You are on page 1of 47

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) bertanggung jawab merumuskan kebijakan dan program untuk mencapai derajat kesehatan penduduk Indonesia yang lebih baik. Hal ini tercantum dalam UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa pembangunan kesehatan merupakan upaya pemenuhan hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Secara lebih spesifik, UU no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Depkes menargetkan pada tahun 2014, prevalensi balita gizi kurang turun dari 18,4 % (tahun 2008) menjadi kurang dari 15% dan gizi buruk di Indonesia menjadi 3,5% , seperti yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Kegiatan prioritas mutlak dibutuhkan untuk mencapai target tersebut. Salah satunya adalah peningkatan kerjasama dan dukungan stakeholder dalam pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh balita. Perbaikan pola asuh meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, penerapan inisiasi menyusu dini serta pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi 6 bulan ke atas dan meneruskan ASI sampai usia 2 tahun .1 Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral utama untuk bayi yang telah mendapat makanan tambahan yang berupa beras. 2

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan hanya ada 8,3% bayi yang mendapat ASI dalam 30 menit setelah persalinan dan 4% bayi yang mendapat ASI dalam satu jam setelah persalinan. Survei tersebut juga menyatakan bahwa bayi yang memperoleh ASI eksklusif sampai 4-5 bulan sebanyak 14% dan hanya 7,8% bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan. Tahun 2007, survei yang sama menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif sampai 6 bulan meningkat menjadi 32,3%. Peningkatan ini ternyata masih berada jauh di bawah target cakupan ASI eksklusif di Indonesia, yaitu 80% .3 Program ASI Eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.450/MENKES/SK/VI/2004. Profil kesehatan kota Padang tahun 2011 menunjukkan cakupan ASI eksklusif di Kota Padang mencapai 75,26%.4 Di Lubuk Kilangan, berdasarkan survei PHBS tahun 2011, menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas tersebut hanya mencapai 55,1 % dari target 80%. Cakupan ASI eksklusif terendah terdapat di kelurahan Baringin, yakni sebesar 11% .5 Kendala yang dihadapi dalam praktek ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu, kurangnya dukungan dari lingkungan dan praktisi kesehatan, pemberian makanan dan minuman terlalu dini, serta maraknya promosi susu formula untuk bayi (The American Academy of Pediatrics 2005). Ditambahkan oleh hasil penelitian Ergenekon-Ozelci et al. (2006) bahwa kepercayaan tradisional, tingkat pendidikan ibu dan sikap ibu terhadap ASI

yang rendah, serta perbedaan wilayah tempat tinggal menjadi kendala yang berpengaruh terhadap keberlangsungan pemberian ASI .3 Berdasarkan persentase cakupan ASI eksklusif yang masih rendah di kelurahan Baringin dan kendala yang dihadapi, penulis tertarik untuk membuat suatu plan of action (POA) sebagai perencanaan kegiatan guna mengatasi permasalahan ini.

1.2 Perumusan Masalah 1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan? 2. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan ?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Melakukan identifikasi masalah pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan 2. Menemukan penyebab utama rendahnya pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan 3. Membuat alternatif pemecahan masalah agar pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dapat terlaksana dengan baik.

1.4 Manfaat Penulisan 1. Teridentifikasinya masalah Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

2.

Ditemukannya penyebab tidak terlaksananya pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

3.

Diperolenhya alternatif pemecahan masalah agar pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dapat terlaksana dengan baik

4.

Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisis dan memberikan solusi pada permasalahan yang di hadapi Puskesmas.

BAB II ANALISIS SITUASI

2.1. Sejarah Puskesmas Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2 dimana saat itu Pimpinan Pusksmas yang pertama adalah dr. Meiti Frida dan pada tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin. Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak 15 kali. Pada Tahun 1997 telah dilakukan renovasi Puskesmas secara maksimal, karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya. Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB, Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus Pelayanan Lansia. Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Pelayanan Dasar yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP) juga ada

Program Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia). 2.2. Kondisi Geografis Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7 kelurahan dengan luas: 1. Kelurahan Batu Gadang 2. Kelurahan Indarung 3. Kelurahan Padang Besi 4. Kelurahan Bandar Buat 5. Kelurahan Koto Lalang 6. Kelurahan Baringin 7. Kelurahan Tarantang : 19.29 Km2 : 52.1 Km2 : 4.91 Km2 : 2.87 Km2 : 3.32 Km2 : 1.65 Km2 : 1.85 Km2

Gambar.1 Peta Kecamatan Lubuk Kilangan Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilamgan 2011 Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok 3. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung

2.3. Kondisi Demografi Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50032 Jiwa yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut: 1. Kelurahan Bandar Buat 2. Kelurahan Padang Besi 3. Kelurahan Indarung 4. Kelurahan Koto Lalang 5. Kelurahan Batu Gadang 6. Kelurahan Baringin 7. Kelurahan Tarantang : 14.359 jiwa dan 2.743 KK : 6.797 jiwa dan 1.610 KK : 11.069 jiwa dan 2.632 KK : 6.563 jiwa dan 1.550 KK : 6.480 jiwa dan 1.489 KK : 2.277 jiwa dan 244 KK : 2.460 jiwa dan 439 KK

Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut: 1. Kelurahan Batu Gadang 2. Kelurahan Indarung 3. Kelurahan Padang Besi 4. Kelurahan Bandar Buat 5. Kelurahan Koto Lalang : 5 RW/ 21 RT : 12 RW/ 44 RT : 4 RW/ 20RT : 11 RW/ 43 RT : 8 RW/ 31 RT

6. Kelurahan Baringin 7. Kelurahan Tarantang 2.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas 1. Sarana Pendidikan

: 2 RW/ 5 RT : 2 RW/ 7 RT

Tabel 1: Saranan Pendidikan di wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan


No 1 2 3 4 5 6 7 Kelurahan Bandar Buat Padang Besi Indarung Koto Lalang Batu Gadang Baringin Tarantang Jumlah 9 2 1 3 1 1 0 14 TK 6 4 6 3 2 1 1 23 SD 3 0 1 0 0 0 0 4 SMP 0 0 2 0 1 0 0 3 SMA

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2011

2. Sarana Kesehatan Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu Pustu Indarung - Pustu Batu Gadang - Pustu Baringin Rumah Sakit PT Semen Padang Mobil Puskesmas Keliling Motor Dinas Komputer Mesin Tik Laptop LCD/Infocus : 1 Unit : 1 Unit : 4 Unit : 2 Unit : 2 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 1 Unit : 3 Unit

3. Prasarana Kesehatan Posyandu Balita Posyandu Lansia Kader Kesehatan Praktek Dokter Swasta Praktek Bidan Swasta Pos UKK Pengobatan Tradisional Toga : 43 Buah : 14 Buah : 164 Orang : 5 orang : 21 orang : 3 Pos : 38 Buah : 27 Buah

2.5. Ketenagaan Puskesmas 1. Dokter Umum 2. Dokter Gigi 3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 4. Sarjana Keperawatan 5. Akper 6. SPK 7. Akbid 8. Bidan (D I) 9. Asisten Apoteker 10. AKL 11. AAK 12. Perawat Gigi 13. Pekarya Kesehatan 14. Rekam Medis 15. SMA : 4 Orang : 2 Orang : 1 Orang : 1 Orang : 4 Orang : 8 Orang : 12 Orang : 13 Orang : 3 Orang : 2 Orang : 1 Orang : 2 Orang : 3 Orang : 1 Orang : 2 Orang

2.6

Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

1. Kondisi Sosial dan Budaya Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah : a. Islam : 43.451 Jiwa

b. Katolik : 39 Jiwa c. Kristen : 41 Jiwa

2. Kondisi Ekonomi Mata Pencaharian Penduduk: a. Pegawai Negeri b. Swasta c. Buruh d. Tani

2.6. Struktur Organisasi Puskesmas Skema 1: Struktur Organisasi Puskesmas Lubuk Kilangan
PIMPINAN PUSKESMAS Dr. Reni Angraini . CAMAT CAMAT PERENCANAAN Drg. Euis Yoyo, Drg. Afridawati, Dr. Dezilia Arzie KEUANGAN Hj. Afridawarni, Amd,Kep. Mayriza, Amd,Kep. UMUM DAN KEPEGAWAIAN Desmiavita D. Nofrizal Bahar, AmKL

TATA USAHA Yessi Gusminarti, SKM

SP2TP
Marry Denita Wati,Amd.Keb

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN PERORANGAN Dr. Dezilia Arzie Pj. BP : Helfi Husna, S.Kep Pj. KIA Ibu Pj. KIA Anak Pj. BP Gigi Pj. Apotik : Rima Yudha Ningsih,Amd.Keb :Nilda Syafyani, Amd.Keb :Drg. Afridawati :Titin Haryani

1. 2. 3. 4. 1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Drg. Euis Yoyo Pj. Promkes :Frisna Devi, SKM Pj. Kesehatan Lingkungan :Ernawati,AmKl Pj. Gizi P2M : Renita, SKM : Elia Nova, Amd.Keb : Widia Hariati, Amd.Keb : Yuarleng Yusmaita : Marini MS, Amd.Kep : Adsemar Tati Budi : Marina Yulia Ningsih, Amd.Kep : Marry Denita Wati, Amd.Keb : Marry Denita Wati, Amd.Keb : Marry Denita Wati, Amd.Keb : Trisnawati

Pj. Gudang Obat : Widani Yulesphina Pj. Laboratorium : Esi Susanti,AmAk Pj. MR Pj. KB Pj. P3K/IGD :Yusmawarni : Sefnita, Amd.Keb : Marini MS, Amd.Kep 10.

