You are on page 1of 5

MODUL ENDODONTIK REVIEW JURNAL

Ika Yuliana 20070340053

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

Kemampuan Mineral Trioksid Agregat dalam memperbaiki perforasi lateral pada akar gigi

Perforasi pada akar gigi merupakan suatu kecelakaan prosedur yang disebabkan kesalahan mengarahkan bur saat preparasi akses atau saat preparasi saluran akar. Disamping itu, pengurangan yang berlebihan pada sisi cervik yang melengkung pada gigi molar juga dapat menyebabkan perforasi lateral pada akar gigi. Perbaikan perforasi dapat dilakukan secara intrakoronal dan atau secara bedah eksternal. Faktor penting yang mendukung perbaikan adalah adanya ikatan yang baik antara gigi dan material. Ikatan ini dipengaruhi oleh lokasi dan ukuran peforasi, skill operator serta sifat fisik dan kimia dari material. Adanya ekstrusi dari material pengisi merupakan masalah potensial dalam perbaikan perforasi akar yang dapat menyebabkan traumatik pada ligamen periodontal, inflamasi pada gingiva dan penundaan penyembuhan. Selain itu, kontrol perdarahan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan penyembuh material, karena sebagian besar material restorasi yang ada direkomendasikan untuk digunakan pada area yang kering. Baru-baru ini ditemukan sebuah material yang dapat menjadi perantara antara gigi dan permukaan eksternalnya, yaitu Mineral Trioksid Agregat (MTA). Komposisi material ini antara lain tricalcium silicat, tricalcium aluminat, dan tricalcium oksid silikat oksid. Material ini mengandung partikel yang bersifat hidrofilik yang beraksi jika bersingungan dengan cairan. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kemampuan penyembuhantara MTA, amalgam dan IRM pada gigi manusia yang perforasi. Lima puluh gigi molar mandibula yang dicabut disimpan dalam larutan salin. Gigi-gigi tersebut diberi perlakuan perforasi pada sisi lateral akar, kemudian diirigasi dengan larutan salin. Debris yang tersisa dibersihkan menggunakan excavator. Gigi- gigi tersebut kelompokkan menjadi 4 kelompok secara acak. Kelompok 1 (15 gigi) diberi amalgam, kelompok 2 ( 15 gigi) diberi IRM, kelompok 3 ( 15 gigi) diberi MTA dan kelompok 4 (5 gigi) dijadikankontrol positif yang tidak diberi perlakuan. Gigi-gigi ini kemudian disimpan dalam larutan Oasis selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, seluruh permukaan tiap gigi dilapisi oleh cat kuku kecuali 1-2mm disekitar area perforasi. Gigi-gigi ini kemudian direndam dalam zat warna methylen biru selama 48 jam. Untuk mengetahui kedalaman penetrasi cat, sisi perforasi dibuka menggunakan high-speed handpiece dan bur kemudian diliat menggunakan mikroskop. Data kedalaman penetrasi zat warna, underfilling dan overfilling yang diperoleh akan diolah menggunakan analisis dua jalur.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa amalgam mengalami penetrasi zat warna paling tinggi, namun tidak begitu berbeda dari IRM. Pada frekuensi overfilling, IRM menunjukkan nilai tertinggi, diikuti oleh amalgam dan MTA. Sementara pada frekuansi underfilling, amalgam menunjukan nilai tertinggi. Dari hasil penetrasi zat warna tersebut, dapat dilihat bahwa MTA memiliki kemampuan penyembuh yang baik dibanding amalgam dan IRM. Hal ini mungkin disebabkan kelembaban disekitar area perforasi dari lingkungan eksternal mengganggu proses penyembuhan. Karena faktanya sisi perforasi selalu terkontaminasi oleh darah atau cairan jaringan yang dapat mengganggu penyembuhan jaringan.Sedangkan MTA tidak menunjukan penetrasi zat warna yang tinggi karena mineral oxide pada MTA yang bersifat hidrofilik menjadikan lingkungan yang lembab sebagai aktivator dari reaksi kimia material ini. Overfilling dan underfilling antar material tidak berpengaruh terhadap proses penyembuhan dilihat dari rata-rata nilai penetrasi zat warna tiap material yang tidak begitu berbeda pada keadaan overfilling dan underfilling.

