You are on page 1of 23

PRESENTASI KASUS

TUBERKULOSIS

Disusun Oleh : FARIDHA MONY NPM: 1102007113

Pembimbing Dr. RIZKI Sp.P

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD KOTA CILEGON 2013


1

I. Identitas Pasien
- Nama - Usia - Pekerjaan - Agama - Alamat - No. CM - Pembiayaan - Ruangan : Nn. S : 17 tahun : pelajar : Islam : tegal wangi grogol : 30 69 24 : umum : Nusa Indah RSUD Cilegon

- Tanggal Berobat : 08 maret 2013

II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 11 maret 2013 pukul 09.30 WIB di Ruangan Nusa Indah RSUD Cilegon. o Keluhan Utama : Batuk berdahak hijau purulen o Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke UGD RSUD Cilegon pada tanggal 08 maret 2013 pukul 16.00 WIB dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. dahak berwarna hijau purulen . Keluhan sesak nafas (+) nyeri pada dada saat bernafas disangkal pasien. Pasien juga mengeluh sering panas-dingin, berkeringat di malam hari dan sulit tidur dalam satu bulan ini. Pasien juga merasa badannya menjadi lebih kurus dalam satu bulan ini. Keluhan mual (+) muntah disangkal namun pasien mengeluh tidak nafsu makan. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada gangguan. Riwayat pengobatan paru selama enam bulan disangkal pasien. Pasien mengaku di lingkungan rumahnya terdapat tetangganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien, dan pasien juga mengaku nenek pasien sedang dalam masa pengobatan paru 2 bln jalan.

o Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat penyakit diabetes disangkal. Riwayat Asma dan alergi disangkal. 2

o Riwayat Penyakit Keluarga: Os mengaku terdapat anggota keluarga (nenek) dengan riwayat penyakit yang sama dengan pasien 2 bulan jalan. o Anamnesis Sistem: Tanda checklist () menandakan keluhan pada sistem tersebut. Tanda strip (-) menandakan keluhan di sistem tersebut disangkal oleh pasien. Kulit (-) Bisul (-) Kuku Kepala (-) Trauma (-) Sinkop Mata (-) Nyeri (-) Radang (-) Sklera Ikterus Telinga (-) Nyeri (-) Sekret Hidung (-) Trauma (-) Nyeri (-) Sekret Mulut (-) Bibir (-) Gusi (-) Selaput Tenggorokan (-) Nyeri tenggorok Leher (-) Benjolan/ massa Jantung/ Paru (-) Nyeri dada (-) Berdebar-debar (-) Ortopnoe Abdomen (Lambung / Usus) (-) Rasa kembung (-) Mual (-) Muntah (-) Muntah darah (-) Sukar menelan 3

(-) (-)

Rambut Ikterus

() Keringat malam (-) Sianosis (-) Lain-lain (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) () () (-) (-) (-) (-) (-) Nyeri kepala Nyeri sinus Sekret Gangguan penglihatan Penurunan ketajaman penglihatan Tinitus Gangguan pendengaran Kehilangan pendengaran Gejala penyumbatan Gangguan penciuman Pilek Lidah Gangguan pengecapan Stomatitis Perubahan suara Nyeri leher Sesak nafas Batuk berdahak Warna dahak purulen Perut membesar Wasir Mencret Melena Tinja berwarna dempul

(-)

Nyeri perut

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Tinja berwarna ter Benjolan Kencing nanah Kolik Oliguria Anuria Retensi urin Kencing menetes Prostat Perdarahan

Saluran Kemih / Alat Kelamin (-) Disuria (-) Stranguri (-) Poliuria (-) Polakisuria (-) Hematuria (-) Batu ginjal (-) BAK gelap seperti the Katamenis (tidak ditanyakan) ( Leukore ) ( Lain-lain ) Haid (tidak ditanyakan) ( Hari terakhir ) ( Teratur /tidak ) ( Gangguan menstruasi ) Otot dan Syaraf (-) Anestesi (-) Parestesi (-) Otot lemah (-) Kejang (-) Afasia (-) Amnesis (-) Lain-lain Ekstremitas (-) Bengkak (-) Nyeri sendi