Pj. Imunisasi Pj. DBD Pj. TB/Kusta Pj. Rabies Pj. Malaria Pj. Diare Pj. Surveilans Pj. Campak Pj. Filariasis Pj. ISPA

Pj. Kesehatan Jiwa : Helfi Husna, S.Kep Pj. Kesehatan Mata : Trisnawati

INOVATIF 1. Pj. Kesehatan Olah Raga : Marini MS, Amd.Kep 2. Pj. UKS : Damsiar, Amd.Keb 3. Pj. Lansia : Yusnidar, Amd.Keb

16. 17. PUSTU INDARUNG Pj. Kesehatan Mata :Yumasnita Febri Mortianis PUSTU BATU GADANG Eka Diliana Lubis PUSTU BARINGIN Hj. Erliza HB

2.8 Sasaran Puskesmas Jumlah penduduk Bayi (0-11 Bulan) Bayi (6-11 Bulan) Batita (24-60 Bulan) Baduta (0-60 Bulan) Ibu Hamil (Bumil) Ibu Nifas (Bufas) Ibu Bersalin Ibu meneteki (Buteki) Lansia WUS : 50.032 Jiwa : 1024 : 614 : 2080 : 2048 : 1146 : 1091 : 1091 : 2048 : 4853 : 14.129

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. 6 Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat.7 ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. 3.2 Manfaat ASI dan Menyusui ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:8 ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,

mudah dicerna dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di

dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk: Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

Memudahkan magnesium.

penyerahan

berbagai

jenis

mineral,

seperti

calsium,

ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-

6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada

bayi. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
6

Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan kepada

bayinya. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat,

bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan

pengembalian keukuran sebelum hamil Mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan

sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:

1. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bergizi bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. 2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:

Reflek Prolaktin Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap

payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjarkelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection) Refleks ini membantu melancarkan keluarnya ASI. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut: rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa, dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex. 3. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak

langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. 4. Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. 3.4 Volume Produksi ASI Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 46 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
9 8

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
9

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi
10

sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.10 Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan marasmus pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.

3.5 Komposisi ASI Soetjiningsih (1997) menyatakan bahwa komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diet ibu. ASI menurut stadium laktasi, yaitu: 1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang disekresi dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum berupa cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan. Kolostrum ini merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk makanan yang akan datang. Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ASI matur dengan protein utamanya adalah globulin (gamma globulin). Kolostrum mengandung lebih banyak antibodi dibandingkan ASI matur sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, kadar karbohidrat lemaknya rendah tetapi kadar mineral terutama natrium, kalium dan kloridanya lebih tinggi. Total energi rendah, yaitu hanya 58 Kal/100 ml kolostrum. Bila dipanaskan, kolostrum akan menggumpal. Volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam. 2. ASI transisi / peralihan ASI peralihan merupakan peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur . ASI transisi ini disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein dalam ASI transisi semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meninggi. Volume ASI transisi akan semakin meningkat. 3. ASI matur ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dimana komposisinya relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi relatif konstan baru mulai minggu ketiga sampai kelima). Pada ibu

yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. ASI matur ini tidak akan menggumpal jika dipanaskan dan terdapat beberapa antimikrobial, antara lain: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit granulosit, makrofag dan limfosit T), enzim, protein (laktoferin, B12 binding protein), faktor resisten terhadap stafilokokus, komplemen, interferron producting cell, dan hormon-hormon. Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut: 11 Tabel 2: Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml

Sumber: Manajemen Laktasi, Depkes RI

Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein wheynya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut Hand milk, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.
10

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak. 3.6 Manajemen Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
11

Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut pada masa Kehamilan
11 (antenatal) :

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, di samping bahaya pemberian susu botol.

Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi. ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama. Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut:12 Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi dini) o Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini, ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menysusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak. Berikan Kolostrum Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi ASI yang cukup. Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal. Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.

3.7 Upaya Peningkatan Pemberian ASI 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui 14 :

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui. 2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan ketrampilan. 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan penyuluhan: manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara. 4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar. 5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di ruang perawatan. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tangung jawab bersama antara dokter, bidan, perawat dan ibu. 8. Memberikan ASI kepada bayi tanpa dijadwal. 9. Tidak memberikan dot atau kempeng. 10.Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak berusia 2 tahun, dan demonstrasi perawatan bayi, payudara, dan lain-lain. 3.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Memberikan ASI 1. Tingkat Pendidikan Ibu Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang atau keluarga dalam masyarakat. Inti dari kegiatan

pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan mudah menerima hal hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru. Makin tinggi tingkat pendidikan ibu akan lebih mudah menerima, mempunyai sikap dan berperilaku sesuai dengan apa yang dianjurkan. Demikian pula sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan akan lebih sulit menerima dan menyerap informasi yang didapat. Tingkat pendidikan formal ibu akan mempengaruhi sikap dan tindakan ibu dalam pemeliharaan anak. Ibu dengan pendidikan rendah biasanya berpengalaman sedikit dan tidak tahu menahu tentang pemeliharaan anak yang baik dalam hal ini termasuk juga pemberian ASI eksklusif. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan tinggi. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Pada penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibuibu yang lama pendidikannya 5 tahun adalah 50% lebih rendah daripada ibu ibu yang buta huruf. Demikian juga di Indonesia bahwa pemberian makanan padat yang terlalu dini, sebagian besar dilakukan oleh ibu-ibu yang berpendidikan rendah , agaknya faktor ketidaktahuanlah yang menyebabkannya .12 Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat lebih tepat dilaksanakan edukasi (pendidikan kesehatan). Pendidikan kesehatan adalah

suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku terdapat kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, agar intervensi atau upaya efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut.15 Seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang rendah belum tentu tidak mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandigkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya. Perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh.

