You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani

persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan itensitas hujan yang tinggi atau akibat durasi hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan. Kebutuhan terhadap drainase berawal dari kebutuhaan air untuk

kehidupan manusia dimana untuk kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan sungai untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, pertenakan dan lainnya. Untuk kebutuhan rumah tangga menghasilkan air kotor yang perlu dialirkan dan dengan makin bertambahnya pengetahuan manusia mengenal industri yang juga mengeluarkan limbah yang perlu di alirkan. Pada musim hujan terjadi kelebihan air berupa limpasan permukaan yang sering kali menyebabkan banjir sehingga manusia mulai berfikir akan kebutuhan sistem saluran yang dapat mengalirkan air lebih terkendali dan berkembang menjadi ilmu drainase. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Dalam pembahasan lebih lanjut akan di titik beratkan pada drainase perkotaan karena drainase yang lebih komplek terdapat pada wilayah perkotaan. Drainase perkotaan adalah ilmu khusus mengkaji kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada pada kota tersebut. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air wilayah kota yang meliputi pemukiman, industri, sekolah, lapangan olahraga, instalasi militer, pelabuhan umum atau sungai serta fasilitas umum yang lainnya yang merupakan bagaian dari sarana perkotaan. Desain drainase perkotaan memiliki keterkaitan dengan tata guna lahan, tata ruang kota, master plan drainase kota dan kondisi sosial budaya masyarakat terhadap kedisiplinan dalam hal pembuangan sampah. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik penangan kelebihan air namun lebih luas lagi menyangkut aspek kehidupan di kawasan perkotaan. Kegunaan saluran drainase antara lain : a. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. Fungsi drainase perkotaan, meliputi ; a. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat. b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda masyarakat juga infrastruktur perkotaan. c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik. d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud : Tugas ini merupakan bagian dari mata kuliah Drainase Perkotaan dan merupakan prasyarat untuk mengikuti ujian. Tujuan : Tujuan dari tugas Drainase Perkotaan ini adalah sebagai berikut : Analisa data curah hujan dari stasiun wilayah yang direncanakan. Menghitung intensitas curah hujan. Menghitung debit rencana. Mendimensi saluran drainase. Membuat gambar rencana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan pada sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mampunya sistem drainase mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Disain hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit pengaliran. Sesuai dengan karakteristik dan fenomena hidrologi suatu daerah

pengaliran sungai, debit yang mengalir melewati sungai tersebut sering berubahubah dan tidak beraturan. Sehingga puncak banjir yang terjadi akan berbeda dari tahun ke tahun. Apabila diperhatikan puncak banjir setiap tahunnya, kadangkadang terjadi puncak banjir yang sangat besar pada tahun tertentu, dan pada tahun-tahun lainnya terjadi puncak banjir yang cukup rendah. Apabila angkaangka tersebut disusun secara berurutan akan tampak bahwa angka puncak debit banjir yang didapat tidak beraturan (random) tetapi sering mengikuti pola-pola tertentu. Jika suatu saat, di sungai tersebut akan dibangun bangunan air, maka dalam perencanaan nya harus memperhitungkan angka debit banjir rencana (design flood). Banjir rencana merupakan probabilitas debit banjir yang pantas dipergunakan dalam merencanakan suatu bangunan hidrolis sesuai dengan fungsi dan umur rencana bangunan tersebut sehingga dalam analisa hidrologinya akan menerapkan metoda statistik dengan menggunakan parameter ekstrim.

A. KRITERIA PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN


Dalam suatu pekerjaan untuk melaksanakan perencanaan yang mendetail suatu proyek maka diperlukan suatu pedoman perencanaan untuk memudahkan perencanaan pedoman tersebut atau biasa disebut dengan Kriteria Perencanaan.

Kriteria Perencanaan harus disesuaikan dengan keadaan lokasi proyek, agar didapat hasil seperti yang diharapkan. Kriteria Perencanaan untuk proyek Drainase Perkotaan terdiri dari 5 (lima) pembahasan teknis utama yaitu: 1. Kriteria Penentuan/Pembagian Daerah Layanan (Sub. Catchment Area). 2. Kriteria Pengukuran Topografi. 3. Kriteria Hidrologi. 4. Kriteria Hidrolika saluran dan bangunan. 5. Kriteria Struktur. 1. Kriteria Penentuan Pembagian Daerah Layanan (Sub. Catchment Area) Dalam menentukan luasan catchment area dari sebuah saluran yang melayani suatu areal tertentu, perlu diperhatikan sistem drainase pada kota tersebut secara keseluruhan. Mengingat masing-masing areal pelayanan dari setiap saluran merupakan sebuah subsistem dari sistem drainase kota sebagai suatu kesatuan. Penentuan besarnya catchment area sangat tergantung dari beberapa faktor, antara lain : Kondisi topografi daerah proyek. Sarana/prasarana drainase yang sudah ada. Sarana/prasarana jalan yang sudah ada dan akan dibangun. Sarana/prasarana kota lainnya seperti jaringan listrik,air bersih,telepon,dll. Ketersediaan lahan alur saluran.