Jumlah dan lamanya Nyeri Paska menopause

( ) ( )

Menarche Gejala Klimakterium

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Sukar menggigit Ataksia Hipo/hiper-estesi Pingsan / syncope Kedutan (tick) Pusing (Vertigo) Gangguan bicara (disartri) Deformitas Sianosis

III. Pemeriksaan Fisik


o VITAL SIGNS: - Kesadaran - Tekanan Darah - Nadi - Respirasi - suhu - TB/BB - Status Gizi o STATUS GENERALIS: 4 : Compos mentis : 110/80 mmHg : 80 kali/menit (regular, equal, dan isi cukup) : 22 kali/menit (tipe torakoabdominalis) : 380C : 154 cm/42 kg : Gizi sedang - Keadaan Umum : Sakit ringan

- Kulit - Kepala - Rambut - Alis - Mata

: Berwarna sawo matang, tidak terdapat kelainan warna kulit, suhu afebris, dan turgor kulit baik. : Bentuk lonjong, simetris. : Warna hitam, tidak mudah dicabut : Warna hitam, tidak mudah dicabut. : Tidak exopthalmus, tidak enopthalmus, konjungtiva tidak anemis, sklera normal, lensa jernih, pupil bulat dan isokor, pergerakan bola mata baik.

- Hidung - Telinga - Mulut - Leher

:Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak ada sekret, dan tidak hiperemis. : Bentuk telinga normal, tidak ada deformitas, tidak ada serumen dan sekret.. : Bibir tidak sianosis, gigi geligi lengkap, gusi tidak hipertropi, lidah tidak kotor, mukosa mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis. : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada submentalis, subklavikula, pre-aurikula, dan post-aurikula, supraklavikula. Tidak oksipital, terdapat sternokleidomastoideus, bernilai 5 + 2 cm H2O.

pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi, dan Jugular Venous Pressure - Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan. : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi sela iga. Palpasi Perkusi : Fremitus taktil dan vokal simetris kiri dan kanan : Sonor seluruh lapang paru, dan terdapat peranjakan paru-hati Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, tidak terdapat rhonki pada lapang paru , tidak terdapat wheezing Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi : Iktus kordis tidak terlihat : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, kuat angkat, dan tidak terdapat thrill : Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dextra, batas jantung kiri ICS V linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung pada ICS II linea parasternalis sinistra, proyeksi besar jantung tidak membesar. Auskultasi: Bunyi jantung II lebih kencang dari I pada katup aorta dan pulmonal, reguler, tidak terdapat murmur dan bunyi gallop.

Paru-paru : Inspeksi

Bunyi jantung I lebih kencang dari II pada katup trikuspid dan mitral, reguler, tidak terdapat murmur dan bunyi gallop. - Abdomen : Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak terdapat kelainan kulit, tidak terdapat caput medusa dan spider nevy. Auskultasi : Bising usus normal, bising aorta abdominalis tidak terdengar. Palpasi Perkusi - Genitalia : Supel, turgor baik, tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak teraba hepar dan lien : Suara timpani di semua lapang abdomen, tidak terdapat nyeri ketuk. : Tidak dilakukan pemeriksaan 5 5 5 5

- Ekstrimitas: Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, kekuatan otot Tidak terdapat udem pada ke-empat ekstremitas. - Refleks fisiologis dan patologis : reflex fisiologis baik N N N N

Reflex patologis tidak ada

IV. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium : (22-12-2010) Hb 10,3 g/dl Ht 31,9 % Leukosit 9140/ul Trombosit 405.000 /ul GDS: 95 g/dl SGOT : 14 SGPT : 5 Radiologis : Foto thoraks : Tampak bercak infiltrat pada apex paru kanan Kesimpulan : TB paru Ureum : 22 mg/dl kreatinin : 1,0

V. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja 6

TB Paru

2. Dasar Diagnosis: Anamnesis: Batuk berdahak purulen Sering panas-dingin di malam hari Berkeringat di malam hari dan sulit tidur. Berat badan juga mengalami penurunan satu bulan ini. Pemeriksaan Fisik : paru : dalam batas normal Pemeriksaan penunjang Lab : HT menurun Pemeriksaan penunjang Radiologi :