2. Pengetahuan Ibu Ibu berperan penting dalam menyusui. Oleh karena itu, seorang ibu seharusnya benar-benar mengerti kegunaan ASI bagi anaknya, dimana memburuknya gizi anak dapat saja terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Di negara-negara maju, ketidakmampuan menyusui erat kaitannya dengan situasi ibu-ibu yang kurang atau tidak mendapat informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan menyusui atau sama sekali tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang mekanisme laktasi, kurang percaya diri akan kemampuan menyusui. Namun demikian, pengetahuan tentang cara menyusui yang baik dan benar dikalangan ibu menyusui masih rendah. Sebagian ibu menganggap bahwa menyusui merupakan fungsi kodrati dan tidak perlu dipelajari, sehingga bila ASI tidak keluar

maka proses menyusui pun akan dihentikan, meskipun kebutuhan gizi bayi masih sangat bergantung pada ASI.12 3. Dukungan Keluarga Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sedangkan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan. Tipe-tipe keluarga antara lain: (1) keluarga inti atau konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua ayah pemberi nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun anak adopsi, (2) keluarga orientasi atau keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan darah seperti kakek/nenek, bibi, paman dan sepupu. Fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyusuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan isntrumental dan dukungan emosional. Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah keluarga diseminator atau penyebar informasi tentang semua informasi yang ada dalam kehidupan. Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan masalah menyusui dari tenaga kesehatan, dan melakukan konsultasi, serta mencari informasi dari media cetak maupun sumber lain yang mendukung. Dukungan penilaian adalah jenis dukungan dimana keluarga bertindak sebagai pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota dalam keluarga. Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah sumber petolongan praktis dan kongkrit untuk

menyelesaikan masalah, dan dukungan emosional adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah tempat pemulihan yang aman dan damai untuk beristirahat dan membantu secara psikologis untuk menstabilkan emosi dan mengendalikan diri. Salah satu bentuknya adalah melalui pemberian motivasi dan sebagai fasilitator serta mendengarkan seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga atau ibu terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi seperti pinjaman uang, bantuan fisik berupa alat-alat atau lainnya yang mendukung dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi ketegangan kehadiran keluarga sangat penting untuk mendorong ibu dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan motivasi yang besar terhadap ibu yang menyusui.

Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu. Suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya 16. 4. Dukungan Petugas Kesehatan Agar dapat menyusui dengan baik, ibu memerlukan dukungan yang efektif selama hamil dan selanjutnya setelah melahirkan, yang tidak saja berasal dari keluarga, tapi juga berasal dari seluruh sistem pelayanan kesehatan yang dalam hal ini adalah petugas kesehatan. Sebaiknya semua petugas kesehatan yang memberi pelayanan pada ibu hamil dan ibu melahirkan mewajibkan ibu untuk menigkatkan pemberian ASI dan dapat memberikan penyuluhan yang benar dengan memperagakan pengetahuan praktis dalam penatalaksanaan menyusui. Perlu diketahui, dukungan dari petugas sering mempengaruhi ibu dalam hal laktasi. Sering terjadi bahwa ibu merasa ASI yang diberikannya tidak mencukupi kebutuhan bayinya, sehingga ibu meminta nasihat pada orang lain, baik anggota keluarga, teman, atau bahkan dokter. Maka dalam hal ini nasihat yang diberikan pada ibu tersebut mempunyai makna yang sangat penting. Kadangkala dokter memberikan nasihat yang tidak tepat, misalnya dengan membatasi frekuensi pemberian ASI dengan maksud agar tidak melelahkan ibu, membatasi lamanya tiap kali pemberian ASI hanya 10 menit saja, dengan tujuan untuk menghindari erosi pada puting, dan menganjurkan pada ibu untuk menimbang berat bayinya untuk mengetahui banyaknya ASI yang diberikan pada bayinya. Hal-hal seperti ini justru menambah kecemasan ibu dan membatasi keleluasaan ibu dalam menyususi yang berakibat penekanan reflek let down.

