditor mengurangi risiko audit yang diterima, maka mereka harus mengurangi ARIA. fika prosedur analitis mengindikasikan bahwa saldo akun disajikan secara wajar, maka ARIA dapat ditingkatkan. Dengan kata lain, prosedur analitis merupakan bukti pendukung bagi saldo akun, yang berarti bahwa auditor dapat mengurangi jumlah sampel dalam pengujian perincian saldo untuk mendapatkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Kesimpulan yang sama juga berlaku bagi hubungan antara pengujian substantif atas transaksi, ARIA, dan jumlah sampel untuk pengujian perincian saldo.

Mengestimasi Salah Saji dalam populasi Auditor membuat estimasi ini berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan klien dan dengan mengevaluasi risiko bawaan (inherent rlsk), dengan mempertimbangkan hasil pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis yang telah dilaksanakan. Jumlah sampel yang direncanakan bertambah ketika jumlah ekspektasi salah saji dalam populasi mendekati tingkat salah saji yang dapat diterima.

Menentukan Jumlah Sampel Awal auditor menentukan jumlah sampel awal beberapa factor yang telah dibahas ketika melakukan pengambilan sampel nonstatistik. Untuk membantu auditor menentukan

jumlah sampel, mereka perlu mengikuti panduan yang ditetapkan perusahaan atau dari sumber lainnya. Ketika auditor menggunakan pengambilan sampel bertingkat, mereka harus mengalokasikan jumlah sampel ke seluruh stratum, khususnya mengalokasikan porsi sampel yang lebih besar kepada jumlah populasi yang lebih besar.

Memilih Sampel

Melakukan Prosedur Audit

Membuat Generalisasi dari Sampel ke Populasidan Menentukan Keberterimaan (Acceptability) Populasi Auditor harus membuat generalisasi dari sampel ke populasi dengan: 1. Memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi. 2. mempertimbangkan kesalahan pengambilan sampel (sampling error) dan risiko pengambilan sampel (ARIA). Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi Qtoint estimate). Titik estimasi dapat dihitung dengan beberapa cara, namun pendekatan yang paling umum adalah dengan mengasumsikan bahwa salah saji dalam populasi yang belum diaudit adalah proporsional untuk salah saji pada sampel. Perhitungan harus dilakukan untuk setiap stratum kemudian dijumlahkan, bukan menggabungkan total salah saji dalam sampel.

Menganalisis Salah Saji semua salah saji dihasilkan dari kesalahan klien dalam mencatat barang yang dikembalikan. Auditor akan menentukan mengapa salah saji jenis ini sering terjadi, implikasi salah saji terhadap area audit yang lain, potensi dampak yang terjadi pada laporan keuangano dan pengaruhnya pada operasi perusahaan. Pendekatan yang sama dilakukan untuk semua salah saji yang terjadi. Auditor harus melakukan analisis salah saji untuk menentukan apakah diperlukan modifikasi atas model risiko audit. jika auditor berkesimpulan bahwa kesalahan pencatatan pengembalian barang dagangan terjadi karena lemahnya pengendalian internal, maka mungkin perlu untuk

mengevaluasi kembali risiko pengendalian. Hal ini bisa saja menyebabkan auditor mengurangi ARIA, yang akan menambah jumlah sampel. revisi atas model audit risiko harus dilakukan sangat hati-hati karena model ditujukan terutama untuk perencanaan, bukan evaluasi hasil.

