You are on page 1of 3

Latar Belakang

Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman industri penghasil minyak. Dalam perekonomian Indonesia, kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis. Selain merupakan bahan baku utama minyak goreng, dalam proses produksi maupun pengolahannya juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun dalam pengolahannya, kelapa sawit tidak terlepas dari limbah yang dihasilkannya. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Pengolahan kelapa sawit dapat menghasilkan limbah padat. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Di bandingkan dengan komoditi lainnya pada sub-sektor perkebunan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang pertumbuhannya paling pesat pada dua dekade terakhir. Pada era tahun 1980-an sampai dengan pertengahan tahun 1990an, industri kelapa sawit berkembang sangat pesat. Pada periode tersebut, areal meningkat dengan laju sekitar 11% per produksi juga meningkat dengan laju tahun. Sejalan dengan perluasan areal, 9.4% per tahun. Konsumsi domestik dan

ekspor juga meningkat pesat dengan laju masing-masing 10% dan 13% per tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2004). Pada periode 1999-2004, produksi CPO meningkat dengan laju 5.93% per tahun dengan total produksi mencapai 25.67 juta ton pada tahun 2004. Dengan produksi sekitar 32.79%, minyak kedele juga tumbuh dengan laju 4.20% per tahun pada periode tersebut. Dengan kondisi tersebut, produksi CPO di dunia kembali meningkat dengan laju 3.06% per tahun. Perkembangan Sawit di Indonesia terbilang sangat baik dengan peningkatan produksi CPO menjadi 19,2 juta ton pada tahun 2008. Jumlah tersebut melampaui Malaysia yang hanya memiliki tingkat produksi sebesar 17,08 juta ton. Hal ini membuat Indonesia menjadi penghasil CPO nomer 1 di dunia, kondisi ini lebih cepat dari prediksi awal yaitu tahun 2010. Melihat volume ekspor CPO kita, juga terjadi peningkatan menjadi 12,5 juta ton pada tahun 2008 dengan luas lahan perkebunan

Kelapa Sawit mencapai 8,127 juta hektar dan produktivitas tanaman sawit mencapai 3,7 ton/ha. Rincian pemilikan lahan Sawit di Indonesia adalah, 12% dimiliki oleh BUMN, 37% dimiliki oleh Rakyat, dan 51% dikuasai oleh sector swasta. Kedepannya pemerintah menargetkan pada tahun 2020 ada peningkatan lahan sawit sebesar 1,000jt Ha sehingga menjadi 9,127 juta Ha. Peningkatan lahan tersebut juga diiringi oleh target peningkatan produksi sebesar 0,8 ton/ha menjadi 4,5 ton/Ha. Oleh karena itu, semakin gencar dilakukannya pengolahan kelapa sawit, yang berarti juga semakin banyaknya limbah. Pengolahan limbah kelapa sawit sudah sangat banyak dilakukan. Namun hasil dari pengolahan tersebut masih menghasilkan sisa limbah. Padahal dengan teknologi yang sudah semakin canggih pada zaman sekarang ini, limbah bisa diolah dengan sisa limbah yang sangat minim sekali atau sama sekali tidak bersisa. Sisa dari limbah yang telah diolah tersebut juga terkadang tidak dibuang di tempat yang seharusnya. Apalagi pembuangan limbah padat, yang berupa sampah. Biasanya penanganan sampah itu dilakukan dengan cara menimbunnya. Namun ini pun masih beresiko menimbulkan bibit penyakit. Dan pembuangan sampat atau limbah padat itu pun terkadang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk sehingga bisa menimbulkan gangguan kesehatan bagi penduduk sekitar. Inilah tujuan penyusun menulis tulisan ini, yaitu untuk melakukan pengolahan sisa dari pengolahan limbah padat serta pembuangan sisa limbah yang sudah diminimalisir tersebut di tempat yang seharusnya. Sisa dari pengolahan limbah padat ini diolah lagi secara maksimal sehingga efek negatifnya benar-benar kecil sekali. Selain itu sisa limbah padat ini juga bisa digunakan untuk menambah daya produksi. Sisa dari pengolahan limbah padat tersebut bisa diinsinerasi. Insinerasi adalah sebuah metode penanganan sampah dengan melakukan pembakaran dengan menggunakan alat incinerator. proses insinerasi pun memiliki keuntungan, yaitu dapat menghasilkan listrik atau pemanas dalam ruangan. Cara lain ialah dengan melakukan pembuatan pupuk kompos. Pupuk kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan sampah organik. Inilah salah satunya yang dapat menambah daya produksi. Pembuatan pupuk kompos sangat baik untuk mengurangi sisa limbah serta berguna dan memberikan keuntungan. Pupuk kompos sangat banyak diminati oleh masyarakat. Pembuatan pupuk kompos ini juga bisa memunculkan inspirasi-inspirasi lain mengenai penangan sisa limbah padat yang terlah diolah. Dalam pembuangan sisa limbah yang benar-benar tidak

bisa diolah lagi dapat ditimbun dalam lubang yang dibuat pada lahan. Namun ini masih beresiko karena sampah yang membusuk dapat menghasilkan gas metan dan menyebar ke udara. Untuk itu digunakan metode sanitaty landfill. Dalam metode ini sampah ditimbun dalam lubang yang sudah dialasi lapisan lempung dan lembaran dapat plastik untuk mencegah perembesan gas cairan metan limbah. dan Selanjutnya menghindari dilakukan pemadatan sampah dan ditutupi tanah tipis-tipis setiap harinya. Hal ini mengurangi resiko menyebarnya berkembangnya bibit-bibit penyakit.

You might also like