You are on page 1of 8

LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMINYAKAN (FATLIQUORING) PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT

KAMBING Endah Murpi Ningrum Staf Pengajar Jurusan Produksi Ternak, FAPET UNHAS

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah hasil pemotongan ayam ras pedaging berupa lemaknya sebagai bahan peminyakan dan minyak kelapa dalam proses penyamakan kulit kambing. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan ulangan tiga kali. Faktor pertama adalah jenis bahan peminyakan, terdiri dari : L1 = Lemak ayam dan L 2 = Minyak kelapa. Sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi bahan peminyakan, terdiri dari : K1 = 4 %, K2 = 6 % dan K3 = 8 %. Data diolah dengan analisis ragam dan bila menunjukkan hasil nyata maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 0,05 %. tidak berpengaruh nyata dalam proses penyamakan kulit kambing. Kata kunci : lemak ayam, minyak kelapa dan kulit kambing. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi jenis bahan peminyakan dan konsentrasi bahan peminyakan

ABSTRACT The aim of the research was to exploit waste of processed cutting broiler viz broiler fat as fatliquoring material and coconut oil in the tanning process of goat leather. The experiment was arranged in completely randomized factorial design with two factor and three replication in each treatment. The first factor consist of two levels, namely L1 = broiler fat and L2 = coconut oil. The second factor consist of three levels the concentrate of fatliquoring material, namely K1 = 4 %, K2 = 6 % and K3 = 8 %. The data was processed with type analysis, and if it showed evident it was then continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT) 0,05. The result of this experiment indicated that interaction broiler fat and coconut oil not significant in the tanning process of goat leather. Key word : chicken fat, coconut oil and goat leather.

PENDAHULUAN Kambing merupakan salah satu jenis ternak kecil di Indonesia, yang mempunyai peran penting bagi manusia. Kambing dapat dimanfaatkan oleh manusia melalui konsumsi daging yang mempunyai protein tinggi dan kulitnya dapat dijadikan bahan baku dalam industri kulit. Daging kambing umumnya digunakan untuk berbagai acara dan pemanfaatan kulit ini masih sangat kurang. Untuk itu pengetahuan tentang tehnik pengawetan dan pengolahan kulit perlu disebarluaskan kepada masyarakat. Salah satu produk hasil olahan kulit kambing adalah penyamakan kulit kambing. Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit. Dalam proses penyamakan tahap peminyakan merupakan tahap yang penting karena mempunyai pengaruh vital pada hasil akhir kulit jadinya. Ayam ras pedaging adalah salah satu jenis unggas yang dagingnya paling banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir sebagian besar dari tubuh ayam sudah dimanfaatkan orang. Kotoran ayam sudah dimanfaatkan sebagai pupuk tetapi masih ada yang dianggap sebagai limbah yaitu lemak ayam, karena lemak tersebut banyak mengandung asam lemak jenuh yang relatif tinggi. Banyaknya lemak ayam yang tersedia merupakan salah faktor yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan peminyakan pada kulit samak kambing. Penggunaan minyak nabati (minyak kelapa) pada proses peminyakan dalam penyamakan kulit bertujuan memperbaiki kualitas kulit samak yang dihasilkan (Purnomo, 1985). Penggunaan minyak kelapa bila dibandingkan dengan minyak sintesis sebagai bahan peminyakan secara ekonomis terbilang lebih murah. Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat seberapa besar manfaat lemak ayam ras pedaging dan minyak kelapa sebagai bahan peminyakan (fatliquoring) dalam proses penyamakan kulit kambing.

METODOLOGI Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL), pola faktorial 2 x 3 (Gaspersz, 1991). Faktor pertama adalah Jenis bahan peminyakan, terdiri dari L1 = Lemak ayam ras pedaging dan L2 = Minyak kelapa. Sedangkan faktor kedua adalah Konsentrasi bahan peminyakan (persentase dari berat kulit), terdiri dari K 1 = K2 = 6 %, dan K3 = 8 %. Sedangkan untuk kulit kontrol = Remsynol OCS (6 %). Penelitian ini menggunakan kulit kambing kacang jantan umur 1 tahun. Terbagi dalam 6 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Peubah yang diukur adalah kekuatan jahit (kg/cm) dan kekuatan sobek (kg/cm). Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Kekuatan Jahit (kg/cm) Besarnya kekuatan jahit pada kulit akan menentukan ketahanan produk terhadap besarnya gaya mekanik yang diberikan sejalan dengan tarikan benang jahit (Anonim, 1995). Kesempurnaan peminyakan dalam penelitian ini dapat diketahui dari tingginya nilai kekuatan jahit kulit samak kambing yang dihasilkan. Rata-rata nilai kekuatan jahit kulit samak kambing berdasarkan konsetrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) dan lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Nilai Kekuatan Jahit Kulit Samak Kambing (kg/cm) berdasarkan Konsentrasi Bahan dan Lama Peminyakan. Lama Peminyakan 1 Jam 2 Jam 189,59 201,58 188,94 193,37 195,99 182,72 165,05 181,25 Rata-rata 192,79 192,15 176,99 187,31 4 %,