Tindakan yang Harus Dilakukan Jika Populasi Ditolak Ketika auditor rnenyimpulkan bahwa salah saji dalam populasi mungkin lebih besar dari salah saji yang dapat diterima (setelah mempertimbangkan kesalahan pengambilan sampel), maka populasi dengan demikian tidak dapat diterima. Pada saat itu, auditor harus melakukan beberapa hal. Tidak Melakukan Apa-apa Sampai Penguiian atas Audil Lain Selesai. Pada akhirnya auditor harus mengevaluasi apakah keseluruhan laporan keuangan salah saji secara material. Memperluas Pengujian Audit pada Area Tertentu. Jika analisis salah saji mengindikasikan bahwasalah saji terbesarterjadipadaareatertentu, makaperlu dilakukan audit tambahan pada area permasalahan tersebut. evaluasi terhadap penyebab salah saji dalam sampel harus dilakukan dengan hati-hati sebelum pengambilan kesimpulan karena permasalahan bisa saja terjadi pada lebih dari satu area. Menambah Jumlah Sampel. Ketika auditor menambah jumlah sampel, kesalahan pengambilan sampel dikurangi jika tingkat salah saji pada sampel yang diperluas, jumlah nominalnya, dan kecenderungannya sama dengan sampel sebelumnya. oleh karena itu, penambahan jumlah sampel dapat memenuhi persyaratan auditor atas salah saji yang dapat diterima. Menyesuaikan Saldo Akun. Ketika auditor menyimpulkan bahwa suatu saldo akun salah saji secara material, klien mungkin ingin menyesuaikan nilai buku berdasarkan hasil sampel. Meminta Klien untuk Memperbaiki Populasi. Dalam beberapa kasus, pencatatan klien sangat tidak memadai sehingga memerlukan pembetulan di seluruh populasi sebelum audit diselesaikan. Ketika klien mengubah penilaian pada beberapa bagian dari populasi, maka hasilnya harus diaudit lagi. Menolak Memberikan Pernyataan Tanpa Syarat. Jika auditor meyakini bahwa jumlah yang tercatat dalam akun tidak disajikan dengan wajar, maka perlu untuk mengikuti

setidaknya satu dari alternatif awal atau melakukan laporan audit dengan cara yang tepat.

2.4

Pengambilan Sampel Unit Moneter


Pengambilan sampel unit moneter merupakan inovasi dalam metodologi pengambilan sampel statistikyang dikembangkan khusus untuk auditor. Pengambilan sampel unit moneter (monetary unit sampling/MUS) merupakan metode pengambilan sampel statistik yang paling umum untuk pengujian perincian saldo karena prosesnya cukup sederhana namun hasilnya dapat dinyatakan dalam rupiah (atau mata uang lain). MUS dapat disebut juga pengambilan sampel unit rupiah, pengambilan sampel nilai moneter kumulatif, dan pengambilan sampel dengan proporsi probabilitas.

Perbedaan antara MUS dengan Pengambilan Sampel Nonstatistik MUS sama dengan penggunaan pengambilan sampel nonstatistik, Dari 14langkah, seluruhnya dilakukan untuk MUS, meskipun ada yang dilakukan dengan carayang berbeda. Pemahaman atas perbedaan tersebut merupakan kunci dari pemahaman MUS. Delinisi dari Unit Pengambilan Sampel sebagai Nilai Uang lndividu. Ciri khas yang menonjol dari MUS adalah bahwa pengambilan unit sampel ditentukan sebagai nilai uang individu dalam suatu saldo akun. Nama metode statistik dan pengambilan sampel atas unit moneter dihasilkan dari adanya ciri khas tersebut. Berfokus pada nilai uang individu sebagai unit sampel, MUS secara otomatis menekankan pada unit fisik dengan saldo tercatat yang lebih besar Ukuran Populasi Berupa Populasi uang yang Tercatat. Metode pemilihan sampel dalam MUS, tidak dapat mengevaluasi kemungkinan tidak tercatatnya bagian-bagian dalam populasi. Diasumsikan bahwa MUS digunakan untuk mengevaluasi apakah persediaan disajikan secara wajar. MUS tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah persediaan tertentu sebenarnya ada tetapi belum diperhitungkan. Jika tujuan kelengkapan merupakan hal yang penting dalam pengujian audit, maka biasanya tujuan tersebut harus dipenuhi secara terpisah dalam pengujian MUS. Setiap Akun Menggunakan Penilaian Awal Materialitas, dan Bukan salah saji yang Diterima. Aspek unik lainnya dari MUS adalah penilaian awal materialitas yang secara langsung menentukan jumlah salah saji yang dapat diterima untuk proses audit setiap akun. Teknik pengambilan sampel lainnya mensyaratkan auditor untuk menentukan

