You are on page 1of 17

MAKALAH K3 P3K PADA MATA TERKENA ASAM BASA

Disusun oleh Kelompok 7 Ahmad Cahya Anggi Apri Tria Nur Hidayah Ulupi Rina Hapsari Widya Ekawati (A. 101. 16. 002) (A. 101. 16. 007) (A. 101. 16. 028) (A. 101. 16. 030)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami telah menyelesaikan tugas K3 dengan materi P3K Pada Mata Terkena Asam Basa Terimakasih kami sampaikan kepada orang tua dan dosen yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini saya ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini Akhirnya kami berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amien.

Surakarta, Juni 2013 Penyusun

DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Bab I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan 1.4. Manfaat penulisan Bab II : Pembahasan A. Definisi B. Klasifikasi a. Mata terkena asam b. Mata terkena basa c. Klasifikasi akibat alkali C. Tanda dan Gejala D. P3K pada mata terkena asam basa Bab III : Penutup 3.1 Kesimpulan Daftar pustaka 1 2 3 4 4 5 5 5 7 7 7 7 9 12 13 14 16 16 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka. Walaupun mata mempunyai sistempelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retro bulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Trauma okuli adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflek memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan keruh akan pada bola mata dan

kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut : Trauma tumpul, Trauma tembus bola mata, Trauma kimia, Trauma radiasi. Trauma kimia pada mata dapat dibedakan dalam trauma asam dan trauma basa atau alkali. Pada tinjauan kepustakaan ini hanya dibahas trauma kimia okuli yang meliputi truma asam dan trauma basa atau alkali. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa pengertian dari trauma kimia pada mata ? 2) Apa penyebab dari trauma kimia pada mata ? 3) Bagaimana gejala-gejala yang ditimbulkan pada mata terkena zat kimia asam basa? 4) Bagaimana penatalaksanaan trauma kimia pada mata ? 5) Bagaimana P3K pada korban dengan trauma kimia pada mata ? 6) Bagaimana derajat yang mengalami kerusakan akibat terkena asam basa? 1.3. Tujuan Penulisan 1) Mengetahui pengertian dari trauma kimia pada mata 2) Mengetahui penyebab dari trauma kimia pada mata 3) Mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari trauma kimia pada mata 4) Mengetahui penatalaksanaan trauma kimia pada mata 5) Mengetahui P3K pada korban dengan trauma kimia pada mata 1.4. Manfaat penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan korban

mata terkena asam basa, mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan dan bahan-bahan yang menyebabkan.

BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan oftalmologi, karena dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata baik diakibatkan oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat dengan pH > 7) yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata tersebut. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia. Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia di abad modern. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan. B. KLASIFIKASI 1. Trauma asam Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia asam dengan pH<7. Beberapa zat asam yang sering mengenai mata adalah asam sulfat, asam asetat, hidroflorida, dan asam klorida. Jika mata terkena zat kimia bersifat asam maka akan terlihat iritasi berat yang sebenarnya akibat akhirnya tidak berat. Asam akan menyebabkan koagulasi protein plasma. Dengan adanya koagulasi protein ini menimbulkan keuntungan bagi mata, yaitu sebagai barrier yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. Hal ini berbeda dengan basa yang mampu menembus jaringan mata dan akan terus menimbulkan kerusakan lebih jauh. Selain keuntungan, koagulasi juga menyebabkan kerusakan konjungtiva dan

kornea. Dalam masa penyembuhan setelah terkena zat kimia asam akan terjadi perlekatan antara konjugtiva bulbi dengan konjungtiva tarsal yang disebut simblefaron.(Susanto, 2004; Vaughan, 2000). Penyebab trauma asam

a. Bahan kimia berupa cairan, gas atau padat yang mempunyai keasaman (pH) lebih rendah dari 7.0 dan menyebabkan terjadinya proses koagulasi. b. Bahan kimia yang bersifat asam : air keras (asam sulfat : H2SO4) untuk pembersih industri, air accu; asam sulfit (H2SO3) untuk pengawet buah dan sayuran, bahan pemutih, asam cuka; asam khlorida; asam asetat. Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa. Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf denganpemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik. Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam

Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Asam 2. Trauma Basa atau Alkali Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia asam dengan pH>7. Trauma akibat bahan kimia basa akan mengakibatkan kerusakan yang sangat berbahaya pada mata. Alkali akan menembus kornea dengan cepat karena memiliki sifat baik hydrophilic dan lipophilic lalu menembus bilik mata depan dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen korena. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan akan mengakibatkan proses penyabunan disertai dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah berat kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita. Penyebab trauma basa atau alkali