Mineral Trioksid Aggregate memperbaiki perforasi lateral pada akar gigi

Berbagai jenis bahan telah digunakan untuk memperbaiki perforasi akar, namun belum ada yang memenuhi kriteria bahan yang ideal meliputi : kemampuan penyembuh, biokompabilitas dan kemampuan untuk menginduksi osteogenesis serta sementogenesis. Namun, baru-baru ini dilaporkan bahwa ditemukan kriteria bahan yang ideal pada Mineral Trioxid Aggregate (MTA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penyembuhan perforasi lateral pada gigi hewan pengerat oleh MTA dengan Kalsium hidroksid sebagai kontrol. Empat puluh delapan saluran akar gigi dari empat hewan pengerat yang berusia 1th digunakan dalam penelitian ini. Pembukaan kamar pulpa dibantu dengan injeksi sodium pento barbital secara intravena pada gigi yang telah diisolasi menggunakan rubber dam. Saluran akar yang telah dibersihkan kemudian diisi dengan gutta perca. Bahan pengisi saluran akar lalu dibongkar perlahan menggunakan Gates-Gliden bur dan K-files, bur LN digunakan untuk membuat perforasi pada sisi lateral akar gigi. Setelah kontrol perdarahan, irigasi dengan saline dan dikeringkan dengan paper point, sebagian perforasi segera diperbaiki menggunakan MTA dan sebagian lagi dengan Seaplex. Kavitas lalu ditumpat menggunakan Cimpat dan amalgam. Hewan probandus dieutanasia menggunakan prosedur anestesi overdosis pada hari ke 30 dan hari ke 180. Spesimen kemudian disimpan dalam larutan formalin netral-buffer 10% dan didekalsifikasi menggunakan asam formik-sodium sitrat. Segmen rahang dipersiapkan untuk untuk pemeriksaan histologi. Spesimen gigi lalu ditanam dalam parafin dengan ketebalan 6..m dan diwarnai menggunakan hematoxylin dan eosin. Tiga puluh hari setelah treatmen, empat kasus yang diberi MTA menunjukkan deposisi sementum disekitar material. Pembentukkan sementum ditandai adanya lapisan tipis sel basofil dan ligamen periodontal bebas dari reaksi inflamasi. Tujuh kasus menunjukkan area kecil ankilosis yang dekat dengan area perforasi dan tiga kasus yang lain overfilling dengan sedikit sel inflamasi. Sementara pada treatmen seaplex menunjukkan enam kasus dengan reaksi inflamasi kronis dan 12 spesimen menunjukkan area kecil ankilosis. Enam bulan setelah treatmen, terdapat 9 kasus dengan pembentukkan sementum disekitar material dan 10 spesimen tanpa inflamasi pada kasus yang diperbaiki dengan MTA. Pembentukan sementum ditandai oleh adanya sel eosinofil yang terkadang berupa lapisan tidak beraturan. Sementara hampir pada semua kasus yang diperbaiki dengan Seaplex, terdapat inflamasi kronis yang ditandai dengan adanya sel raksasa dan makrofag dengan partikel hitam dalam cytoplasma.

Pengamatan dengan mikroskop elektron pada hari pertama dan ketiga, terlihat sel yang sehat saat berkontak dengan MTA. Pada penelitian lain dijelaskan bahwa Kalsium Hidroksid yang berkontak dengan jaringan pulpa atau media kultur menghasilkan kristal kalsit. Kristal kalsit yang berkontak dengan fibronektin akan membentuk ikatan yang kuat sebagai fase inisial pembentukkan barier jaringan keras. Materi kristal yang sama juga ditemukan dalam MTA yang dalam komposisinya tidak memiliki kalsium hidroksit. Menurut Torabinejad dkk, setelah berkontak dengan air, MTA memiliki dua senyawa yaitu kalsium oksit dan kalsium fosfat. Kalsium oksit yang bereaksi dengan cairan jaringan akan membentuk kalsium hidroksit yang kelak akan membentuk kristal kalsit. Peneliti percaya bahwa MTA mengandung senyawa aktif yang menginduksi pembentukan jaringan keras lebih baik dibandingkan material yang lain. Kondensasi fibronektin disekitar pembentukkan kristal apatit membantu proses adhesi dan differensiasi sel yang terdapat pada odontoblas dalam jaringan pulpa dan sementoblas dalam jaringan periodosium. Seaplex memiliki kalsium hidroksit dalam komposisinya, namun hasil yang tampak tidak sama dibandingkan dengan MTA. Hasil pengamatan pada MTA sangat menarik dan mendukung untuk menggunakan material ini pada perbaikan perforasi akar gigi.

You might also like