You are on page 1of 79

1.

Alat Tangkap Purse Seine Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan mengurung ikan yang tertangkap. Pukat cincin dapat berukuran sangat besar dan dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu (Nedelec, 2000). Menurut Subani dan Barus (1989), purse seine biasa disebut juga dengan jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut. Pukat cincin digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (scholling) di permukaan laut. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap purse seine adalah jenis-jenis ikan pelagis yang hidupnya bergerombol seperti layang, lemuru, kembung, sardinella, tuna. Ikan-ikan yang tertangkap dengan purse seine dikarenakan gerombolan ikan tersebut dikurung oleh jaring sehingga pergerakannya terhalang oleh jaring dari dua arah, baik pergerakan ke samping maupun ke arah dalam. Bagian-bagian jaring purse seine terdiri atas jaring utama (sayap, badan dan kantong), selvedge, tali ris atas, tali pelampung, pelampung, tali ris bawah, pemberat, tali ring, ring/cincin dan tali kolor. Berdasarkan bentuk jaring utama, purse seine dibagi menjadi 3, yaitu bentuk segi empat, bentuk trapesium dan bentuk lekuk. Pada umumnya penangkapan ikan dengan purse seine dilakukan pada malam hari, akan tetapi ada juga purse seine yang dioperasikan pada siang hari. Pengumpulan ikan pada area

penangkapan pukat cincin ada yang menggunakan rumpon dan ada pula yang menggunakan lampu. Umumnya setting (penurunan) dilakukan dua kali selama satu malam operasi, yang dilakukan pada waktu senja hari dan pagi hari/fajar, kecuali dalam keadaan tertentu frekuensi penangkapan bisa dikurangi atau ditambah (Sudirman dan Mallawa, 2004). Ukuran pukat cincin yang digunakan oleh setiap nelayan umumnya berbeda-beda. Yang dimaksud dengan ukuran umum ini adalah ukuran-ukuran yang berhubungan dengan perbandingan antara panjang dan dalamnya jaring serta nomor-nomor bahan yang dipergunakan. Berbagai macam faktor yang berpengaruh terhadap perbandingan ukuran pada pukat cincin adalah ukuran kapal (panjang dan lebar) yang digunakan, jenis ikan-ikan yang akan tertangkap dan waktu pengoperasian. Pukat cincin yang dioperasikan pada malam hari dengan menggunakan alat bantu cahaya memiliki ukuran panjang lebih kecil bila dibandingkan dengan purse seine pada siang hari. Oleh karena itu, terdapat penggolongan purse seine dalam skala kecil, sedang dan besar. Hal ini mempengaruhi trip penangkapan purse seine di laut, dimana pengoperasian mini purse seine relatif lebih pendek trip penangkapannya bila dibandingkan dengan medium atau large purse seine (Sudirman dan Mallawa, 2004). 2. Perikanan Lampu ( Light Fishing ) Tertariknya ikan pada cahaya sering disebutkan karena terjadinya peristiwa fototaxis. Cahaya merangsang ikan dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya tersebut atau juga disebutkan karena adanya rangsangan cahaya, ikan kemudian memberikan responnya. Peristiwa ini dimanfaatkan dalam penangkapan ikan yang umumnya disebut light fishing atau dari segi lain dapat juga dikatakan memanfaatkan salah satu tingkah laku ikan untuk menangkap ikan itu sendiri. Dapat juga dikatakan bahwa dalam light fishing, penangkap ikan tidak seluruhnya memaksakan keinginannya secara paksa untuk menangkap ikan tetapi menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya untuk ditangkap. Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan ini ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada suatu catchable area tertentu, lalu penangkapan dilakukan dengan alat jaring ataupun pancing dan alat-alat lainnya (Sudirman dan Mallawa, 2004). Penggunaan lampu untuk penangkapan ikan di Indonesia dewasa ini telah sangat berkembang, sehingga di tempat-tempat yang terdapat kegiatan perikanan laut, hampir dapat dipastikan

terdapat lampu yang digunakan untuk usaha penangkapan ikan. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian batas optimum kekuatan intensitas cahaya telah menjadi salah satu pokok bagian dari penelitian para ahli biologi laut kelautan. Ayodhyoa (1981) mengatakan agar light fishing dapat memberikan daya guna yang maksimal, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

Mampu mengumpulkan ikan yang berada pada jarak jauh, baik secara horisontal maupun
vertikal.

Ikan-ikan tersebut diupayakan berkumpul ke sekitar sumber cahaya. Setelah ikan terkumpul, hendaklah ikan-ikan tersebut tetap senang berada dalam area sumber
cahaya pada suatu jangka waktu tertentu ( minimum sampai saat alat tangkap mulai beroperasi ).

Pada saat ikan-ikan tersebut berkumpul di sekitar sumber cahaya, diupayakan semaksimal
mungkin agar ikan-ikan tersebut tidak melarikan diri ataupun menyebarkan diri. Dilihat dari tempat penggunaannya dapat dibedakan antara lain lampu yang dipergunakan di atas permukaan air dan lampu yang dipergunakan di dalam air. Menurut Ayodhyoa (1976) perbandingan antara lampu yang dipasang di atas permukaan air dengan lampu yang digunakan di bawah permukaan air adalah sebagai berikut : a. Lampu yang dinyalakan di atas permukaan air : 1. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk menarik ikan berkumpul. 2. Kurang efisien dalam penggunaan cahaya, karena sebagian cahaya akan diserap oleh udara, terpantul oleh permukaan gelombang yang berubah-ubah dan diserap oleh air sebelum sampai kesuatu kedalaman yang dimaksud dimana swiming layer ikan tersebut berada. 3. Diperlukan waktu yang lama supaya ikan dapat naik ke permukaan air dan dalam masa penerangan, ikan-ikan tersebut kemungkinan akan berserak. 4. Setelah ikan-ikan berkumpul karena tertarik oleh sumber cahaya dan berada di permukaan, sulit untuk menjaga ikan tetap tenang, karena pantulan cahaya pada permukaan air yang terus bergerak. b. Lampu yang dinyalakan di bawah permukaan air : 1. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan ikan lebih sedikit. 2. Cahaya yang digunakan lebih efisien, cahaya tidak ada yang memantul ataupun diserap oleh udara, dengan kata lain cahaya dapat dipergunakan hampir seluruhnya.

3. Ikan-ikan yang bergerak menuju sumber cahaya dan berkumpul, lebih tenang dan tidak berserakan, sehingga kemungkinan ikan yang tertangkap lebih banyak. Struktur lampu di dalam air sangat berbeda dengan lampu-lampu biasa yang digunakan di atas permukaan air. Penetrasi cahaya pada perairan sangat bergantung sekali terhadap kondisi perairan itu sendiri dan yang paling menentukan adalah warna laut dan tingkat transparansi air. Warna laut dalam hal ini berhubungan dengan jenis warna lampu yang dipancarkan dari lampu itu sendiri. Warna lampu yang sinarnya dapat menembus kedalaman tertinggi tentunya adalah warna lampu yang sejenis dengan warna perairan pada waktu itu dan juga tergantung pada kondisi perairannya. Semakin besar tingkat transparansi perairan semakin besar pula tingkat kedalaman penetrasi sumber cahaya. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa warna cahaya yang baik digunakan pada light fishing adalah biru, kuning dan merah (Sudirman dan Mallawa, 2004). 3. Kuat Dan Kemampuan Penglihatan Ikan Dalam Air Cahaya yang masuk ke dalam air akan mengalami pereduksian yang jauh lebih besar bila dibandingkan dalam udara. Hal tersebut terutama disebabkan adanya penyerapan dan perubahan cahaya menjadi berbagai bentuk energi, sehingga cahaya tersebut akan cepat sekali tereduksi sejalan dengan semakin dalam suatu perairan. Pembalikan dan pemancaran cahaya yang disebabkan oleh berbagai partikel dalam air, keadaan cuaca dan gelombang banyak memberikan andil pada pereduksian cahaya yang diterima air tersebut. Dengan demikian daya penglihatan ikan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut (Gunarso, 1985). Kemampuan mengindera dari mata ikan memungkinkan untuk dapat melihat pada hampir ke seluruh bagian dari lingkungan sekelilingnya. Hanya suatu daerah sempit pada bagian sebelah belakang ikan yang tidak dapat dicakup oleh luasnya area yang dapat dilihat oleh ikan, daerah sempit ini dikenal sebagai dead zone. Sedangkan untuk jarak penglihatan, tidak hanya tergantung pada sifat indera penglihat saja, tetapi juga pada keadaan penglihatan di dalam air. Pada kejernihan yang baik dan terang maka

jarak penglihatan untuk benda-benda yang kecil tergantung pada kemampuan jelasnya penglihatan mata, misalkan pada jarak dimana titik-titik yang letaknya bersekatan, dapat dibedakan sebagai dua titik dan tidak sebagai satu titik ataupun kabur kelihatannya. Dalam keadaan tertentu, beberapa jenis ikan yang berukuran besar mempunyai kemampuan untuk bisa melihat benda-benda yang agak besar dan berwarna kontras dengan latar belakangnya pada jarak beberapa puluh meter. Anak-anak ikan mempunyai daya penglihatan yang sangat dekat. Seekor anak ikan atherina berukuran 2 cm dapat membedakan benda-benda pada jarak 20 cm, sedangkan yang berukuran 0,8 cm hanya mampu membedakannya pada jarak 6-8 cm. Dalam keadaan perairan yang keruh, kemampuan daya penglihatan ikan pada suatu objek yang terdapat di dalam air akan sangat jauh berkurang. Namun tidaklah mengherankan beberapa jenis ikan mampu mempertahankan hidupnya ketika mata ikan tersebut menjadi buta (Gunarso, 1985). Berbagai jenis ikan yang banyak dijumpai pada lapisan air yang relatif dangkal, banyak menerima cahaya matahari pada waktu siang hari dan pada umumnya ikan-ikan yang hidup di daerah tersebut mampu membedakan warna sama halnya dengan manusia sedangkan beberapa jenis ikan yang hidup di laut dalam, dimana tidak semua jenis cahaya dapat menembus, maka banyak diantara ikan-ikan tersebut tidak dapat membedakan warna atau buta warna. Ketajaman warna yang dapat dilihat oleh mata ikan juga merupakan hal penting. Pada kenyataannya, sesuatu yang mampu diindera oleh mata ikan memungkinkan ikan tersebut untuk dapat membedakan benda-benda dengan ukuran tertentu dari suatu jarak yang cukup jauh. Semakin kabur tampaknya suatu benda bagi mata ikan, maka hal tersebut menyatakan bahwa kemampuan mata ikan untuk menangkap kekontrasan benda terhadap latar belakangnya semakin berkurang (Gunarso, 1985). Ikan sebagaimana jenis hewan lainnya mempunyai kemampuan yang mengagumkan untuk dapat melihat pada waktu siang hari yang berkekuatan penerangan beberapa ribu lux hingga pada keadaan yang hampir gelap sekalipun. Struktur retina mata ikan yang berisi reseptor dari indera penglihat sangat bervariasi untuk jenis ikan yang berbeda. Pada ikan teleostei memiliki jenis retina duplek, dengan pengertian bahwa dalam retina ikan tersebut terdapat dua jenis reseptor yang dinamakan rod dan kon. Pada umumnya terjadi distribusi yang berbeda dari kedua jenis reseptor tersebut, yang biasanya erat hubungannya dengan pemanfaatan indera penglihatan ikan dalam lingkungan hidupnya. Untuk berbagai jenis ikan pelagis sebagaimana dijumpai pada

berbagai jenis ikan dari keluarga Clupeidae, ikan-ikan tersebut memiliki pengkonsentrasian kon yang sangat padat pada area antara ventro-temporal yang dibatasi oleh area temporalis. Pada Sardinops caerulea dan Alosa sapidissimn, area temporalis tersebut sangat jelas dan bahkan pada jenis ikan ini reseptor hampir seluruhnya hanya terdiri dari kon saja, rod hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali (Gunarso, 1985). Jenis ikan yang aktif pada siang hari, umumnya mempunyai kon yang tersusun dalam bentuk barisan ataupun dalam bentuk empat persegi. Pada umumnya ikan-ikan yang memiliki kon dalam bentuk seperti ini adalah jenis ikan yang intensif sekali menggunakan indera penglihatnya, biasanya ikan-ikan tersebut termasuk dalam jenis ikan yang aktif memburu mangsa. Untuk jenisjenis ikan yang aktif pada malam hari atau jenis ikan yang hidup pada lapisan dalam, banyaknya kon sangat kurang atau tidak ada sama sekali dan kedudukan kon tersebut digantikan oleh rod (Gunarso, 1985). Retina dengan seluruh reseptornya terdiri dari rod banyak dijumpai pada jenis-jenis ikan bertulang rawan, walau beberapa diantaranya masih dijumpai adanya kon pada retina mata ikanikan tersebut. Retina yang keseluruhannya terdiri dari rod juga banyak dijumpai pada berbagai ikan teleostei yang hidup di laut dalam. Hasil penghitungan banyaknya rod pada beberapa jenis ikan laut dalam, menunjukkan jumlah yang lebih dari 25 juta rod/mm retina. Hal ini menunjukkan bahwa mata jenis ikan laut demersallah yang mempunyai tingkat sensitifitas tertinggi. Ikan-ikan pelagis yang memangsa makanannya yang berupa plankton, pada umumnya jenis ikan ini mempunyai distribusi kon yang sangat padat pada bagian ventro-temporal yang menunjukkan kemampuan untuk melihat kedepan dan ke arah atas. Sedangkan jenis ikan pelagis yang berasal dari perairan yang cukup dalam biasanya justru mempunyai retina yang seluruhnya dipenuhi oleh rod saja dan bentuk mata ikan-ikan tersebut cukup besar. Diantara jenis ikan demersal yang biasanya memburu mangsa, memiliki retina yang kaya akan kon pada bagian temporal, tapi terjadi perbedaan yang mencolok sehubungan jumlah kon pada bagian-bagian retina yang lain, seperti halnya pada jenis predator pelagis yang mempunyai kemampuan melihat arah lurus ke depan. Contoh untuk jenis ikan ini antara lain adalah Cod, Coalfish dan keluarga Labridae (Gunarso, 1985).

4. Respon Ikan Pelagis Terhadap Cahaya Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, komposisi spektralnya, arah, panjang gelombang dan lama penyinaran, kesemuanya akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkah laku dan fisiologi ikan pelagis. Ikan mempunyai respon terhadap rangsangan yang disebabkan oleh cahaya, meskipun besarnya kekuatan cahaya tersebut berkisar antara 0,01-0,001 lux, dimana hal ini bergantung pada kemampuan suatu jenis ikan untuk beradaptasi (Laevastu dan Hayes, 1991). Hasil pengamatan dengan echosounder dapat diketahui bahwa suatu lampu yang oleh mata manusia hanya mampu diindera oleh manusia sampai kedalaman 15 m saja, ternyata mampu memikat ikan sampai kedalaman 28 m. Ikan juga mempunyai daya penglihatan yang cukup baik dalam hal membedakan warna. Dari sejumlah percobaan yang telah dilakukan, ternyata ikan sangat peka terhadap sinar yang datang dari arah dorsal tubuhnya. Ikan ternyata tidak menyukai cahaya yang datang dari arah bawah tubuhnya (ventral) dan bila keadaannya tidak memungkinkan untuk turun ke lapisan air yang lebih dalam lagi, dalam usaha untuk menghindari posisinya semula, ikan-ikan tersebut akan menyebar ke arah horisontal (Gunarso, 1985). Ada jenis ikan yang bersifat fototaxis positif, yaitu bahwa ikan akan bergerak ke arah sumber cahaya karena rasa tertariknya, sebaliknya beberapa jenis ikan bersifat fototaxis negatif yang memberikan respon dan tindakan yang sebaliknya dengan yang bersifat fototaxis positif. Karena adanya sifat fototaxis positif ini, maka ada beberapa jenis ikan ekonomis penting yang dapat dipikat dengan cahaya buatan pada malam hari. Bagi beberapa ikan bahwa adanya cahaya juga merupakan indikasi adanya makanan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan yang dalam keadaan lapar akan lebih mudah terpikat oleh adanya cahaya daripada ikan yang dalam keadaan tidak lapar. Bahkan adakalanya ikan-ikan tersebut akan muncul ke permukaan, ke arah cahaya dengan tiba-tiba walaupun mungkin setelah selang beberapa menit ikan akan menyebar dan meninggalkan tempat tersebut. Respon ikan muda terhadap rangsangan cahaya adalah lebih besar daripada respon ikan dewasa dan setiap jenis ikan mempunyai intensitas cahaya optimum dalam melakukan aktifitasnya (Gunarso, 1985). Daerah penerangan dimana ikan memberikan respon terhadap cahaya disebut daerah phototaxis. Di luar batas daerah phototaxis ini respon ikan terhadap cahaya tidak ada, karena kuat penerangannya sudah lemah. Semakin besar daerah phototaxis ini semakin banyak ikan yang

terkumpul dan semakin banyak pula ikan yang tertangkap dekat dengan sumber cahaya (Fridman, 1969). Terdapat keseimbangan batas intensitas tertentu untuk suatu jenis ikan terhadap intensitas cahaya yang ada. Jenis ikan teri memiliki variasi yang jelas tentang pergerakan renang ikan di kedalaman tertentu pada waktu siang hari. Jenis ikan ini akan berenang atau berada lebih dekat ke permukaan pada waktu pagi dan sore hari bila dibandingkan pada saat tengah hari. Diantara berbagai jenis ikan yang benar-benar phototaxis positif antara lain adalah jenis sardinella, layang, selar dan ikan herring muda (Gunarso, 1985). Richardson (1952) dalam Laevastu dan Hella (1970), menyatakan bahwa salah satu jenis ikan sardin yang dikenal sebagai ikan Pilchard dapat dipikat dengan menggunakan cahaya lampu pada waktu malam hari. Selain itu, kedalaman kelompok ikan herring dapat juga ditentukan berdasarkan intensitas cahaya. Ikan herring dewasa tidak bersifat phototaxis positif karena ikan tersebut lebih menyukai daerah yang berintensitas cahaya rendah. Namun demikian, ikan ini dapat juga tertarik pada cahaya buatan pada waktu malam bila saja cahaya yang dipakai tidak begitu kuat. Pada umumnya ikan pelagis akan muncul ke lapisan permukaan sebelum matahari terbenam dan biasanya ikan-ikan tersebut akan membentuk kelompok. Sesudah matahari terbenam, ikan-ikan tersebut menyebar ke dalam kolom air dan mencari lapisan yang lebih dalam, sedangkan ikan demersal biasanya menyebar ke dalam kolom air selama malam hari. Dengan mengetahui ruaya ikan secara vertikal harian suatu jenis ikan, maka waktu untuk melakukan pengoperasian alat penangkapan dapat ditentukan. Selain itu kemungkinan berhasilnya penangkapan dengan bantuan sinar lampu akan lebih besar. Penangkapan dengan bantuan lampu akan lebih efektif sebelum tengah malam dan hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa fototaxis yang maksimal bagi ikan adalah pada waktu-waktu tersebut (Laevastu dan Hella, 1970). Cahaya yang masuk ke dalam air laut akan mengalami refraction atau pembiasan, penyerapan (absorption), penyebaran (scattering), pemantulan (reflection) dan lain-lain (Ayodhyoa, 1981). Cahaya lebih jelas terlihat pada keadaan air yang jernih daripada air yang telah menjadi keruh

dan meyebabkan cahaya menjadi melemah atau bahkan hilang sama sekali. Pengukuran cahaya dapat digambarkan sebagai berikut: E = F / A , E = I / R2 E = Kuat penerangan (Lux) F = Flux cahaya (lumen) A = Luas sebaran cahaya (m2) I = Intensitas cahaya (candela) R = Radius penerangan (meter) Dimana kuat penerangan E (lux) sebanding dengan Intensitas Cahaya I (candela ) dan berbanding terbalik dengan radius penerangan (meter). Kuat penerangan berkurang dengan bertambahnya kuadrat jarak sumber cahaya dan intensitas cahaya berkurang dengan cepat dari jarak sumber cahaya pada medium yang berbeda. Kuat penerangan ini erat hubungan dengan tingkat sensitifitas penglihatan ikan, dengan kata lain bahwa berkurangnya derajat penerangan akan menyebabkan berkurangnya jarak penglihatan ikan. Jadi dengan berkurangnya kekuatan penerangan beberapa puluh lux saja, maka jarak penglihatan ikan terhadap objek akan menurun pula. Jarak penglihatan ikan juga tergantung pada ukuran objek itu sendiri (Fridman, 1969). 5. Karakteristik Dan Tingkah Laku Ikan Pelagis Yang Dominan Tertangkap Pada Purse Seine Purse seine adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan dan berada dekat dengan permukaan air. Sasaran penangkapannya adalah ikan-ikan pelagis seperti ikan kembung, selar, tetengkek, tembang. 1. Ikan kembung Ikan kembung yang tertangkap di perairan Indonesia rata-rata terdiri atas dua spesies, yaitu kembung perempuan (Rastrelliger negletus) dan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta). Kedua ikan kembung tersebut mempunyai sifat dan ciri-ciri yang berbeda. Kedua ikan kembung tersebut termasuk dalam famili Scombridae, yaitu jenis ikan yang suka hidup bergerombol. Ikan kembung merupakan ikan pelagis yang memakan plankton halus. Badan tidak begitu langsing, tetapi pendek dan gepeng. Tubuh bagian atas berwarna kehijauan dan putih perak pada bagian bawah, terdapat totol-totol hitam pada bagian punggung, sirip punggung pertama kuning

keabuan dengan pinggiran gelap. Perut dan sirip dada berwarna kuning maya gelap dan sirip lainnya berwarna kekuningan. Ikan kembung ini memiliki finlet berjumlah 5-7, ukuran tubuhnya mencapai 15-30 cm. Ikan kembung biasanya hidup lebih mendekati pantai dan membentuk gerombolan besar. Daerah penyebarannya di perairan pantai Indonesia dengan konsentrasi terbesar di Kalimantan, Sumatera Barat, Laut Jawa dan Selat Malaka (Anonymous, 1975). Ikan kembung cenderung berenang mendekati permukaan air pada waktu malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh gerakan harian plankton dan mengikuti perubahan suhu, faktor hidrografis dan salinitas. Damanhuri (1980) menyatakan bahwa umumnya sifat dari ikan kembung adalah : Termasuk ikan pelagis yang daerahnya penyebarannya luas. Selalu hidup bergerombol, dapat berenang dengan cepat yang ditandai dengan bentuk tubuh yang stream line dan menyukai makanan berupa ikan-ikan kecil/plankton hewani. Reproduksinya adalah ovoparus yaitu telur dibuahi diluar tubuh ikan dan telurnya bersifat planktonis. 2. Ikan selar Ada dua jenis ikan selar yang dominan tertangkap di perairan Indonesia, yaitu selar kuning (Selaroides leptolepis) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus). Mempunyai bentuk badan agak lebar dan memanjang, matanya besar, terdapat 2 duri di muka sirip dubur. Pada bagian ekor terdapat scute, sirip dada berbentuk meruncing ke ujungnya seperti bulan sabit. Berwarna biru kehijau-hijauan pada bagian punggung dan putih keperak-perakan di bagian perut. Sebagian mempunyai garis sisi yang berwarna kuning yang dimulai dari belakang mata sampai ke ujung ekor. Daerah penyebaran ikan selar terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia (Anonymous, 1975). 3. Ikan tembang Ikan tembang (Sardinella fimbriata) memiliki ciri-ciri morfologi: bentuk badan bulat memanjang, terdapat ventral scute yang dimulai dari bawah pangkal sirip dada sampai dubur. Sirip punggung terletak di tengah-tengah antara moncong dan ekor. Warna punggung hijau sedangkan warna perut keperak-perakkan, terdapat sabuk kuning membujur badan. Panjang badan umumnya kira-kira 14 cm. Habitat ikan tembang adalah di sepanjang perairan pantai dan merupakan spesies permukaan. (Anonymous, 1975). 4. Ikan tetengkek

Ikan tetengkek atau dalam bahasa latinnya disebut Megalaspis cordyla merupakan ikan pelagis yang terdapat hampir di seluruh perairan pantai Indonesia. Bentuk badannya seperti torpedo, mempunyai 6-9 sirip tambahan di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Terdapat scute yang panjang di sepanjang gurat sisi (linea lateralis). Ekornya keras berbentuk langsing dan bercabang dalam, mempunyai 2 duri di muka sirip dubur. Pada tutup insang terdapat noda hitam, sedangkan warna tubuh bagian atas hitam kehijauan dan di bagian bawah tubuh berwarna putih keperakan. Alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap ikan tetengkek antara lain gill net, payang, muroami dan purse seine (Anonymous, 1975). DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 1975. Standard Statistik Perikanan. Buku I. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta. Anonymous. 2002. Profil Departemen Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Ayodhyoa. 1976. Teknik Penangkapan Ikan. Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Damanhuri. 1980. Diktat Fishing Ground. Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Tama. Yogyakarta. Fridman, A.L. 1969. Theory And Design Of Commercial Fishing Gear . Israel Program For Scientific Translation. Jerusalem. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metoda Dan Taktik Penangkapan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Hidayat, S. dan Sedarmayanti. 2002. Metodologi Penelitian. Mandar Maju. Bandung. Laevastu, T. and I. Hella. 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News (Books) Ltd. London. Laevastu, T. and M.L. Hayes. 1991. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News. Farnham. Muhammad, S. 1991. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian dan Rancangan Percobaan . Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Mitsugi, S. 1974. Fish Lamps. Japanese Fishing Gear and Methods Textbook for Marine Fisheries Research Course. Japan. Nedelec, C. 2000. Definisi Dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan . Published by Arrangement with the Food and Agriculture Organization of The United Nation. Diterjemahkan oleh Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
MINGGU, 10 APRIL 2011

2 Tahap Pendederan Lele


Pendederan adalah pemeliharaan benih lele dumbo berasal dari hasil pembenihan sehingga mencapai ukuran tertentu. Pendederan dilakukan dalam dua tahap, yakni pendederan 1 dan pendederan 2.

Pada pendederan pertama, benih lele dumbo yang dipelihara adalah benih yang berasal dari pembenihan yang berukuran 1 3 cm. Benih ini dipeliharan selama 12 15 hari sehingga saat panen akan diperoleh lele dumbo berukuran kurang lebih 5 6 cm perekornya. Pada pendederan ke dua, benih yang dipelihara berasal dari hasil pendederan pertama. Pemeliharaan dilakukan selama 12 15 hari sehingga diperoleh benih lele dumbo berukuran 8 12 cm perekornya. Pendederan ini dapat dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok. 1. Persiapan kolam Sebelum benih ditebar, dilakukan persiapan kolam terlebih dahulu. Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan dasar kolam, perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran air, pemupukan dan pengapuran. Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya. Pematang bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak yang keluar kolam. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam. Tujuan pengolahan dasar kolam adalah untuk menguapkan gas beracun yang terdapat di dasar kolam. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam dan benih lele dumbo tidak kabur atau keluar kolam. Setelah pengolahan dasar kolam dan perbaikan pematang, kemudian dilakukan pemupukan dan pengapuran kolam. Tujuan dari pemupukan adalah untuk menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami benih ikan lele. Kolam dipupuk menggunakan kotoran ayam sebanyak 300 500 gr/m2, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. Tujuan dari pengapuran selain untuk menaikan tingkat keasaman tanah (pH), juga dapat membunuh bibit penyakit. Cara pemupukan dan pengapurannya adalah dengan menebarkan pupuk dan kapur secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam. Setelah pemupukan dan pengapuran dilakukan, kolam diisi dengan air setinggi 40 50 cm dan dibiarkan selama 4 6 hari agar pakan alami tumbuh dengan sempurna. 2. Penebaran benih. Penebaran benih dilakukan setelah 6 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah tersedia.

Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 200 300 ekor/M2 berukuran 1 3 cm per ekornya. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih lele dumbo tidak mengalami stress. Benih yang akan didederkan sebaiknya jangan ditebar langsung ke kolam namun terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi untuk menghindari perubahan suhu yang mencolok antara suhu air kolam dan suhu air pada wadah pengangkutan. Cara penebaran untuk proses adaptasi (aklimatisasi) benih lele dumbo cukup mudah. Benih lele dumbo yang masih berada di dalam wadah pengangkutan di biarkan terapung-apung diatas permukaan air selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan air dari kolam ke wadah pengangkutan sedikit demi sedikit. Dengan cara ini diharapkan kualitas air yang ada di dalam wadah pengangkutan tersebut akan sama dengan yang ada di kolam. 3. Pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan benih merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan, benih harus diberi pakan tambahan. Pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 3 5 % dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan 3 4 kali sehari. Agar pemberian pakan lebih efektif, sebaiknya pemberian pakan disebarkan merata pada kolam pendederan. Untuk memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang benih lele berupa belut, ular, ikan gabus. Tindakan pencegahan penyakit cukup dengan menjaga kualitas dan kuatitas air kolam, yakni dengan menghindarkan pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang berlebihan akan menumpuk di dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi salah satu sumber penyakit. 4. Pemanenan benih. Setelah dipelihara selama15 20 hari, benih lele dumbo siap dipanen pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat penampungan benih. Setelah semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara perlahan-lahan sampai air tersisa hanya tinggal dikemalir dan akhirnya habis kering. Selanjutnya benih ditangkap dan ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir atau pisahkan sesuai dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran 5 8 cm per ekornya. Selanjutya benih dapat dipelihara ditempat lain untuk dibesarkan atau dijual. Mortalitas selama pemeliharaan lebih kurang 10 20 % dari jumlah benih yang ditebar. (Sumber : pasarlelemajalengka.wordpress.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 07:30 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Pendederan Lele

Melirik Bisnis Pendederan Lele


Pendederan lele memiliki peluang bisnis yang cukup bagus. Hanya dalam waktu satu bulan, sudah mampu menghasilkan Rp 50 per ekornya. Kalau saja dalam satu kolam berisi sampai 100.000 ekor, maka hasil per bulannya mencapai Rp 5 juta. Di samping memiliki peluang bisnis menggiurkan, pendederan tidak berisiko tinggi. Tinggal menjaga dari serangan hama (burung, ular dan binatang lainnya) dapat dipastikan tingkat kematiannya sangat kecil. Wayan Sikarta, salah seorang yang menekuni pendederan lele asal Denpasar, Senin (31/1) kemarin menjelaskan, untuk usaha budi daya pendederan memang sangat menarik. Dibandingkan penggemukan, lebih prospektif hanya melayani sampai bibit penggemukan. Hanya dalam waktu dua minggu sampai satu bulan sudah dapat panen, harga per ekornya memiliki keuntungan sampai Rp 50. Biasanya kami membeli benih lele yang sudah umur satu bulan juga. Panjangnya sampai 3 cm dengan harga rata-rata 100. Kemudian diletakkan di tempat pendederan dan dalam kurun waktu dua minggu sampai satu bulan harga jualnya ke tempat penggemukan mulai Rp 150 sampai Rp 200 per ekornya. Misalnya kami punya lima kolam pendederan, satu kolam ukuran 3 meter kali 3 meter diisi benih lele sampai 25 ribu ekor. Maka untuk lima kolam pendederan isi rata-rata 100.000 ekor, kalau risiko kematian memang sedikit, karena waktu pemeliharaannya sedikit hanya satu bulan. Kami melakukan pemeliharaan maksimal, sehingga benar-benar terpelihara bagus. Hanya saja, kami khawatir serangan binatang atau burung, maka kolam harus ditutup kalau tidak dijaga. Tujuannya terhindar dari serangan binatang, katanya. Sikarta menegaskan, kalau mau menjadi petani pendederan ikan lele jangan tanggung-tanggung. Pemeliharannya sangat mudah dan murah. Hanya perlu kedisiplinan dan mengetahui cara memberikan pakan. Pasalnya, lele memiliki sifat kanibal, perlu pakan yang cukup untuk pendederan. Kalau kurang dikhawatirkan lele yang lebih besar akan memangsa lele yang kecil. Namun, kalau sudah kenyang maka pertumbuhan lele akan cepat sekali. Untuk itu, Sikarta memiliki teknik tersendiri untuk memberikan pakan lele dalam umur satu bulan. Caranya adalah rutin dan sering. Dalam sehari bisa memberikan pakan sampai enam kali, tergantung waktu yang dimilikinya. Kalau memang waktu menjaga dalam sehari hanya bisa dua kali, maka pemberian pakan lebih banyak. Tapi kalau dalam seharian terus di kolam pendederan, maka pakan ditebar ke kolam bisa enam kali, tapi sedikit-sedikit. Hal ini jauh lebih bagus, dibandingkan memberikan pakan sekali, karena dikhawatirkan pakan akan banyak yang terbuang. Lele memang banyak perlu makan, ikan jenis rakus ini makin banyak makan maka pertumbuhannya makin cepat. Di samping itu, pakannya tidak khusus, apalagi untuk lele yang sudah besar, maka diberikan pakan apa pun pasti mau. Hanya saja, memang ada pakan khusus yang bagus untuk pertumbuhan lele dan diperdagangkan di toko pakan ikan, katanya. (Sumber : bisnisbali.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 07:15 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Pendederan Lele

Agar Bibit Lele Tak Banyak Mati


Memilih usaha ternyata tidak harus dari sesuatu yang besar. Banyak peluang bisa diperoleh justru dari sesuatu yang nampak sepele. Misalnya, beternak ikan lele. Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis. Padahal, keuntungan yang dijanjikan cukup besar. Gerai supermarket hingga warung tenda di pinggir jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin. Prospek cerah usaha lele tidak disia-siakan oleh Franky Maradonna, mahasiswa Program Studi Administrasi Negara. Bersama dua orang kerabatnya Angga Susanto, mahasiswa Program Studi

Administrasi Negara dan Putry Nurhaeni, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, merekapun memulai bisnis ini. Ketiadaan modal, tak melunturkan semangat mereka. Program Kegiatan Mahasiswa Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), jadi kesempatan untuk mengajukan proposal kewirausahaan mengenai ternak Lele Sangkuriang di lahan sempit dengan pengelolaan limbah organik. Karena dinilai konsep yang dibuat baik dan usaha yang ingin dirintis adalah usaha produktif, Dikti pun menerima proposal tersebut. Kini mereka mendapatkan dana hibah untuk merintis usaha. Saat ditanya kenapa Lele Sangkuriang yang diternak, Frankypun menjawab, Lele Sangkuriang selain proses pembesaran lebih cepat dibandingkan dengan lele yang lain, pakannyapun juga lebih mudah bisa menggunakan limbah peternakan, limbah pemindangan, dan limbah pabrik roti dengan harga murah, sehingga biaya pemberian pakan dapat berkurang dan menghasilkan keuntungan yang besar, paparnya. Ternak lele, lanjut Frangky, tidak membutuhkan banyak oksigen seperti ikan Gurame. Airnya pun tidak harus pada air yang mengalir. Kolam lele tidak harus menggunakan tanah yang digali tetapi dapat menggunakan terpal berukuran 23 yang pada tiap sisinya diikatkan pada tiang dengan kedalaman satu setengah meter. Bagi yang ingin berbisnis lele dan tidak memiliki lahan yang memadai, tidak perlu khawatir, cara ini dapat dilakukan, sayapun juga menggunakan cara seperti ini, tutur Frangky menyarankan. Awalnya, ia merasa kesulitan berternak Lele Sangkuriang karena belum tahu caranya. Dari 1000 bibit yang dibeli semuanya mati dalam waktu singkat. Padahal telah banyak referensi buku dan artikel yang ia baca dari buku ataupun internet tentang cara berternak lele. Buku itu menganjurkan, bibit yang telah dibeli, dituangkan dalam kolam yang sudah berisi air. Lalu saya praktikan, ternyata semua lele yang saya beli mati. Dari situ saya menyimpulkan ternyata teori dengan praktiknya berbeda, tuturnya. Frangky mengakui, karena belum mengetahui cara berternak lele, menjadi penyebab matinya semua bibit lele yang telah Frangky beli. Bibit yang kami belipun belum layak dijadikan bibit karena ukurannya hanya sekitar 3-4 cm. Seharusnya bibit yang layak ukurannya sekitar 4-6 cm. Ini berpengaruh terhadap daya tahan tubuh lele. Makanan yang kami beripun pada waktu itu pelet. Dari makanannya saja sudah salah, bagaimana lele mau bertahan hidup, aku Frangky. Beruntung Frangky dan timnya kenal dengan dosen perikanan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta. Setelah berkonsultasi dengannya, ia pun menganjurkan agar Frangky dan timnya mengunjungi peternakan lele yang cukup besar di daerah Gadog. Kamipun pergi kesana. Saat kami mau membeli lele, sang pemilik kolam tidak mengijinkan dengan alasan kami belum tahu cara berternak lele. Akhirnya, kami diajari cara berternak lele yang benar. Setelah dua kali kami ke sana untuk belajar, akhirnya pada kunjungan ketiga, sang pemilik mengijinkan kami untuk membeli. Banyak pelajaran yang kami dapat dari sana, tandas Frangky. Sang pemilik kolam yang ditemuinya di Gadog mengajarkan Frangky agar membuat wadah terlebih dahulu sebelum mencemplungkan lele ke dalam kolam. Caranya, kata Frangky, kolam yang sudah berisi air diletakkan pupuk kandang (kotoran kambing) sebanyak lima kg, lalu ditambah garam satu sendok dan zat kimia, kemudian didiamkan selama delapan hari. Setelah timbul plankton, lanjut Frangky, baru lele dicemplungkan. Plankton tersebut berguna untuk mengatur kadar keasaman air. Frangky mengakui, pengetahuan yang ia peroleh selama di Gadog sangat berguna dalam pengembangan usaha lele miliknya. Sekarang usaha yang dirintisnya sudah berkembang. Kini, dari 1.000 bibit lele yang ia beli, satupun tidak ada yang mati. Setelah enam minggu berjalan, ukuran lele sudah sekitar 11 cm, rencananya kami panen tiga bulan lagi, sekitar pertengahan Juli, katanya dengan penuh optimis.

Mengenai pemasaran lele tersebut, Frangky mengatakan, akan menawarkan kepada warung-warung tenda pecel lele yang ada di pinggir jalan dan pasar di sekitar rumahnya yang membutuhkan pasokan lele secara rutin. Semua berawal dari yang kecil, lakukan yang terbaik dari yang kecil dan focus dalam membangun usaha, ujar Frangky. Hal ini ditanggapi positif oleh Kepala Biro Kemahasiswaa, Djainul Djumadin. Katanya, upaya Frangki dan timnya dapat ditiru oleh mahasiswa lain. Mental dan keterampilan kewirausahaan harus dibangun. Seharusnya pola fakir mahasiswa tidak hanya mencari kerja tetapi juga harus bisa membuka lapangan kerja. Lulusan perguruan tinggi harus dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar, papar Djainul. Menurutnya, Upaya yang dilakukan Frangky sejalan dengan misi Unas dalam mencetak para wirausahawan muda yang handal dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum semua program studi diploma dan S1. Langkah berikutnya adalah memfasilitasi praktek kewirausahaan melalui ekspo dan koperasi. Unas telah mencanangkan untuk membina kemitraan yang lebih aktif antara wirausaha mahasiswa dengan wirausaha yang telah mapan. Biro Kemahasiswaan telah membina lima kelompok wirausaha mahasiswa antara lain usaha jamur, batako dari limbah got, usaha koktail dan lidah buaya, pupuk organik dan perangkat lunak pembelajaran secara praktik, tutup Djainul.(ikanlelesangkuriang.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 07:05 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Pendederan Lele

Cara Pendederan Lele


Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex, Daphnia, Moina atau pakan buatan dengan dosis 10 15% bobot biomass. KOLAM UNTUK PENDEDERAN 1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dantinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin,sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akanmelukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air.Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yangdekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralondengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m. 2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepitdengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Diantara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastikberukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku. 3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untukmengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastikyang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastiktersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan. 4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengaturketinggian pipa plastik. 5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, denganbentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya. PENJARANGAN 1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang. * Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan : * Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka. * Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicumumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar). * Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2kurang sekali sehingga

pertumbuhan ikan lele terhambat. 2. Cara penjarangan pada benih ikan lele : * Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2 * Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2 * Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2 PEMBERIAN PAKAN 1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan darikantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas. 2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaituDaphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebutdiberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air.Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir,benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yangberkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepadabenih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dansedikit bubur nestum. 3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari. 4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassasetiap hari. 5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari. 6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari. 7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung. (Sumber : ikanlelesangkuriang.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 06:56 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Pendederan Lele

Pengertian Pendederan Lele


Pendederan Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini. Pakan anakan lele berupa : - pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari. - Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya. kualitas air dapat dinilai secara fisik : - air harus bersih - berwarna hijau cerah - kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm). Ukuran kualitas air secara kimia : - bebas senyawa beracun seperti amoniak - mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C). Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi.

apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hatihati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai. (Sumber : teknis-budidaya.blogspot.com)
JUMAT, 22 APRIL 2011

Pertanyaan-Pertanyaan Seputar Budidaya Lele


Anda bisa menemukan beberapa jawaban dan informasi yang selama ini Anda butuhkan seputar permasalahan yang sedang Anda hadapi dalam budidaya lele . Di bawah ini adalah pertanyaan-pertanyaan seputar cara budidaya lele . 1. Bagaimana cara mempercepat pertumbuhan bobot lele? Salah satu caranya adalah dalam pengaturan pemberian pakan. Pemberian pakan biasanya pada siang hari dan pada malam hari dengan frekuensi 3 - 5 kali pemberian pakan. Jumlah pakan yang diberikan berpariasi antara para pembudidaya, begitupun menurut beberapa literatur, yaitu 3 - 5 % berat badan lele. Ternyata satu hal yang perlu diperhatikan untuk mempercepat bobot lele adalah dengan cara memberi pakan pada malam hari. Resep ini di peroleh dari lele2010.blogspot.com. Dikatakan bahwa lele adalah ikan yang mencari makan pada malam hari, oleh sebab itu maka pemberian makan pada malam hari akan lebih mempercepat pertumbuhan bobot ikan lele. 2. Bagaimana Gambaran Penambahan Berat Lele dari waktu Kewaktu Sangat bermanfaat sekali bila kita mengetahui berat lele. Untuk memberi pakan sebanyak 3 -5 % dari berat badan (biomasa) lele, tentu pertama-tama kita harus mengetahui berapa berat lele dalam kolam Anda. Cara paling praktis dan bisa Anda lakukan adalah dengan menimbangnya langsung dengan cara sampling. Cara untuk mengetahui berapa berat lele dalam 1 kolam : Hal ini berguna untuk mengukur berapa jumlah pakan yang harus diberikan perharinya dalam kolam tersebut. Caranya : Timbang 1 0ns atau 5 ons atau 1 kg lele pada kolam tersebut, lalu hitung jumlahnya. Anda tentu sudah tahu jumlah lele ketika pertama kali di tebar. Bila Anda tidak mengetahui estimasi jumlah lele dalam satu kolam maka ada kesalahan dalam cara pengelolaan budidaya Anda. Misal, Pertama kali dalam satu kolam, Anda menebar bibit 7.000 ekor. Sekarang, setelah 1 bulan, Anda ingin mengetahui berat lele pada kolam tersebut. Maka Anda melakukan hal seperti diatas. Setelah Anda menimbangnya sebanyak 1 kg dan menghitungnya, ternyata ada 200 ekor. 7.000 : 200 = 35. Maka berat lele pada kolam tersebut saat ini adalah 35 kg. Setiap Anda ingin mengetahui berat lele maka Anda bisa melakukannya dengan cara di atas. Cara lain adalah dengan melihat tabel penambahan berat badan. Tabel ini bisa membantu Anda mengetahui penambahan bobot lele dari waktu ke waktu.

TABEL 1. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PAKAN LELE DUMBO 1.000 EKOR DENGAN MASA PEMELIHARAAN SAMPAI DENGAN 3 BULAN
Hari ke 1 10 11 20 21 30 31 40 41 50 51 60 61 70 71 80 81 90 Berat per ekor (g) 12 25 40 55 70 85 100 115 130 jumlah Kebutuhan pakan per ekor (g) 0,36 0,75 1,20 1,65 2,10 2,55 3,00 3,45 3,90 189,60 Kebutuhan per 10 hari untuk 1.000 ekor (Kg) 3,60 7,50 12,00 16,50 21,00 25,50 30,00 34,50 39,00

(Sumber tabel : lele2010.blogspot.com) Dari tabel tersebut dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut. Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya Berat badan lele pada usia 90 hari (3 bulan) adalah 130 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele. Selama 3 bulan, kebutuhan pakan pelet untuk 1.000 ekor lele yaitu 189,6 kg.

Anda pun bisa melakukan riset sederhana untuk mengetahui berat lele dari waktu-kewaktu dengan cara menimbang lele secara periodik. Lalu catat dan dokumentasikan. Lakukan untuk tiap kali tebar. Setiap Anda melakukan tebar benih maka pada periode-periode tertentu Anda melakukan riset sederhana ini. Kiranya, bila Anda sudah melakukan pencatatan setidaknya 5 kali, ini bisa di jadikan rujukan internal buat Anda sendiri. 3. Kapan penambahan Air pada kolam karpet harus dilakukan? Bila air dalam kolam karpet berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan dari tinggi awal 30 cm hingga menjadi 60 cm secara bertahap setiap bulan (dalam sebulan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm). Air kolam setinggi 30 cm merupakan kondisi ketinggian air saat benih dimasukkan ke dalam kolam, sedangkan tinggi air kolam 60 cm merupakan ketinggian air saat ikan memasuki usia 3 bulan. (Sumber :lele2010.blogspot.com) 4. Kapan penggantian air kolam harus dilakukan? Penggantian air dilakukan saat air kolam mulai tampak kotor Saat membersihkan kotoran, pralon B dipasang untuk mengurangi air, tetapi air di dalam kolam jangan sampai habis. Dengan demikian, lele tetap terendam air di dalam kolam. Pada saat melakukan kegiatan ini, lele yang pertumbuhannya lambat (berukuran kecil) diambil untuk dikonsumsi. Sebenarnya lele dumbo dapat hidup dan berkembang di dalam air kotor (misalnya air comberan). Namun, dagingnya akan berbau tidak sedap dan warna kulitnya pun kehitam-hitaman sehingga akan mengurangi minat konsumen.(Sumber :lele2010.blogspot.com) 5. Apa jenis tanaman yang bisa dijadikan pelindung kolam? Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air.

Jenis tanaman pelindung yang biasa digunakan yaitu apu-apu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele.(Sumber :lele2010.blogspot.com) 6. Bagaimana memberi pakan untuk lele yang masih kecil? Bibit lele yang masih kecil ukuran lubang mulutnya pun kecil sehingga pakan pelet yang diberikan harus dihaluskan (digerus). Pemberian pelet halus dilakukan selama I minggu. Setelah itu, pakan tidak perlu dihaluskan. Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari pada jam tertentu dan berkesinambungan. Upaya untuk menekan pengeluaran biaya pembelian pakan lele dumbo terus dilakukan. Pakan lele berupa pelet buatan pabrik dianggap sangat mahal. Solusinya yaitu dengan memberikan keong mas (siput murbei) sebagai pakannya. Bagi petani padi, keong mas ini merupakan hama yang selalu muncul pada musim tanam padi. Kelompok masyarakat uji-terap di Bekasi telah mampu melakukan penekanan biaya terhadap pembelian pakan lele (pelet) dengan memberikan pakan berupa keong mas yang diberikan saat lele berusia I bulan - 3 bulan. Pemanfaatan keong mas untuk pakan lele akan membantu mengurangi jumlah keong mas sebagai hama tanaman padi. (Sumber :lele2010.blogspot.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 22:19 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele, Karya Tirta Utama

Budidaya Lele Untuk Pemula


Semangat Anda sebagai pemula dalam budidaya lele kini semakin lengkap karena Anda sebentar lagi akan mengetahui bagaimana langkah-langkah untuk budidaya lele yang benar. Dengan demikian tingkat keberhasilan Anda menjadi makin besar. Silahkan simak penjelasan di bawah ini. Pengetahuan ini kami ambil dari lele2010.blogspot.com. Apa yang kami peroleh kami praktekkan pula dan yang sesuai dengan kondisi di tempat kami maka kami pakai terus sambil terus perbaikan dan riset kecil-kecilan. Tidak seratus persen apa yang kami rujuk kami praktekkan, kami sesuaikan dengan kondisi kolam di tempat kami. Budidaya yang kami paparkan dengan sistem kolam terpal atau kolam karpet. Pemeliharaan Dan Perawatan Lele Pada Kolam Terpal Untuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh karena itu, kolam karpet yang telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang baru dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam. Cara Pengisian Air dan Bibit a. Cara Pengisian Air 1. Bagian dalam kolam karpet dicuci dengan menggunakan kain atau sikat. Pencucian ini mutlak dilakukan untuk menghilangkan bau lem atau zat kimia lainnya yang dapat mematikan bibit ikan. Setelah itu, bagian dalam kolam dikeringkan dengan menggunakan pipa pralon A dan B. 2. Setelah itu, menyiapkan tanah yang halus atau lumpur yang sudah jadi untuk dimasukkan ke dalam kolam karpet dengan ketebalan kurang lebih 10 cm. Sebaiknya tanah atau Lumpur yang telah jadi tersebut tidak mengandung pestisida atau bahan kimia yang dapat mematikan ikan.

3. Kolam diisi dengan air setinggi kurang lebih 10 cm dari atas permukaan lumpur. Perendaman lumpur dilakukan sekitar 3 - 4 hari (lebih lama akan lebih baik). Proses tersebut untuk menstabilkan keadaan air kolam, misalnya mengendapkan partikel-partikel yang dapat membahayakan pertumbuhan bibit lele. Jika proses perendaman lumpur tersebut tidak dilakukan, maka kematian bibit akan relatif besar. Pada saat proses perendaman lumpur ini, benih jangan dimasukkan dahulu. 4. Setelah proses perendaman lumpur, air kolam ditambah hingga setinggi 30 cm. Kedalaman tersebut sangat ideal bagi bibit yang sewaktu-waktu bergerak ke permukaan air untuk proses pernafasannya. Jika kedalamannya melebihi tinggi air tersebut maka lele akan lebih banyak mengeluarkan energi untuk bergerak ke permukaan air sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan badannya. Catatan : Karya Tirta Utama tidak memberikan lumpur sebagaimana yang diuraikan padan no. 2 dan 3. Namun semua proses yang lainnya dipraktekkan. b. Cara Pengisian Bibit 1. Selanjutnya disiapkan bibit sebanyak 1.000 ekor yang berukuran kurang lebih 10 cm berat sekitar 10 - 12 g per ekor. Pemeliharaan dalam kolam karpet, sebaiknya tidak menggunakan bibit yang berukuran kecil (5 - 7 g) agar tidak terjadi banyak kematian. Jadi, bibit yang layak untuk kolam karpet harus berukuran sebesar pensil, sedangkan yang harus dihindari adalah pemakaian bibit sebesar batang korek api. Namun, pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru dibeli (baru tiba) jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam ember tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar bibit lele dapat beradaptasi dengan suhu air dalam kolam. 2. Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam karpet. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan setelah beberapa jam kemudian.

Pengadaptasian bibit-bibit lele, sebelum dimasukkan ke dalam kolam Cara Perawatan Lele Pada Kolam Terpal Perawatan lele di kolam karpet pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam karpet adalah sebagai berikut. 1. Penambahan air dalam kolam karpet Bila air dalam kolam karpet berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan dari tinggi awal 30 cm hingga menjadi 60 cm secara bertahap setiap bulan (dalam sebulan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm). Air kolam setinggi 30 cm merupakan kondisi

ketinggian air saat benih dimasukkan ke dalam kolam, sedangkan tinggi air kolam 60 cm merupakan ketinggian air saat ikan memasuki usia 3 bulan. 2. Penggantian air Penggantian air dilakukan saat air kolam mulai tampak kotor Saat membersihkan kotoran, pralon B dipasang untuk mengurangi air, tetapi air di dalam kolam jangan sampai habis. Dengan demikian, lele tetap terendam air di dalam kolam. Pada saat melakukan kegiatan ini, lele yang pertumbuhannya lambat (berukuran kecil) diambil untuk dikonsumsi. Sebenarnya lele dumbo dapat hidup dan berkembang di dalam air kotor (misalnya air comberan). Namun, dagingnya akan berbau tidak sedap dan warna kulitnya pun kehitam-hitaman sehingga akan mengurangi minat konsumen. 3. Tanaman pelindung dalam kolam Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air. Jenis tanaman pelindung yang biasa digunakan yaitu apu-apu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele.

Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan makanan tambahan 4. Pemberian pakan Bibit lele yang masih kecil ukuran lubang mulutnya pun kecil sehingga pakan pelet yang diberikan harus dihaluskan (digerus). Pemberian pelet halus dilakukan selama I minggu. Setelah itu, pakan tidak perlu dihaluskan. Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari pada jam tertentu dan berkesinambungan. Upaya untuk menekan pengeluaran biaya pembelian pakan lele dumbo terus dilakukan. Pakan lele berupa pelet buatan pabrik dianggap sangat mahal. Solusinya yaitu dengan memberikan keong mas (siput murbei) sebagai pakannya. Bagi petani padi, keong mas ini merupakan hama yang selalu muncul pada musim tanam padi. Kelompok masyarakat uji-terap di Bekasi telah mampu melakukan penekanan biaya terhadap pembelian pakan lele (pelet) dengan memberikan pakan berupa keong mas yang diberikan saat lele berusia I bulan - 3 bulan. Pemanfaatan keong mas untuk pakan lele akan membantu mengurangi jumlah keong mas

sebagai hama tanaman padi. Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan jumlah kebutuhan pakan 1.000 ekor lele dengan masa pemeliharaan sampai dengan 3 bulan. Pemberian pakan harian yang ideal yaitu 3 % dari berat badan. Perhitungan dilakukan per 10 hari seperti dijelaskan pada Tabel 1. TABEL 1. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PAKAN LELE DUMBO 1.000 EKOR DENGAN MASA PEMELIHARAAN SAMPAI DENGAN 3 BULAN
Hari ke 1 10 11 20 21 30 31 40 41 50 51 60 61 70 71 80 81 90 Berat per ekor (g) 12 25 40 55 70 85 100 115 130 jumlah Kebutuhan pakan per ekor (g) 0,36 0,75 1,20 1,65 2,10 2,55 3,00 3,45 3,90 189,60 Kebutuhan per 10 hari untuk 1.000 ekor (Kg) 3,60 7,50 12,00 16,50 21,00 25,50 30,00 34,50 39,00

Dari tabel tersebut dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut. Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya Berat badan lele pada usia 90 hari (3 bulan) adalah 130 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele. Selama 3 bulan, kebutuhan pakan pelet untuk 1.000 ekor lele yaitu 189,6 kg.

Perhitungan Laba Dari tabel 1. diatas akan terlihat pengeluaran biaya untuk kebutuhan pakan lele adalah 189 kg x Rp 3.000,00 = Rp 568.800,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 300,00 = Rp 300.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 568.800,00 + Rp 300.000,00 = Rp 868.800,00 Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah Rp 969.500,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 969.500,00 - Rp 868.800,00 = Rp 100.700,00. Hasil usaha tersebut masih sangat sedikit. Jika menggunakan pakan tambahan (substitusi) maka hasil usaha yang didapatkan akan lebih besar. Pakan Alternatif Dalam uraian analisis usaha, dijelaskan bahwa kebutuhan pakan pelet yang dianjurkan yaitu 90 kg. Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam. Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan.

Dalam Tabel I dapat dilihat bahwa kebutuhan pakan pelet lele hingga berusia satu bulan, yaitu 23,1 kg. Jika target pakan 90 kg maka sisanya (66,9 kg) dapat digunakan untuk pakan tambahan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.

Keoang mas (menempel pada dinding kolam) sangat disukai lele Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan. Jika keong mas jumlahnya cukup banyak maka dapat disimpan dalam kolam gali tanpa diberi pakan. Sebaiknya, keong mas disimpan untuk kebutuhan pakan lele selama periode I minggu. Selain itu, daging keong mas dapat dikeringkan untuk persediaan pakan lele. Namun, sebelum dimasukkan ke dalam kolam, keong mas harus direbus terlebih dahulu (atau direndam dalam air mendidih) agar dagingnya menjadi lunak. Untuk memenuhi kebutuhan pakan lele dalam usaha makro, sebaiknya pakan pelet tersebut dibuat sendiri. Akhirnya, dari uraian tentang pakan lele perlu digarisbawahi upaya yang harus dilakukan yaitu menekan pengeluaran biaya pembelian pakan untuk memaksimalkan perolehan hasil usaha.
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 21:22 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

RABU, 20 APRIL 2011

Untung Jutaan Dari Budidaya Lele Skala Kecil


Pekarangan rumah luas dan Anda suka budidaya ikan? Ada baiknya Anda melirik budidaya lele ini. Budidaya lele ini ternyata tak melulu 'jorok' karena sudah bisa dikembangkan sistem budidaya yang lebih murah, bersih dan menjanjikan dengan suplemen organik sehingga bisa maksimal hasilnya. Bisnis budidaya ikan lele ini pun tampaknya akan selalu menguntungkan. Hal ini karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan ikan sebagai sumber protein yang tinggi dengan harga yang terjangkau. Ikan menjadi alternatif mengingat harga daging yang makin hari makin mahal. Ikan lele sendiri memiliki nilai gizi yang mumpuni disamping dagingnya yang gurih. Lele mengandung protein yang tinggi dan zat penguat tulang (kalsium) yang baik untuk makanan anak balita. Selain itu lele juga mengandung mineral lain yang penting pula untuk kesehatan tubuh.

Dengan fakta-fakta itu, maka pada akhirnya ikan lele dapat dijadikan peluang usaha yang menarik. Mengingat selama ini budidaya ikan lele selalu terkesan 'jorok', kini budidaya ikan air tawar tersebut sudah berkembang menjadi lebih murah, bersih, dan menjanjikan. "Sekarang untuk budidaya ikan lele, kita sudah ada suplemen organik yang dapat membantu budidaya lele lebih maksimal. Karena suplemen organik ini memiliki fungsi sebagai penjaga kualitas air, menignkatkan percepatan pembesaran bibit lele jika dicampur dengan pakannya, dan mengurangi tingkat mortalitas dari bibit lele," jelas Deden A.S, sebagai salah seorang pembudidaya lele yang ditemui detikFinance, Minggu (21/11/2010). Deden, yang memulai budidaya lele ini sejak tahun 2006, diawali hanya iseng-iseng di pekarangan rumahnya dengan membuat kolam dari terpal sebesar 3x3x1 meter yang diisi air setinggi 7O cm. Dengan pola budidaya intensif, kolam tersebut dapat menampung jumlah tanam bibit ikan lele sebanyak kurang lebih 1800-2000 yang masing-masing bibit tersebut berukuran 10-12 cm. "Setelah membuat kolam dan menaruh bibit lele tadi, kemudian memberi pakan dan suplemen organik dengan waktu teratur, selama 45 hari saya bisa memanen lele tersebut dengan jumlah berat sebesar 200 Kg - 250 Kg untuk jumlah maksimalnya," ujar Deden. Bagi anda yang tertarik mencoba membudidayakan ikan lele ini, Deden memberi asumsi perhitungan yang sederhana. Dimulai dengan membuat kolam dari terpal dengan ukuran 3x3x1 meter yang tentunya memerlukan biaya yang tidak begitu mahal ketimbang membuat kolam dari semen atau kolam gali. "Masalah perhitungan harga pembuatan kolam dari terpal, tentu semua orang akan tahu berapa biaya yang dibutuhkan. Karena terpal sendiri permeternya murah," jelas Deden. Kemudian, Deden memberikan asumsi biaya pembelian bibit lele dengan harga Rp 300 per ekor. Jika untuk kolam 3x3x1 meter dapat menampung bibit kurang lebih 2000 ekor, maka kita hanya perlu mengeluarkan kocek sebesar Rp 600.000 (Rp 300 x 2000 ekor). Mengingat lama pembesaran membutuhkan waktu selama 45 hari, maka kebutuhan pakan yang dibutuhkan adalah sejumlah 90 Kg (2 Kg perhari). Nantinya, Biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 660.000, dengan harga pakannya perkarung adalah Rp 220.000 seberat 30 Kg. Adapun, pembelian kebutuhan suplemen organik adalah Rp 180.000 untuk 4 botol selama 45 hari pembesaran bibit. Empat botol tersebut akan difungsikan untuk pemaksimalan kualitas air dan bibit lele. Pada akhirnya, total biaya yang dibutuhkan adalah kurang lebih Rp 1440000. Berikut adalah ringkasan dari modal yang dibutuhkan perkolamnya adalah: * Harga Bibit Lele : Rp 300 x 2000 ekor = Rp 600.000 * Harga Pakan : Rp 220.000 x 3 karung = Rp 660.000 * Harga Suplemen Organik: Rp 45000 x 4 botol = Rp 180.000 * Total Biaya Produksi: Rp 1.440.000 Melalui asumsi modal tersebut dari Deden, maka keuntungan yang bisa didapat dari satu buah kolam dengan target panen 2.000 bibit adalah 200 Kg - 250 Kg. Deden menjelaskan, bahwa harga eceran yang bisa diraih adalah senilai Rp 15.000 perkilonya. Sedangkan untuk harga yang dijual ke pasar, dapat diraih sebesar Rp 12000 perkilonya. Sehingga, lanjut deden, jika diambil dari asumsi harga terendahnya, maka keuntungan yang bisa diambil

adalah Rp 960.000 untuk satu kolam. Jumlah tersebut diambil dari penjualan lele sebanyak 200 Kg x Rp 12.000 yang berjumlah Rp 2400.000 dikurangi biaya produksi yang berjumlah Rp 1.440.000. "Jika panen yang kita hasilkan maksimal, kita dapat mencapai berat sejumlah 250 Kg. Keuntungan yang bisa diambil dari selisih total penjualan dan biaya produksi adalah sebesar Rp 1.560.000 perkolamnya," tegas Deden. Dari penjualan lele tadi saja, jelas Deden, itu sudah merupakan peluang usaha yang menarik di samping aktivitas kesibukan sehari-hari. Karena biaya yang dibutuhkan tidak membutuhkan nilai investasi yang tinggi. "Dari sisi waktu tidak begitu lama, malah simple dan sederhana. Yang penting disiplin saja dalam jadwal pemberian pakan dan suplemen organiknya.'' kata Deden. Berbicara mengenai peluang yang lebih luas lagi. Hasil dari lele tersebut, dapat dijadikan berbagai macam peluang usaha lainnya yang lebih menarik tentunya. Selain yang sudah kita ketahui, lele dapat dijadikan menu makanan pecel lele. Namun di sisi lain, hasil dari olahan daging ikan lele dapat dijadikan berbagai macam hasil. Misalnya, daging lele dapat dijadikan nugget lele, abon lele, lele asap, bakso lele, dan bahkan dapat dijadikan filet lele. Mengingat kebutuhan filet lele untuk ekspor sangat tinggi. "Atau mungkin kita dapat mengembangkan dari hasil ikan lele tersebut menjadi olahan-olahan penganan menurut ide dan kreativitas kita yang memiliki nilai jual tinggi," ucap Deden.(Sumber:detikfinance.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 06:18 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

Budidaya Lele Organik Lebih Hemat Biaya 40 Persen


Teletong alias kotoran sapi rupanya tak hanya bermanfaat untuk pupuk organik. Di Banyuwangi, Jawa Timur, kotoran sapi saat ini juga populer untuk budidaya lele organik. Tak perlu beli pakan, hasil panen ternyata lebih gurih. Abdul Kohar, 48, salah satu petani Banyuwangi yang ikut mengembangkan budidaya lele organik mengatakan bahwa konsep budidaya lele organik mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup dan pakannya berasal dari bahan organik. Di belakang rumahnya, Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran masing-maisng 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi. Menurutnya, berbeda dengan budidaya lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya berasal dari pabrikan (pelet). Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagin sirip dan insang. "Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam," terang Abdul Kohar, kepada Tempo, akhir pekan lalu. Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas. "Dan tentunya, lebih sehat," tegas petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada ini. Membudidayakan lele organik memang membutuhkan keuletan tersendiri. Sebabnya, kata dia, setidaknya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup.

Kohar biasa menebar 21 ribu benih yang dibelinya dari daerah sekitar seharga Rp 25 per benih. Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter. Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Kohar menceritakan, setiap kali panen ia bisa menghasilkan enam kuintal lele, dengan harga Rp 9 ribu perkilogramnya. Meski pasarnya masih seputar Banyuwangi, namun menurut dia, budidaya lele organik hemat biaya hingga 40 persen. Sebab ia tak perlu lagi membeli pakan pabrikan. Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. "Menghemat biaya dan tenaga," kata ayah enam anak ini. Di tangan Kohar pula, sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman padinya seluas satu hektar. Kohar sebenarnya sudah akrab dengan pupuk organik sejak tahun 2005 lalu. Ia juga tercatat sebagai salah satu petani yang konsisten memakai pupuk organik untuk tanaman padinya. Sebelum membudidayakan lele organik empat bulan lalu, kotoran ternak sapinya yang berjumlah enam ekor langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi. Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S Sirtanio) Samanhudi mengatakan, budidaya lele organik di Banyuwangi masih dikembangkan oleh enam petani. Pasarnya juga masih terbatas di Banyuwangi. Menurut dia, hal itu disebabkan karena budidaya lele organik masih tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat. Lele, kata dia, masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. "Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia," terangnya. Sementara ditilik dari segi gizi, kata dia, lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh. (Sumber:tempointeraktif.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 06:13 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele, Lele Organik

MINGGU, 10 APRIL 2011

Benarkah Pertumbuhan Lele Di Kolam Tanah Lebih Cepat Di Banding Kolam Terpal?
Apa bedanya pelihara ikan di kolam terpal dengan di kolam tanah, padahal keduanya sama-sama dapat ditumbuhi plankton? Betul, kedua jenis kolam sama-sama bisa tumbuh plankton. Tetapi kolam terpal yang tidak diberi tanah kekurangan mineral renik seperti Cu Co Mo Mn Fe B Zn. Kolam lele umumnya stagnan/tak ganti air dan biasanya asupan mineral renik tersebut juga tidak ditambahkan dari luar. Akibatnya pertumbuhan lele terpal lebih lambat.

Tanah selain berfungsi menyediakan mineral juga sebagai gudangnya/tukar ion. Jika air kurang ion maka tanah akan menyuplainya. Jika air kelebihan ion maka tanah akan mengikatnya. Ini dilakukan oleh partikel tanah terutama yang banyak bahan organik seperti ligan/kompleks dalam ilmu kimia. Kita tahu EDTA juga berfungsi seperti ini terutama untuk melarutkan Ca Mg (makro) Fe (mikro) agar dapat digunakan plankton dengan teratur dan aman. Mineral renik umumnya beracun jika dia zat tunggal. Sehingga plankton kolam tanah akan lebih stabil.Untuk mengatasinya dapat ditambahkan tanah atau abu pada kolam terpal secara teratur sebagai suplai mineral. Tambahan pula, permukaan partikel tanah berfungsi sebagai substrat bakteri untuk merombak bahan organik sekaligus penyuplai mineral bagi bakteri yang sangat lengkap. Dengan demikian air kolam tanah akan lebih baik karena perombakan bahan organik yang cepat. Ini ditandai air kolam terpal akan cepat bau. Namun kelemahannya, kolam tanah yang berumur lama dan jarang dikeringkan atau ditreatment terutama dengan bakteri anaerob, akan cepat tereduksi sehingga oksigen dasar tanah akan sangat rendah. Ini mungkin tidak masalah bagi lele namun ini bermasalah bagi ikan yang tidak mampu bernapas langsung dari udara. (Sumber : artaquaculture.blogspot.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 07:40 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele, Kolam Lele

Ukuran Air Pada Kolam Untuk Lele Ukuran 5-7 cm


Berapa ukuran ketinggian air kolam untuk bibit lele ukuran 5-7 cm? Pada hari 22 28 sejak penetasan ukuran lele sudah mencapai ukuran 5 s/d 7 cm. Pakannya dapat menggunakan pakan F 999 serta sudah mulai untuk pembesaran. Ketinggian air ditambah menjadi 40 s/d 50 cm. (Sumber : lala-agraria.blogspot.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 07:19 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

Kunci Keberhasilan Pembesaran Lele


Di desa Gunungsari, kecamatan Beji, Pasuruan, seorang petani lele berhasil membudidaya ikan lele dengan hasil yang maksimal. Dalam kolam seluas 120m2, Kayat, demikian nama petani lele itu menebar 22000 ekor bibit lele dumbo berukuran 5cm-7cm. Hampir 3 bulan kemudian, bibit yang mulanya hanya berbobot 90kg, saat panen menjadi 2 ton lebih. Dengan harga Rp.9.500 per kilogram untuk lele konsumsi, omzet yang didapat Kayat sekitar 19 juta rupiah. Dari omzet tersebut, Kayat mengeruk laba bersih sekitar 9 juta sesudah dipotong biaya untuk bibit, pakan dan obat-obatan. Perawatan Tepat Budi daya lele sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan. Di desa Gunungsari yang dikenal sebagai sentra budidaya lele konsumsi itu, sekitar 60 persen masyarakatnya menekuni usaha ini. Namun demikian, hanya sedikit saja yang mendapatkan hasil maksimal seperti yang diperoleh Kayat. Tidak jarang, diawal-awal atau pada minggu pertama setelah penebaran, banyak bibit lele yang mati. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kondisi air kolam yang kotor, bibit kurang baik, hingga serangan penyakit. Tidak sedikit petani lele di daerah itu gagal panen karena lelenya mati semua. Kalau sudah begitu, bukan keuntungan yang didapat, tetapi jutaan rupiah akan melayang. Lele Usut punya usut, keberhasilan Kayat dalam budi daya lele diawali dari persiapan kolam secara matang, kemudian pembelian bibit lele yang baik/tidak mudah sakit, hingga pemberian pakan yang cukup.

Untuk menghindari kondisi air kolam rusak, sirkulasi air perlu diatur, terutama setelah pemberian pakan, dengan demikian air kolam akan selalu bersih dan lele tidak mudah terserang penyakit. Lele tergolong ikan dengan konsumsi pakan cukup besar, jika pakan kurang, maka sesama lele akan saling memangsa. Untuk itu pemberian pakan jangan sampai telat. Untuk mengirit biaya pakan, Kayat biasa memberikan limbah telur atau ayam sebagai pengganti pakan pelet yang harganya sangat mahal. Kebutuhan total pakan lele sendiri bisa mencapai 80% dari total biaya operasional. Apa kunci dari keberhasilan panen lele milik Kayat ? Kuncinya adalah perawatan air kolam dan pemberian pakan yang cukup. Dalam perawatan air kolam, selain menggunakan cara-cara yang sudah biasa dilakukan, Kayat pun menambahkan larutan probiotik. (Sumber : ikanlelesangkuriang.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 07:09 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

RABU, 23 MARET 2011

Sistem Organik Selamatkan Peternak Lele Banyuwangi


Banyuwangi, Kompas - Pembudidayaan dengan sistem organik menyelamatkan para peternak lele di Banyuwangi, Jawa Timur. Budidaya lele organik ini mampu menekan jumlah kebutuhan pakan hingga 40 persen, mengurangi angka kematian bibit, dan mempercepat masa panen dibandingkan dengan sistem pembudidayaan konvensional. Budidaya lele organik itu dikembangkan oleh sejumlah pengurus Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) di Banyuwangi. Salah satu penggagasnya adalah Abdul Kohar, Ketua I HKTI Banyuwangi, yang tinggal di Kecamatan Genteng. Menurut Kohar, Rabu (9/2), dengan sistem organik, biaya produksi ternak bisa dipangkas dan angka kematian lele pun hanya lima persen meskipun dalam kondisi iklim yang tidak pasti seperti ini. Masa panen lele pun lebih singkat, yakni 45 hari dengan kuantitas 10-12 ekor per kilogram. Penggunaan pakan pabrikan berkurang hingga 40 persen dari 1 kg pakan untuk 1 kg lele menjadi 0,6 kg untuk 1 kg lele. Pembiakan lele organik ini, menurut Kohar, tak jauh beda dengan pembudidayaan lele biasa. Bedanya, dia menggunakan kotoran sapi yang sudah diubah menjadi pupuk organik sebagai alas dasar kolam. Dengan pupuk itu, mikroorganisme, seperti zooplankton dan pitoplankton, bisa berkembang di kolam. Jazad renik itulah yang menjadi makanan tambahan untuk lele selain pelet, atau makanan pabrikan. Pembudidayaan lele yang pada 2009 hanya dilakukan empat petani di HKTI, kini sudah dikembangkan setidaknya 78 petani di Banyuwangi. Itu belum termasuk petani-petani dari daerah lain, seperti Sragen, yang datang langsung ke Genteng untuk belajar beternak lele organik. Hadi Basori, peternak lele lain yang juga mengembangkan sistem organik, mengakui, lele yang ia pelihara tak mudah terserang penyakit cacar. Peternak pun tak perlu mengeluarkan biaya pengurasan kolam. Pengurasan hanya dilakukan sekali saat panen, bahkan itu pun kadang tidak diperlukan karena endapan kompos bisa dipakai lagi, katanya. Suyitno, petugas penyuluh lapangan pertanian di Kecamatan Genteng, mengatakan, lele yang dikelola secara organik ini mampu mengangkat perekonomian masyarakat di desa-desa. (regional.kompas.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 22:48 0 komentar

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Berita Lele, Budidaya Lele, Lele Organik

Budidaya Lele Secara Organik Lebih Hemat Biaya 40%


Salah satu petani yang mengembangkan budidaya lele organik adalah Abdul Kohar, 48 tahun. Di belakang rumahnya, Jalan Temuguruh, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ia membikin 12 kolam berukuran masing-maisng 3,5 meter x 4 meter untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi.

Budidaya lele organik, menurut Kohar, sebenarnya mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup dan pakannya berasal dari bahan organik. Sementara untuk budidaya lele nonorganik, biasanya dilakukan tanpa perlakuan khusus dengan pakannya berasal dari pabrikan (pellet). Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagin sirip dan insang. "Lele biasa warnanya sedikit lebih hitam," terang Abdul Kohar, kepada Tempo, akhir pekan lalu. Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas. "Dan tentunya, lebih sehat," tegas petani lulusan Teknik Nuklir, Universitas Gajah Mada ini. Membudidayakan lele organik memang membutuhkan keuletan tersendiri. Setidaknya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup. Kohar biasa menebar 21 ribu benih yang dibelinya dari daerah sekitar seharga Rp 25 per benih. Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter. Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Kohar menceritakan, setiap kali panen ia bisa menghasilkan enam kuintal lele, dengan harga Rp 9 ribu perkilogramnya. Meski pasarnya masih seputar Banyuwangi, namun menurut dia, budidaya lele organik lebih menghemat tingkat pengeluaran hingga 40 persen. Sebab ia tak perlu lagi membeli pakan pabrikan.

Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. "Menghemat biaya dan tenaga," kata ayah enam anak ini. Di tangan Kohar pula, sisa air dalam kolam lele ternyata masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman padinya seluas satu hektar. Kohar sebenarnya sudah akrab dengan pupuk organik sejak tahun 2005 lalu. Ia juga tercatat sebagai salah satu petani yang konsisten memakai pupuk organik untuk tanaman padinya. Sebelum membudidayakan lele organik empat bulan lalu, kotoran ternak sapinya yang berjumlah enam ekor langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi.

Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S Sirtanio) Samanhudi mengatakan, budidaya lele organik di Banyuwangi masih dikembangkan oleh enam petani. Pasarnya juga masih terbatas di Banyuwangi. Menurut dia, hal itu disebabkan karena budidaya lele organik masih tergolong baru sehingga belum populer di masyarakat. Lele, kata dia, masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. "Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia," terangnya. Sementara ditilik dari segi gizi, kata dia, lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh. IKA NINGTYAS (/ikaningtyas.blogspot.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 22:27 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele, Lele Organik

Pemberian Pakan Lele Organik Dari Kotoran Sapi


Apakah Anda sudah melihat sebuah peluang besar dari budidaya lele? Satu pasar tradisional diwilayah kami saja menyerap 250 kg perhari. Ini belum termasuk permintaan dari para bandar dan pembeli eceran yang langsung datang ke lokasi kolam. Sudah banyak yang mencoba budidaya lele,namun kenyataannya tidak sedikit yang gulung tikar karena makanannya yang mahal tak sebanding dengan harga jualnya. Anda akan tahu sekarang, ternyata ada cara lain untuk budidaya ikan lele yang lebih hemat biaya, yaitu dengan menggunakan kotoran Sapi sebagai pakan.

Cara ini, sebagaimana sampaikan peluangusaha-oke.com, ternyata sangat baik untuk pertumbuhan ikan lele dan rasanya pun lebih gurih daripada ikan lele yang diberi pakan sentrat. Cara ini sangat populer di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Dengan memberi pakan ikan lele secara Organik maka seakan lele hidup di alam bebas, dimana hidupnya dari makan bahan2 organik.

Tentu ini sangat baik jika anda barengi dengan ternak Sapi. Sebab anda bisa menggunakan kotorannya sebagai pakan ikan lele anda. Namun anda juga bias mencarinya di sekitar anda. Hasil panen dari Budidaya ikan lele Organik dengan ikan lele non organik sangatlah berbeda. Ikan lele organic hasilnya bisa lebih panjang 20 35 cm. Warnanya juga berbeda, ikan lele organic biasanya warnanya agak kemerah-merahan terutama di bagian sirip dan insang. Sedangkan ikan lele non organic warnanya agak kehitam-hitaman. Keuletan dan kesabaran sangat di butuhkan dalam budidaya ikan lele organic. Sebab akan melalui beberapa proses. Pertama, adalah penebaran benih lele pada kolam berisi air dan kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam tiga karung goni tertutup. Bila benih berusia dua minggu, kemudian dilakukan seleksi untuk benih yang berukuran 4-5 milimeter. Benih tersebut dipisahkan di kolam berikutnya selama dua minggu hingga benih berdiameter 10 milimeter. Dua minggu berikutnya, lele diseleksi untuk yang berukuran 20 milimeter. Sejak benih lele berdiameter 10 milimeter itu, kolam yang berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik dari kotoran sapi hingga setinggi 20 centimeter. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Lele organik, baru siap dipanen saat usianya delapan minggu. Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organik. Sehingga ia tak perlu repot mengganti air dalam kolam. Menghemat biaya dan tenaga .

Ikan Lele masih menjadi makanan favorit di masyarakat. Namun kebanyakan yang beredar, mengandung residu akibat pemakaian bahan kimia yang tinggi. Berbeda, kalau organik sudah bebas zat kimia. Sementara ditilik dari segi gizi, Ikan lele organik tingkat kolestorelnya lebih rendah karena mengandung asam lemak tak jenuh.
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 00:25 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele, Lele Organik

SENIN, 21 MARET 2011

Apa saja jenis-jenis makanan yang biasa di santap oleh lele? Sebagai pembudidaya atau orang yang berkecimpung di dunia per-lele-an maka ada bagusnya mengenali apa saja yang dapat dimakan oleh lele. Lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala dan predator di habitat asli lele memakan apa saja diantaranya anak udang, ikan kecil, cacing tanah atau serangga. Bahkan bila kekurangan makanan dia akan bersifat kanibal.(arialnero.wordpress.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 18:49 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

Mengenal Sifat Lele


Dari beberapa spesies Lele yang populer dan mendapat tempat sebagai ikan komersial. Antaranya, Lele lokal (Clarias batracus), Lele dumbo (Clarias gariepinus). Paling populer Lele dumbo karena mudah dibudidayakan secara komersial. Namun, lele lokal sulit diperoleh karena habitatnya di sawah padi, parit, muara air, danau atau sungai. Silahkan kenali sifat-sifat lele berikut. Berbadan bulat tanpa sisik. Kulit berwarna coklat tua atau gelap. Bermata sipit, kecil serta dilengkapi dua sengat berbisa sebagai alat mempertahankan diri. Ikan Lele diklasifikasikan sebagai ikan demersal yang karnivora bermulut lebar. Gemar menyendiri dengan membenamkan diri dalam lumpur atau lubang tanah di tepi batas padi. Tabiatnya hampir sama dengan tapah, bujuk (Channa Lucius), betutu (Oxyeleotris marmoratus) atau ikan sebelah laut (Pseudorhombus spp.). Ikan lele hanya keluar dari tempat persembunyian untuk mencari makan atau menghirup udara (oksigen) segar di permukaan air. (arialnero.wordpress.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 18:48 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

Jenis-jenis Lele Di Indonesia

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Lele mirip ikan baung (Mystus spp.) Atau Sembilang laut (Plotosus spp.). Spesies ini terkenal sangat tahan mampu hidup beberapa jam di darat tanpa air. Ikan Lele memiliki organ arboresen bisa bernafas tanpa air, asalkan insangnya dalam keadaan basah. Di Indonesia ada 6 jenis Ikan Lele yang dapat dikembangkan diantaranya : 1. Clarias batrachus (Lele Lokal), dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). 2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang). 3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur). 6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika. (arialnero.wordpress.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 18:46 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

Mengenal Lele Indonesia


Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Lele mirip ikan baung (Mystus spp.) Atau Sembilang laut (Plotosus spp.). Spesies ini terkenal sangat tahan mampu hidup beberapa jam di darat tanpa air. Ikan Lele memiliki organ arboresen bisa bernafas tanpa air, asalkan insangnya dalam keadaan basah. Di Indonesia ada 6 jenis Ikan Lele yang dapat dikembangkan diantaranya : 1. Clarias batrachus (Lele Lokal), dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). 2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang). 3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur). 6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.

Dari beberapa spesies Lele yang populer dan mendapat tempat sebagai ikan komersial. Antaranya, Lele lokal (Clarias batracus), Lele dumbo (Clarias gariepinus). Paling populer Lele dumbo karena mudah dibudidayakan secara komersial. Namun, lele lokal sulit diperoleh karena habitatnya di sawah padi, parit, muara air, danau atau sungai. DISKRIPSI IKAN LELE

1. Sifat Berbadan bulat tanpa sisik. Kulit berwarna coklat tua atau gelap. Bermata sipit, kecil serta dilengkapi dua sengat berbisa sebagai alat mempertahankan diri. Ikan Lele diklasifikasikan sebagai ikan demersal yang karnivora bermulut lebar. Gemar menyendiri dengan membenamkan diri dalam lumpur atau lubang tanah di tepi batas padi. Tabiatnya hampir sama dengan tapah, bujuk (Channa Lucius), betutu (Oxyeleotris marmoratus) atau ikan sebelah laut (Pseudorhombus spp.). Ikan lele hanya keluar dari tempat persembunyian untuk mencari makan atau menghirup udara (oksigen) segar di permukaan air. 2. Makanan Lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala dan predator di habitat asli lele memakan apa saja diantaranya anak udang, ikan kecil, cacing tanah atau serangga. Bahkan bila kekurangan makanan dia akan bersifat kanibal. 3. Habitat - lebih menyukai tempat yang tenang dengan dasar berlumpur sebagai sarang. Lele hidup normal pada kisaran pH 6-7 dan dapat hidup nyaman pada suhu air 28 derajat celsius dan mampu tumbuh sampai lebih 35 cm. 4. Lokasi -Kolam, Rawa-rawa, anak sungai atau danau berair tenang menjadi pilihan hidup Ikan lele. Ini karena sifatnya tidak gemar bergerak seperti ikan kap kepala besar (Aristichthys NOBILIS), ikan mas (Carassius auratus) atau sia (Mystacoleucus marginatus). 5. Pemijahan-Di habitat asli lele memijah secara alami di rawa, danau atau genangan air. Pemijahan lele tidak lah sulit. Justru, banyak pusat penetasan muncul menjalankan aktivitas ini. Pemijahan dapat dilakukan melalui pemijahan Secara Alami dan Teknik Kawin Suntik Dengan Kelenjar Hipofisa. (arialnero.wordpress.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 18:44 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

MINGGU, 20 MARET 2011

Meramu Pakan Untuk Pembesaran Lele


Sejak krisis ekonomi tahun 1998, kebutuhan ikan lele meningkat dengan cukup pesat. Sebab konsumen daging sapi banyak yang baralih ke daging ayam, sementara konsumen daging ayam banyak yang pindah ke ikan. Dan ikan yang paling banyak diminta konsumen adalah lele. Sebab dibanding dengan ikan mas, nila dan patin, maka harga lele termasuk paling rendah. Lebih-lebih dengan gurami. Harga per kg. ikan mas saat ini Rp 15.000,- ditingkat konsumen. Sementara hargalele hanya Rp 9.000,- dan gurami mencapai Rp 25.000,- per kg. Produksi ikan lele, sebagimana halnya ikan mas, sudah merupakan agroindustri. Pola spesifikasi hulu tengah hilir sudah berjalan cukup baik. Pada bagian hulu ada industri pakan dan pembenihan. Di bagian tengah pembesaran ikan konsumsi dan pemeliharaan calon induk, serta di bagian hilir hanyalah sebatas distribusi dan perdagangan. Sebab daging ikan lele tidak lazim diolah dan diawetkan. Konsumsi ikan lele hanyalah sebatas segar (hidup) untuk digoreng (termasuk pecel lele) atau dimasak basah (mangut). Industri hulu pembenihan lele, dibagi menjadi tiga spesifikasi. Pertama produsen burayak, yakni anak ikan ukuran di bawah 1 cm. Pada bagian ini, peternak akan melakukan pemijahan induk secara buatan, menetaskan telur di akuarium, kemudian membesarkan anak ikan dalam bak-bak pembesaran sampai mencapai ukuran sekitar 1 cm. Burayak ini selanjutnya akan dibesarkan dalam bak-bak berukuran lebih besar sampai mencapai ukuran kebul, yakni benih ikan berukuran antara 1 sd. 3 cm. Selanjutnya kebul akan dibesarkan lagi dalam kolam atau bak yang berukuran lebih besar lagi, hingga mencapai ukuran antara 3 sd 5 cm. yang disebut sebagai putihan. Saat ini putihan lele banyak yang berukuran 7,5 sd. 10 cm. Hingga pembesaran lele konsumsi bisa dipersingkat antara 1 sd. 3 bulan saja. Yang dimaksud sebagai bak pembesaran, bukanlah bak permanen dari batu bata dan semen atau beton. Bak tersebut hanya berupa batu bata yang ditata membujur sebagai dinding setinggi 50 cm, hingga membentuk segi

empat dengan ukuran sesuai volume benih yang akan dibesarkan. Kadang-kadang dinding bak tersebut hanya berupa papan yang diperkuat kaso. Sebagai dasar bak, dihamparkan pasir yang kemudian diratakan serta dipadatkan. Bak darurat itu lalu dilapis plastik. Air yang digunakan hanyalah air sumur biasa, air dari kali atau sumber air lainnya. Peralatan yang sangat penting adalah pompa sedot yang dihubungkan dengan filter. Air dalam bak darurat itu harus bersirkulasi dengan bantuan pompa, masuk ke dalam filter untuk menyaring kotoran lalu dikembalikan ke dalam bak. Teknologi ini sudah biasa dipergunakan oleh penangkar benih ikan dalam menangani air akuarium. Juga digunakan dalam kolam-kolam taman di perumahan. Praktis, investasi bak demikian sangat murah. Nilai paling tinggi hanyalah pada plastik dan pompa. Satu petak bak ukuran 3 X 5 m. misalnya, hanya akan menghabiskan biaya sekitar Rp 50.000,- apabila kita membangun minimal 5 petakan. Pompa berikut filternya sekitar Rp 250.000,- yang bisa digunakan untuk sirkulasi bagi 5 petak kolam tersebut. Hingga investasi tiap petaknya hanya sekitar Rp 100.000,- Komponen biaya paling tinggi dalam industri peternakan dan perikanan adalah pakan. Apabila peternak menggunakan pakan buatan dari toko, nilainya bisa mencapai 70% dari seluruh komponen biaya. Saat ini harga pakan buatan sudah sekitar Rp 2.500,- per kg. Karenanya, para peternak lele biasanya memilih menggunakan pakan ramuan sendiri hingga marjin yang diperoleh bisa lebih besar dibanding penggunaan pakan buatan pabrik. Biasanya, para peternak akan meramu pakan yang terdiri dari dedak halus (bekatul) 20%, ampas tahu 20%, menir atau jagung giling 20%, dan ayam broiller mati yang dibeli borongan di peternakan ayam atau ikan rucah yang dibeli di TempatPelelangan Ikan (TPI) sebanyak 35%, tepung tapioka 5% dan vitamin C serta B Complex. Ayam broiller atau ikan tadi dibersihkan dan hanya diambil dagingnya. Tulang, jeroan serta kulit dibuang. Selanjutnya bahan-bahan itu digiling menggunakan gilingan daging manual. Hasilnya berupa adonan yang liat. Adonan dibentuk lempengan seperti pempek Palembang lalu dikukus sampai benar-benar masak. Tanda kemasakan adalah,apabila ditusuk, sudah tidak ada bagian yang berwarna keputih-putihan. Pakan ramuan sendiri inilah yang dijadikan menu sehari-hari lele tersebut. Baik yang masih berupa burayak, kebul, putihan maupun lele konsumsi. Bedanya, pada pakan burayak, komposisi protein hewaninya diperbesar menjadi 50% dengan ditambah kuning telur. Telur-telur ini pun merupakan telur afkir yang kondisinya masih bagus, yang dibeli di pengusaha penetasan telur ayam maupun itik. Dedak halus, ampas tahu dan menir atau jagungnya dikurangi hingga masing-masing tinggal 15%. Pakan berupa "kue kukus" tersebut bisa tahan disimpan di kulkas sampai dengan 1 minggu. Hingga produksi pakan yang sangat merepotkan ini bisa dilakukan selang 1 minggu sekali, 3 hari sekali atau sesuai dengan kesempatan dan kebutuhan. Cara pemberian pakan cukup dengan ditaruh dalam tampah, nyiru atau nampan kayu dan dimasukkan ke dalam bak atau kolam. Tampah, nyiru atau kotak kayu ini dibuat tiga susun. Tampah paling bawah berukuran paling besar, yang ditengah tanggung dan yang di atas paling kecil. Tiga tampah ini diikat kawat dengan jarak sekitar 15 cm. dan diberi gantungan untuk mengikatkannya di tiang pancang, hingga tampah paling atas hanya masuk ke dalam air sebatas 10 sd. 20 cm. Pakan hanya ditaruh pada tampah bagian atas. Tetapi karena lele itu akan makan secara berebutan, maka pakan akan berhamburan dan jatuh pada tampah kedua. Di sini pun pakan diperebutkan dan kembali berhamburan. Tetapi karena pakan di tampah kedua hanya merupakan ceceran dari tampah diatasnya, maka yang jatuh ke tampah ketiga pun volumenya terbatas. Dengan cara tersebut, pakan yang jatuh dan masuk ke dalam kolam bisa diminimalkan. Burayak, kebul, putihan atau lele di kolam pembesaran itu akan langsung berebutan setiapkali pakan disajikan. Porsi pemberiannya harus pas. Cara untuk mengukur kebutuhan pakan adalah dengan menaruh pakan sedikit demi sedikit. Kalau pakan yang ditaruh habis, berarti perlu ditaruh sedikit lagi. Demikian seterusnya sampai anak lele atau lele konsumsi di kolam pembesaran itu tidak mau makan lagi. Setelah lele kenyang, maka tempat pakan itu diangkat agar pakan yang tersisa tidak mencemari kolam. Pemberian pakan harus dilakukan sesering mungkin. Dalam sehari, pemberian pakan bisa berlangsung empat sampai lima kali. Keterlambatan pemberian pakan, juga pemberian pakan dengan frekuansi hanya dua sampai tiga kali, akan mengakibatkan sebagian lele mengalami kelambatan pertumbuhan, sementara sebagian lain akan tumbuh dengan sangat pesat. Akibatnya akan terjadi kanibalisme. Lele yang kontet menjadi mangsa lele yang pertumbuhannya sangat pesat. Individu lele yang sering melakukan kanibal, akan tumbuh lebih pesat lagi hingga potensial untuk memangsa teman-temannya lebih banyak lagi.

Harga dedak halus, saat ini Rp 800,- per kg. (kering). Harga ampas tahu sekitar Rp 150,- (basah). Harga ayam mati Rp 1.000,- per ekor bobot 1,5 kg. kotor atau 0,75 kg.daging. Menir atau jagung giling Rp 1.500,- per kg. Tepung tapioka Rp 2.000,- per kg. Vitamin-vitamin senilai Rp 50,- per kg. ramuan. Dengan komposisi dedak halus, ampas tahu dan menir 20%, ayam 35% dan tepung tapioka 5%, maka nilai pakan dengan bobot 10 kg adalah Rp 10.900,- atau per kg. basah Rp 1.140,- Biaya produksi (tenaga kerja + bahan bakar) sekitar Rp 200,- per kg. Hingga total nilai pakan Rp 1.340,- bobot basah atau bobot kering Rp 2 000,- Dengan asumsi harga pakan pabrik Rp 2.500,- per kg, maka harga pakan ramuan sendiri ini lebih murah Rp 500,- per kg. Harga lele di tingkat peternak, saat ini Rp 5.500,- dari harga tersebut, peternak mengambil marjin sekitar 20%, hingga harga pokoknya Rp 4.400,- Dari harga pokok tersebut, sekitar 70% atau Rp 3.080,- merupakan nilai pakan. Harga ini menggunakan patokan perhitungan pakan pabrik dengan bobot 1,232 kg. Apabila menggunakan pakan ramuan sendiri dengan nilai Rp 2.000,-per kg, maka nilai pakan itu hanya Rp 2.464,- Berarti, dari tiap kg. ikan lele yang diproduksi menggunakan pakan ramuan sendiri, peternak memperloleh tambahan marjin Rp 616,- Dengan volume pembesaran lele 10 ton dalam jangka waktu 3 bulan, maka marjin tambahan yang bisa diperoleh peternak dari penggunaan pakan tambahan adalah Rp 6.160.000,Perhitungan ramuan pkan dengan konversinya pasti akan sangat bervariasi, tergantung lokasi peternakan dan kejelian peternak untuk memperolehbahan pakan yang berkualitas sama baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Kelebihan penggunaan pakan buatan sendiri adalah, peternak bisa mengatur komposisi protein hewani maupun nabatinya, sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada. Peternak juga bisa mempertinggi prosentase protein hewaninya agar pertumbuhan lele bisa dipercepat, namun tanpa terlalu besar menambah beban biaya pakan akibat pembengkakan nilai protein hewani terebut. Ini semua memerlukan kejelian yang luarbiasa, hingga keong sawah atau darat, kepompong ulat sutera dan cacing tanah misalnya, akan mampu memperbesar marjin. Pemeliharaan cacing tanah, paling tinggi hanya boleh menghabiskan biaya produksi Rp 2.000 per kg. Ini dimungkinkan sebab komponen pakan cacing adalah limbah organik. Meskipun nilai gizi cacing tanah terlalu tinggi untuk dimanfaatkan bagi pembesaran lele. Cacing tanah lebih cocok untuk pakan pembesaran ikan yang nilai ekonomisnya juga lebih tinggi dari lele.(foragri.blogsome.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 21:29 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

MINGGU, 14 NOVEMBER 2010

Cara Perawatan Lele Karpet


PERAWATAN LELE DALAM KOLAM KARPET Perawatan lele di kolam karpet pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam karpet adalah sebagai berikut. 1. Penambahan air dalam kolam karpet Bila air dalam kolam karpet berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan dari tinggi awal 30 cm hingga menjadi 60 cm secara bertahap setiap bulan (dalam sebulan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm). Air kolam setinggi 30 cm merupakan kondisi ketinggian air saat benih dimasukkan ke dalam kolam, sedangkan tinggi air kolam 60 cm merupakan ketinggian air saat ikan memasuki usia 3 bulan.

Jika air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan hingga ketinggian normal kembali 2. Penggantian air Penggantian air dilakukan saat air kolam mulai tampak kotor Saat membersihkan kotoran, pralon B dipasang untuk mengurangi air, tetapi air di dalam kolam jangan sampai habis. Dengan demikian, lele tetap terendam air di dalam kolam. Pada saat melakukan kegiatan ini, lele yang pertumbuhannya lambat (berukuran kecil) diambil untuk dikonsumsi. Sebenarnya lele dumbo dapat hidup dan berkembang di dalam air kotor (misalnya air comberan). Namun, dagingnya akan berbau tidak sedap dan warna kulitnya pun kehitam-hitaman sehingga akan mengurangi minat konsumen. 3. Tanaman pelindung dalam kolam Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air. Jenis tanaman pelindung yang biasa digunakan yaitu apu-apu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele.

Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan makanan tambahan 4. Pemberian pakan Bibit lele yang masih kecil ukuran lubang mulutnya pun kecil sehingga pakan pelet yang diberikan harus dihaluskan (digerus). Pemberian pelet halus dilakukan selama I minggu. Setelah itu, pakan tidak

perlu dihaluskan. Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari pada jam tertentu dan berkesinambungan. Upaya untuk menekan pengeluaran biaya pembelian pakan lele dumbo terus dilakukan. Pakan lele berupa pelet buatan pabrik dianggap sangat mahal. Solusinya yaitu dengan memberikan keong mas (siput murbei) sebagai pakannya. Bagi petani padi, keong mas ini merupakan hama yang selalu muncul pada musim tanam padi. Kelompok masyarakat uji-terap di Bekasi telah mampu melakukan penekanan biaya terhadap pembelian pakan lele (pelet) dengan memberikan pakan berupa keong mas yang diberikan saat lele berusia I bulan - 3 bulan. Pemanfaatan keong mas untuk pakan lele akan membantu mengurangi jumlah keong mas sebagai hama tanaman padi. Berikut ini diberikan gambaran tentang perhitungan jumlah kebutuhan pakan 1.000 ekor lele dengan masa pemeliharaan sampai dengan 3 bulan. Pemberian pakan harian yang ideal yaitu 3 % dari berat badan. Perhitungan dilakukan per 10 hari seperti dijelaskan pada Tabel 1. TABEL 1. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PAKAN LELE DUMBO 1.000 EKOR DENGAN MASA PEMELIHARAAN SAMPAI DENGAN 3 BULAN
Hari ke 1 10 11 20 21 30 31 40 41 50 51 60 61 70 71 80 81 90 Berat per ekor (g) 12 25 40 55 70 85 100 115 130 jumlah Kebutuhan pakan per ekor (g) 0,36 0,75 1,20 1,65 2,10 2,55 3,00 3,45 3,90 189,60 Kebutuhan per 10 hari untuk 1.000 ekor (Kg) 3,60 7,50 12,00 16,50 21,00 25,50 30,00 34,50 39,00

Dari tabel tersebut dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut. Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya Berat badan lele pada usia 90 hari (3 bulan) adalah 130 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele. Selama 3 bulan, kebutuhan pakan pelet untuk 1.000 ekor lele yaitu 189,6 kg. Jadi pengeluaran biaya untuk kebutuhan pakan lele adalah 189 kg x Rp 3.000,00 = Rp 568.800,00. Sementara biaya untuk pembelian bibit, yaitu 1.000 ekor x Rp 300,00 = Rp 300.000,00. Dengan demikian, modal untuk pengadaan sarana produksi adalah Rp 568.800,00 + Rp 300.000,00 = Rp 868.800,00 Berdasarkan perhitungan analisis usaha, target hasil usaha (penjualan lele) adalah Rp 969.500,00. Jadi, hasil usaha yang akan diperoleh adalah Rp 969.500,00 - Rp 868.800,00 = Rp 100.700,00. Hasil usaha tersebut masih sangat sedikit. Jika menggunakan pakan tambahan (substitusi) maka hasil usaha yang didapatkan akan lebih besar.

Dalam uraian analisis usaha, dijelaskan bahwa kebutuhan pakan pelet yang dianjurkan yaitu 90 kg. Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam. Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Dalam Tabel I dapat dilihat bahwa kebutuhan pakan pelet lele hingga berusia satu bulan, yaitu 23,1 kg. Jika target pakan 90 kg maka sisanya (66,9 kg) dapat digunakan untuk pakan tambahan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.

Keoang mas (menempel pada dinding kolam) sangat disukai lele Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan. Jika keong mas jumlahnya cukup banyak maka dapat disimpan dalam kolam gali tanpa diberi pakan. Sebaiknya, keong mas disimpan untuk kebutuhan pakan lele selama periode I minggu. Selain itu, daging keong mas dapat dikeringkan untuk persediaan pakan lele. Namun, sebelum dimasukkan ke dalam kolam, keong mas harus direbus terlebih dahulu (atau direndam dalam air mendidih) agar dagingnya menjadi lunak. Untuk memenuhi kebutuhan pakan lele dalam usaha makro, sebaiknya pakan pelet tersebut dibuat sendiri. Akhirnya, dari uraian tentang pakan lele perlu digarisbawahi upaya yang harus dilakukan yaitu menekan pengeluaran biaya pembelian pakan untuk memaksimalkan perolehan hasil usaha. (lele2010.blogspot.com)
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 08:13 0 komentar Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Budidaya Lele

MINGGU, 20 MARET 2011

Manajemen Budidaya Lele

Anda mungkin perlu mengenal dan memahami setidaknya ada 3 manajemen dalam budidaya lele. Karena dengan memahami ketiga manajemen tersebut tentu sangat membantu Anda mengantarkan kepada keberhasilan budidaya lele dengan hasil yang maksimal. Saya menulis bagian ini di Bandung, senin, 21 Maret 2011 pada saat menjelang kegiatan pertemuan UMKM yang akan diselenggarakan di Hotel Perdana Wisata di Bandung atas Undangan Dari Propinsi. Saya di tunjuk sebagai perwakilan Kab Bekasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Bidang Perikanan Budidaya). Sambil mengisi waktu, saya himpun pengetahuan-pengetahua mengenai pengelolaan budidaya lele. Tulisan di blog ini mungkin Anda melihat hanya merujuk dari pihak lain. Dan memang kenyataannya seperti itu. Saya himpun sebagai literatur kami dalam melakukan budidaya lele, karena kami masih dalam tahap belajar dan untuk menemukan formula budidaya lele yang tepat dan cocok untuk lahan kolam yang kami kelola. Dan tentu kami menyadari mengapa banyak merujuk dari orang lain karena kami bukan ahli pembudidaya lele. Kami hanya pemula yang mencoba serius mengeluti bidang budidaya lele. Saya menemukan, Ada 3 manajemen dalam budidaya lele yang dipaparkan, teknisbudidaya.blogspot.com, meliputi: 1. Manajemen Pakan 2. Manajemen Air 3. Manajemen Kesehatan Manajemen Pakan Pakan anakan lele berupa : pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari. Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya. Anda bisa mencampur pakan buatan tersebut dengan produk tertentu yang mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh. Manajemen Air Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik : - air harus bersih - berwarna hijau cerah - kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm). Ukuran kualitas air secara kimia : - bebas senyawa beracun seperti amoniak - mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C). Kualitas air harus diperhatikan agar selalu dalam keadaan yang optimal. Anda bisa memberikan pupuk buatan pabrikasi tertentu yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat

dan asam humat. Ini mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Manajemen Kesehatan Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hatihati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 19:37

MINGGU, 20 MARET 2011

Manajemen Budidaya Lele

Anda mungkin perlu mengenal dan memahami setidaknya ada 3 manajemen dalam budidaya lele. Karena dengan memahami ketiga manajemen tersebut tentu sangat membantu Anda mengantarkan kepada keberhasilan budidaya lele dengan hasil yang maksimal. Saya menulis bagian ini di Bandung, senin, 21 Maret 2011 pada saat menjelang kegiatan pertemuan UMKM yang akan diselenggarakan di Hotel Perdana Wisata di Bandung atas Undangan Dari Propinsi. Saya di tunjuk sebagai perwakilan Kab Bekasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Bidang Perikanan Budidaya). Sambil mengisi waktu, saya himpun pengetahuan-pengetahua mengenai pengelolaan budidaya lele. Tulisan di blog ini mungkin Anda melihat hanya merujuk dari pihak lain. Dan memang kenyataannya seperti itu. Saya himpun sebagai literatur kami dalam melakukan budidaya lele, karena kami masih dalam tahap belajar dan untuk menemukan formula budidaya lele yang tepat dan cocok untuk lahan kolam yang kami kelola. Dan tentu kami menyadari mengapa banyak merujuk dari orang lain karena kami bukan ahli pembudidaya lele. Kami hanya pemula yang mencoba serius mengeluti bidang budidaya lele. Saya menemukan, Ada 3 manajemen dalam budidaya lele yang dipaparkan, teknisbudidaya.blogspot.com, meliputi: 1. Manajemen Pakan 2. Manajemen Air 3. Manajemen Kesehatan Manajemen Pakan Pakan anakan lele berupa : pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 - 4 hari. Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya. Anda bisa mencampur pakan buatan tersebut dengan produk tertentu yang mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh.

Manajemen Air Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik : - air harus bersih - berwarna hijau cerah - kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm). Ukuran kualitas air secara kimia : - bebas senyawa beracun seperti amoniak - mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C). Kualitas air harus diperhatikan agar selalu dalam keadaan yang optimal. Anda bisa memberikan pupuk buatan pabrikasi tertentu yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat. Ini mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Manajemen Kesehatan Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hatihati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.
Diposkan oleh Sunaryo Saripudin S.Pd. di 19:37

PERSIAPAN KOLAM

Kolam sebagai wadah tempat budidaya harus dipersiapkan mulai dari awal pemilihan sistem Budidaya yang akan diterapkan. Sarana dan prasarana pendukung juga harus dihitung dan dipersiapkan sesuai dengan kepadatan tebar bibitnya.

PERSIAPAN PEMBUATAN KOLAM BETON Penentuan jenis kolam dari tanah, plastik ataupun beton yang terpenting adalah bisa menyimpan masa air selama masa budidaya atau tidak porus.Hal ini penting sekali diperhitungkan karena air yang porus akan berpengaruh sekali terhadap kestabilan kualitas dan kuantitas air selama masa Budidaya, maka pertumbuhan pun akan bisa terpengaruh dari perubahan-perubahan yang tidak stabil ini disamping faktor cuaca. Kolam tanah, persiapan awal selain pemadatan dinding dan tanah dasar supaya tidak porus, maka untuk Budidaya Lele yang sangat perlu diperhatikan adalah dinding atau dasar yang padat membuat Lele tidak mudah bersembunyi membuat lubang, disamping pada dasar dan dinding kolam yang tidak rata permukaannya membuat kotoran tidak mudah terbilas hanyut dalam pembuangan. Sehingga kotoran akan mudah menumpuk pada titik yang tidak rata tsb, hal ini akan terjadi titik daerah mati atau dead zone .

dead zone, adalah terjadinya titik daerah mati, dimana terjadi penumpukan Bahan Organik atau sampah yang terkumpul pada area-area tertentu. Daerah ini Kadar amoniak dan gas-gas beracun mulai tinggi sehingga tidak disukai oleh ikan. Apabila ada pakan ikanyang jatuh pada titik-tik ini maka ikan tidak akan mau makan, atau daerah ini temapt menjadi sarangnya beberapa bakteri phatogen yang menyebabkan sakit pada ikan. Pemberian kapur atau LIMING pada kolam tanah sangat mutlak diperlukan, karena kapur ini fungsinya sebagai : 1. Buffer atau penyagga agar PH di air tidak melonjak naik pada sore hari dan turun pada waktu menjelang pagi hari. 2. Sebagai sumber menyuplai CO2 ( carbondioksida ) dari unsur kapur yaitu Bicarbonat (H2CO3)2- yang akan menyuplai digunakan untuk fotosintesa phytoplankton ( mikroalga hijau ). BEBEAPA JENIS KAPUR TABEL.

JENIS-JENIS KAPUR YANG DIGUNAKAN DALAM PERIKANAN Menurut pengalaman penulis, pemberian pupuk kandang untuk ditanah, saat ini kurang diperlukan lagi. Karena justeru akan membuat kondisi lingkungan menjadi kelewat subur pada masa budidaya nantinya. Permasalahan yang sering terjadi nantinya malahan adalah bagaimana menge rem terjadinya saat-saat meluncur pada kondisi lingkungan yang kearah kelewat subur. Pembentukan penumbuhan phytoplankton dapat dilakukan dengan cara memancing pemupukan, tetapi setelah kondisi pemberian pakan yang rutin pada ikan, sisa-sisa pakan ini justeru akan menjadi sumber bahan Organik yang akan diubah menjadi pupuk yang subur oleh siklus mikroorganisme dikolam dalam sistem-sistem Probiotik yang diterapkan nantinya.

Membuat warna Hijau pada Kolam Tanah untuk persiapan tebar Bibit, ini sangat penting sekali dilakukan, karena untuk mendapatkan lingkungan air yang nyaman untuk hidup bibit-bibit lele.

Pada Lingkungan air yang berwarna Hijau daun maka Suplai Oksigen (O2) dari hasil fotosintesa sangat membantu untuk kenyamanan hidup bibit. Disamping Phytoplankton ini juga sebagai selimut alami yang berfungsi menjaga kestabilan fluktuasi suhu air perbedaan pada siang Hari dan malam harinya. Teknologi inilah yang menjadikan perkembangan pengetahuan yang sangat berarti untuk di ketahui oleh para petani ikan. Karena sementara ini sebagian besar petani ikan masih berkiblat pada dunia pertanian,dimana bagaimana carnya membuat lingkungan menjadi subur untuk tumbuhnya phytoplankton atau zooplankton sebagai makanan ikan. Tetapi kenyataannya yang terjadi dilapangan malahan memberi beban yang sangat berlebih pada ligkungan air, sedangkan pakan alami tumbuhnya tidak sesuai dengan jumlah biomasa ikan. Pakan alami sangat membantu perkembangannya bila dilakukan dalam sistem pendederan secara alami, yaitu untuk bibit-bibit dari ukuran 1 sampai 2 Cm. Tahapan yang perlu dilakukan untuk kolam tanah dan plastik maupun beton agar menjadi Hijau adalah sbb : - Masukkan air bersih, kalau air dari sawah atau sungai karena sudah mengandung bibit phytoplankton dan kadar Bahan Organik yang terlarut relatif lebih tinggi, maka akan lebih mudah dalam pembentukan warna airnya. Tetapi apabila sumber airnya adalah air dari sumber mata air atau sumur, maka perlu dipancing dengan adanya pemupukan menggunakan pupuk Urea sebanyak 5 grm/M3 dan Kaptan atau Dolomit 100 grm/M3 langsung ditebar secara merata pada permukaan kolam pada pagi hari setelah matahari terbit ( pk 7 9 pagi). - Berilah perlakuan probiotik XTRO Sebanyak 10 ml/ m3 air dan ditebar merata pada permukaan air. - Lakukanlah pemberian kapur kaptan/dolomit, urea, dan Xtro ini selama 3 5 hari berturut-turut sampai didapat warna air yang hijau. - Apabila sudah didapat warna air yang hijau maka berarti air sudah siap tebar bibit, tetapi secara berkala masih perlu dilakukannya perawatan atau maintenance, agar warna hijau akan tetap stabil ( lebih jelas akan diterangkan dalam strategi membuat warna air hijau dalam GREEN WATER SYSTEM ) - Pada kolam tanah kemungkinan akan lebih mudah dalam membuat warna air cepat menjadi Hijau, sedangkan pada kolam plastik atau beton agak lebih sulit. Tetapi pada kolam tanah karena mudah sekali menjebak kotoran atau Bahan Organik maka akan mudah didapat kondisi lingkungan yang cepat subur diumur masa budidaya diatas 60 hari, sehingga sering terjadi gejolak penyakit yang disebabkan oleh penurunan daya dukung lingkungan kolam karena kotoran yang berlebih. - Pada kolam Plastik atau Beton, pada awalnya memang sulit untuk membetuk warna air, tetapi dengan kepiawaian kita dalam mengolah air maka justeru pada kolam ini mudah sekali mengontrol tingkat kesuburan dalam kolam, apabila terjadi permasalahan yang berkaitan dengan penurunan daya dukung Lingkungan air lebih mudah sekali dalam mengendalikannya. KOLAM PLASTIK atau BETON, Pada kolam ini apabila konstruksinya sudah disiapkan dengan baik dan tidak ada kebocoran pada konstruksinya maka bisa dimasukkan air setinggi 60 70 Cm untuk membuat warna air menjadi Hijau.

PEMBUATAN WARNA AIR MENJADI HIJAU INI SANGAT MUTLAK HARUS DILAKUKAN UNTUK BISA DILAKUKAN TEBAR BIBIT, untuk kolam-kolam dengan sistem budidaya Out door karena suplai Oksigen sudah 100 % bergantung pada sistem Fotosintesa pada Phytoplankton yang berwarna Hijau Muda segar di kolam. LAKUKAN PERSIAPAN UNTUK TEBAR BIBIT APABILA HAL WARNA AIR SUDAH DIDAPAT STABIL. Dinamika Jenis-jenis warna Air kolam, dan kualitas air nanti akan dibahas lebih lanjut pada GREEN WATER SYSTEM. Ditulis dalam TEHNIK PEMBESARAN LELE

Kolam lele dari tembok Kolam sedalam 1 meter (ketinggian air 80 cm) di Jombang bisa diisi hingga kepadatan 250 ekor per meter persegi. Sungguh luar biasa, berbeda dengan di Parung yang rata-rata 100 ekor per meter persegi.
SENIN, 29 NOVEMBER 2010

budidaya ternak lele

Memilih usaha ternyata tidak harus dari sesuatu yang wah. Banyak peluang besar bisa Anda peroleh justru dari sesuatu yang nampak sepele. Semisal beternak ikan lele.Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis. Padahal, rejeki yang ia janjikan cukup besar. Gerai supermerket besar hingga warung tenda di pinggir jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin. Mungkin kita tak pernah menggubris warung tenda yang menjajakan menu pecel lele yang berderet di sepenjang jalan. Padahal, kontinuitas kebutuhan lele di warung tenda umumnya lebih pasti bila dibanding dengan kebutuhan lele di supermarket. Warung-warung seperti itu banyak tersebar di setiap kota.

Memulai bisnis lele tidah harus selalu diawali dengan hitungan yang jelimet serta bikin pusing. Anda bisa memualinya dengan sekedar bejlan-jalan santai, nongkrong sambil iseng mencicipi menu ikan lele. Dari kegiatan itu Anda bisa memetakan pasar ikan lele Ya. Kira-kira saya bisa habis lele 7 8 kg setiap malam, begitulah pengakuan Sarah pedagang pecel lele di bilangan Jakarta Barat. Ikan saya beli dari pasar Kebayoran Lama. Tiap kilo harganya Rp 12.000. Jika dihitung-hitung, Sarah butuh lele yang tidak sedikit. Keterangan di atas bisa memberi gambaran kasar bagi Anda bahwa peluang berbisnis lele berprospek cerah. Pengalaman manis berbisnis lele juga dimiliki oleh Ivan, peternak lele di Parung. Usaha ini mulai ia tekuni sekitar dua tahun yang lalu Awalnya usaha itu ditekuni oleh kakaknya. Karena saudaranya harus bertugas keluar negeri lantas usaha kolam lele itu dihibahkan kepada Vian. Pemuda yang masih kuliah di salah satu Universitas Suwasta di Jakarta itu merasa masih perlu banyak belajar di bidang perlelean. Saat ini ia dibimbing oleh Sueb, orang kepercayaan kakaknya. Berkat ikan bernama latin Clarias sp itu, Vian bisa menanggung biaya kulah secara mandiri. Saat ini Vian memiliki kolam sebanyak 15 petak. Tiap kolam berukuran luas 300m. Menurut Sueb, menjual ikan lele itu enak. Kita tidak perlu lagi repot-repot mencari keterangan pasar. Kondisi pasar ikan lele mamang cenderung lebih tidak stabil bila dibanding dengan kondisi pasar ikan jenis lain. Kadang-kadang harganya naik sangat tinggi, Tapi kadang-kadang pula merosot, ungkap Sueb. Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf Rnya (Mei, Juni, Juli, dan Agustus),sahut Vian memaparkan pengalamannya. Sebab. Pada kisaran bulan itu banyak petani lele yang mengobral lelenya dengan harga murah. Alasannya, mereka sangat butuh biaya untuk keperluan sekolah anak-anak mereka. Harga jual ikan lele akan mencapai puncak termahal pada bulan Januari. Sebab, pada waktu itu pasokan ikan lele cenderung berkurang. Hal itu disebabkan karena pada bulan itu pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur yang gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Menurut pengalaman Vian, air hujan bisa menurunkan derajan keasaman (pH) air kolam. Budidaya lele tidak direpotkan dengan masalah air. Daya tahan ikan lele sangat baik Asal air selalu penuh dan cukup pangan, itu sudah beres,jelas Sueb di dalam saung tempat menjaga kolam lele. Supaya bisa untung, ikan yang dipelihara minimal haru berjumlah 10.000 ekor. Jumlah ikan sebanyak itu butuh paka sebanyak 35 karung. Setok pakan sebanyak itu dipakai dalam satu kali periode usaha. Setiap karung berisi pakan seberat 30 kg. Harga pakan perkarung adalah Rp 160.000.JENIS IKAN LELE Setidaknya terdapat enam jenis keluarga ikan berkumis ini, sebagian spesies pribumi dan sebagian lagi spesies asing, yang dapat dikembangkan di Indonesia. 1. Clarias batrachus dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2. Clarias teysmani dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat), kalang putih (Padang). 3. Clarias melanoderma dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 4. Clarias nieuhofi dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 5. Clarias loiacanthus dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur). 6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo atau King Cat Fish, spesies asing yang berasal Afrika. PEMIJAHAN Memijahkan ikan lele/mengawinkan lele tidak sulit. Berikut ini syarat indukan dan perawatan indukan lele agar mau berpijah dan penanganan anakan lele. -Bentuk dan ukuran kolam bervariasi tergantung selera pemilik dan lokasinya. Perlu diingat ukuran kolam jangan terlalu besar sehingga menyulitkan pemeliharaan kolam. -Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen -Pada awal pemeliharaan, minggu ke-1 sampai minggu ke-6 atau pada saat umur anak lele 7-9 minggu, air kolam harus jernih. -Pada minggu ke-10, kekeruhan air kolam dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air Syarat indukan jantan: -Kepala indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan betina. -Warna kulit dada indukan jantan agak tua bila dibanding indukan betina. -Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan. -Gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng -Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina. -Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa+mani). -Kulit jantan lebih halus dibanding betina. Syarat indukan betina: -Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan. -Warna kulit dada agak terang. -Kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya di belakang anus. -Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung. -Perutnya lebih gembung dan lunak. -Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur). Syarat umum indukan lele yang baik

-Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan. -Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam. -Beratnya berkisar antara 100-200 gram dan panjang 20-50 cm, tergantung tingkat kesuburan badan -Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan gerakannya lincah. -Umur indukan jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina satu tahun. -Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat makanannya harus mengandung cukup protein. -Indukan lele siap memijah jika mulai berpasang-pasangan dan berkejar-kejaran. Segera tangkap indukan tersebut dan tempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan. Perawatan indukan dan anakan lele: -Selama masa pemijahan dan masa perawatan, indukan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat (belatung), rayap atau makanan buatan (pelet). Indukan yang memijah membutuhkan pelet dengan kadar protein yang relatif tinggi yaitu kurang lebih 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan indukan lele karena kandungan lemaknya tinggi. Hentikan pemberian cacing sutra seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan. -Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan. -Setelah anakan atau benih berumur seminggu, indukan betina dipisahkan. Biarkan indukan jantan menjaga anak-anaknya. Indukan jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur dua minggu. -Pisahkan indukan yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati. -Atur aliran air bersih yang masuk 5-6 liter/menit. PEMBUDIDAYAAN Membudidayakan ikan lele terbilang sangat mudah dan murah jika melihat syarat hidupnya. Berikut ini adalah syarat hidup ikan lele di kolam dan keramba. Syarat hidup di kolam 1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, berlumpur, subur, dan tidak porous (melalukan air). 2. Lahan ideal untuk budi daya lele adalah sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang. 3. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl. 4. Ketinggian tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%. 5. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya. 6. Lokasi kolam hendaknya di tempat yang teduh tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok. 7. Pertumbuhan lele optimal pada suhu 20C atau antara 25-28C. Anak lele tumbuh baik pada kisaran suhu antara 26-30C dan suhu ideal untuk pemijahan 24-28C. 8. Lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun

kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin oksigen. 9. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan yang dapat mematikan ikan. 10. Perairan ideal untuk lele adalah yang banyak mengandung nutrien dan bahan makanan alami, dan bukan perairan yang rawan banjir. 11. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat Syarat hidup di keramba 1. Sungai atau saluran irigasi yang tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol. 2. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter. 3. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang. 4. Kedalaman air 30-60 cm. Kolam untuk pendederan 1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan tubuh benih lele tidak akan terluka. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Di lantai dipasang paralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m. 2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan dua bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara dua bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku. 3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan. 4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik. 5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100cm x 200cm x 50cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya. Pemeliharaan kolam/tambak -Kolam diberikan kapur 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit. -Air dalam kolam/bak dibersihkan satu bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan dua malam. -Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan diberikan kapur sebanyak 200 gram/m2 selama satu minggu. -Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak. Pemupukan -Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermanfaat untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele. -Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-700 gram/m2. Bisa ditambahkan urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya kolam dibiarkan selama tiga hari.

-Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan biarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele. -Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar. Penjarangan Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran, Karena ikan lele tumbuh besar sehingga ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang. Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan a. Ikan berdesakan b. Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar). c. Lingkungan kolam tidak sehat karena berlebihan CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat. Cara penjarangan pada benih ikan lele 1. Minggu 1-2, kepadatan tebar 5.000 ekor/m2 2. Minggu 3-4, kepadatan tebar 1.125 ekor/m2 3. Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2 Pakan Makanan alamiah lele adalah zooplankton, larva, cacing, serangga air, dan fitoplankton. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus. Selain makanan alami, lele perlu mendapat makanan tambahan. Lele yang dipelihara di kecomberan dapat diberikan makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan dari rumah tangga, daun kubis, tulang ikan dan tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Selain makanan sisa, makanan tambahan bisa berupa campuran dedak dan ikan rucah dengan perbandingan 9:1 atau campuran bekatul, jagung dan bekicot dengan perbandingan 2:1:1. Jika cukup modal, lele bisa diberikan makanan tambahan pelet. Pemberian pakan 1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur yang dibawa sejak menetas. 2. Hari keempat sampai minggu kedua, benih lele diberi makan zooplankton yaitu Daphnia dan Artemia yang mengandung protein 60%. Makanan tersebut diberikan dalam jumlah 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam empat kali pemberian. Makanan ditebar di sekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum. 3. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari. 4. Minggu keempat dan kelima benih lele diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.

5. Minggu kelima benih lele diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari. 6. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari. 7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung. Pelet Bahan makanan pelet buatan antara lain tepung ikan (27%), bungkil kacang kedele (20%), tepung terigu (10,5%), bungkil kacang tanah (18%), tepung kacang hijau (9%), tepung darah (5%), dedak (9%), vitamin (1%), mineral (0,5%). Bahan-bahan itu dihaluskan untuk kemudian dicampur menjadi adonan seperti pasta. Adonan kemudian dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Lemak bisa ditambahkan dengan dilumurkan pada pelet sebelum diberikan pada lele. Lumuran minyak juga berfungsi memperlambat pelet tenggelam. Pellet mulai diperkenalkan pada ikan lele saat umur enam minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung. Pada minggu ketujuh dan seterusnya lele sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pelet. Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele. Pencegahan penyakit Untuk mencegah terkena penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan lele yang berumur dua minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 1015 menit. Setelah itu lele akan kebal selama enam bulan. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,53 ppm selama 30 menit. Masalah pakan bisa diatasi dengan oplosan pakan yang berasal dari jerohan ayam. Harganya Cuma Rp 1500/ kg. kwintal jerohan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan lele selama 1 1,5 hari. Satu kolam butuh 2 karung pelet setiap hari. Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari. Jadi, satu karung pelet digunakan untuk sekali pemberian pakan. Berkat menu tambahan, ukuran ikan bisa semakin besar. Kalau biasanya ikan sekilo ada 7 ekor, setelah diberi pakan tambahan berat ikan sekilo cima 6 ekor. Keuntungan lain yaitu bisa lebih irit biaya Rp 510.000 setiap bulan. PANEN ini yang paling di tunggu para peternak: Lele sudah bisa dipanen setelah berumur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki tetap saja bisa dipanen sewaktu-waktu. Berat rata-rata lele yang siap dipanen sekitar 200 gram per ekor. Lele dumbo bisa dipanen setelah berumur 3-4 bulan yang beratnya sudah mencapai 200300 gram per ekor. Bila dibiarkan 5-6 bulan lagi, lele dumbo akan mencapai berat 1-2 kg per ekor dengan panjang 60-70 cm. Jika Anda memiliki jumlah kolam lebih dari satu, Maka periode panen bisa dirancang bergantian. Berkat cara seperti ini, periode panen bisa menjadi lebih cepat dari 50 hari. Harga jual ikan lele di tingkat petani saat ini adalah Rp 11.000 / kg. Persentase kematian ikan lele biasanya mencapai 10%. Kondisi seperti itu umumnya terjadi sehabis ikan lele

dilepas ke dalam kolam. Terutama ketika cuaca sedang panas. Setiap kolam bisa menghasilkan lele seberat 7 8 kuintal. Kedalaman kolam lele minimal 1 m. Air yang terlalu dangkal menyebabkan ukuran lele menjadi terlalu pendek. Sebab ikan menjadi kurang gerak. Jumlah bibit yang ditaburkan 50.000 ekor dalam setiap kolam. Bibit lele itu masih seukuran rokok. Satu bulan setelah dilepas, iakan lantas disortasi. Ikan yang sudah sebesar batu baterai dipindah kolam yang lain. Tujuannya supaya ukuran ikan seragam. Sebab jika tidak disortir, ikan yang ukurannya lebih kecil akan dimangsa oleh lele yang berbada lebih gede. Biasanya setelah disortir ikan tinggal 12.000 ekor. Atau sekitar 3 kwintal. Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Bila ingin dipanen seluruh lele, kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau dengan jaring. Bila lele ingin dipancing, biarkan lele lapar lebih dahulu. Bila menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberikan pakan sehingga lele mudah ditangkap. Setelah dipanen, biarkan selama 1-2 hari di dalam tong atau bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. Lele ditimbang dalam waktu singkat dan cukup sekali. Pembersihan kolam selesai panen Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara: -Dinding kolam disiram dengan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 kolam sampai rata. -Lalu kolam disiram dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama. -Kolam dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering terkena sinar langsung agar penyakit yang ada di kolam terbunuh.
Diposkan oleh Muhammad farouk di 12:23 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz

Kolam Terpal Dan Teknologinya


Tanggal Post : 12-04-2010

Bagi Anda yang mempunyai lahan yang kurang dapat menahan air alias porous, kolam terpal bisa jadi sebuah solusi tepat untuk memelihara ikan. Wagiran, petani ikan di Desa Toyan, Kel. Triharjo, Kec. Wates, Kab. Kulon Progo, Yogyakarta, telah membuktikannya. Meskipun airnya tidak mengalir, kolam terpal dapat dimanfaatkan untuk memelihara gurami, mulai dari pemijahan, penetasan, pendederan, hingga pembesaran. Pentingnya Penyiponan Penggunaan kolam terpal dalam budidaya ikan memberikan beberapa keuntungan, yaitu gampang dikeringkan, dibersihkan, dan dipanen. Selain itu, gurami yang dihasilkan pun tidak berbau lumpur. Ini yang menyebabkan gurami dari kolam terpal lebih disukai pedagang maupun konsumen. Kunci keberhasilan budidaya gurami dengan kolam terpal adalah kedisiplinan dalam membersihkan dasar kolam (menyipon) dan pemberian sekam padi sebagai alas terpal. Selain itu, probiotik, garam, dan ketersediaan tetes (molase) dalam pendederan juga tidak boleh ditinggalkan. Penyiponan adalah suatu keharusan karena tanpa tanah dasar, kotoran tidak mungkin bisa terurai sehingga harus dikeluarkan, minimal 30 hari sekali, Jika telat menyipon, gurami berbobot tujuh ons saja bisa habis,

tegas ayah satu anak ini. Menurut Wagiran, meskipun waktu panen tinggal menghitung hari, kalau waktunya disipon, ya harus dikerjakan. Pembersihan dasar kolam mencukupi bila tinggi air menyusut sekitar 2030 cm, selanjutnya ditambah air baru sampai ke ketinggian semula. Wagiran selalu membuat kolam dengan kedalaman air 90100 cm dan luas 4 m x 8 m karena terpal yang ada di pasaran berukuran 6 m x 10 m. Sisa terpal, sebanyak dua meter digunakan untuk membuat dinding yang tersusun dari batako, batu bata, atau kayu. Namun, menurut pengalaman dia, cara yang paling murah dengan menggali lubang. Biaya pembuatannya hanya sekitar Rp500 ribu per kolam. Ketebalan terpal yang bisa digunakan adalah A5 atau A6 yang mampu bertahan hingga lima tahun. Kedisiplinan penyiponan dapat meningkatkan kepadatan dengan waktu panen dan berat yang sama. Padat tebar pembesaran gurami di kolam tanah hanya 6 ekor per m3 dengan benih berukuran 250 gram per kg. Pada kolam terpal, Wagiran berani menebar hingga 10 ekor per m3. Menurutnya, pada kolam tanah terjadi penumpukan amonia dan racun sisa pakan di dasar kolam sehingga ikan tidak berani menyelam lebih dalam. Akibatnya, ruang gerak menjadi lebih sempit. Sedangkan pada kolam terpal, kumpulan racun dan amonia dapat diminimalkan dengan penyiponan yang teratur. Pentingnya Sekam Penggunaan sekam padi sebagai alas terpal merupakan hasil temuan Wagiran. Sekam berfungsi melindungi ikan dari goncangan suhu, terutama saat musim pancaroba. Selain stres, ikan juga mengeluarkan lebih banyak energi guna melawan hawa dingin. Menurut teori, enam persen cadangan energi dibongkar untuk keperluan tersebut. Alhasil, waktu panen bisa mundur 11,5 bulan untuk mendapatkan bobot sama dengan gurami yang dipelihara pada cuaca normal. Sekam tersebut dihamparkan setebal 1015 cm di bawah terpal, kemudian dikucuri air seperlunya. Proses dekomposisi sekam akan menghasilkan panas yang dapat merambat ke air kolam hingga ketinggian satu meter. Dengan demikian, suhu air kolam lebih stabil. Sekam berfungsi sebagai stabilisator, tegas Wagiran. Sekam bisa bertahan selama lima tahun sehingga penggantiannya bisa berbarengan dengan penggantian terpal. Proses penyiapan kolam terpal sangat sederhana. Kolam baru atau lama dibersihkan kemudian diisi air setinggi 90 cm. Kolam kemudian ditaburi garam sebagai antimikroorganisme 200 gram per m3 air dan diberi pupuk katalis plankton berupa urea 100 gram per m3 air. Kolam lalu didiamkan selama satu minggu sehingga plankton tumbuh sempurna. Setelah itu benih gurami bisa ditebar. Kepadatan untuk pemijahan sebanyak satu set per 4 m x 4 m yang terdiri seekor jantan dan lima ekor betina. Tigapuluh hari setelah induk gurami bertelur, kolam disipon diganti airnya secara keseluruhan. Wagiran tidak memberikan dedaunan bergetah putih, seperti pepaya, dalam keadaan segar pada induk guraminya. Berdasarkan pengalamannya, getah putih dapat menyebabkan penurunan daya tetas telur. Sebaliknya, induk diberi daging sapi secukupnya setiap 30 hari yang bermanfaat untuk menambah ketercukupan protein induk. Hasilnya, telur gurami berwarna kuning keemasan dengan daya tetas lebih dari 90%. Untuk pendederan benih gurami ukuran biji oyong, kepadatannya 5.000 ekor per petak. Dari jumlah itu, dipanen sekitar 4.000 ekor benih ukuran silet sebulan kemudian. Pendederan gurami menghasilkan keuntungan paling besar. Ongkos produksi yang meliputi pakan dan benih per petak hanya sekitar Rp1 juta. Sementara harga benih ukuran silet mencapai Rp650 per ekor sehingga keuntungan mencapai Rp1,5 juta per siklus. Penggunaan molase sangat dibutuhkan dalam pendederan karena mineral yang dikandungnya dapat dimanfaatkan benih untuk bertahan dari goncangan suhu dan pH air. Dosisnya 200 cc per petak. Jika benih yang ditebar seukuran silet, kepadatannya 1.500 ekor per petak dan dalam waktu 2,53 bulan

rata-rata diperoleh 1.400 ekor benih ukuran tiga jari. Kalau yang ditebar gurami ukuran tiga jari, kepadatannya sekitar 750800 ekor per petak. Dengan model pemeliharaan ini, tingkat kematian ikan hanya sekitar 5%. Asalkan, pembudidaya berdisiplin menyipon, melakukan penggaraman, menggunakan probiotik dan molase pada saat pendederan. Sumber:harimurtiana.wordpress.com

SIPON KOLAM TERPAL


Tanggal Post : 12-04-2010

Selang air diameter 1,5 inci disiapkan, salah satu ujungnya diletakkan di tempat yang lebih rendah daripada dasar kolam (kalau memungkinkan pada saluran air) dan Ujung yang lain dicelupkan ke kolam. Kemudian ujung yang di luar kolam kemudian disedot hingga air kolam mengalir. Setelah air mengalir, ujung selang yang di dalam kolam ditenggelamkan hingga ke dasar. Sambil ujung selang digeser/digerak-gerakkan sehingga endapan kolam tersedot keluar bersama air dasar kolam. Hal itu terus dilakukan di seluruh bagian kolam, hingga air yang keluar tidak mengandung endapan lagi. Kalau sudah lihai, pada kolam dengan kedalaman air 90 cm, Setelah sifon air hanya berkurang 20 - 30 cm saja. Setelah itu, air kolam ditambah dengan air baru. Untuk mencegah masuknya penyakit Baru air baru itu, kolam ditaburi garam 100 gram/ml. Untuk lebih bagusnya lagi, buatlah alat khusus pengyponan dengan pralon 1,5 inchi yang dibuat bentuk menyerupai huruf T dengan lebar Tnya sekitar 0,5 meter, Lalu beri lubang diameter 1cm pada Tnya yang banyak menyerupai saringan, Ujung t yang satunya dihubungkan dengan selang pembuangan, sehingga penyedotan dapat dilakukan dengan lebih baik dan lebih efisien. Sapukan pipa pralon T tersebut ke dasar kolam menyerupai orang menggunakan penyedot debu. Secara pinsip, proses penyiponan adalah penyedotan kotoran-kotoran yang berada di dasar kolam terpal. Menurut Wagiran, cara ini menghilangkan kotoran dan amonia dasar kolam yang bisa mengganggu kehidupan gurame. "Selain itu, kotoran juga sarang bakteri pengganggu," tandasnya. Sehingga, meskipun gurame sudah besar, sifon harus tetap dilakukan. "Kalau kolam tanah, kotoran dan amonia relatif bisa dinetralisasi secara alami oleh tanah dan mikroorganisme didalamnya. Itu yang tidak mungkin terjadi di kolam terpal papar mantan penghuni panti rehabilitasi narkoba ini. Menurut pengalamannya, terlambat sifon 10 hari saja, gurame sudah Wenger (lemas). Seorang temannya pernah nekat tidak menyifon kolam karena gurame akan dipanen 20 hari dari jadwal sifon. "Dua minggu kemudian tiba-tiba gurame lemas dan akhirnya tengah malam mengambang. Padahal tidak ada tanda-tanda sakit," kisahnya. Akhirnya ia terpaksa memanen gurame satu pick up tengah malam. "Dijual sebisanya, yang penting dapat menekan kerugian," kata Wagiran. Menurut Wagiran, ada beberapa keuntungan aplikasi kolam terpal pada budidaya gurame. Pertama, kolam mudah dibersihkan dan dikeringkan sehingga mata rantai penyakit bisa diputus. Kedua, panen gurame lebih mudah karena petakannya tidak luas. Ketiga, gurame tidak berbau lumpur karena kolam bebas kotoran. "Bakal (pedagang) ikan lebih suka gurarne eks terpal ini, karena disukai konsumen," tegasnya. Untuk pembesaran, kolam terpal ukuran 4 x 8 M2 dengan kedalaman 90 cm biasa diisi 350 ekor benih size 4 ek/ kg. "Kepadatannya 10 ek/m2, lebih tinggi dari kolam tanah yang rata-rata 6 ekor /m2," sebutnya. Kepadatan kolam terpal lebih tinggi karena selalu disifon sehingga kadar amonia kolam rendah, dan terjadi sirkulasi air meski hanya sebulan sekali seusai sifon. Gurame pun menyebar baik di atas maupun di dasar kolam. Sedangkan di kolam tanah, gurame terkonsentrasi di permukaan karena di dasar kolam kadar amonia nya tinggi.

KEUNGGULAN KOLAM TERPAL


Tanggal Post : 12-04-2010

Kita bahas kali ini keunggulan kolam terpal menurut pengalaman kelompok kami Dari berbagai kejaian budidaya yang kali lakukan ada beberapa keunggulan kolam terpal dan kekuaranggannya. Keunggulan : 1. Jelas dengan kolam terpal kita dapat berbudidaya perikanan dengan air yang hemat. Baik dalam dataran tinggi yang susah dengan irigasi air. Ataupun budidaya dalam kondisi tanah yang porus. Seperti yang dialami oleh kelompok Argo Mino Arum. Daerah dataran tinggi tanah kering dapat dibuat kolam budidaya gurami dan lele. Dengan menggunakan kolam terpal dan pemanfaatan air seadanya, memungkinkan budidaya tersebut. 2. Keunggulan lain adalah air kolam yang tidak terhubung dengan tanah. Sehingga dalam kondisi tanah yang basa ataupun asam. Air kolam dapat terpisah dan dapat diatasi kadar phnya. Dalam lahan gambut pun kolam terpal dapat dimanfaatkan sebagai alternatif yang baik 3. Hemat biaya bila dibandingkan dengan kolam semen. Jelas 4. Suhu air yang relatif atabil. Keunggulan kolam terpal adalah suhu air yang relatif lebih stabil. Ini terbukti dari pengalaman kami. Dalam musim-musim sulit (juni, juli, dan agustus) ketika fluktuasi suhu antara sing dan malam tinggi. Air dalam kolam terpal dapat mengatasi hal tersebut. Dengan fluktuasi suhu udara antara 21 - 37 C kolam air kolam terpal dapat bertahan dengan fluktuasi 24 - 29 C. Kenapa?? Karena kolam terpal memiliki sifat termos. Dengan warna perak yang ditaruh diatas. Maka kolam dapat menahan suhu air dengan baik. Begitu juga pemanfaatan sekam padi dalam pembuatan kolam terpal. Hal ini memperhangan air ketika malam hari. 5. Penanganan dari hama dan penyakit lebih mudah. Kolam terpal dapat meng isolasi air bercampur dari kolam satu dengan lainnya. Sehingga dapat meminimalisir penyebaran penyakit dan penularannya. Dari hama pun seperti itu. Ular, Katak, dan Regul, relatif lebih medah mengatasinya. 6. Kolam terpal baik digunakan untuk penebaran bibit ukuran apapun. Biasanya dalam kolam tanah, penebaran benih ukuran kecil memiliki masalah dalam survival rate-nya. Kita tebar 10.000 ekorbenih, tanpa ada amaslah dalam budidaya, hanya bisa panen 1000-1500 ekor. Lha ini sering membingungkan. Dalam kolam terpal hal ini tidak terjadi. Mengapa? Karena hal itu terjadi akibat kematian ikan yang tidak terkontrol. Ikan yang mati (bibit kecil) biasanya tenggelam. Setelah 3-4 jam baru ikan mulai terapung di permukaan kolam. Dalam kolam tanah. Bibit yang tenggelam ini tidak terapung karena terperosok dalam lumpur permukaan kolam. Dalam kolam tanah ikan yang mati pasti akan mengapung. Sehingga kontrol jumlah dan penanganan dapat dilakukan. Lah ini adalah keunggulan kolam terpal. Untuk kekurangannya saya kira tidak begitu menjadikan banyak masalah. Selamat mencoba kolam terpal. (Arman)

PENJAGAAN KUALITAS AIR BUDIDAYA GURAMI


Tanggal Post : 01-05-2010

Banyak orang sering melupakan dengan menjaga kualitas air budidaya, padahal hal itu adalah kunci pokok utama dari kesuksesan budidaya perikanan gurami selain dari kualitas pakan, kualitas bibit, kondisi suhu dan musim, dan harga jual. Satu persatu hal ini akan saya bagikan pengalaman saya dalam budidaya gurami yang Pokdakan Argo Mino Arum jalankan di kolam terpal. Saya akan sedikit membagikan tentang penjagaan kualitas air budidaya gurami di kolam terpal yang saya lakukan berdasarkan pengalaman dan berbagai teori yang kami dapatkan. Kunci penjjagaan kualitas air ada pada beberapa bagian pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kondisi amonia yang ada Ph dan kesadahan Kadar oksigen Kadar garam Kadar bahan kimia lain Tingkat kekeruhan.

Kondidi amonia dalam kolam akan sangat berpengaruh dengan budidaya yang dijalankan. Terlalu tinggi kadar amonia akan membuat ikan keracunan dengan nitar yang berubah menjadi nitrit. Beberapa penyebab dari kadar amonia tinggi adalah air yang terlalu banyak kotoran ikan ataupun dikarenakan pemupukan kolam yang tidak tepat. Apa ciri-ciri yang mudah diketahui dari kualitas air yang menurun akibat permasalahan ini? Lah kalau secara laboratorium harus dengan panjang lebar dan keburu ikan kita mati akibat keracunan, jadi ciri termudah adalah dari bau air yang menyengat. Dan apabila parah terjadi blomming. Yaitu naiknya kotoran-kotoran iakn akibat dari amonia yang sudah mengendap bereaksi dengan bakteri-bakteri yang tidak menguntungkan. Baunya sangat menyengat sekali. Dan dijamin gurami akan mati dalam waktu yang relatif singkat (pengalaman saya pernah mati sekitar 350kg gara-gara bloming dalam waktu semalam). Cara mengatasi beberapa hal ini adalah dengan melakukan pemberian probiotik baik itu berjenis lactobacillus ataupun nitrobakter. Selain itu jelaslah lakukan siponisasi secara berkala seiring dengan tingkat amonia yang ada dalam kolam. Ph dan kesadahan merupakan hal yang perlu kita perhatikan. Kesadahan mudah dikenali dengan tingkat berbusanya air ketika dalam gemercik kolam. Ini merupakan sifat dari air yang agak sulit dimanipulasi dan membutuhkan biaya. Jadi jangan gunakan air yang terlalu sadah untuk budidaya perikanan. Biasanya air sumur tidak memiliki kesadahan pada tingkat merugikan. Ph atau keasaman air juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Ph standart untuk budidaya gurami adalah antara 6 - 8 skala Ph. Apabila air terlalu asam dapat diberikan kapur dolomit 5 gr/m3 air. Tapi apabila diberikan dengan dosis tersebut Ph tetap tidak dalam tingkat kehidupan budidaya gurami. cari alternatif sumber air lainnya. Ph juga dapat berubah akibat dari perubahan kondisi kualitas air akibat kadar amonia air. Jadi jangan ragu beli Ph meter untuk cek kondisi air dalam kolam. Gurami merupakan ikan dengan labirin yang dapat menyerap oksigen dari permukaan, sehingga kadar oksigen 4 ppm terlarut dalam air pun dapat digunakan untuk budidaya. Tetapi, ketika oksigen menurun. Ikan gurami kan banyak mengambang di permukaan dan akhirnya strees. Ketika ikan gurami stress. Mudahlah terkena penyakit yang tidak kita inginkan. Cara mengatasinya adalahb dengan memberikan aliran

air baru ataupun dengan memberikan aerasi. Tapi hal ini hanya diperlukan pada saat gurami dalam segmen penetasan ketika labirin belum dapat bekerja dengan sempurna. Kadar garam yang cukup akan baik dalam budidaya gurami mengingat jenis ikan ini mudah terserang penyakit jamur. Dengan kadar garam 200gr/m3 air. Jamur dapat ditahan perkembangannya sehingga tidak membahayakan bagi ikan gurami dalam kolam. Penjagaaan kualitas air dari bahan kimia lain yang biasanya logam berat dapat dikaukan dengan memberikan tanaman air seperti enceng gondok. Akar tanaman akan menyerap kadar kimia (logam berat) yang bisa membahayakan ikan gurami. Selain itu Enceng gondok membantu menyerap Nitrogen dari Amonia yang ada dalam air. Jadi untuk itu berikan Tanaman air sepertiga atau seperempat kolam sebagai penyeimbang dalam penjagaan kualitas air. Kelemahan dari tanaman air adalah penyerapan oksigennya, sehingga hal tersebut perlu dipertimbangkan. Kekeruhan air kolam budidaya gurami perlu diperhatikan pula. Jangan terlalu jernih samapai ikan gurami kelihatan, karena ikan gurami merupakan ikan pemalu dan ikan yang mudah stres, ketika terlalu jernih. Ikan akan sering kaget dan berlarian sehingga mudah stres, Tapi ketika kekeruhan terlalu parah ikan juga akan lambat sekali nafsu makannya. Kekeruhan yang ideal untuk budidaya gurami adalah sekitar 20-30 cm Ini merupakan beberapa tips dalam penjagaan kualitas air dari hasil pengalaman Pokdakan Argo Mino Arum. Mari kita kembangkan Perikanan Indonesia dengan melalui budidaya di kolam terpal.

Tubifex / Cacing Sutra


Oktober 1, 2009 in Pakan Ikan | Tags: cacing rambut, Cacing Sutra, pakan alami, pakan larva ikan, Tubifex

Tubifex merupakan salah satu jenis pakan alami ikan yang hidup didasar perairan tawar. Tubifex ini biasanya ditemukan pada dasar perairan yang mengalir dan banyak mengandung bahan organik. Tubifex mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30 60 segmen atau ruas. Tubifek membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan dan ekornya di sembulkan di permukaan dasar untuk bernafas. Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 30 oC dan pH air antara 6 8. Tubifex bersifat hermaprodit. Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin. Telur Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan. Pembuahan menghasilkan kokon yang berukuran panjang kira-kira 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm. Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh cacing yang disebut klitelum. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4 5 buah. Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 57 hari. Induk tubifex dapat menghasilkan kokon setelah berumur 40 45 hari. Sementara proses perkembangan embrio didalam kokon berlangsung selama 10 12 hari. Tubifex dapat dibudidayakan dan dapat digunakan langsung untuk pakan larva atau benih ikan. Tubifex dapat juga disimpan dalam bentuk cacing beku. Klasifikasi: Filum : Annelida, Kelas : Oligochaeta , Ordo : Haplotaxida, Famili : Tubificidae, Genus : Tubifex, Spesies : Tubifex sp.Gambar klik di sini.

Kultur Cacing Tubifex / Cacing Sutra


April 10, 2009 in Pakan Ikan | Tags: Cacing Sutra, Ikan, pakan alami, pakan larva ikan, Tubifex Kultur cacing tubifex dapat menggunakan wadah berupa bak semen atau wadah lain yang berbentuk panjang. Wadah tersebut harus mempunyai lubang pemasukan air di satu sisi dan lubang pengeluaran di sisi yang lain. Wadah diletakkan di tempat yang teduh. Media cacing tubifex berupa lumpur selokan setebal 5 cm yang di campur rata dengan pupuk kandang sebanyak 100 g/m2 atau dedak sebanyak 200 g/m2. Rendam media tersebut selama 3-4 hari.

Setelah di rendam selama 3-4 hari, aliri media dengan air secara kontinu dengan debit yang kecil. Tebarkan bibit cacing tubifex sebanyak kira kira 10 ekor dalam setiap lubang kecil yang berjarak 10-15 cm. Cacing tubifex dapat dipanen setelah 2-4 minggu pemeliharaan. .
RABU, 31 MARET 2010

Cara Singkat dan Praktis Membuat Lubang Saluran Pembilas Pada Kolam Terpal
Seperti janji kami beberapa waktu lalu pada para pengunjung blog ini khususnya para pemerhati dan pembudidaya ikan pada media kolam terpal serta adanya permintaan dari beberapa rekan lainnya, baik yang disampaikan langsung via telpon, SMS maupun kolom komentar di blog ini maka berikut kami tampilkan contoh praktis membuat lubang pembilasan pada kolam terpal yang dapat dilakukan dengan mudah, murah, dalam waktu sangat singkat (tak lebih dari 20 menit !), tanpa memerlukan peralatan dan keahlian khusus, tanpa lem (perekat), tanpa pemanasan dan tentu saja yang paling penting : tanpa terjadi kebocoran (rembesan). Anda tak perlu lagi membuang banyak waktu, begitu selesai dibuat, saluran pembilas ini dapat langsung difungsikan.

Bagaimana hal ini dapat dilakukan? Anda tentu penasaran bukan? Silakan simak uraian singkat kami berikut ini...

Sebagai contoh kami gunakan pipa paralon (PVC) berdiameter 1,5" (inch) sepanjang 1 meter dengan sok penyambung yang sesuai untuk pipa paralon tersebut. Tentu saja Anda dapat menggunakan diameter dan ukuran panjang pipa paralon (PVC) serta sok penyambung yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan.

Langkah pertama, siapkan beberapa alat dan bahan sebagai berikut (gambar 1). - 1 pipa paralon (PVC) type D berdiameter 1,5" sepanjang lk 1 m atau lebih (sesuaikan dengan kebutuhan) - 1 sok penyambung untuk pipa PVC 1,5". Pilihlah sok penyambung yang berkualitas baik - 1 sok penutup, sesuai ukuran pipa PVC 1,5" - 1/2 lembar kertas gosok (amplas/ amril), pilihlah type yang sedikit kasar (No 1 atau 1 1/2)

- 1 mata gergaji besi - 1 mata pisau/ cutter (ukuran sedang) dan juga lembaran terpal yang akan Anda gunakan sebagai media (kolam) pemeliharaan ikan

Kedua, dengan menggunakan gergaji besi, bagilah ujung pipa paralon menjadi dua bagian yang sama, searah panjang pipa sepanjang kira-kira 8-10 cm (gambar 2) dan (gambar 3)

gambar 2

gambar 3

Ketiga, sisipkan bagian ujung lembaran amplas pada lubang yang dibuat sebelumnya (gambar 4) dan putarlah lembaran amplas tersebut mengelilingi ujung pipa paralon sehingga terbalut sempurna (gambar 5)

gambar 4

gambar 5

Keempat, ujung pipa paralon yang telah terbalut amplas kemudian dimasukkan ke lubang sok penyambung. Lakukan secara perlahan dan hati-hati sehingga tidak terjadi sobekan atau lipatan pada kertas amplas tersebut (gambar 6).

gambar 6

Kelima, putarlah ujung pipa berikut amplas pembalutnya di dalam lubang sok penyambung, pastikan putaran pipa adalah searah dengan proses pembalutan amplas. Lakukan beberapa putaran hingga diperoleh tingkat kekasaran yang merata pada sisi dalam lubang sok. Jika sudah, cabutlah pipa paralon berikut ampas dari lubang sok penyambung tersebut dengan sedikit tarikan sambil tetap mempertahankan arah putaran (gambar 7).

gambar 7

Keenam, lepaskan amplas dari ujung pipa paralon (PVC) kemudian letakkan lembaran terpal secara tegak lurus pada ujung pipa paralon (PVC) pada lokasi dimana lubang pembilas pada terpal akan dibuat kemudian pada sisi terpal yang berlawanan dipasang sok penyambung (yang sisi/ bagian dalamnya telah dikasarkan) lalu tekanlah sok secara perlahan hingga pipa paralon dan lembaran terpal masuk ke dalam lubang sok (gambar 8). gambar 8

Agar diperoleh sambungan yang benar-benar rapat, proses penekanan dapat dibantu dengan memukulkan sebatang kayu pada permukaan sok secara perlahan agar bagian terpal yang berada dalam jepitan sok dan pipa PVC tidak sampai cacat/ sobek (gambar 9).

gambar 9

Lakukan beberapa kali pukulan hingga diperoleh tingkat kekencangan dan kerapatan yang cukup.

Pastikan permukaan bagian terpal dalam lubang sok penyambung terlihat kencang, rata dan tidak terjadi lipatan (gambar 10).

gambar 10

Ketujuh, buatlah sayatan pada berbentuk 'cross' atau 'X' pada permukaan terpal dengan menggunakan ujung pisau tajam (cutter) secara hati-hati (gambar 11). Usahakan setiap ujung sayatan tidak sampai menyentuh bagian tepi sisi dalam sok penyambung (gambar 12). Potonglah bagian terpal di sekeliling sisi dalam sok penyambung dengan menggunakan pisau (cutter) hingga diperoleh lubang yang rapi (gambar 13). Jika ternyata Anda agak kesulitan merapikan tepian lubang ini, gunakanlah amplas dengan cara mengosokkannya secara perlahan pada arah melingkar di bagian tepian lubang tersebut.

gambar 11

gambar 12

gambar 13

Kedelapan, pastikan lubang pembilasan telah dibuat dengan benar dan tidak terdapat celah atau cacat pada titik pertemuan antara terpal, pipa PVC dan sok penyambung, baik pada bagian terpal yang akan menjadi sisi luar kolam (gambar 14) maupun terpal bagian dalam kolam (gambar 15).

gambar 14

gambar 15

Sampai tahap ini proses pembuatan lubang pembilasan telah selesai namun masih diperlukan satu langkah lagi yakni memasang sok penutup pada bagian ujung sok penyambung di sisi terpal bagian dalam kolam maupun di sisi luar kolam (jika memang di perlukan). Kini terpal siap dihamparkan. Mudah dan praktis bukan??

Sebagai saluran pembilas, lubang dapat dibuat pada bagian dasar kolam (gambar 16) sedangkan sebagai pengatur level muka air kolam dapat pula dipasang (lebih tepatnya, ditancapkan) sebatang pipa PVC pada lubang pembilas tersebut (gambar 17 & 18).

gambar 16

gambar 17

gambar 18 Dengan sedikit kreatifitas, Anda pun dapat membuat lubang sejenis pada dinding dasar kolam yang dapat berfungsi ganda yakni sebagai saluran pembilas sekaligus juga sebagai lubang tempat memasang pipa siphon (penyedot lumpur dasar kolam).

Membantu Masyarakat Pedikan Untuk Transfer Teknologi Budidaya Gurame Di Desa Pamijen Kec. Baturaden Kab. Banyumas
Pada Hari Ini Tgl 25 Juli 2010 saya diundang untuk membantu praktek secara langsung pembuatan kolam budidaya Gurame dengan teknologi Kolam Terpal. Desa Pamijen Kec. Baturaden Kab. Banyumas memiliki jenis tanah gembur yang agak porus (tanah grubuk sebutan Banyumas), dimana posisi tanah berada diatas aliran air, sehingga air tidak dapat dialirkan secara grafitasi masuk ke kolam budidaya. Lahan juga merupakan pekarangan kosong yang belum termanfaatkan. Sehingga penerapan kolam terpal sangat bagus sekali, dengan modal pembuatan yang murah, tahan lama, dan sangat mendukung budidaya secara sempurna.

Pembuatan Kolam terpal diterapkan pada lahan pekarangan belakang rumah Bpk Puji, Pegawai Puskesmas Desa Pamijen Kec. Baturaden Kab. Banyumas. Pengerjaan dikerjakan secara gotong royong dengan warga sekitar yang antusias untuk nantinya mengikuti teknologi kolam terpal ini. Kolam terpal di rumah Bpk Mudji B. sebagai Pilot projek awal percontohan Budidaya Gurame Pendederan Gurame 2 dari ukuran jari hingga ukur 3 jari (3 bulan). Setelah kolam selesai dibuat tanggulnya, kemudian disebarkan sekam pada dasar kolam sebagai isolator panas.

Setelah sekam disebar secara merata, maka terpal yang telah disiapkan di tata dan diterapkan pada kolam yang telah dibuat, kemudian terpal bagian atas ditimbun dengan tanah kembali agar terpal tetap awet tidak terkena panas dan hujan, timbunan tanah diatur dekat dengan permukaan air kolam sehingga kolam akan awet digunakan hingga 3 - 5 tahun. setelah kolam selesai dibuat tunggu hingga kering dan siap untuk digenangi dengan air. dan dipersiapkan untuk budidaya ikan gurame dengan perlakuan lanjutan berupa pengkondisian air siap tebar benih gurame.

SENIN, 26 APRIL 2010

PENTINGNYA SELEKSI BIBIT LELE (GRADING)

Seperti halnya pemeliharaan bibit ikan gurame, pada usaha pembibitan lele pun diperlukan adanya tahapan seleksi bibit pada setiap interval waktu tertentu. Di kalangan para pembudidaya ikan, aktifitas ini dikenal dengan istilah 'grading'. Prakteknya adalah dengan memisahkan bibit ikan menjadi beberapa golongan berdasarkan ukurannya. Pada dasarnya seleksi bibit memang perlu dilakukan agar tercapai tingkat keseragaman ukuran (sesuai umur ikan) sekaligus untuk mendapatkan bibit yang berkualitas ; sehat, tidak cacat dan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Alasan rasional lainnya adalah bahwa lele tergolong ikan yang bersifat... kanibal sehingga jika tidak segera diseleksi dan dipisahkan ruang pemeliharaannya maka lele yang tumbuh lebih cepat (lebih besar) cenderung akan memangsa lele-lele lainnya yang berukuran lebih kecil.

Seleksi bibit lele dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya para pembudidaya memilih cara manual yang cukup praktis menggunakan peralatan sederhana yakni berupa susunan saringan benih lele yang terbuat dari ember plastik berlubang-lubang (perforated). Ember jenis ini biasanya banyak tersedia di pasar-pasar ikan tradisional ataupun di beberapa poultry yang menyediakan peralatan dan perlengkapan budidaya perikanan. Diameter lubang-lubang penyaring pada setiap ember biasanya telah dibuat seragam, sesuai dengan ukuran standar benih lele. Dalam prakteknya terkadang diperlukan 2 sampai 3 susunan ember yang berbeda dalam satu kali proses penyaringan terutama jika ukuran bibit lele yang dikehendaki ternyata cukup bervariasi. Saat dilakukan proses seleksi bibit, ember-ember penyaring ini disusun berdasarkan ukuran diameter lubang-lubang penyaringnya. Ember dengan ukuran diameter lubang-lubang penyaring terbesar berada pada urutan teratas dan ember dengan ukuran lubang-lubang penyaring yang lebih kecil berada pada urutan berikutnya. Demikian seterusnya hingga ember dengan diameter lubang penyaring paling kecil yang sesuai dengan kebutuhan dan variasi ukuran bibit yang dikehendaki.

Variasi ukuran bibit lele 2/3 hingga 4/6

Proses seleksi bibit lele melalui penyaringan

Bibit yang berukuran lebih besar atau kecil dipisahkan

Awal seleksi bibit lele biasanya dimulai pada rentang waktu 12 hingga 17 hari setelah fase penetasan telur. Telur-telur yang gagal menetas dan benih yang mati hendaknya dipisahkan sesegera mungkin dari lingkungan bak tetas agar tidak menjadi sumber penyakit bagi benih-benih lainnya. Setelah 4 - 6 hari kemudian atau setelah kantung kuning telur (yolksack) pada setiap larva lele habis terserap maka benih akan terlihat lincah bergerak mencari makanan alami yang ada di sekitarnya. Selama 12-17 hari berikutnya benih lele ini telah dapat diberi makanan alami berupa cacing sutera (tubifex) dan pakan buatan (pellet) yang berbentuk serbuk (halus) yang diberikan secara berangsur-angsur hingga benih lele mencapai ukuran standar 2/2 dan 2/3. Pada saat inilah pertama kalinya seleksi (grading) bibit lele mulai

dilakukan. Dalam proses seleksi, bibit lele yang berukuran lebih kecil (kerdil atau 'krucilan') disisihkan dan dipelihara di tempat terpisah, demikian pula halnya dengan bibit yang berukuran lebih besar ('bongsor' atau 'longgoran'), bibit yang terserang penyakit atau bahkan bibit yang cacat.

Jika dikehendaki, bibit lele hasil seleksi pertama ini sebenarnya telah dapat dijual namun jika tidak maka bibit lele dapat dipelihara lagi selama lebih kurang 21 hari untuk kemudian dilakukan seleksi (grading) kembali. Seleksi bibit lele pada tahap kedua ini akan menghasilkan dua ukuran standar yakni 3/5 dan 4/6. Sama halnya dengan proses seleksi pertama, masing-masing ukuran standar 3/5 dan 4/6 ini dipisahkan demikian pula dengan bibit yang berukuran 'krucilan' maupun 'longgoran'. Bagi pembudidaya ikan di

Kulon Progo yang menekuni segmen pembibitan, seleksi bibit (grading) pada ukuran 3/5 atau 4/6 ini merupakan saat panen karena ukuran bibit inilah yang paling banyak diminati oleh pembudidaya pada segmen pembesaran atau yang menekuni pemeliharaan lele hingga mencapai ukuran konsumsi (8-12

ekor/ kilogram). Namun ada pula beberapa pembudidaya segmen pembibitan yang memilih memelihara kembali bibit lele berukuran 3/5 atau 4/6 tersebut hingga mencapai ukuran 5/7 dan 7/9 selama lebih kurang 15 dan 21 hari masa pemeliharaan. Umumnya hal ini dilakukan untuk memenuhi pesanan bibit dari para pembudidaya lele di luar daerah Yogyakarta terutama yang berada di luar pulau Jawa.

Pada budidaya ikan lele di segmen pembesaran khususnya media kolam terpal, proses seleksi (grading) ini tidak perlu lagi dilakukan karena pertumbuhan lele umumnya telah mencapai tingkat keseragaman yang dapat dikatakan relatif merata.

Dengan menerapkan pola budidaya secara intensif pada media kolam terpal berukuran standar 4m x 6m dan 4m x 8m dengan jumlah tebaran bibit berkualitas ukuran standar 4/6 dan 5/7 sebanyak 3000 dan 4000 ekor per kolam maka lele ukuran konsumsi akan dapat dipanen setelah 60 hingga 70 hari masa pemeliharaan.

Lele ukuran konsumsi siap dipanen

Sebagian hasil panen lele ukuran konsumsi

*[admin] Label: bibit, Budidaya bibit Lele, grading, segmen pembesaran, segmen pembibitan, Seleksi Bibit (Grading) post 17:48

You might also like