2. Kriteria Pengukuran Topografi Pengukuran topografi saluran adalah untuk mendapatkan situasi

memanjang dan melintang saluran serta situasi bangunan yang ada dan yang akan direncanakan. Sebagai referensi untuk pelaksanaan pengukuran topografi digunakan titik-titik tetap yang telah ada di kota yang bersangkutan. Metode pengukuran yang dilakukan meliputi : Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta. Pengukuran Water Pass (Levelling). Cross Section. Pemasangan Bench Mark (BM). Titik Referensi

3. Kriteria Hidrologi a) Curah Hujan Rencana Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi. Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Dalam analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas ini digunakan untuk mengestimasi debit rencana. Sesuai dengan konsep probabilitas yang dipakai, maka data curah hujan yang akan dikumpulkan adalah data curah hujan ekstrim. Sebagai penunjang selain data curah hujan maksimum juga dikumpulkan data-data hidrologi lainnya, yaitu : 1. Pengumpulan data iklim. Pengumpulan data iklim yang lain (terbaru) selama minimum 5 tahun berturut-turut dari stasiun iklim terdekat. 2. Data Curah Hujan Pengumpulan data curah hujan harian maximum selama minimum 10 tahun berturut-turut. Data curah hujan harian maximum selanjutnya akan dipakai sebagai dasar dalam penentuan debit banjir sungai untuk daerah yang bersangkutan. 3. Pengumpulan data informasi banjir Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat terjadinya) baik dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan bekas-bekas tanda-tanda banjir di pohon atau rumah atau wawancara dengan penduduk setempat. Serangkaian data hujan maksimum yang diperoleh selama periode minimal 10 tahun berturut-turut selanjutnya akan dianalisa sehingga akan diperoleh karakteristik curah hujan wilayah tersebut. Analisa-analisa tersebut meliputi : Analisa Data Hujan/Interpretasi Data Hujan Analisa Data Hujan/Interpretasi Data Hujan Data hasil rekaman yang diambil dari stasiun-stasiun hujan bersangkutan akan diinterpretasi dan

divalidasi agar data curah hujan maksimum yang telah diperoleh konsisten dan valid. Proses-proses interpretasi dan validasi data curah hujan meliputi : Menaksir data curah hujan yang hilang; Apabila terdapat data curah hujan yang tidak lengkap atau hilang maka dapat ditaksir dengan tiga cara pendekatan yang dapat ditempuh yaitu dengan rata-rata aljabar, ratio normal, dan kebalikan kwadrat jarak. Menghitung hujan rata-rata pada suatu daerah aliran (catchment area); tujuan dari menghitung hujan rata-rata adalah merubah hujan titik (point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional rainfall) sehingga data hujan yang semula didapat dari perhitungan rekaman stasiun hujan berupa data titik (point rainfall) dapat dikonversi menjadi hujan wilayah (regional rainfall) Untuk menghitung hujan wilayah ini dapat menggunakan tiga cara pendekatan yaitu ; menggunakan cara rata-rata aljabar, poligon thiessen, dan cara isohyet.

Uji konsistensi data hujan; Agar data hujan yang didapat konsisten atau tidak maka dapat diketahui dengan melaksanakan uji konsistensi data hujan dengan cara double mass curve, yaitu dengan cara akumulasi curah hujan wilayah.

Analisa Frekwensi Hujan Ekstrim Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik. Analisis frekuensi buukan untuk menentukan besarnya debit aliran sungai pada suatu saat, tetapi lebih tepat untuk memperkirakan apakah debit aliran sungai tersebut akan melampaui atau menyamai suatu harga tertentu misalnya untuk 10 tahun, 20 tahun dst yang akan datang. Dalam hidrologi, analisis tersebut dipakai untuk menentukan besarnya hujan dan debit banjir rancangan ( design flood) dengan kala ulang tertentu (Lily Montarcih Limantara, 2010). Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang (return period) adalah waktu hipotetik hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.