VI. Diagnosis Banding


o Pneumonia o Bronkiektasis o Kanker paru

VII. Pemeriksaan yang Dianjurkan


- Pemeriksaan sputum BTA ( sediaan langsung mikroskopis biasa, dengan mikroskop florensens, kultur kuman, uji resistensi)

VIII. Terapi yang diberikan


Non farmakologis : Tirah baring IVFD RL 20 tpm Diet tinggi kalori tinggi protein

Farmakologis : Ceftriaxone 1 x 2gr drip dlm NS 100cc (st) paracetamol 3 x 1 tab p.o ranitidin 2 x 1amp OAT kategori I (2RHZE / 4H3R3)

IX. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam - Quo ad functionam : dubia ad bonam

TUBERKULOSIS
PENDAHULUAN Di perkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif (15 - 50 tahun). Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar(high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency). Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia (setelah india dan cina), dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 140.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif 110 per 100.000 penduduk. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia.

PEMBAHASAN Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagaian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sifat kuman : Berbentuk batang, tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam) Cepat mati pada penyinaran matahari langsung ( selama 5 menit), akan bertahan hidup selama 6 jam di tempat gelap dan lembab dan bila terhirup orang lain dan masuk ke saluran pernafasan serta menyebar ke seluruh bagian tubuh lainnya..

Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat bersifat dormant (tertidur selama beberapa tahun).

Cara Penularan : Sumber Penularan adalah penderita BTA Positif, saat batuk atau bersin menyebarkan kuman ke udara melalui percikan dahak (Droplet nuclei). Sekali Batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Daya penularan dari penderita ditentukan oleh banyakanya kuman yang dikeluarkan dari parunya (makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut). Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (kontak serumah, kontak lama dan erat dengan sumber penularan). Resiko Penularan dan Resiko Menjadi Sakit TB Resiko penularan atau Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Resiko tertular tegantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien TB pau dengan BTA negatif. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif

PATOFISIOLOGI Proses terjadinya Penyakit TBC dibagi dalam 2 tahap : Infeksi Primer :

Hal ini terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC, droplet yang dihirupnya berukuran sangat kecil sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, terus berlanjut ke alveolus dan menetap disini. Proses infeksi dimulai saat kuman TBC mulai membelah diri yang mengakibatkan terjadi peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, bentukan ini disebut Kompleks Primer . Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.Proses Infeksi ini dapat dibuktikan dengan reaksi Tuberkulin positif.

Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut : 1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum) 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang ghon, garis fibrotik,sarang perkapuran dihilus) 3. Menyebar dengan cara : perkontinuitatum,bronkogen,hematogen dan limfogen. Kelanjutan setelah Infeksi Primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (Imunitas Seluler). Pada umumnya respon tersebut dapat menghentikan perkembang biakan kuman TBC didalam tubuh. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister (menetap) atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC, masa inkubasi ini diperkirakan memakan waktu sekitar 6 bulan. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC) Hal ini biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dalam tahap ini adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas (rongga) atau efusi pleura (cairan di paru-paru).sarang pneumoni meluas,membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Keadaan inilah yang terutama terjadi pada penderita dewasa (biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun) dengan berbagai bentuk kerusakan paru yang dapat dilihat pada Rontgen Paru. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat,karena dapat menjadi sumber penularan.

GEJALA DAN PENUNJANG DIAGNOSIS TUBERKULOSIS 10

1. Gejala pada orang dewasa Gejala utama : Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 - 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan (sering dijumpai) : Dahak bercampur darah Batuk darah Sesak nafas dan rasa nyeri dada. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam atau meriang lebih dari satu bulan. Catatan : keluhan batuk berdahak selama 2 - 3 minggu atau lebih, tidak sembuh sembuh maka pasien ini disebut tersangka TBC atau suspek dan harus diperiksa dahaknya tiga kali (sewaktu, pagi, sewaktu). 2. Gejala pada anak A. Seorang anak harus dicurigai menderita TBC bila : Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA Positif (sumber penularan). Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari). Terdapat gejala umum TBC. B. Gejala umum TBC pada anak : baik Tidak nafsu makan (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badab tidak naik dengan adekuat. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan karena Tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam. Pembesaran kelanjar limfe superfisialis (tepi) yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering didaerah leher (Skrofuloderma), ketiak dan lipatan paha / inguinal (limfadenitis TB). Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk tersebut), tanda cairan didada dan nyeri dada. C. Gejala Spesifik : TBC kulit / skrofuloderma Tulang punggung (spondilitis) : gibbus. 11 Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang

Tulang panggul (koksitis) : pincang, pembengkakan dipinggul, tulang lutut : pincang atau bengkak. Tulang kaki dan tangan. TBC otak dan syaraf : Meningitis Gejala pada mata : Konjuktivitis Flektenularis, tuberkel koroid. Limfadenitis tuberkulosis : akan terjadi pembesaran KGB Pleuritis tuberkulosis : sesak nafas dan kadang nyeri dada pada sisi yg rongga pleuranya terdapat cairan.

D. Foto Rontgen dada Gambaran rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interprestasi foto biasanya sulit , harus hati-hati, karena kemungkinan akan overdiagnosis ataupun underdiagnosis. Paling mungkin anak telah terinfeksi TBC bila didapatkan gambaran infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : 1. Bayangan berawan / nodular disegmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah 2. Kaviti, terutama lebih dari satu,dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular 3. Bayangan bercak milier, Efusi pleura unilateral atau bilateral Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB Inaktif : 1. Fibrotik 2. Kalsifikasi 3. Schwarte (penebalan pleura) E. Gejala lain dengan pemeriksaan penunjang. Gejala berikutnya dapat dijumpai pada pemeriksaan Uji Tuberkulin (Mantoux test) yang positif bila indurasi > 10mm pada anak gizi baik dan > 5mm pada gizi buruk, selain itu anak dicurigai telah terinfeksi TBC bila dijumpai pada reaksi cepat BCG setelah penyuntikan 3-7 hari dengan terlihat indurasi > 5mm. Pemeriksaan penunjang lain adalah hasil bilasan lambung yang langsung diperiksa secara mikroskopis (pada anak sulit diperoleh dahak), selain itu dapat dilakukan kultur kuman, yang tetapi mamakan waktu lama. Pemeriksaan terbaru menggunakan PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec. Pemeriksaan serologis lain adalah Elisa,PAP, Mycodot dan lain-lain.

12

KRITERIA DIAGNOSA A. DIAGNOSIS PADA DEWASA 1. Mikroskopik Diagnosis TBC ditetapkan berdasarkan pemeriksaan dahak secara mikroskopis di laboratorium. Diagnosa TBC Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan adanya BTA dalam pemeriksaan mikroskopis, hasil dinyatakan positif bila dua dari tiga spesimen (slide) SPS adalah positif. Diperkirakan 80% penderita TBC yang terserang adalah parunya, oleh karena itu wajib seluruh penderita yang dicurigai TB melakukan SPS. Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. 1. Biakan / Kultur Apabila dalam satu ml/cc dahak terdapat < 5000 BTA maka hasil pemeriksaan mikroskopisnya akan negatif, maka diperlukan pemeriksaan biakan karena walaupun kuman dalam 1 cc / ml dahak < 5000 namun dengan biakan yang benar akan ditemukan kuman TBC yang tumbuh.

2. Patologi Anatomi TBC bukan hanya menyerang paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya seperti tulang, kulit, usus, rahim, otak dan organ tubuh lainnya. Ini disebut TBC ekstra paru.

Diagnosa TBC pada orang dewasa ditegakkan dengan pemeriksaan dahak mikroskopis SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), namun pada kondisi tertentu perlu juga dilakukan pemeriksaan rontgen

Indikasi pemeriksaan rontgen dada Suspek dengan BTA negatif , setelah terapi Antibiotik spektrum luas tidak ada perubahan dan dilakukan SPS ulang, hasilnya tetap negatif. Suspek dengan BTA positif, bila : Diduga mengalami komplikasi dengan sesak nafas berat perlu penaganan khusus seperti pnemothorak dan pleuritis eksudativa. Sering Hemoptisis berat guna menyingkirkan bronkiektasis.