salah saji yang dapat diterima terhadap setiap akun dengan mengalokasikan penilaian awal terhadap materialitas. Hal ini tidak perlu dilakukan jika menggunakan MUS. Jumlah Sampel Ditentukan Menggunakan Rumus Statistik. Proses ini dilakukan secara terperinci setelah kita membahas 14 langkah pengambilan sampel untuk MUS. Aturan Keputusan Formal Digunakan untuk Menentukan Keberterimaan Populasi. Peraturan yang digunakan untuk MUS sama dengan yang digunakan dalam pengambilan sampel nonstatistik, tetapi sebenarnya cukup berbeda. Pemilihan Sampel Dilakukan Menggunakan PPS. Sampel unit moneter dipilih menggunakan proporsi probabilitas pemilihan jumlah sampel (probability proportional to size (PPS) sample selection). Sampel PPS bisa didapatkan menggunakan peranti lunak komputer, tabel angka acak, atau teknik pengambilan sampel yang sistematis. Metode statistik untuk mengevaluasi sampel unit moneter memperbolehkan adanya pencantuman satu unit fisik dalam sampel lebih dari satu kali. Satu masalah dalam pemilihan sampel ppS adalah bahwa bagian populasi dengan saldo tercatat nol tidak mungkin dipilih menggunakan PPS, meskipun mungkin terjadi salah saji. sama halnya dengan saldo kecil yang salah saji secara signifikan, kecil kemungkinannya untuk dimasukkan dalam sampel. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan pengujian audit khusus untuk saldo nol atau saldo kecil, dengan asumsi bahwa saldo akun tersebut memiliki kepentingan yang besar. Masalah lain dalam PPS adalah ketidakmampuannya memasukkan saldo negatif dalam sampel (unit moneter) ppS, misalnya saldo kredit dalam piutang dagang. Saldo negatif dalam pemilihan sampel ppS dapat diabaikan dan pengujiannya dapat dilakukan dengan cara lain.. Salah satu alternatifnya adalah dengan memperlakukan saldo negative tersebut sebagai saldo positif dan menambahkannya pada jumlah unit moneter yang sedang diuji. Meskipun demikian, har ini dapat mempersulit proses evaluasi.

Generalisasi sampel ke popurasi Menggunakan Teknik MUS oleh Auditor Berapapun metode pengambilan sampel yang dipilih, auditor tetap harus melakukan generalisasi dari sampel ke populasi dengan (1) memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan (2) menentukan kesalahan pengambilan sampelnya. Terdapat 4 aspek dalam menggunakan MUS, yaitu: 1. Tabel pengambilan sampel atribut digunakan untuk menghitung hasilnya 2. Hasil atribut harus dikonversikan ke dalam mata uang. MUS memperkirakan jumlah uang yang salah saji dalam populasi, bukan persentase populasi yang salah saji.

3. Auditor harus membuat asumsi tentang persentase salah saji untuk setiap bagian populasi yang salah saji. Dengan asumsi ini, auditor dapat menggunakan tabel pengambilan sampel atribut untuk mengestimasi jumlah salah saji. 4. Hasil statistik yang didapatkan dengan menggunakan MUS disebut batas salah saji (misstatement bounds). Batas salah saji ini mengestimasi kemungkinan tertinggi dari lebih saji (batas salah saji atas) dan kemungkinan tertinggi dari kurang saji (batas salah saji bawah) pada ARIA tertentu. Auditor menghitung keduanya, baik batas salah saji atas maupun bawah. Generalisasi dari sampel ke populasi merupakan rangkah terakhir yang penting dilakukan. Generalisasi akan berbeda jika auditor tidak menemukan salah saji dalam sampel untuk dibandingkan. Dua kondisi berikut akan mengevaluasi tindakan generalisasi. 1. Generalisasi dari Sampel ke Populasi Ketika Salah Saji Tidak Ditemukan dengan Menggunakan MUS. 2. Generalisasi Ketika Salah Saji Ditemukan

1.

Generalisasi dari Sampel ke Populasi Ketika Salah Saji Tidak Ditemukan den

gan Menggunakan MUS. Asumsikan bahwa auditor mengonfirmasi suatu populasi pitang dagang atas kebenaran nilai moneternya. Total Populasi adalah Rp 1.200.000 dan sampelnya menggunakan 100 konfirmasi. Selama audit, seluruh salah saji ditemukan dalam sampel. Auditor ingin menentukan jumlah maksimum dari lebih saji atau kurang saji yang dapat muncul dalam populasi meskipun salah saji tidak ditemukan dalam sampel. Hal ini disebut batas saalah saji atas (upper misstatement bound) dan batas salah saji bawah (lower misutatement bound). Berikut 3 contoh asumsi yang dibuat untuk mengilustrasikan hal tersebut: Asumsi 1 Jumlah lebih saji adalah 100%;Jumlah kurang saji adalah 100%; batas salah saji pada ARIA 5% adalah: Batas salah saji atas= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000 Batas salah saji bawah=Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000 Diasumsikan bahwa, secara rata-rata, bagian populasi ini telah salah saji sebesar total uang dari nilai tercatat. Oleh karena batas salah saji adalah 3%, maka nilai salah saji