Zat-zat basa atau alkali yang dapat menyebabkan trauma pada mata antara lain : a. Semen b. Soda kuat c. Amonia d. NaOH e. CaOH f. Cairan pembersih dalam rumah tangga Bahan alkali Amonia merupakan gas yang tidak berwarna, dipakai sebagai bahan pendingin lemari es, larutan 7% ammonia dipakai sebagai bahan pembersih. Pada konsentrasi rendah ammonia bersifat merangsang mata. Amonia larut dalam air dan lemak, hal ini dangat merugikan karena kornea mempunyai komponen epitel yang lipofilik dan stroma yang hidrofilik. Amonia mudah merusak jaringan bagian dalam mata seperti iris dan lensa. Amonia merusak stroma lebih sedikit disbanding dengan NaOH dan CaOH. pH cairan mata naik beberapa detik setelah trauma. Bahan alkali lainnya adalah NaOH dan Ca(OH)2. NaOH dikenal sebahai kausatik soda. NaOH dipakai sebagai pembersih pipa. pH cairan mata naik beberapa menit sesudah trauma akibat NaOH. Ca(OH)2 memiliki daya tembus yang kurang pada mata. Hal ini akibat terbentuknya sabun kalsium pada epitel kornea. pH cairan mata menjadi normal kembali sesudah 30 sampai 3 jam pascatrauma. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahanbahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.

10

Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan

11

fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea. 3. Klasifikasi akibat luka bakar alkali: a. Klasifikasi Huges 1) Ringan : a) Prognosis baik b) Terdapat erosi epitel kornea c) Pada kornea tedaat kekeruhan yang ringan d) Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva 2) Sedang : a) Prognosis baik b) Terdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci c) Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtiva 3) Sangat berat : a) Prognosis buruk b) Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat c) Konjungtiva dan sclera pucat 3. Klasifikasi Thoft Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan menjadi: 1) Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata 2) Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea 3) Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea 4) Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

12

Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun. C. TANDA DAN GEJALA. Umumnya mengeluh nyeri sampai tidak dapat membuka mata

(blefarospasme), keluar air mata (epifora), kabur, silau, kelopak mata bengkak, kadang kadang nampak luka bakar di kulit sekitar mata, pada selaput lendir mata (konjungtiva) merah, edema (khemosis), sampai terjadi iskhemia bahkan nekrosis (konjungtiva dan sklera berwarna pucat), kerusakan kornea mata berupa erosi, sampai kekeruhan kornea yang hebat sehingga organ dalam bilik mata depan sulit dievaluasi. Keadaan akut yang terjadi ada minggu pertama : 1. Sel membrane rusak. 2. Bergantung pada kuatnya alkali akan mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah. 3. Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan siliar dan epitel lensa, trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi. 4. Tekanan intra ocular akan meninggi. 5. Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

13

6. Kornea keruh dalam beberapa menit. 7. Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblast Keadaan minggu kedua dan ketiga : 1. Mulai terjadi regenerasi sel epitel konjugtiva dan kornea. 2. Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea diserta dengan sel radang. 3. Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali, 4. Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblast memasuki kornea. 5. Terbentuknya kolagen. 6. Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan badan siliar sehingga terjadi fibrosis. Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya : 1. Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh darah. 2. Jaringan pembuluh darah akan membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan jaringan seperti protein dan fibroblast. 3. Akibat terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan terjadi perforasi kornea. 4. Mulai terjadi pembetukan panus pada kornea. 5. Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea. 6. Terdapat membaran retrokornea, iristis, dan membrane siklitik

D. P3K Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang. Pada trauma akibat asam dilakukan irigasi jaringan yang terkena-kena secepat mungkin setelah terpajan cairan kimia, dilakukan selama mungkin untuk meyakinkan cairan yang mengakibatkan trauma benar-benar bersih dari mata. Irigasi dapat dilakukan dengan menggunakan garam fisiologis atau air selama 15-

14

30 menit. Trauma asam pada dasarnya akan kembali normal, namun jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani trauma basa pada mata adalah secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik selama mungkin. Irigasi dilakukan sampai pH menjadi normal, paling sedikit 2000 ml selama 30 menit. Bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi basa dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas lakmus. pH normal air mata 7,3. Bila penyebabnya adalah CaOH, dapat diberi EDTA karena EDTA 0,05 dapat bereaksi dengan CaOH yang melekat pada jaringan. Pemberian antibiotika dan debridement untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Pemberian sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Pemberian Anti glaukoma (beta blocker dan diamox) untuk mencegah terjadinya glaucoma sekunder. Pemberian Steroid secara berhati-hati karena steroid menghambat penyembuhan. Steroid diberikan untuk menekan proses peradangan akibat denaturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva. Steroid topical ataupun sistemik dapat diberikan pada 7 hari pertama pasca trauma. Diberikan Dexametason 0,1% setiap 2 jam. Steroid walaupun diberikan dalam dosis tinggi tidak mencegah terbentuknya fibrin dan membrane siklitik. Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek kolagenase. Diberikan satu minggu sesudah trauma karena pada saat ini kolagenase mulai terbentuk. Pemberian Vitamin C untuk pembentukan jaringan kolagen. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan). Operasi Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan.

15

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap. Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah. Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

16

DAFTAR PUSTAKA http://rouhimmanis.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html PDF Creator - PDF4Free v2.0 http://www.pdf4free.com

17

You might also like