Konsentrasi Bahan Peminyakan 4% 6% 8% Rata-rata

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kekuatan jahit kulit samak kambing berdasarkan konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) masing-masing memberikan nilai kekuatan jahit sebesar 192,79 kg/cm, 192,15 kg/cm dan 176,99 kg/cm. Hasil nilai kekuatan jahit kulit samak kambing ini lebih tinggi daripada nilai kekuatan jahit kulit kontrolnya yaitu 129,4 kg/cm. Tingginya nilai kekuatan jahit menunjukkan bahwa kulit hasil penelitian ini telah sesuai untuk bahan baku barang kulit seperti dompet, tas dan kulit sepatu wanita bagian atas karena apabila nilai kekuatan jahitnya rendah maka berpengaruh

kepada kualitas barang tersebut dimana kulit tersebut nantinya akan mengalami perubahan bentuk (semakin mulur). Nilai kekuatan jahit pada semua perlakuan tersebut dapat digunakan untuk bahan baku produk seperti dompet walaupun SNI belum ada. Sedangkan SNI kekuatan jahit untuk bahan baku produk sarung tangan yaitu minimal 50 kg/cm (Anonim, 1995). Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) dan lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa kombinasi kedua perlakuan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hasil ini berarti bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) masing-masing memberikan nilai kekuatan jahit sebesar 192,79 kg/cm, 192,15 kg/cm dan 176,99 kg/cm yang digunakan mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam mempengaruhi jumlah minyak yang dapat terikat oleh kulit sehingga menyebabkan kekuatannya bertambah termasuk kekuatan jahit. Hal ini sejalan dengan pendapat Thorstensen (1985) bahwa penggunaan minyak yang tepat dapat mempengaruhi sifat fisik seperti tegangan putus, kekuatan jahit, kekuatan tarik, pegangan kulit dan pemakaian minyak yang berlebihan akan menghasilkan kulit yang lemas, tetapi apabila jumlahnya kurang/penyerapan minyak yang tidak tepat akan menghasilkan kulit yang keras dan dapat retak apabila diterapkan pada barang jadi. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) masing-masing sebesar 193,37 kg/cm dan 181,25 kg/cm yang digunakan memberikan nilai kekuatan jahit yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan jarak antara lama peminyakan yang digunakan masih terlalu dekat sehingga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekuatan jahit kulit samak kambing. Didukung oleh pernyataan Sharphouse (1983) bahwa waktu putar yang efisien dari peminyakan adalah 1-2 jam, karena lebih dari waktu itu tidak efektif lagi sebab jumlah lemak atau minyak yang terikat pada kulit tidak bertambah.

Kekuatan Sobek (kg/cm) Kekuatan sobek adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menyobek kulit tersebut (Anonim, 1995). Indikasi kesempurnaan proses peminyakan dalam penelitian ini dapat diketahui dari tingginya nilai kekuatan sobek kulit samak kambing yang dihasilkan. Rata-rata nilai kekuatan sobek samak kambing berdasarkan jenis bahan peminyakan (lemak ayam dan minyak kelapa) dan konsetrasi bahan peminyakan (4 %, 6%, 8%) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Nilai Kekuatan Sobek Kulit Samak Kambing (kg/cm) berdasarkan Jenis dan Konsentrasi Bahan Peminyakan. Jenis Bahan Peminyakan Lemak Ayam Minyak Kelapa Rata-rata Konsentrasi Bahan Peminyakan 4% 6% 8% 22,76 26,20 24,48 19,45 28,49 23,97 21,18 25,30 23,24 Rata-rata 21,13b 26,66a 23,90