Dalam hal ini tidak terkandung pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut. Ada kemungkinan selama kurun waktu tersebut kejadiannya akan berbeda (Suripin, 2003). Dalam statistic dikenal beberapa jenis distribusi (agihan ) frekuensi. Yang banyak dikenal dalam hidrologi antara lain : (Lily Montarcih Limantara, 2010) 1. Distribusi Gumbel 2. Distribusi Normal 3. Distribusi Gamma berparameeter 4. Distribusi Log Gumbel 5. Distribusi Log Normal Distribusi Frekuensi Gumbel Metoda distribusi Gumbel banyak digunakan dalam analisis frekuensi hujan mempunyai rumus :

Dimana : X = Nilai ekstrim. = Nilai rata-rata. YT = Reduced variate, fungsi dari probabilitas.

[
Dimana :

)]

Yn = Reduced variate mean, rata-rata YT, merupakan fungsi dari pegamatan (tabelGumbel). Sn = Reduced variate standard deviation, koreksi dari penyimpangan (fungsi dari pengamatan). = Simpangan baku (standard deviasi) = Sd

( ( (
Syarat distribusi Gumbel:

) ) )

Koefisien kepencengan (skewness) : Cs = 1,14 Koefisien puncak (kurtosis) : Ck = 5,4

Rumus Cs dan Ck :
( )( ) ) ( ( )( ) )(

Distribusi Log Pearson Type III Langkah penggunaan distribusi Log Person III, yaitu sebagai berikut: Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X Hitung harga rata-rata Hitung harga simpangan baku ( ( ) )

Hitung koefisien kemencengan ( ( )( Dimana K adalah variabel standar untuk X yang besarnya tergantung ) )

Hitung nilai ekstrim

koefisien kepencengan Cs. Tabel ini memperlihatkan harga K untuk berbagai nilai kepencengan Cs (Lihat Lampiran 1) Distribusi Log Normal Distribusi log normal merupakan hal khusus dari Log Person III yaitu dengan koefisien kepencengan (skewness) : Cs = 0 Metode Haspers Rumus :

Qmaks = . . q . f
Dimana : = Run off coefficient = Reduction coefficient = pada daerah dan waktu yang sama

q = Intensitas hujan yang diperhitungkan (m3/km2/det) f = Luas daerah pengaliran (km2) Qmaks = Debit maksimum

b) Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jamjaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe. Pada perhitungan intensitas curah hujan diperlukan data curah hujan jangka pendek (5-60 menit), yang mana data curah hujan jangka pendek ini hanya didapat dari data pengamatan curah hujan otomatic dari kertas diagram yang terdapat pada peralatan pencatatan. Apabila data curah hujan yang tersedia hanya merupakan data pencatatan curah hujan rata-rata maksimum harian (R24) maka dapat digunakan rumus Bell. Pi = (0,21 Ln T 0,52) (0,54 t0,25 0,50) P60 (T) dimana : Pi = Presipitasi/intensitas curah hujan t menit dengan periode ulang T tahun. P60 (T) = Perkiraan curah hujan jangka waktu 60 menit dengan periode ulang T tahun. Analisa Intensitas Curah Hujan Untuk menentukan Debit Banjir Rencana (Design Flood), perlu didapatkan harga suatu Intensitas Curah Hujan terutama bila digunakan metoda rational.

Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi pada masa lampau. Untuk menghitung intensitas curah hujan, dapat digunakan beberapa macam metode sebagai berikut : Menurut Dr. Mononobe: Rumus ini digunakan apabila data curah hujan yang tersedia hanya curah hujan harian. Rumus :

(
Dimana : I t

= Intensitas curah hujan (mm/jam) = Lamanya curah hujan (jam

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Menurut Sherman: Rumus :

Dimana : I t = Intensitas curah hujan (mm/jam) = Lamanya curah hujan (menit) di daerah aliran. n = Banyaknya pasangan data i dan t Menurut Talbot: Rumus : ( Dimana : I t = Intensitas curah hujan (mm/jam) = Lamanya curah hujan (menit) di daerah aliran. n = Banyaknya pasangan data i dan t )

a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi

a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi

Menurut Ishiguro: Rumus : Dimana : I T = Intensitas curah hujan (mm/jam) = Lamanya curah hujan (menit) di daerah aliran n = Banyaknya pasangan data i dan t