Dukungan dari masyarakat dan keluarga serta tenaga medis terhadap ibu yang menyusui dengan nasihat-nasihat yang tepat dan tidak saling bertentangan akan membantu mencegah penghentian laktasi terlalu dini.12,13 5. Status Pekerjaan Dilema yang sering muncul akhir-akhir ini berhubungan dengan pemberian ASI pada ibu yang banyak bekerja di luar rumah, sehingga harus meninggalkan bayi dalam jangka waktu tertentu. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh makin banyaknya ibu yang terpaksa bekerja selama sehari penuh untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Pada dasarnya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah mempunyai kesempatan memberi ASI (frekuensi menyusui) lebih sedikit dari ibu-ibu yang tidak bekerja. Di Jawa, penelitian khusus mengenai menyusui dan pekerjaan di pedesaan oleh Rens (1980) menyimpulkan bahwa efek praktik menyusui bergantung pada tipe pekerjaannya. Bekerja di rumah meningkatkan frekuensi menyusui selama siang dan malam hari, dan bekerja di luar rumah berhubungan negatif dengan pemberian ASI dan makanan tambahan. Penelitian memperhatikan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai kemungkinan 3,26 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari pada ibu yng bekerja.13

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 IDENTIFIKASI MASALAH Proses identifikasi masalah melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program di puskesmas dan ibu menyusui di Kelurahan Lubuk Kilangan serta menganalisis laporan tahunan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan mulai tanggal 26 Maret-5 April 2012. Beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah: 1. Masih rendahnya D/S Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 serta diskusi dengan pimpinan Puskesmas, pencapaian D/S masih dibawah target yaitu 48,37 % dari target yang ditetapkan 65 %. Berikut data D/S di setiap kelurahan yang ada pada puskesmas Lubuk Kilangan:

GRAFIK 1 PENCAPAIAN D/S TAHUN 2011


60
52,76

52,3

50 40 30

49,75

49,43

47,13

45,85 41,37

48,37

20
10

Grafik 1.Pencapaian D/S tahun 2011 Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011

2. Belum tercapainya target K4 Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 serta diskusi dengan pimpinan puskesmas, jumlah kunjungan ibu hamil K4 belum mencapai target yaitu 91,2 % dari target yang ditetapkan 94 %.
100

90
80 70

94 %

60
50

100,6

94,4

92,5

91,9

91,5

90,3

91,2

40
30 20

81,6

10
0
PADAN G BESI % KOMULATIF 100,6 BARING IN 94,4 TARAN TANG 92,5 KOTO LALAN G 91,9 BANDA R BUAT 91,5 INDAR UNG 90,3 BATU GADAN G 81,6 PUSKES MAS 91,2

Grafik 2. Pencapaian K4 Januari-Desember 2011 Puskesmas Lubuk Kilangan Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 3. Belum tercapainya target KN3 Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 serta diskusi dengan pimpinan puskesmas, jumlah kunjungan ibu hamil KN3 belum

mencapai

target

yaitu

86,7

dari

target

yang

ditetapkan

88

%.

100
90 80 70 60 50 40

88 %

30
20 10

0
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL BANDAR BUAT 51 37 86 PADANG BESI 58 34 92 INDARUN G 58 56,3 89 KOTO LALANG 47,3 44,2 89,4 BATU GADANG 53,8 33,3 77,9 BARINGI N 57 34,3 82 TARANT ANG 48,7 51,3 84,8 PUSKES MAS 53,7 36,5 86,7

Grafik 3. Pencapaian KN3 Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011

4. Rendahnya angka penjaringan suspek TB Paru Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 serta diskusi dengan pimpinan puskesmas, ditemukan kasus TBC dengan jumlah 45 orang yang berasal dari TBC BTA (+), BTA (-), TB Ekstra paru dan TBC Anak. Tabel 3 Penemuan Penderita TBC
TBC BTA + NO 1. 2. 3. 4. TRIWULAN BARU I II III IV 10 5 9 7 KAMBUH 2 0 0 1 ro ( + ) 0 1 1 4 BTA ( - ) EKSTRA PARU 2 0 0 1 TBC ANAK 0 0 1 1 TOTAL

14 6 11 14

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011

5. Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif

Berdasarkan data laporan tahunan pada tahun 2011, didapatkan masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi yang berumur 0-6 bulan. Dari tujuh kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, Kelurahan Baringin merupakan kelurahan dengan angka pemberian Asi eksklusif terendah Tabel 4 Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2011 No Kelurahan Persentase pencapaian (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bandar Buat Padang Besi Indarung Koto Lalang Batu Gadang Baringin Tarantang 63 66,1 72,1 43 64,5 11,9 65,2 55,1

Puskesmas

4.2 Penentuan Prioritas Masalah Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang kami gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.

Tabel 5 Teknik Scoring Nilai Urgensi Intervensi Biaya Kemungkinan Meningkatkan Mutu 1 2 3 4 5 Tidak penting Kurang penting Cukup penting Penting Sangat penting Tidak mudah Kurang mudah Cukup mudah Mudah Sangat mudah Sangat mahal Mahal Cukup murah Murah Sangat murah Sangat rendah Rendah Cukup sedang Tinggi Sangat tinggi

Tabel 6 Prioritas Masalah


Kriteria Belum tercapainya 4 target D/S Belum tercapainya 4 target K4 Belum tercapainya 4 target KN3 Rendahnya angka 4 penjaringan suspek TB Rendahnya angka pemberian ASI Eksklusif 4 4 4 4 16 I 2 2 4 12 IV 2 2 3 11 V 4 4 3 15 II 3 3 4 14 III Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rank

Masalah yang menjadi prioritas utama adalah rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, kami mengambil prioritas utama untuk Plan Of Action yaitu rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terutama Kelurahan Baringin. Penulis menganggap perlu untuk meningkatkan upaya pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Baringin wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan karena perbedaan antara target dan pencapaiannya terdapat kesenjangan yang cukup besar yaitu 11,9 % dari target pencapaian yang seharusnya yaitu 100 % pada ibu menyusui.