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kekuatan sobek kulit samak kambing berdasarkan jenis bahan peminyakan yaitu lemak ayam 21,13 kg/cm dan minyak kelapa sebesar 26,66 kg/cm. Konsentrasi bahan peminyakan (4%, 6%, 8%) masing-masing memberikan nilai kekuatan jahit sebesar 24,48 kg/cm, 23,97 kg/cm dan 23,24 kg/cm. Hasil nilai kekuatan sobek kulit samak kambing ini lebih kecil daripada nilai kekuatan sobek kulit kontrolnya yaitu 26,72 kg/cm. Rendahnya nilai kekuatan sobek menunjukkan bahwa kulit tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku barang kulit seperti dompet, tas dan kulit sepatu wanita bagian atas yang tidak membutuhkan nilai kekuatan sobek terlalu tinggi. Selain itu, kulit hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku sarung tangan karena sarung tangan mempunyai SNI yaitu minimal 20 kg/cm (Anonim, 1995). Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara jenis bahan peminyakan (lemak ayam dan minyak kelapa) dan konsentrasi bahan peminyakan (4%, 6%, 8%) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa kombinasi kedua perlakuan tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada kulit samak kambing, perbedaan jenis bahan peminyakan (lemak ayam dan minyak kelapa) berpengaruh sangat nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa nilai kekuatan sobek pada kulit samak kambing sangat dipengaruhi oleh jenis bahan peminyakan dalam proses peminyakan dimana menghasilkan nilai kekuatan sobek yang berbeda yaitu lemak ayam sebesar 21,13 kg/cm dan minyak kelapa sebesar 26,66 kg/cm. Hal ini diduga karena lemak ayam lebih kental dibanding minyak kelapa sehingga lemak ayam sukar masuk ke dalam serat-serat kulit sedangkan minyak kelapa mudah masuk ke dalam serat-serat kulit. Selain itu, faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi proses peminyakan, misalnya pengaruh temperatur dan pH. Purnomo (1992) mengemukakan bahwa temperatur yang tinggi membantu minyak untuk terdispersi lebih baik, sehingga minyak dapat tersebar lebih merata dan mempunyai penetrasi yang baik tetapi temperatur yang tinggi akan menyebabkan pecahnya emulsi minyak, sehingga minyak tidak mampu masuk ke dalam kulit dan suhu air yang ideal pada suhu peminyakan adalah 50-60 C. Sedangkan untuk pH dikemukakan pula bahwa setiap minyak memiliki sifat sendiri terhadap asam maupun basa. Apabila pH minyak rendah maka emulsi minyak cendrung pecah sebelum masuk ke dalam kulit. Keadaan ini diduga karena pada proses pengamplasan, ada bagian kulit yang diamplas terlalu tipis sehingga ketebalan kulit tidak sama pada seluruh bagian kulit sehingga kulit yang terlau tipis akan cepat putus ketika diuji karena serat-serat kulitnya agak longgar. Hal ini dapat juga disebabkan karena sampel kulit yang diuji mempunyai cacat seperti bekas sayatan pisau. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4 %, 6 %, 8 %) tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal ini diduga bahwa konsentrasi bahan peminyakan (4%, 6%, 8%) masingmasing memberikan nilai kekuatan sobek sebesar 24,47 kg/cm, 23,97 kg/cm dan 23,24 kg/cm yang digunakan mempunyai kemampuan yang hampir sama dalam melumasi seratserat kulit tersebut. Keadaan ini disebabkan karena konsentrasi bahan yang digunakan masih terlalu dekat sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai kekuatan sobek. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Maulinawati (2000) dalam penyamakan kulit biawak awet kering menggunakan kombinasi minyak sawit dan telur ayam sebagai bahan peminyakan, menyatakan bahwa peminyakan menyebabkan kekuatan jahit, kekuatan tarik dan tahan sobek akan diperbesar karena minyak memegang peranan dalam menentukan

sifat lunak, liat mulur, lembut dan kemampuan untuk menolak atau menyerap air pada kulit. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan sobek kulit samak kambing. Hal ini berarti bahwa lama peminyakan (1 jam dan 2 jam) dengan nilai kekuatan sobek masing-masing sebesar 24,19 kg/cm dan 23,61 kg/cm yang digunakan memberikan nilai kekuatan sobek yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan lama peminyakan (waktu) yang dilakukan tidak begitu jauh berbeda jaraknya sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai kekuatan sobek. Didukung oleh pernyataan Sharphouse (1983) bahwa waktu putar yang efisien dari peminyakan adalah 1-2 jam, karena lebih dari waktu itu tidak efektif lagi sebab jumlah lemak atau minyak yang terikat pada kulit tidak bertambah. KESIMPULAN Lemak ayam dan minyak kelapa dapat digunakan sebagai bahan peminyakan pada proses kulit samak kambing, konsentrasi lemak ayam dan minyak kelapa (4%, 6 %, 8 %) dapat menghasilkan kualitas kulit yang sama baiknya sebagai bahan baku barang kulit. Lama peminyakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda antara 1 jam dan 2 jam karena memberikan kualitas kulit yang sama baiknya sebagai bahan baku barang kulit. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Komoditi Kulit Kelompok Peneliti Standardisasi dan Normalisasi Kulit dan Produk Kulit. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, Yogyakarta. Biro Pusat Statistik. 2005. Data Statistik Peternakan. Dinas Peternakan Profinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Gaspersz, Vincent. 1991. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico, Bandung. Maulinawati, Y. 2000. Daya Peminyakan Beberapa Kombinasi Minyak Sawit dan Telur Ayam dalam Penyamakan Kulit Biawak Awet Kering. Skripsi Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Purnomo, E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta. Purnomo, E. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Sharphouse, J. H. 1983. Leather Technicians Association. Vernon Lock Ltd, London. Thorstensen, T. C. 1985. Practical Leather Technology. Robert E. Krieger Publishing Company Malabar. Florida.

You might also like