a,b = Konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi

c) Debit Rencana
Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang mempunyai makna kemugkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 3 kali dalam 15 tahun, dst. Penetapan debit banjir maksimum periode 5 tahun ini berdasarkan pertimbangan: a. Resiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relatif kecil dibandingkan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah sungai b. Luas lahan diperkotaan relatif terbatas apabila ingin direncanakan saluran yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih besar dari 5 tahun. c. Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu sehingga mengakibatkan perubahan pada saluran drainase. Debit rencana dapat dihitung berdasarkan dua pendekatan, tergantung pada data yang tersedia. Dalam analisa debit yang terjadi pada drainase biasanya digunakan Metode Rasional. Metode ini digunakan untuk menduga seberapa besarnya runoff maksimum. Metode rasional ini didasarkan pada beberapa anggapan : Intensitas hujan yang terjadi adalah seluruh dan seragam (steady and uniform). Koefisien runoff besarnya akan selalu tetap untuk semua macam tipe hujan.

Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya (Metode Rasional). Untuk debit air limbah rumah tangga diestimasikan 25 liter perorang perhari. Adapun rumusan perhitungan debit rencana Metode Rasional adalah sebagai berikut: Q = 0,00278.C.Cs.I.A

Cs =
Dimana : Q = Debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/dtk). C = Koefisien run-off. Cs = Koefisien tampungan oleh cekungan terhadap debit rencana. I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam). A = Luas daerah pengaliran (km2). Tc = Waktu konsentrasi (jam). Td = waktu aliran air mengakir di dalam saluran dari hulu hingga ke tempat Pengukuran (jam). Dalam perencanaan saluaran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran, dan lain-lain. d) Koefisien Pengaliran ( C ) Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah ( surface run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang terjadi). Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien pengaliran mempunyai nilai antara, dan sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis dipergunakan nilai terbesar atau nilai maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga koefisien pengaliran ini adalah adanya infiltrasi dan tampungan hujan pada tanah sehingga mempengaruhi jumlah air hujan yang mengalir. Penerapan koefisien pengaliran ( C ) untuk metoda

rasional disesuaikan dengan rencana tata guna tanah rencana pengembangan kota. Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (C), adalah angka reduksi dari intensitas hujan yang besarnya di sesuaikan dengan kondisi permukaan, kemiringan atau kelandaian, jenis tanah,dan durasi hujan. Dapat dihitung dengan:

Dimana: C = koefisien pengaliran rata rata Ci = koefisien pengaliran pada masing-masing daerah A = luas daerah pengaliran e) Koefisien Penampungan Rumus :

Dimana: Cs = koefisien penampungan

tc = waktu konsentrasi td = waktu pengaliran dari titik pemasukan ke titik akhir yang ditinjau
Perancangan Bangunan Bangunan bangunan tersebut yaitu sebagai berikut: a. Inlet tegak b. Inlet datar c. Grill d. Manhole e. Gorong gorong f. Jembatan g. Bangunan terjun h. Ground Sill i. Pintu air

Perancangan Saluran Untuk merencanakan dimensi penampang pada saluran drainase digunakan pendekatan rumus rumus aliran seragam.

Dimana: V = kecepatan aliran (m/detik) N = angka kekasaran saluran R = jari jari hidrolis saluran (m) S = kemiringan dasar saluran Q = debit saluran (m3/det) A = luas penampang basah salran (m2) Penampangan saluran Trapesium

Angka kekasaran ditentukan berdasarkan jenis bahan yang dipergunakan Kemiringan dasar seluruh (S) ditentukan berdasarkan data topografi Luas penampang (A) = (b + mh) h Keliling basah (P) = b + 2hV1 + m2 Jari jari hidrolis (R) = A/P Tinggi air (H) = dapat dicari Lebar dasar saluran = 1.5 h Tinggi jagaan = 25% h

Tinggi saluran (H) = h + tinggi jagaan f) Waktu Konsentari ( Tc ) Menurut Wesli (2008; 35) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi:

Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran drainase. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir disepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir. Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut ini: a. b. c. d. Luas daerah pengaliran. Panjang saluran drainase. Kemiringan dasar saluran. Debit dan kecepatan aliran

g) Analisa Hidrolika Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup (closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran terbuka (open channels). Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang bebas (free surface) di mana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran tertutup (pipa flow) seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan yang bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi oleh tekanan udara luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan), daerah yang lalu lintas pejalan kakinya relatif padat, lahan yang dipakai untuk lapangan parkir. Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi: a. Saluran prismatik (prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya tetap. Contoh : saluran drainase, saluran irigasi. b. Saluran non prismatik (non prismatic channel), yaitu saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah-ubah. Contoh : sungai.

You might also like