4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah Pada tahap awal dilakukan wawancara dengan Kepala Puskesmas dan pemegang program Gizi dan KIA mengenai rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di Kelurahan Baringin, Kecamatan Lubuk Kilangan. Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayi yang berumur 0-6 bulan, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 15 orang ibu menyusui. Dengan hasil sebagai berikut: 1. Manusia a. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif

Tingkat Pengetahuan Ibu

40.00% 60.00%

Baik Kurang

Diagram 4. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif

Dari 15 orang yang mengisi kuesioner didapatkan persentase pengetahun ibu tentang ASI Eksklusif adalah: 40 % memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Ekslusif. 60 % memiliki pengetahuan yang kurang tentang ASI Ekslusif

b. Belum semua kader mendapatkan pelatihan mengenai ASI eksklusif. Dari kuesioner yang dibagikan kepada para kader, di antara 8 orang kader yang ada di kelurahan Baringin, 3 orang kader belum mendapatkan pelatihan mengenai ASI eksklusif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan kepada para kader.

c. Kurangnya dukungan dari keluarga kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, didapatkan bahwa dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif masih cukup rendah. Ini disebabkan masih kuranganya pengetahuan warga tentang manfaat ASI Eksklusif. Berikut diagram mengenai dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Dukungan Keluarga
54.00% 52.00% 50.00% 48.00% 46.00% 44.00% 42.00%

53.33%

46.67%

Mendukung
Tidak Mendukung

Diagram 6. Data Dukungan Keluarga

Dari 15 orang yang mengisi kuesioner didapatkan persentase dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif adalah: - 46,67 % mendapatkan dukungan dari keluarga. - 53,33 % tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.

d. Masih adanya bidan praktek swasta yang memberikan susu formula kepada bayi baru lahir Berdasarkan survey yang telah dilakukan, ditemukan bahwa masih ada beberapa bidan praktek swasta yang memberikan susu formula kepada bayi baru lahir. Dari 11 orang yang melahirkan di bidan, didapatkan bahwa 7 di antaranya dberikan susu formula oleh bidan. 2. Material Masih minimnya jumlah media promosi. Dari delapan orang kader di kelurahan Baringin diketahui bahwa tidak ada kader yang melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan menggunakan media promosi seperti poster ataupun brosur. Hal ini terjadi selain karena tidak adanya anggaran dana untuk kegiatan penyuluhan oleh kader di posyandu, juga tidak adanya pengetahuan mengenai pemanfaatan media promosi pada saat penyuluhan.

3.

Metode Metode penyuluhan yang kurang menarik. Dari kuesioner yang dibagikan kepada ibu-ibu menyusui di kelurahan Baringin tentang

penilaian terhadap kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan selama ini, didapatkan bahwa tidak seorangpun yang menyatakan menarik. Bahkan didapatkan bahwa 73,33 % ibu tidak mendapatkan penyuluhan mengenai ASI eksklusif. Sisanya 26,66 % menyatakan tidak menarik.

80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%

Metode Penyuluhan
73.33%

Menarik
26.67% 0.00%

Tidak Menarik Tidak Pernah

MANUSIA

Kurangnya eksklusif.

pengetahuan

ibu

mengenai

ASI

Belum

semua

kader

mendapatkan

pelatihan

mengenai ASI eksklusif.

Kurangnya dukungan dari keluarga kepada ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA

Masih adanya bidan praktek swasta yang memberikan susu formula kepada bayi baru lahir

Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di kelurahan baringin

MATERIAL Masih minimnya jumlah media promosi.

METODE

Metode menarik

penyuluhan

yang

kurang

BAB V RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

5.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan rapat internal pemegang program promkes dengan pimpinan puskesmas untuk mengevaluasi seluruh faktor penyebab masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan. Upaya untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif ini akan diarahkan kepada:
1. Penyuluhan ASI eksklusif kepada ibu hamil dan menyusui 2. Pelatihan mengenai ASI eksklusif bagi kader 3. Mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh pimpinan puskesmas dan bidan praktek swasta tentang penggunaan susu formula pada bayi baru lahir 4. Penyediaan media promosi seperti leaflet dan brosur tentang asi eksklusif 5. Pengadaan penyuluhan dengan cara yang lebih menarik, seperti menggunakan media audiovisual dan alat peraga. 6. Pemberikan edukasi kepada keluarga ibu menyusui yang memiliki bayi berusia di bawah enam bulan.

