You are on page 1of 20

BAB II PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Menurut Islam


Pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri.Dalam lingkungan organisasi harus ada pemimpin yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Kepemimpinan dapat terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal terjadi apabila dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi, sedang kepemimpinan informal terjadi, di mana kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orangorang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota organisasi yang bersangkutan.

Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat beberapa kesamaan.Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat.Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan.Dalam kepemimpinannya mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam al-Qur'an: Artinya: Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak yang agung. (Q. S. al-Qalam: 4)

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai

kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya.kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. B. Syarat-Syarat Kepimpinan Dalam Islam Islam telah meletakkan syarat-syarat kepimpinan untuk menjamin Kejayaan sesebuah negara dan kerajaan sekaligus mempermodelkan Islam dalam kepimpinan dan pemerintahan, antaranya ialah: Pertama: Muslim (Islam), akil baligh dan lelaki Firman Allah SWT:

Yang bermaksud: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka kerana itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.Surah al-maaidah ayat 51dan52.(1) Ayat di atas menjelaskan kerjasama dalam gerakan islam dengan orang-orang kafir di atas dasar politik akan menjauhkan lagi orang-orang Islam daripada mereka. Ini kerana, Islam mengharamkan sebarang jenis ketaatan (wala) kepada ahli kitab yang mempunyai akidah yang hampir sama dengan Islam, apatah lagi wala kepada orang-orang kafir yang akidah mereka langsung tidak mempunyai persamaan dengan akidah Islam. Kedua: Adil Seorang pemimpin mestilah tidak fasik seperti tidak meninggalkan solat, beramal dengan segala amalan yang di ketahui selagi mana amalan tersebut tidak menyalahi kata-kata dan perbuatan serta tidak menyalahi landasan islam. Firman Allah swt,

Bermaksud, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberimu pengajaran agar kamu dapat mengambil pelajaran.( Surah an-Nahl ayat 90.) Ketiga: Berilmu. Seorang pemimpin mestilah mengetahui perkara-perkara yang berkaitan dengan fardhu ain dan fardhu kifayah sehingga dapat membezakan diantara yang maaruf dan yang mungkar serta mengetahui perkara-perkara yang berkaitan dengan pimpinan. Al- Imam Al Ghazali berkata : "sesungguhnya Islam yg diperjuangkan atas landasan kejahilan akan lebih memudharatkan berbanding serangan musuh Islam. Malangnya kebanyakan pendukung Islam adalah dari kalangan orang-orang jahil. Keempat: Mempunyai kuasa dan kemampuan

Bermaksud boleh bertindak bagi menyelesaikan sesuatu urusan atau masalah yang berlaku samada melalui tenaga, perkataan,tulisan atau fikiran dalam segala aspek. Kelima: Beradab mengikut akhlak islam Seseorang pemimpin mestilah mampu memberi contoh tauladan mengikut akhlak islam kepada diri dan orang di bawah pimpinanya. Selain itu, di dalam dirinya mestilah mengandungi sifat ikhlas, jujur, tidak angkuh, ria dan sebagainya malah seorang pimpinan haruslah mempunyai sifat-sifat yang terpuji dan jauh dari sifatsifat yang terkeji. Firman Allah swt :

Bermaksud, Sesungguhnya telah adaa pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik begaimu, (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Surah Al-Ahzab: Ayat 21) Keenam: Sempurna pancaindera dan sihat tubuh badan Firman Allah swt.

Maksudnya, "tiada dosa(lantaran tidak pergi berjihad)atas orang2 yang lemah, sakit dan orang2 yang tidak memperolehi apa yang akan mereka nafkahka, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasulnya" (surah al-Maidah ayat 91.) C. Prinsip Dasar Kepemimpinan Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin, mengantarkan betapa penting dan berartinya peran seorang pemimpin dalam mendesain sebuah

masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan, kejayaan dan keemasan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya. Sebaliknya sebuah bangsa yang sebelumnya besar dan beradab hancur dan tak berarti karena kerakusan, keserakahan dan buruknya sikap mental para pemimpinnya. Suatu contoh, hancurnya Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah, lebih disebabkan oleh karena penerus tahta mahkota kekhalifahan berada di tangantangan pemimpin yang lemah dan tak bermoral. Hubbuddunnya (cinta dunia) lebih kentara dan lebih lekat dibanding dengan hubbul-akhirah (cinta akhirat). Islam memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang bersifat komprehensip dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga untuk seluruh umat manusia. Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut: 1. hikmah, ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu d engan hikmah dan nasehat yang baik lagi bijaksana (QS. al-Nahl:125). 2. qudwah, kepemimpinan menjadi efektif apabila dilakukan tidak hanya dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang baik dan bijaksana (QS. al-Ahdzab:21). Pepatah mengatakan, satu ketauladanan yang baik lebih utama dari seribu satu nasehat. Memang kesan dari sebuah keteladanan lebih melekat dan membekas dibanding hanya sekedar nasehat seorang pemimpin. 3. musyawarah diskusi, adalah suatu bentuk pelibatan seluruh komponen masyarakat secara proporsional dalam keikutsertaan dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijaksanaan (QS. Ali Imran:159, QS. As-

Syura:38). Dengan musyawwarah diskusi dan bertukar pikiran, maka tidak ada suatu permasalahan yang tak dapat diselesaikan. Tentu dengan prinsipprinsip bilhikmah wamauidhatil khasanah yang harus dipegang teguh oleh setiap komponen pemerintah atau imamah. 4. adil, tidak memihak pada salah satu pihak. Pemimpin yang berdiri pada semua kelompok dan golongan, (QS.al-Nisa:58&135, QS. al-Maidah:8) Dalam memimpin pegangannya hanya pada kebenaran, shirathal mustaqim (jalan yang lurus). Timbangan dan ukurannya bersumber pada al-Quran dan al-Hadits. Kecintaannya hanya karena Allah dan kebencian pun hanya karena Allah. Hukum menjadi kuat tidak hanya saat berhadapan dengan

orang lemah, tapi juga menjadi kuat saat berhadap-hadapan dengan orang kuat. 5. kelembutan hati dan saling mendoakan. Kesuksesan dan keberhasilan Rasulallah dan para sahabat dalam memimpin umat, lebih banyak didukung oleh faktor performa pribadi Rasul dan para sahabat yang lembut hatinya, halus perangainya dan santun perkataannya. Maka Allah SWT

menempatkan Muhammad Rasulallah sebagai rujukan dalam pembinaan mental dan moral sebagaimana firmannya, Laqad kana lakum fi Rasul illahi uswatun hasanah (Sungguh ada pada diri Rasul suri tauladan yang baik), (QS. al-Ahdzab:21 dan al-Qalam:10). 6. dari prinsip dasar kepemimpinan Islami adalah kebebasan berfikir, kreativitas dan berijtihad. Sungguh amat luar biasa, sepeninggal Rasulallaht para sahabat dapat menunjukkan diri sebagai sosok pemimpin yang mandiri, kuat, kreatif dan fleksibel. 7. sinergis membangun kebersamaan. Mengoptimalkan sumber daya insani yang ada. Hebatnya Rasulullah salah satunya adalah kemampuan beliau dalam mensinergikan dan membangun kekuatan dan potensi yang dimiliki umatnya. Para sahabat dioptimalkan keberadaannya. Keberbedaan potensi yang dimiliki sahabat dan umat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh baik mental maupun spritualnya. Berbagai misi kenegaraan dipercayakan Rasulallah kepada para sahabatnya seperti misi ke Habasyah, Yaman, Persia dan Rumawi. Muncullah sosok-sosok sahabat seperti Abu Dzar Al-Ghifari, Muadz bin Jabal, Salman al-Farisi dan Amr bin Ash. Dalam usia yang relatif muda, mereka sudah memimpin berbagai ekspedisi kenegaraan dan berbagai pertempuran penting.

D. Kriteria Pemimpin Menurut Pandangan Islam Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta

pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu,kreteria pemimpin menurut agama islam adalah sbb; 1. Beriman dan Beramal Shaleh Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya.Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai,tentram,dan bahagia dunia maupun

akherat.Disamping itu juga harus bisa mengamalkan keimanannya dalam bentuk amalsoleh. 2. Niat Yang Tulus Menerima suatu tanggung jawab harus lah di landasi dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Karena suatu amalan itu bergantung pada niatnya, itu semua telah ditulis dalam H.R bukhari-muslim. Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin haruslah kita tanamkan dalam lubuk hati kita hanya karena mencari ridho ALLAH semata, dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan itu adalah tanggung jawab dan sebuah beban, bukan kesempatan dan kemuliaan yang nanti akan di permintai tanggung jawabannya kelak nanti. 3.Laki-Laki Telah diterangkan dalam Al Quran bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.Sebab itu maka wanita yang soleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, karena Allah maha memelihara. Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim atasnya, dan pendidiknya. .Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian

dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi. Karena Nabi shallallahu "alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita."(Hadits Riwayat Al-Bukhari) 4.TidakMeminta Jabatan Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu"anhu, "Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya." (Riwayat Bukhari dan Muslim) 5. Berpegang pada Hukum Allah Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin,apabila memutuskan suatu hukum haruslah berlandaskan atas hukum-hukum ALLAH (alqur an dan hadist)dan haruslah mengesampingkan urusan duniawi dan hawa nafsu karna itulah kuncinya. Allah berfirman, "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka." (alMaaidah:49). 6. Memutuskan Perkara Dengan Adil Dalam hal ini di maksudkan bahwa pemutusan suatu masalah haruslah sesuai dengan adil maksudnya apabila hal tersebut haq maka harus di putuskan (di katakan) haq dan apabila hal itu batil maka haruslah di putuskan(dikatakan) batil, seperti halnya syarat-syarat menjadi seorang hakim,dan tanpa adanya campur tangan hawa nafsu di dalamnya.

7. Menasehati Rakyat Dalam suatu kisah rasulallah SAW dalam bermasyarakat beliau menasehati rakyatnya di tunjukksn dengan kepribadiannya tersebut lalu beliau menyuruh umatnya untuk mengikuti apa yang telah rasuallah perbuat,karna salah satu wahyu allah kepada rasulallah adalah LIMAKARIMAL AHLAK(yaitu menyempurnakan ahlak)yang kini setiap tindakan dan ucapannya menjadi sunnah nya.Dan niat bersungguh sungguh mengemban amanahnya. 8. Tidak Menerima Hadiah Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya,agar dalam pelaksanaan dalam kepemimpinnaya tidak lah memandang sebelah mata atau pun berat sebelah dalam pemutusan suatu perkara yang mungkin ada sangkut pautnya dengan salah satu pihak tertentu. 9.Tegas Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang harus ada dan menjadisalah satu hal yang di idam-idamkan oleh semua rakyatnya.Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya. 10. Teladan Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki sifat STAF,yang dimaksud adalah

Siddiq(jujur),Tablig(menyampaikan),Amanah(dapat dipercaya) dan Fatonah(cerdas). Sidiq itu berarti jujur yang hal Muhammad SAW. SIDDIQ Bila seorang pemimpin itu jujur maka tidak adalagi KPK karena tidak adalagi korupsi yang terjadi karna jujur itu membawa ketenangan dan kedamaian, ini ada dan tertanam dalam diri baginda nabi

Berkatalah jujur walaupun itu menyakitkankarna buah kejujuranj adalaah manis tsk ternislis adanya TABLIG Tablig adalah menyampaikan,yaitu menyampaikan sesuatu informasi dengan apa adanya tanpa adanya suatu hal yang menjadi hal yang menimbulkan kesimpang siuran yang ahirnya menimbulkan fitnah. Dan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan terhadap kebutuhan atau hajat dari rakyatnya. AMANAH Amanah berarti dapat dipercaya, bermula daripada kedudukan manusia sebagai hamba Allah SWT. Dan fungsi sebagai khalifahNya. Tanggungjawab manusia baik kepada Allah maupun atas sesama manusia karena sebaik-baik insan adalah insan yang bermanfaat kepada sesamanya FATONAH Selain itu pemimpin juga harus memiliki sifat fatonah (cerdas) Karena itu jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalahmasalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya,dan lincah dalam berbagai strategi dalam hal permasalahan yang dia hadapi dalam kepemimpinannya.

E. Hakekat Kepemimpinan Hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup. 1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,.Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga

seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya. 2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. 3. Kerja Keras, Bukan Santai. Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan

kesejahteraan.Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

4. Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na'im) Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya

untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani). 5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran. F. Sumber Hukum Kepemimpinan Dalam Islam Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, oleh karena itu sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum allah SWT dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum Allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada hakekatnya islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam. G. Tugas dan PeranSeorang Pemimpin Tugas utama seorang pemimpin adalah : 1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untukbekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi. 2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan

(akontabilitas):Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankantugas,mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggungjawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.

3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinandibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas denganmendahulukanprioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harusdapatmengaturwaktusecaraefektif,dan menyelesaikan

masalah secara efektif. 4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. 5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). 6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. 7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkanmasalah. Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah : 1. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. 2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara. 3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator. G. Alasan Larangan Dalam Islam Pilih Pemimpin Non Muslim Dari jaman Rasulullah, hidup berdampingan/berbaur dengan kaum non muslim sudah biasa terjadi. Pada jaman moderen sekarang ini pun hidup berdampingan dengan non muslim, merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari

. Dan itu bukanlah suatu masalah, karena islam mengakui kebebasan setiap manusia untuk memilih agamanya dan mengajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama, namun dengan konsekuensi bahwa kelak di akherat setiap manusia akan mempertanggung jawabkan pilihannya tersebut di hadapan ALLAH pencipta alam semesta ini. Di dalam Al Quran dengan tegas, ALLAH SWT melarang kaum mukmin untuk menjadikan orang kafir sebagai wali, pemimpin ataupun orang kepercayaan, yang dikarenakan dikhawatirkan mereka akan berkhianat dan membuat kerusakan dengan berbuat dosa di muka bumi. Larangan tersebut tercantum dalam surah AL MAIDAH : 51, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Jadi dalam hal ini apabila masih ada orang islam sebagai pilihan, maka orang islam itulah yang lebih baik dipilih sebagai wali / pemimpin ataupun orang kepercayaan. H. Pemimpin Wanita Menurut Kacamata Islam Emansipasi wanita adalah prospek pelepasan diri wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan maju. Dalam Bahasa Arab, istilah ini di kenal dengan tahrir al-marah. Tuntutan persamaan hak (emansipasi) tidak ada di dalam islam. Islam tidak pernah mempertentangkan hak pria dan wanita.Islam sangat memuliakan wanita. Al-Quran dan sunnah memberikan perhatian yang sa ngat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita, baik dia sebagai anak, istri, ibu, saudara maupun peran yang lainnya. Begitu pentingnya hal ini, Allah SWT mewahyukan sebuah surat dalam Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW yaitu surat An-Nisa yang sebagian besar ayat dalam surat ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kedudukan, peranan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak wanita.

Dalam bidang kepemimpinan, islam bertolak dari status manusia sebagai khalifah di muka bumi. Akhir surat Al-Ahzab mempertegas kekhalifahan manusia ini di muka bumi sebagai pengemban amanat Allah SWT untuk mengolah, memelihara, serta mengembangkan bumi. Inilah tugas pokok manusia-tidak berbeda antara perempuan dengan laki-laki. Di dalam hukum islam disebut juga taqlidiyyah, yang menjelaskan setiap orang adalah mukallaf (penerima amanat). Mengenai status kekhalifahan tadi, Rasulullah SAW menegaskan bahwa semua manusia adalah pemimpin.Islam mengangkat derajat manusia dan memberikan kepercayaan yang tinggi karena setiap manusia secara fungisional dan sosial adalah pemimpin.Di antara masalah yang kerap terjadi bahan perbincangan seputar kesetaraan antara kaum laki-laki dan perempuan ini yaitu masalah kepemimpinan.Islam menegaskan bahwa kepemimpinan ada di tangan kaum pria. Q.S An-Nisa ayat 34: kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka menafkahkan sebagian dari kekeyaan mereka. Dalam hal ini perkataan qawwamum bukan berarti penguasa atau majikan, tetapi dalam pengertian bahwa suami adalah kepala keluarga.Sedangkan

perempuan adalah pemimpin rumah tangga.Ini jika kita berbicara tentang kepemimpinan di dalam lembaga perkawinan.Namun jika berbicara tentang kepemimpinan dalam dunia politik, maka kepemimpinan perempuan biasanya hal yang sering di persoalkan bahkan di tolak pada beberapa kalangan. Sebagai seorang muslim sudah selayaknya menjadikan islam sebagai cara pandang menghadapi dan menyelesaikan segala persoalan. Dimana cara pandang islam mengharuskan untuk menjadikan dalil dalil syara sebagai sandaran atau acuan dalam menyelesaikan segala persoalan, termasuk persoalan kepemimpinan wanita. Pengkajian yang mendalam terhadap khazanah islam, akan ditemukan bahwa para ulama mujtahid empat mazhab telah bersepakat mengangkat kepala negara seorang wanita adalah haram. Imam Al-Qurthubi dalam tafsir AlJamiliahkamil Quran,mengatakan:

Khalifah (kepala negara) haruslah seorang laki-laki dan para fuqoha telah bersepakat bahwa wanita tidak boleh menjadi Imam (khalifah/kepala negara). Di dalam Al-Quran terdapat ayat yang mewajibkan kita taat kepada

pemimpin(kepala negara), Q.S An-Nisa ayat 59 yang artinya: Hai orang orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu. Dalam ayat ini terdapat perintah untuk taat kepada pemimpin dengan menggunakan lafaz ulil amri.Berdasarkan kaidah bahasa Arab maka bisa di pahami bahwa perintah untuk taat kepada pemimpin yang di maksud dalam ayat tersebut adalah pemimpin laki laki.Sebab apabila pemimpin wanita maka seharusnya menggunakan lafaz Uulatul Amri. Didalam islam, tidak ada pemisahan antara agama dan negara, agama dan politik atau agama dan kepemimpinan, semuanya satu kesatuan. Karena hidup kita ini di atur oleh agama dari hal yang paling kecil sampai pada hal yang terbesar. Hidup adalah tingkah laku, dan tingkah laku di batasi oleh norma agama termasuk tingkah laku dalam berpolitik. Berikut ini sedikit penjelasan seputar ketentuan pemimpin wanita: 1. Tidak ada Nabi dan Rasul wanita Beberapa firman Allah SWT yang menjelaskan tentang ini: Dan kalau Kami bermaksud menjadikan Rasul itu dari golongan malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki.(Qs. Al-anam 6:9) Kami tidak mengutus kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk suatu negeri.(Qs. Yusuf 12:109) Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu, melainkan beberapa orang lakilaki yang kami beri wahyu kepada mereka. (Qs. Al-Anbiyaa 21:7) 2. Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasrkan Imam Hanafi, Imam Syafii, Imam Hambali dan Jafari/Imammiah) 3. Laki-laki sudah di tetapkan sebagai pemimpin wanita. Di jelaskan pada Qs.An-Nisaa ayat 34:

kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara logikanya, seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apa lagi seorang kepala negara yang notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala keluarga lain, maka tidak lain dia haruslah laki-laki. Dan anak laki-laki tidaklah sama dengan anak wanita(Qs. Ali Imron 3:36) 4. Hadist Musnad Ahmad 19603: Abu Bakrah berkata;Nabi Muhammad SAW telah bersabda: Siapakah yang memimpin urusan penduduk Persi? Mereka menjawab ; seorang wanita. Beliau bersabda: tidak akan beruntung kaum yang menyerahkan urusannya kepada mereka. Hadist di atas memang di ucapkan oleh Rasul ketika menanggapi kabar di pilihnya seorang wanita, puteri Anusyirwan dari Persi, menjadi pemimpin.Akan tetapi coba perhatikan konteks sabda tersebut tidak menyebut bahwa ucapan tersebut hanya berlaku bagi kerajaan Persi, namun suatu gambaran umum tentang tidak layaknya wanita dijadikan pemimpin dalam suatu bangsa. 5. Wanita mengalami haid, hamil, melahirkan dan menyusui Allah SWT berfirman: dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan hamil, waktu iddah mereka ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS. Ath Tholaq : 4) Jika datang waktu seperti ini, maka dimana tanggungjawab wanita sebagai pemimpin? Untuk memimpin suatu organisasi atau kenegaraan, orang harus benar-benar total, baik dalam waktu, pikiran maupun resiko dan tanggungjawabnya bahkan terkadang harus rela disibukkan olehh aktifitasnya, menghadiri rapat di berbagai

kesempatan, melakukan perjalanan dinas dan seterusnya yang tentu saja sulit di lakukan oleh seorang wanita, karena ia juga harus melayani suami dan anakanaknya sebagai tugas utamanya. Bagi para wanita, mereka punya hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang benar. Tapi para suami memiliki satu tingkat kelebihan dari istrinya. (Qs. Al-Baqarah 2:228) Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinanmu.Laki-laki adalah pemimpin dlm keluarganya, dan dia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya itu.Perempuan adalah pemimpin dlm rumah suaminya dan diapun bertanggung jawab thd kepemimpinannya. (Hadist Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar) Dalam sejarah, Nabi Saw mengikut sertakan wanita dalam medan perang, namun mereka bukan dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang bertugas memberikan pertolongan bagi mereka yg terluka seperti dicontohkan oleh Fatimah az-Zahrah puteri Beliau sendiri, kemudian wanita juga mempersiapkan konsumsi seperti Bahkan dilakukan Khadijah istri Nabi oleh yang aisyah pertama adalah istri seorang beliau. saudagar

(pengusaha).Sesudah Nabi wafat, Khalifah Umar, sahabatnya, mengangkat Ummu As-syifa al-Ansyoriah sebagai pengawas dan pengontrol pasar Madinah (kalau sekarang ini mungkin bisa disetarakan dengan kedudukan menteri ekonomi).Patut dicatat bahwa tugas seorang menteri tidak seberat dan sebesar tanggung jawab tugas kepala negara. Disisi lain, menteri tetap harus bertanggung jawab kepada pemimpinnya, yaitu presiden (dlm istilah agamanya, isteri memiliki tanggung jawab atas kepemimpinannya dalam rumah tangga suaminya). I. Beberapa Sosok Teladan Pemimpin Islam Banyak tokoh pemimpin islam yang mampu memberi pengaruh besar terhadap rakyatnya, Deawasa ini kita akan membahas, masa kepemimpinan para khalifah khuususnya khulfaur Rasidin yang banyak memberikan contoh keteladanan bagi umatnya. 1. Abu Bakar as Siddiq

Abu Bakar As Siddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah. Dia merupakan khalifah pertama dari Al-Khulafa'ur Rasyidin , sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Kuhafah atTamini. Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang baik dan sabar, jujur, dan lemah lembut, dia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati. Sifat-sifat yang mulia itu membuat ia disenangi oleh masyarakat. la menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW semenjak keduanya masih remaja. Setelah dewasa ia mencari nafkah dengan jalan berdagang dan ia dikenal sebagai pedagang yang jujur, berhati suci dan sangat dermawan, dan ia dikenal sebagai pedagang yang sukses. Selain itu, Abu Bakar adalah seorang pemikir Makkah yang memandang penyembahan berhala itu suatu kebodohan dan kepalsuan belaka, ia adalah orang yang menerima dakwah tanpa ragu dan ia adalah orang pertama yang memperkuat agama Islam serta menyiarkannya. Di samping itu ia suka melindungi golongan lemah dengan hartanya sendiri dan kelembutan hatinya.

Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang lebih dua tahun, antara lain: 2. Perbaikan sosial (masyarakat) Perluasan dan pengembangan wilayah Islam Pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam Meningkatkan kesejahteraan umat. Umar bin Khattab Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerahmerahan.Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu: 1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.

2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut. 3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah. 4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji. 5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan. 6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya. 3. Utsman bin Affan Utsman bin Affan (sekitar 574 656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda dari Rasullulah SAW. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan.Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. 4. Ali Bin Abi Thalib Ali Bin Abi Thalib lahir di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.Menurut sejarawan, Beliau dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. tidak menyukainya dan memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara

rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

You might also like