13

Untuk mengdukung diagnosa TBC paru BTA positif yang hasil SPSnya hanya 1 positif dari 3 slide yang diperiksa.

Alur Diagnosis TBC Paru Pada Orang Dewasa


Suspek TBC Periksa dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)
Hasil BTA +++ ++ Hasil BTA +-Hasil BTA ---

Beri Antibiotik Spektrum Luas Periksa Rontgen Dada


Hasil mendukung TBC Tidak mendukung TBC Perbaikan Perbaikan +

Ulangi periksa dahak SPS


Hasil BTA +++ +++-Hasil BTA ---

TBC BTA Positip TBC BTA Neg Rontgen Pos

Hasil mendukung TBC

Periksa Biakan Periksa Rontgen Dada


Tidak mendukung TBC

Hasil mendukung TBC

Bukan TBC

14

Alur Deteksi dini dan Rujukan TBC pada anak

DIAGNOSA TBC ANAK

Beri OAT & Observasi 2 bulan (2 HRZ)


Membaik / ada perbaikan klinis

Memburuk/tetap

TBC

BUKAN TBC

MDR (kebal obat)

OAT diteruskan (4HR)

RUJUK Ke RS

Catatan : Bila pada anak terdapat tanda-tanda bahaya seperti : o Kejang o Kesadaran menurun o Kaku kuduk o Benjolan dipunggung o Dan kegawatan lain. Segera rujuk ke Rumah Sakit !

15

ALUR PENDERITA TBC DALAM PENGOBATAN 1. Penderita suspek TBC yang datang di poliklinik umum, poliklinik penyakit dalam, poliklinik paru atau di poliklinik bagian lain, wajib dicatat sebagai suspek dan harus diperiksa dahak untuk BTA, di laboratorium. 2. Jika ditemukan satu kali BTA positif, maka dilakukan pemeriksaan rontgen. Jika rontgen mendukung maka suspek ini dinyatakan sebagai penderita TBC, BTA positif. Perlu diketahui bahwa di Puskesmas harus dilakukan pemeriksaan SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) dan harus ditemukan dua kali BTA positif positif. Catatan: Jika sputum diperiksa satu kali saja maka tingkat kebenarannya hanya 42% Kalau sputum diperiksa dua kali maka tingkat kebenarannya 73% Dan Jika diperiksa tiga kali atau SPS, maka tingkat kebenarannya 97%, ini mendekati pemeriksaan kultur yang 100% 3. Jika BTA negatif dan rontgen negatif, tapi fisik diagnostik mendukung TBC maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan atau kultur. Pemeriksaan kultur lebih mahal dan memakan waktu yang lama (6 sampai 8 minggu) baru diketahui hasilnya. dari pemeriksaan 3 kali (SPS) tersebut, baru dapat dinyatakan sebagai penderita BTA

16

PENGOBATAN PENDERITA TBC A. Klasifikasi penyakit dan tipe pendeita Tujuannya adalah guna penentuan penggunaan OAT yang sesuai 1. Klasifikasi Penyakit Klasifikasi ini didasarkan pada organ yang terkena kuman TBC, apakah di Paru atau diluar (Extra) Paru. Tuberkulosis Paru adalah TBC yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Tuberkulosis Paru mempunyai kelainan yang khas dan terdapat pada paru serta kelenjar limfe pada hilus paru. Penderita TBC ditetapkan klasifikasinya TBC Paru, jika yang diserang jaringan paru. Di seluruh dunia, lebih 80% TBC menyerang paru. Dalam pembagian berikutnya adalah berdasarkan hasil SPS, yakni : a. b. TBC Paru BTA Positif, baik SPS langsung maupun yang ditambah Rontgen ( bila SPS hanya 1 yang positif). TBC Paru BTA Negatif, SPS negatif tetapi Rontgen diperoleh gambaran TBC aktif, gambaran ini dibagi 2 lagi yang Berat dan Ringan. Gambaran yang berat bila didapatkan gambaran TBC millier dan / atau keadaan umum penderita buruk. Tuberkulosis Ekstra Paru adalah TBC yang menyerang organ lain selain Paru. Kuman TBC menyerang organ diluar paru, dan harusditulis dimana lokasinya. Contoh di tulang, rahim, usus, otak, kulit, sendi, tulang belakang, perikardium. Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis pada organ selain paru dan kelenjar hilus paru. Bila seseorang menderita TB Paru maupun Ekstra Paru, maka klasifikasi disesuaikan dengan mana yang lebih berat (menurut dokter). 17 organ