5.2 Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan difokuskan pada 5 poin di atas :


1. Penyuluhan ASI eksklusif kepada ibu hamil dan menyusui Penyuluhan dilakukan satu kali tiga bulan oleh kader di posyandu. Di kelurahan Baringin terdapat 2 posyandu, masing-masing posyandu memiliki 4 orang kader. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui mengenai ASI eksklusif. 2. Pelatihan mengenai ASI eksklusif bagi kader Pelatihan kader ini dilakukan sebanyak 1 kali dalam setahun di puskesmas pembantu. Masing-masing posyandu mengirimkan semua kadernya. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader mengenai ASI eksklusif. Selain itu kader diharapkan mampu melakukan penyuluhan secara menarik untuk para ibu hamil dan menyusui di wilayah kerjanya.

Kader yang sudah mengikuti pelatihan selanjutnya akan membagikan informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan kepada ibu hamil dan menyusui. Para kader juga diminta lebih aktif dalam mensosialisasikan ASI Eksklusif. Jika jumlah ibu hamil dan menyusui yang datang ke posyandu tidak sesuai target, maka kader harus melakukan kunjungan rumah. Dengan demikian diharapkan semakin banyak jumlah ibu hamil dan menyusui yang memperoleh pengetahuan mengenai ASI Eksklusif.

Tabel 5.1. Materi Penyuluhan ASI Eksklusif

No. Materi 1. Pengertian ASI eksklusif


Komposisi ASI Manfaat ASI bagi bayi dan ibu Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Kapan waktu yang tepat memberikan MP-ASI Dampak yang timbul jika bayi terlalu dini diberi MP-ASI Perawatan payudara Cara menyusui yang benar Cara memerah ASI jika ibu bekerja atau kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menyusui Cara penyimpanan ASI Cara memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil dan menyusui,

Waktu 60 menit

Pemateri Pemegang Program Gizi

2.

90 menit

Pemegang program KIA & promkes

3. Mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh pimpinan puskesmas, dan bidan praktek swasta tentang penggunaan susu formula pada bayi baru lahir Pertemuan ini diadakan di puskesmas Lubuk Kilangan pada awal bulan Mei 2012. Semua bidan praktek swasta yang berada di Kelurahan Baringin dikumpulkan di puskesmas untuk membahas mengenai masalah pemberian susu formula pada bayi baru lahir, yang akan dipimpin oleh pimpinan puskesmas sendiri. Tujuan diadakannya pertemuan ini adalah agar semua bidan praktek swasta berkomitmen untuk turut menjadi konselor ASI terhadap ibu hamil yang melakukan ANC atau ibu yang bersalin di tempat prakteknya.

4. Penyediaan media promosi seperti leaflet dan brosur tentang ASI eksklusif Pada program ini akan bekerjasama dengan mahasiswa praktek untuk menyediakan media promosi seperti leaflet dan brosur tentang ASI eksklusif. Program ini dilaksanakan satu kali tiga bulan. Diharapkan dengan adanya media promosi ini akan dapat meningkatkan daya tarik penyuluhan sehingga ibu-ibu lebih mudah memahami isi penyuluhan dan dapat mengamalkannya. 5. Pengadaan penyuluhan dengan cara yang lebih menarik, seperti menggunakan media audiovisual dan alat peraga Media audiovisual seperti LCD dan laptop disediakan oleh puskesmas untuk kader posyandu setiap akan dilakukan penyuluhan, sedangkan alat peraga seperti boneka disediakan oleh kader. Cara penggunaan media ini telah diajarkan sebelumnya kepada kader sewaktu pelatihan. Diharapkan dengan media ini penyuluhan dapat disajikan dalam bentuk video, sehingga ibu-ibu lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan di posyandu dan mudah memahami isi penyuluhan. 6. Memberikan edukasi kepada keluarga ibu menyusui yang memiliki bayi berusia di bawah enam bulan. Kegiatan ini dilakukan oleh kader di kelurahan baringin. Dari data yang didapatkan, terdapat lima belas orang ibu yang memiliki anak usia di bawah enam bulan. Jumlah kader yang aktif di kelurahan Baringin adalah delapan orang. Dalam pelaksanaannya, seorang kader bertanggung jawab memberikan edukasi terhadap satu atau dua keluarga ibu menyusui tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam enam bulan dengan cara kader mengunjungi rumah keluarga tersebut. Syarat pelaksanaan kegiatan ini adalah terdapatnya anggota keluarga yang berpengaruh terhadap perilaku ibu, seperti suami, orang tua, ataupun saudara. Dengan jalannya kegiatan ini diharapkan meningkatnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif.

5.3

Tahap Monitoring dan Evaluasi Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan jalannya kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan dan kendala yang dihadapi. Tabel Monitoring dan evaluasi program ASI eksklusif di Kelurahan Baringin Puskesmas Lubuk Kilangan NO Program Monitoring Evaluasi

1.