mungkin tidak melebihi Rp 36.000.000 (3% dari total uang tercatat dalam populasi). Jika seluruh jumlah ternyata lebih saji, maka terdapat lebih saji sebesar Rp 36.000.000. Jika seluruhnya kurang saji, maka terdapat kurang saji sebesar Rp 36.000.000. Asumsi 100% salah saji tersebut sebenarnya sangat konservatif, terutama untuk lebih saji. Asumsikan tingkat pengecualian populasi aktual adalah 3%. Di bawah ini merupakan dua kondisi yang muncul sebelum nilai Rp 36.000.000 secara tepat menunjukkan jumlah lebih saji yang sebenarnya. 1. 2. Seluruh jumlah harus lebih saji. Saling hapus (offsetting) akan mengurangi jumlah salah saji. Seluruh bagian populasi yang salah saji harus 100% salah saji. Oleh karena itu tidak mungkin, misalnya, salah saji sebesar Rp 226.000 dicatat sebesar Rp 262.000. Berarti hanya ada 13,7% salah saji (262.000-226.000= 36.000) lebih saji; 36.000/262.000 = 13,7%). Asumsi 2 Jumlah lebih saji adalah 10%; jumlah kurang saji adalah 10%; batas salah saji pada ARIA 5% yaitu: Batas atas salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000 Batas bawah salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000 Asumsinya adalah bahwa, secara rata-rata, bagian-bagian yang salah saji tidak melebihi 10%. Jika seluruh bagian telah salah saji pada satu arah, maka batas salah saji adalah +Rp 3.600.000 dan Rp 3.600.000. Perubahan asumsi salah saji dari 100% menjadi 10% secara signifikan memengaruhi batas salah saji. Dampaknya secara langsung adalah pada nilai perubahannya. Asumsi 3 Jumlah lebih saji adalah 20%; jumlah kurang saji adalah 200%; batas salah saji pada ARIA 5% yaitu: Batas atas salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000 Batas bawah salah saji= Rp 1.200.000 x 3%x100%= Rp 36.000.000 Alasan dari persentase yang lebih besar atas kurang saji tersebut adalah potensi terjadinya salah saji lebih besar dalam bentuk persentase. Misalnya, piutang dagang tercatat pada Rp 20.000 yang seharusnya dicatat sebesar Rp 200.000 sehingga kurang saji sebesar 900% [(200.000-20.000)/20.000], sementara yang lainnya tercatat sebesar

Rp 200.000 yang seharusnya dicatat sebesar Rp 20.000 sehingga lebih saji sebesar 90% [(200.000- 20.000)/200.000]. Bagian yang terdiri atas jumlah kurang saji yang lebih besar memiliki nilai tercatat lebih kecil sebagai hasil dari salah saji tersebut. Konsekuensinya, karena mekanisme dari MUS, hanya sedikit di antaranya yang akan terpilih dalam sampel. Oleh karena alasan ini, beberapa auditor memilih sampel tambahan dari saldo kecil untuk menambah jumlah sampel, saat jumlah kurang saji menjadi perhatian dalam audit. Persentase yang Tepat dalam Asumsi Salah Saji.Asumsi yang tepat untuk keseluruhan persentase salah saji dalam populasi yang mengandung salah saji merupakan keputusan auditor. Dalam situasi tersebut, auditor harus menetapkan persentase tersebut berdasarkan penilaian profesional. Bila sebaiknya, tidak terdapat informasi yang menyakinkan, maka perlu mengasumsikan jumlah 100% baik untuk lebih saji maupun kurang saji, kecuali jika tidak terdapat salah saji dalam hasil sampel. Pendekatan ini termasuk konservatif, tetapi lebih mudah untuk dijustifikasi dibandingkan asumsi lain. Batas atas dan batas bawah salah saji lebih tepat disebut batas salah saji (dalam MUS) dibandingkan kecenderungan salah saji maksimum atau pun batas keyakinan (confidence limit). Alasannya adalah luasnya penggunaaan asumsi konservatif tersebut. Jika tidak dinyatakan sebaliknya, maka asumsi salah saji 100% digunakan dalam bab ini dan sebagai bahan permasalahan.

2.