Contohnya bila seseorang menderita TBC Milier bersama Meningitis tuberkulosis, maka ia di klasifika- sikan sebagai penderita Ekstra Paru. TBC Extra Paru di bagi berdasarkan tingkat keparahannya,yakni : 1) TBC Ekstra Paru Ringan, Misalnya ; TBC yang terdapat pada kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. 2) TBC Ekstra Paru Berat, Misalnya; meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleutis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. 2. Tipe Penderita Tipe penderita ditentukan oleh riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yakni : Kasus Baru Penderita yang belum pernah berobat atau pernah berobat tetapi kurang dari satu bulan lamanya (30 dosis harian). Kambuh (Relaps) Penderita yang telah berobat dan dinyatakan sembuh (2 kali SPS berturutnya negatif) atau pengobatannya telah lengkap, saat ini kembali dengan hasil BTA nya positif. Pindahan ( Transfer In ) Penderita yang pindah berobat dari dan ke Kabupaten Lain. Penderita Lalai / Default atau Drop-out Penderita dengan hasil SPS positif setelah lalai berobat selama 2 bulan atau lebih. Gagal !

Penderita BTA positif setelah pengobatan sampai bulan ke 5 tetap positif atau pernah negatif tetapi menjadi positif lagi pada pemeriksaan bulan ke 5. Penderita BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada bulan ke 2 pengobatan.

Lain lain 18

Semua penderita yang tidak termasuk tipe diatas termasuk kasus kronik ( BTA tetap positif walau telah diobati dengan Katagori 2).

Tujuan Pengobatan

Tujuan

pengobatan

TBC

adalah

untuk kesembuhan,

mencegah

kematian,

kekambuhan dan untuk menurunkan tingkat penularan. Paduan OAT dengan menggunakan 4 macam obat esensial dimaksudkan untuk

sedapat mungkin mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Jenis Obat disesuaikan dengan klasifikasi dan Tipe Penderita

Jenis Obat

Klasifikasi / Tipe penderita

Katagori I 2HRZE/4H3R3

Pend. Baru TBC Paru BTA Positif Pend. TBC Paru BTA Negatif Rntgen Positif yang sakit berat. Penderita TBC Ekstra Paru berat Penderita Kambuh (Relaps) Penderita Gagal (Failure) Penderita Lalai (Default) Penderita baru BTA Negatif dan Rntgen Positif sakit ringan Penderita Ekstra Paru ringan Bila Penderita BTA positif terapi Kat 1 tidak Konversi Penderita Terapi Kat.2 akhir tahap Intesif sputum masih BTA positif

Katagori II 2HRZE/HRZE/5H3R3E3

Katagori III 2HRZ/4H3R3

OAT SISIPAN HRZE

Penjelasan rumus: 19

Angka dua sebelum nama obat artinya dua bulan, tidak ditulis artinya satu bulan, angka 4 artinya 4 bulan. Angka 3 sesudah nama obat artinya menelan obat 3 kali seminggu, kalau tidak ditulis artinya menelan obat setiap hari.

Cara pengobatan Minimal pengobatan TBC diberikan selama 6 bulan , kecuali dengan Katagori II yang lamanya sampai 8 bulan. Minum obat sebagai dosis tunggal (satu waktu) dan sebaiknya pada saat perut kosong, seperti pagi hari guna memaksimalkan penyerapannya. Pengobatan dibagi dalam 2 tahap : bulan Tahap bulan, misalnya tiap hari Senin, Kamis dan Sabtu. Intermitten : Obat diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan kecuali Kat. II yang selama 5 Tahap Intensif : Obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, kecuali Katagori II yang pemberiannya selama 3

Bila pada tahap Intensif obat diberikan secara tepat, biasanya penderita BTA positif tidak menular lagi dalam kurung watu 2 minggu.
Pada pengobatan fase intensif dilaksanakan pemeriksaan dahak / Sputum BTA seminggu sebelum pengobatan 2 bulan berakhir, bila hasil negatif penderita dinyatakan Konversi (tidak menular lagi) maka pengobatan dilanjuttkan Fase Intermitten. Bila hasil Dahak tetap positif ( tidak Konversi) maka diberikan obat sisipan selama satu bulan seperti fase Intensif. Penderita yang menggunakan Jenis obat katagori III bila hasil pemeriksaan dahaknya dari negatif menjadi positif pada watu 2 bulan maka penderita termasuk Tipe Gagal, sehingga harus minum obat dengan Kat. II dari awal pengobatan. 20

PMO (Pengawas Minum Obat) harus ada guna mengawasi penderita dalam masa pengobatan dengan Sistem DOTS ini.

5 komponen dots :
1. Jaminan komitmen pemerintah untuk menanggulangi TB di suatu Negara, wilayah 2. Penemuan kasus dg pemeriksaan mikroskopis 3. Pemberian obat yg diawasi secara langsung dan diawasi menelan obat 4. Jaminan tersedianya obat secara teratur menyeluruh dan tepat waktu 5. Sistem Monitoring serta pencatatan pelaporan yg baik

EVALUASI PENGOBATAN Periksa dahak ulang dilakukan seminggu sebelum bulan ke 2, ke-5 dan ke-6 pengobatan. Gunanya untuk mengetahui kemajuan pengobatan. Seminggu sebelumnya dimaksudkan agar tersedia tenggang waktu pemeriksaan dan agar tidak sampai terjadi kekosongan pengobatan. Pemeriksaan dilakukan sbb, 1. Pengobatan Kategori-1, BTA Positif; seminggu sebelum, Akhir bulan ke-2 atau setelah pengobatan fase awal Setelah pemberian Sisipan (Bila mendapat paket Sisipan) Akhir bulan ke-5 Akhir pengobatan 2. Pengobatan Kat-1, BTA Neg; sakit berat; seminggu sebelum,

Akhir bulan ke-2 (akhir fase awal) Pemeriksaan ulang berikutnya hanya dilakukan dengan pemantauan pengambilan OAT dan pemeriksaan fisik.

3. Pengobatan Kategori-2, BTA Positif; seminggu sebelum: Akhir bulan ke-3 atau setelah pengobatan fase awal Setelah pemberian Sisipan (Bila mendapat paket Sisipan) Akhir bulan ke-7 Akhir pengobatan

4. Pengobatan Kategori-3, BTA Negatif, Rontgen Positif; Ekstra Paru; seminggu sebelum, Akhir bulan ke-2 (akhir fase awal) Tanpa pemeriksaan dahak dalam fase lanjutan

21

KOMPLIKASI Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut: 1. Komplikasi dini : Pleuritis, Efusi pleura,empiema,laringitis,tb usus. 2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis),Kerusakan parenkim berat,fibrosis paru,cor pulmonal,amiloidosis,karsinoma paru,sindrom gagal nafas dewasa sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

KESIMPULAN 1. Pengobatan Tb-Paru menurut WHO Paduan Obat Sesuai Kategori Penyakit 2. Perlu pemahaman klasifikasi TB-Paru dalam pengobatan 3. Dalam th/TB-Paru perlu evaluasi pengobatan, penting diperhatikan (Klinik, Ro, Bakteriologik, Side effect, Penanganan Side Effect obat dan keteraturan) 4. Penderita yg sembuh harus di evaluasi sampai 2 tahun setelah dinyatakan sembuh untuk menilai kakambuhan 5. Untuk mendapatkan hasil terapi maksimum diterapkan DOTS

22

DAFTAR PUSTAKA
1.Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di indonesia. Jakarta : Penerbit Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. 2.Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006 3.Penanggulangan TB Nasional.Edisi ke-2. Jakarta : Kemenkes RI, 2008 4.Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran.Jilid I. Edisi ke-3, Jakarta : Penerbit FKUI,2001

23

You might also like