Penyuluhan ASI eksklusif kepada Membagikan kuesioner ibu hamil dan menyusui pada pertemuan penyuluhan berikutnya

Pelaporan oleh kader kepada penanggung jawab kegiatan tentang jalannya kegiatan dan hasil kuesioner setelah kegiatan

2.

3.

Pelatihan mengenai ASI eksklusif Membagikan kuesioner Pelaporan petugas mengenai pengetahuan promkes pada saat bagi kader kader setelah pelatihan lokakarya mini bulan berikutnya Pelaporan oleh petugas Mengadakan pertemuan yang Membagikan kuesioner di Posyandu kepada ibu- KIA yang turun ke dihadiri oleh pimpinan ibu yang baru Posyandu kepada melahirkan pimpinan puskesmas puskesmas, dan bidan praktek swasta tentang penggunaan susu formula pada bayi baru lahir

4.

Penyediaan

promosi Pemantauan rutin terhadap persiapan seperti leaflet dan brosur tentang penyuluhan dan pelaporan kegiatan asi eksklusif Pengadaan penyuluhan dengan Pemantauan rutin terhadap jalannya cara yang lebih menarik, seperti penyuluhan dan menggunakan media audiovisual pelaporan kegiatan dan alat peraga

media

Pelaporan petugas promkes pada saat lokakarya mini bulanan

5.

Pelaporan petugas promkes pada saat lokakarya mini bulanan

6.

Memberikan

kepada Membagikan kuesioner kepada anggota keluarga keluarga ibu menyusui yang tentang pengetahuan, memiliki bayi berusia di bawah sikap, dan tindakan setelah kegiatan enam bulan dilaksanakan

edukasi

Pelaporan kader kepada penanggung jawab kegiatan tentang jalannya kegiatan dan hasil kuesioner

tabel indikator keberhasilan program


No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber dana Penanggung Jawab

Penyuluhan ASI Semua ibu hamil dan eksklusif kepada menyusui di ibu hamil dan kelurahan Baringin

Pemegang program KIA

menyusui

mengerti tentang ASI eksklusif dan mau menjalankannya Meningkatnya pengetahuan kader tentang ASI eksklusif dan kader mampu menjadi konselor ASI untuk bumil dan buteki di wilayahnya Terbentuknya komitmen Bidan Praktek Swasta untuk menggalakkan program pemberian ASI eksklusif kepada ibu-ibu yang melahirkan di tempat praktek masingmasing BOK Program promkes

Pelatihan mengenai ASI eksklusif bagi kader

Mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh pimpinan puskesmas, dan bidan praktek swasta tentang penggunaan susu formula pada bayi baru lahir

BOK

Pimpinan Puskesmas

Penyediaan media seperti dan tentang eksklusif promosi leaflet brosur ASI

Tersedianya media promosi sebagai media untuk menyebarluaskan informasi seputar ASI eksklusif kepada masyarakat.

Mahasiswa

Promkes

Pengadaan penyuluhan dengan cara yang lebih menarik, seperti menggunakan media

Terselenggaranya penyuluhan dengan adanya pemanfaatan media audiovisual ataupun alat peraga.

Promkes

audiovisual dan alat peraga 6. Memberikan Meningkatnya dukungan keluarga edukasi kepada kepada ibu untuk keluarga ibu pemberian ASI menyusui yang eksklusif memiliki bayi Program KIA

berusia di bawah enam bulan

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/60.I/2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/33099757/Kmk-No-160-TtgRenstra-2010-2014 2. Depkes RI. Pedoman Pemberian MP-ASI. Jakarta. 1992 3. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif, serta Status Gizi Bayi Usia 4-12 bulan di Pedesaan dan Perkotaan.Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11410/BAB%20I%20Pendahuluan%20I09ara. pdf?sequence=5v tanggal 3April 2012

4. Profil Kesehatan Kota Padang Taun 2011. Diakses dari http://dinkeskotapadang1.wordpress.com/profil-kesehatan/profil-tahun-2011-edisi-2012-2/tabelprofil-2011/ tanggal 3 April 2012 5. Laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2011 6.Puspita Theresia, Bahan Kuliah Gizi Dalam Daur Kehidupan. Akzi. Banda Aceh. 1995 7. Depkes RI, Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Ekslusif. Jakarta. 1997 8. Moehji Sjahmien. Ilmu Gizi. Bhratara.Jakarta. 1992 9. Winarno F.G. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Sinar Harapan, Jakarta. 1990 10. Mochtadi Deday. Gizi untuk Bayi. Sinar Harapan. Jakarta. 1994 11. Depkes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta. 1994 12. Pemberian asi ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diakses dari

http://repository.usu.ac.id tanggal 5 April 2012 13. Faktor faktor yang mempengaruhi pemberian asi oleh ibu melahirkan diakses dari http://repository.usu.ac.id tanggal 5 April 2012 14. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Diakses dari www.depkes.go.id tanggal 5 April 2012 15. Notoatmodjo,Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat.1996 16. Roesli, Utami. Mengenal Asi Eksklusif, penerbit Niaga Swadaya, Jakarta,2000.

You might also like