Generalisasi Ketika Salah Saji Ditemukan

Sejauh ini, kita telah mengasumsikan sampel yang tidak mengandung salah saji. Apa yang terjadi jika salah saji ditemukan? Kita akan menggunakan contoh pada bagian sebelumnya, tetapi dengan mengasumsikan ada 5 salah saji. Salah saji ditunjukkan pada tabel 15-5 Keempat aspek generalisasi dari sampel ke populasi yang kita bahas sebelumnya masih diterapkan, tetapi penggunaannya dimodifikasi sebagai berikut: 1. Jumlah lebih saji dan kurang saji dibuat terpisah kemudian digabungkan. Pertama, batas atas dan atas bawah salah saji dihitung secara terpisah untuk memperoleh jumlah lebih saji dan kurang saji. Kemudian, titik estimasi lebih saji dan kurang saji dihitung. Titik estimasi untuk kurang saji digunakan untuk mengurangi batas atas salah saji awal, dan titik estimasi lebih saji digunakan untuk mengurangi batas salah

saji awal. Metode dan alasan dari perhitungan ini akan diilustrasikan menggunakan empat nilai lebih saji dan satu nilai kurang saji pada Tabel 15-5. 2. Perbedaan asumsi salah saji dibuat untuk setiap salah saji, termasuk salah saji nol. Ketika tidak terdapat salah saji dalam sampel, asumsi diperlukan untuk persentase rata-rata salah saji atas populasi yang salah saji. Batas salah saji yang dihitung menunjukkan beberapa asumsi yang berbeda. Ketika salah saji ditemukan, auditor dapat menggunakan informasi sampel tersedia dalam menentukan batas-batas salah saji. Asumsi salah saji masih diperlukan, tetapi dapat dimodifikasi berdasarkan data salah saji aktual. Jika salah saji ditemukan, maka 100% asumsi untuk seluruh salah saji tidak hanya konservatif, tetapi juga tidak konsisten dengan hasil sampel. Asumsi yang umum diterapkan, dan salah satunya diikuti dalam buku ini, adalah bahwa salah saji aktual dapat mewakili salah saji populasi. Asumsi ini mensyaratkan auditor untuk menghitung presentase setiap sampel yang salah saji (salah saji/jumlah tercatat) dan menerapkan persentase tersebut ke populasi. Perhitungan persentase untuk setiap salah saji ditunjukkan dalam kolom terakhir pada Tabel 15-5. Dijelaskan secara singkat, asumsi salah saji masih diperlukan untuk porsi salah saji nol dari hasil yang dihitung. Untuk contoh ini, 100% asumsi salah saji digunakan untuk porsi salah saji nol, baik untuk batas lebih saji maupun kurang saji. 3. Auditor harus setuju dengan lapisan (layer) tingkat pengecualian atas yang diperhitungkan/ computed upper exception rate (CUER) dari tabel pengambilan sampel atribut. Auditor harus melakukan ini karena perbedaan asumsi salah saji yang muncul di setiap salah saji. Lapisan tersebut dihitung dengan menentukan CUER dari setiap tabel salah saji kemudian menghitung setiap lapisannya. Tabel 15-6 menunjukkan lapisan dalam tabel sampel atribut untuk contoh yang ada. (Lapisan ditentukan dengan membaca tabel untuk setiap jumlah sampel 100, dari 0 sampai 4 kolom pengecualian). 4. Asumsi salah saji harus dihubungkan untuk setiap lapisan. Metode paling umum dalam menghubungkan asumsi salah saji dengan lapisan adalah mengaitkan persentase salah saji pada jumlah uang terbesar dengan lapisan tertinggi. Tabel 15-7 menunjukkan hubungan tersebut. Sebagai contoh, salah saji rata-rata terbesar adalah 0,671 untuk pelanggan 9816. Salah saji ini berhubungan dengan faktor lapisan 0,0017, lapisan tertinggi di mana salah saji ditemukan.

Porsi dari batas atas presisi yang berhubungan dengan lapisan salah saji nol memiliki asumsi salah saji yang masih konservatif, yaitu 100%. Tabel 15-7 menunjukkan perhitungan batas salah saji sebelum mempertimbangkan berapa jumlah yang salinghapus. Batas salah saji atas dihitung seolah-seolah tidak terdapat jumlah kurang saji, dan batas salah saji bawah dihitung seolah-olah tidak terdapat jumlah lebih saji. Kebanyakan pengguna MUS yakin bahwa pendekatan ini terlalu konservatif saat terjadi saling-hapus. Jika jumlah kurang saji ditemukan, maka cukup logis dan masuk akal bahwa atas untuk jumlah lebih saji seharusnya lebih rendah dari yang sebenarnya, tidak perlu ada sejumlah kurang saji yang ditemukan, dan sebaliknya. Penyesuaian batas untuk jumlah saling-hapus dibuat sebagai berikut. 1. Titik estimasi atas salah saji dibuat untuk jumlah lebih saji dan kurang saji. 2. Setiap batas dikurangi oleh titik estimasi yang berlawanan. Titik estimasi untuk lebih saji dihitung dengan mengalikan rata-rata jumlah lebih saji dalam unit mata uang yang diaudit dikalikan dengan nilai tercatat. Pendekatan serupa digunakan untuk titik estimasi pada kurang saji. Contoh sebelumnya menunjukkan jumlah kurang saji sebesar 3% per Rp 1.000 per unit untuk sampel sejumlah 100. Titik estimasi kurang saji adalah Rp 360.000 (0,03/100,000 x Rp 1.200.000). Dengan cara yang sama, titik estimasi lebih saji adalah Rp 9.086.000 [(0,671 + 0,07 +0,016 + 0,0002)/100 x Rp 1.200.000.000].

Batas awal sebesar Rp 51.220.000 dikurangi dengan estimasi jumlah kurang saji yang paling mungkin terjadi sebesar Rp 360.000 ke batas yang disesuaikan sebesar Rp 50.860.000.

Batas bawah awal sebesar Rp 36.612.000 dikurangi dengan estimasi jumlah lebih saji yang paling mungkin terjadi sebesar Rp 9.086.000 ke batas yang disesuaikan sebesar Rp 27.526.000.

Dengan mengikuti metodologi dan asumsi yang ada, auditor menyimpulkan bahwa terdapat 5% risiko dimana piutang dagang lebih saji sebesar lebih dari Rp 50.860.000 atau kurang saji lebih dari Rp 27.526.000. Perlu dicatat bahwa jika terdapat asumsi salah saji yang berubah, maka batas salah saji juga berubah. Metode yang digunakan untuk menyesuaikan batas atas untuk jumlah yang saling-hapus hanya salah satu dari beberapa metode yang digunakan. Metode yang diilustrasikan disini diambil dari Leslie, teitlebaum, an Anderson. Tabel 15-9 menunjukan tujuh langkah yang dilakukan dalam perhitungan penyesuaian batas salah saji untuk pengambilan sampel mata uang jika terjadi saling hapus.

Perhitungan batas salah saji atas yang telah disesuaikan terhadap empat lebih saji di Tabel 15-5 digunakan sebagai ilustrasi. Menentukan Keberterimaan Populasi Menggunakan MUS Setelah batas salah saji dihitung, auditor harus memutuskan apakah populasi dapat diterima.Terdapat aturan pengambilan keputusan untuk tindakan tersebut. Aturan pengambilan keputusanuntuk MUS adalah: lika baik batas salah saji bawah (Iower misstatement bounds / LMB) maupun batas salah saji atas (upper misstatement bounds / UMB) terletak di antara jumlah kurang sajidan lebih saji yang dapat diterima, maka dapat disimpulkan bahwa salah saji nilai buku tidak material. lika tidak, maka salah saji tersebut material. Aturan tersebut diilustrasikan dalam Figur 15-3. Auditor harus memutuskan bahwa LMB dan UMB pada situasi 1 dan 2 letaknya di antara batas kurang saji dan lebih saji yang dapat diterima. Untuk situasi 3,4, dan 5 baik LMB maupun UMB, atau keduanya, melebihi salah saji yang diterima. Oleh karena itu, nilai buku populasi akan ditolak. Diasumsikan bahwa auditor memiliki suatu set jumlah salah saji yang dapat diterima untuk piutang dagang Rp 40.000.000 (lebih saji atau kurang saji). Seperti yang disampaikan sebelumnya, auditor memilih 100 sampel, menemukan 5 salah saji, dan menghitung batas bawah sebesar Rp 27.526.000 dan batas atas Rp 50.860.000. Penerapan keputusan ini membuat auditor berkesimpulan bahwa populasi tidak boleh diterima karena batas salah saji atas melebihi salah saji yang dapat diterima sebesar Rp 40.000.000. Tindakan yang Dilakukan Jika Populasi Ditolak Jika salah satu atau kedua batas salah saji berada di luar batas salah saji yang dapat diterima dan dianggap tidak bisa diterima, maka auditor menghadapi beberapa pilihan. Hal ini sama dengan yang didiskusikan dalam pengambilan sampel nonstatistik. Menentukan Sampel Menggunakan MUS Metode yang digunakan untukmenentukan jumlah sampel MUS sama denganyang digunakan dalam unit fisik pengambilan sampel atribut, yaitu menggunakan tabel pengambilan sampelatribut.Terdapat lima hal yang diperlukan untuk menghitung jumlah sampel menggunakan MUS.

Materialitas Penilaian awal tentang materialitas secara normal berbasis pada jumlah salah saji yang dapat diterima yang digunakan. Jika salah saji dalam pengujian nonMUS diperkirakan terjadi, maka salah saji yang dapat diterima merupakan materialitas dikurangi jumlah tersebut. Salah saji yang dapat diterima bisa berbeda untuk kurang saji atau lebih saji. Asumsi Persentase Rata-Rata Salah Saji untuk Populasi yang Mengandung Salah Saji.Sekali lagi, bisa terdapat perbedaan asumsi untuk batas atas dan batas bawah. Hal ini juga merupakan penilaian auditor. Hal ini sebaiknya didasarkan pada pengetahuan auditor atasklien dan pengalaman masa lalu, dan jika kurang dari 100% yang digunakan, maka asumsi harus kuat. Risiko yang Dapat Diterima atas Kesalahan Penerimaan. ARIA merupakan penilaiandari auditor dan biasanya dicapai dengan bantuan model risiko audit. Nilai Populasi Tercatat Nilai uang dari populasi diambil dari pencatatan klien. Estimasi Tingkat Pengecualian Populasi. Secara normal, estimasi tingkat pengecualian populasi untuk MUS adalah nol, karena MUS kebanyakan digunakan saat tidak terjadi salah saji, atau hanya sedikit yang diperkirakan terjadi. Ketika salah saji diperkirakan terjadi, total uang dari ekspektasi salah saji populasi diestimasi dan dicerminkan dalam presentase jumlah populasi tercatat. Dalam contoh ini, diperkirakan terdapat salah saji sebesar Rp 20.000.000. Jumlah ini ekuivalen dengan 4% tingkat pengecualian. Agar konservatif, digunakan ekspektasi tingkat pengecualian sebesar 5%. Oleh karena hanya satu sampel yang diambil untuk lebih saji dan salah saji, maka yang lebih besar dari kedua jumlah sampel yang dihitung akan digunakan, dalam hal ini adalah 149. Dalam mengaudit sampel, jika auditor menemukan adanya salah saji, maka batas bawah akan melebihi batas batas yang dapat diterima karena jumlah sampel tersebut didasarkan pada tidak adanya ekspektasi salah saji. Sebaliknya, sejumlah lebih saji bisa saja ditemukan sebelum batas atas yang dapat diterima dilampaui. Saat menghadapi temuan salah saji yang tidak diekspektasikan yang dapat mengakibatkan populasi ditolak, auditor dapat berjaga-berjaga dengan menambah jumlah sampel diatas jumlah yang ditemukan dalam tabel. Dalam ilustrasi ini, auditor dapat menggunakan jumlah sampel 200 bukan 149. Hubungan antara Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel MUS Model risiko audit untuk perencanaan sebelumnya telah diperkenalkan pada bab sebelumnya dan dibahas pada bab berikutnya sebagai berikut.

MUS digunakan dalam melakukan pengujian atas perincian saldo. Oleh karenanya, auditor perlu memahami hubungan antara ketiga faktor independen dalam model risiko audit, prosedur analitis, dan pengujian substantif dengan jumlah sampel untuk pengujian atas perincian saldo. Tabel 15-2 menunjukkan bahwa empat dari kelima faktor (risiko pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, risiko audit yang dapat diterima, dan prosedur analitis substantif) memengaruhi ARIA. ARIA ini lah yang kemudian menentukan jumlah sampel yang direncanakan. Faktor lainnya, yaitu risiko yang tidak terhindarkan, memengaruhi tingkat pengecualian estimasi populasi secara langsung. Pemakaian Sampel Unit Moneter dalam Audit Empat alasan mengapa MUS menarik bagi auditor. 1. MUS secara otomatis meningkatkan kecenderungan dalam pemilihan jumlah uang yang besar dalam populasi yang diaudit. 2. MUS dapat mengurangi biaya pengujian audit karena beberapa sampel diuji sekaligus. 3. MUS mudah diterapkan 4. MUS lebih menghasilkan inferensi statistik dibandingkan nonstatistik Namun MUS juga memiliki kekurangan,yaitu : 1. Total batas salah saji yang dihasilkan saat ditemukan salah saji mungkin terlalu tinggi sehingga tidak dapat digunakan auditor. 2. Sulit dalam memilih sampel PPS dari populasi besar tanpa bantuan komputer.

2.5

Pengambilan Sampel Variabel


Pengambilan sampel variabel merupakan metode statistik yang digunakan oleh auditor. Pengambilan sampel variabel dan nonstatistik untukpengujian perincian saldo memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengukur salah saji dalam saldo. Untuk sampel nonstatistik, ketika auditor menentukan bahwa jumlah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima, mereka menolak populasi dan melakukan tindakan tambahan. Beberapa teknikpengambilan sampel terdiri atas klasifikasi metode umum yang disebut pengambilan sampel variabel : estimasi perbedaan, estimasi rasio, dan estimasi ratarata per unit.

Perbedaan antara Pengambilan Sampel Variabel dan Nonstatistik Penggunaan metode variabel memiliki banyak kesamaan dengan sampel nonstatistik. 14 langkah yang dibahas dalam sampel nonstatistik juga harus dilakukan untuk metode variabel, dan kebanyakan sama. Beberapa perbedaan antara pengambilan sampel variabel dan nonstatistik akan dibahas setelah pembahasan distribusi pengambilan sampel.

Distribusi Pengambilan Sampel Untuk memahami alasan dan cara auditor menggunakan metode pengambilan sampel variabel dalam audit, Anda perlu memahami terlebih dahulu distribusi pengambilan sampel dan pengaruhnya terhadap keputusan statistik auditor. Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata salah saji dalam populasi, distribusi jumlah salah saji, atau nilai yang diaudit. Karekteristik populasi ini harus diestimasidalam sampel, yang tentunya merupakan tujuan dari pengujian audit.

Inferensi statistik Secara alami jika sampel diambil dari suatu populasi dalam situasi,audit aktual, auditor tidak mengetahui karakteristiki populasi itu danbiasanya hanya satu sampel yang akan diambil dari populasibersangkutan. Akan tetapi pengetahuan mengenai distribusi samplingakan memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atauinferensi statistik (statistical inferences), mengenai populasi.

Metode variabel Auditor menggunakan proses inferensi statistik sebelumnya bagisemua metode sampling variabel. Setiap metode dibedakan menurutapa yang sedang diukur. Ketiga variabel itu antara lain: Estimasi perbedaan, Estimasi rasio, Estimasi rata-rata per unit.

Metode statistik sentratifikasi Perhitungan dilakukan bagi setiap strata dan kemudian digabungmenjadi satu estimasi populasi secara keseluruhan untuk intervalkeyakinan populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secarastatistik. Stratifikasi dapat diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio,dan rata-rata per unit, tetapi paling sering digunakan dengan estimasirata-rata per unit.

Risiko sampling Untuk sampling variabel, auditor menggunakan ARIA serta risiko yangdapat diterima atas penolakan yang salah (Acceptable Risk of IncorrectRejection = ARIR). Jadi penting untuk memahami perbedaan diantarkeduanya dan penggunaan kedua risiko tersebut.

BAB III KESIMPULAN


Sampling Audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian subtantif. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa voucing, tracing, dan konfirmasi. Sampling dipergunakan kalau waktu dan biaya tidak memungkinkan untuk memeriksa seluruh transaksi/kejadian dalam suatu populasi. Populasi adalah seluruh item yang harus diperiksa. Subset dari populasi disebut denganistilah sampel. Sampling dipergunakan untuk menginferensi karakteristik daripopulasi. Keuntungan dari sampling itu sendiri adalah: 1. Menghemat sumber daya: biaya,waktu, tenaga. 2. Kecepatan mendapatkan informasi (up date). 3. Ruang lingkup (cakupan) lebih luas. 4. Data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam. 5. Pekerjaan lapangan lebih mudah disbanding cara sensus.

You might also like