You are on page 1of 3

ANALISA KASUS

Pada pasien, bayi Ny. Sari di diagnosis dengan NKB-SMK (Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan) disertai dengan penyakit membran hialin. Diagnosis NKB-SMK dibuat berdasarkan ketentuan dari klasifikasi Neonatus menurut BATTAGLIA & LUCBHENCO (1967) yaitu dengan masa gestasi 28 minggu dan berat badan lahir 1500 gram akan didiagnosis sebagai NKB-SMK sedangkan untuk diagnosis suspek penyakit membran hialin dibuat berdasarkan: 1. Tanda dan gejala klinis, ditemukan : Dispnoe Retraksi suprasternal (+) dan retraksi interkostal (+) Pernapasan cuping hidung (+) Hipotermi Tonus otot menurun Expiratory grunting (+)

2. Pemeriksaan radiologis Tidak dilakukan. Seharusnya pemeriksaan foto thoraks dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti. 3. Pemeriksaan fungsi paru Tidak dilakukan. 4. Analisa Gas Darah, ditemukan : Asam laktat PO2 PCO2 pH darah Bila dilihat kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin

disebabkan oleh :

1. Faktor ibu yang tidak melakukan pengawasan antenatal yang teratur. Ibu yang tidak memperhatikan kondisi kesehatan serta adanya riwayat minum obat-obatan diluar pengawasan dokter yang mungkin memiliki efek farmakologis terhadap janin dan kehamilan sehingga menyebabkan induksi kelahiran prematur. 2. Faktor dari janin atau bayi sendiri yang lahir 28 minggu (prematur) sehingga meningkatkan insiden terjadinya sindrom gawat napas. Dari anamnesis tidak ditanyakan secara jelas obat-obat apa saja yang telah dikonsumsi oleh ibu waktu hamil dan seberapa sering obat tersebut digunakan. Dalam pemeriksaan fisik saya merasa perlu mengkoreksi dan menambahkan : Pada bayi prematur, reflek moro dapat positif atau melemah, reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna. Pemeriksaan extremitas seharusnya diperiksa juga ada atau tidak sklerema (kekerasan jaringan lemak seputan akibat oksigenasi yang kurang). Untuk penatalaksanaannya, maka pada saat bayi lahir langsung dilakukan tindakan meliputi : Perawatan bayi diruang perintalogi dan dimasukkan dalam inkubator untuk mendapatkan pengaturan secara adekuat suhu dan kelembaban lingkungan diberi O2 nassal 2 LPM. Makanan parenteral disesuaikan dengan kebutuhan kalori yang terdiri dari elektrolit, glukosa, lemak dan protein. Kateterisasi arteri umbilikalis yang berfungsi untuk analisis gas darah, infus cairan, obat dan makanan. Penderita sindrom gawat napas hampir selalu disertai asidosis, karena itu setelah dilakukan pemeriksaan AGD dan didapatkan BE = -7,1 mmol/L

segera dilakukan koreksi dengan pemberian NaHCO 3 dimana kebutuhan NaHCO3 (Meq) berdasarkan perhitungan = defisit basa x 0,3 x berat badan bayi diberikan lewat syringe pump dalam 2 jam. Disini cairan yang digunakan berupa campuran larutan Otsu Dextrose 5% dengan NaHCO 3 1,5% dalam perbandingan 4 : 1. Untuk medika mentosa diberikan : Antibiotik spektrum luas kalfoxim 2 x 75 mg (IV) Antibiotik diberikan mengingat komplikasi atau penyakit yang sering terjadi pada bayi dengan sindrom gawat napas yaitu infeksi sekunder dan antibiotik ini diberi selama bayi mendapat cairan IV sampai gejala gangguan napas tidak ditemukan lagi. Kortikosteroid oradexon 3 x 0,25 mg (IV) Menurut saya Kortikosteroid tidak bermanfaat bila diberikan pada pasien ini, mengingat Kortikosteroid hanya diberikan pada keadaan janin masih intrauterin. VIT K 1 x 1 mg (IM) Sebaiknya diberikan selama 2 hari. