You are on page 1of 12

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH BAHASA DAN SASTRA MINANGKABAU

GENDRE SASTRA MINANGKABAU (MANTRA, PANTUN, SELOKA DAN SYAIR)

Kelompok XI

ARISEL PRAMODA WARDANI FERMI ERMELI

PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN SOLOK 2012

GENDRE SASTRA MINANGKABAU (MANTRA, PANTUN, SELOKA DAN SYAIR)

A. LATAR BELAKANG Sastra lisan merupakan warisan budaya yang kita miliki. setiap daerah memiliki sastra lisan yang pada umumnya berbeda-beda. Salah Satunya di Minangkabau mempunyai beberapa sastra lisan, hanya saja pada saat ini sudah mulai memudar atau berkurang di kalangan masyarakatnya. Sastra lisan yang ada di Minangkabau antara lain pantun, syair, dan mantra. Pantun merupakan salah satu karya sastra Melayu yang sampai sekarang masih ada. Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah

maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Sastra lisan ini digunakan masyarakat Minangkabau untuk menyampaikan suatu maksud dengan cara yang lebih halus dan dijadikan sebagai hiburan dalam kehidupan sehari-hari. Yang dijadikan hiburan seperti pantun jenaka. secara tidak langsung sastra lisan juga dapat menjadi sarana memperkuat pergaulan sosial.

PEMBAHASAN

A. Mantra 1. Pengertian Mantra Mantra berasal dari bahasa sansekerta yaitu man yang memiliki arti pikiran dan tra yang artinya pembebasan. Jadi mantra merupakan kegiatan membebaskan pikiran. Mantra juga dikatakan sebagai puisi yang tertua dalam sastra minangkabau. Puisi ini d i c i p t a k a n u n t u k m e n d a p a t k e k u a t a n g a i b d a n s a k t i . M a n t r a i t u bi a sa n ya du gun a k a n d al am ra n gk a p an en , m e n go b at i o r an g s ak i t , meny emai benih panen, memasang tiang utama pembangunan rumah,dan menagkap ikan di laut. Sedangkan Menurut Edwar Djamaris (1990: 20) mantra merupakan suatu gaya bahasa yang diresapi oleh kepercayaan kepada dunia yang gaib dan sakti. Gaya bahasa dalam mantra itu mempunyai seni kata yang khas pula. Kata-kata yang dipilih dengan cermat, kalimatnya tersusun dengan rapi, begitu pula dengan iramanya. Mantra jika ditinjau dari segi istilah bisa memiliki arti bunyi, kata atau kalimat yang diucapkan, dibisikan atau dilantunkan dengan cara tertentu untuk tujuan tertentu pula. Mantra diyakini mempunyai kekuatan, sebagai sarana

permohonan kepada Tuhan, dan bermanfaat untuk bermacam-macam tujuan tertentu dari para perapalnya. Dari segi bentuk, mantra sebenarnya bisa digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terikat pada aspek rima, baris dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, sebagian mantra ada yang menggunakan bahasa yang kadang sulit dimengerti, sedangkan dari segi penggunaannya, mantra tidak boleh diucapkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan memiliki arti khusus.

2. Fungsi dan kegunaan Mantra a. Fungsi dan kegunaan Mantra zaman dahulu Pada zaman dahulu masyarakat percaya bahwa setiap benda mempunyai Roh, seperti gunung, pohon besargua, dan lembah yang

dalam. Disamping itu masyarakat zaman dahulu percaya bahwa bendabenda tertentu kekuatan magis, kekuatan luar biasa yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan keinginan pembaca mantra. Mantra biasanya digunankan dalam berbagai kesempatan namun diantaranya pada waktu panen supaya panen melimpah, pada waktu berburu supaya buruan banyak hasilnya. Pada waktu mengobati supaya menyembuhkan orang sakit, pada waktu menyemaikan benih supaya tanaman subur, pada waktu orang ingin berbuat jahat untuk mencelakakan orang.

b. Fungsi dan kegunaan Mantra zaman sekarang. Dengan zaman yang semakin canggih dan serba IPTEK seperti saat sekarang ini mantra jarang digunakan masyarakat Minangkabau khususnya masyarakat golongan muda, karena merasa tidak modern dan tidak logis tetapi masih ada masyarakat golongan tua yang menggunakan mantra dalam kehidupan sehari-hari yang

didapat/diturunkan oleh leluhur mereka. Mantra masih digunakan oleh dukun dan pawang dalam masyarakat Minangkabau, diantaranya pada waktu menyemai benih, atau pada waktu memulai menanam padi disawah. Artinya dizaman yang modern seperti saat ini masih ada masyarakat yang membaca mantra, walaupun tidak sepopuler pada zaman dahulu.

Contoh mantra Menyemaikan Benih Allahumma salli ala muhammad Daulu alun banamo padi Banamo nur allah Urang di sabuang bidodari Camin tasari namo batangnyo Induang barek namo daunnyo Ganto sarugo namo bungonyo Mako batambun-tanbun tambunlah urek

Camarelang di dado adam Langsuang dijawek jibirain Pancaran insan bagindo insan Insan banamo akia saman Dalam gurijah waliullah Salalluhu alaihi wa sallam Maknanya : Petani yang akan menanam benih padi membaca mantra ini berharap tanaman yang ia tebarkan menjadi subur dan mendapat hasil yang melimpah dengan izin allah.

B. Pantun 1. Pengertian pantun pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berarti berasal dari

kata patuntun dalam bahasa

Minangkabau yang

"petuntun".

Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. n pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

2.

Jenis-jenis pantun 1. Pantun nasihat Pantun nasihat adalah jenis pantun yang lebih banyak berisikan nasehat orang tua kepada anaknya, mamak kepada kemenakannya atau nasehat untuk anak-anak muda contoh: cubadak tumbuah sebatang tumbuah luruih dakek parigi nan rancak diliek urang budi haluih mamikek hati Makna: pantun ini merupakan nasehat bahwa sifat yang disukai oleh masyarakat luas adalah budi halus, atau budi pekerti yang tinggi.

2.

Pantun percintaan atau muda mudi Pantun percintaan atau muda mudi pantun yang isinya

menggambarkan

masalah-masalah

hubungan

muda-mudi,

percintaan, kerinduan terhadap kekasih dan semacamnya. Contoh: Kain batiak tabang mangirok Unduang-unduang anak rang bayang Tampak adiak darah tasirok Badan bak raso bayang-bayang. Makna: pantun ini menggambarkan kisah cinta seseorang atau tentang cinta yang benar-benar sejati, palsu, atau hanya cinta sesaat.

3.

Pantun kiasan Pantun kiasan adalah jenis pantun yang isinya lebih banyak berupa kiasan. Contoh: Kaik bakaik rotan sago Takaik di aka baha Sampai ka langik tabarito Tibo di bumi jadi kaba

Maknanya: pantun ini digunakan untuk menyatakan ketenaran seorang raja yang adil dan bijaksana, atau kecantikan sang putri raja, atau kegagahan putra mahkota dan lain-lain.

4.

Pantun adat Pantun adat adalah pantun yang baik sampiran maupun isinya terdiri dari pepatah- petitih atau kata-kata adat yang dijadikan pegangan hidup masyarakat Minangkabau. Contoh: Kaluak paku kacang balimbieng Tampuruang lenggang-lenggangkan Anak dipangku kamanakan dibimbieng Urang kampuang dipatenggangkan Makna: pengabdian dalam menempuh kehidupan di dunia, yang lebih utama adalah anak, kemudian kemenakan, setelah itu baru orang lain atau masyarakat.

5.

Pantun agama Pantun agama disebut juga pantun dakwah karena isinya mengandung ajaran dan pedoman bagi masyarakat. Contoh: Baranang ka hulu aie Jan lupo jo rantieng lapuak Alah sanang hiduik di dunie Kana juo kamati isuak Makna: pantun ini adalah peringatan atau imbauan kepada orang kaya yang sudah menikmati kehidupan dunia, jangan lupa bahwa hidup ini hanya sementara, karena itu selagi hidup di dunia, hendaklah mengumpulkan bekal untuk di akhirat.

3.

Fungsi pantun 1. Sebagai alat pemelihara bahasa, dengan pantun bahasa dapat terpelihara karena orang menggunakan bahasa tersebut untuk membuat pantun (bahasa Minangkabau)

2. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. 3. Pantun melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. 4. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat 5. Sebagai hiburan

C. Seloka 1. Pengertian Seloka Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Kata "seloka" diambil dari bahasa Sanskerta, sloka. Seloka ini berfungsi sebagai panduan dan pengajaran bagi anggota masyarakat.

2.

Ciri-ciri seloka a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga

Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan

Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan Makna: seorang anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya, ayahnya pergi setelah ibunya meninggal, dan dia tidak bagaimana nasibnya.

D. Syair 1. Pengertian syair Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syuur yang berarti perasaan. Kata syuur berkembang menjadi kata syiru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab.

2. Fungsi Syair a. syair berfungsi sebagai media penyampaian pesan-pesan leluhur kepada generasi penerus, baik berupa nasihat atau cerita. b. syair juga berfungsi sebagai pelipur lara atau hiburan bagi masyarakat

3. Ciri-ciri syair a. Tiap bait terdiri dari 4 baris b. Sajaknya a-a-a-a c. Ke empat baris merupakan isi dan tidak ada sampiran d. Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata

Contoh syair Pada zaman dahulu kala Tersebutlah sebuah cerita Sebuah negeri yang aman sentosa Dipimpin sang raja nan bijaksana

Negeri bernama Pasir Luhur Tanahnya luas lagi subur Rakyat teratur hidupnya makmur Rukun raharja tiada terukur

Raja bernama Darmalaksana Tampan rupawan elok parasnya Adil dan jujur penuh wibawa Gagah perkasa tiada tandingnya Makna: menceritakan tentang sebuah negeri yang bernama Pasir luhur, dipimpin oleh seorang raja yaitu Darmalaksana, hidup rakyatnya aman dan makmur.

Berdasarkan karya sastra yang ada di Minangkabau sesperti pantun, deloka, syair, mantara dan lain-lain, di mana semua itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau adalah bahasa yang halus atau lebih banyak berupa sindiran. Masyarakat mengutarakan Minangkabau maksud jarang menggunakan tetapi bahasa lebih yang

secara

langsung,

cenderung

menyampaikan melalui karya sastra yang ada, seperti pantun, syair, seseloka. Sebab karya sastra ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai hiburan ataupun untuk menyampaikan maksud.

PENUTUP

KESIMPULAN Karya sastra yang ada Minangkabau cukup banyak, dengan fungsi yang beragam pula. Diantara salah satu fungsinya yaitu sebagai sarana untuk menyampaikan maksud terhadap seseorang. Karena masyarakat Minangkabau lebih cenderung menggunakan bahasa kias atau tidak secara langsung menyampaikan maksudnya. Jadi lewat karya sastra tersebut kadang orang-orang menyampaikan maksudnya. Karya sastra tersebut berupa pantun, seloka, syair, mantra. Mantra dikatakan sebagai puisi yang tertua dalam sastra Minangkabau. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Kata syair berasal dari bahasa Arab syuur yang berarti perasaan. Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. kata syuur berkembang menjadi kata syiru yang berarti puisi dalam pengertian umum.

REFERENSI

Darwis. 2005. Keajaiban Pantun di Minangkabau. Bogor: Ar-Rahman Djamaris, Edwar. 1990. Menggali Khanazah Sastra Melayu klasik. Jakarta: Balai Pustaka http://gemashttp: //dahlanforum.wordpress.com/2010/01/11/puisi-lama-mantragurindam-syair-pantun / diakses hari Sabtu 02/06/2012 jam 10.00 Wib http://dahlanforum.wordpress.com/2009/11/11/syair-pengertian-dan-contoh/ diakses hari Sabtu 02/06/2012 jam 10.00 Wib http://www.scribd.com/doc/55606181/4/FUNGSI-PANTUN. diakses hari Sabtu 02/06/2012 jam 10.00 Wib

You might also like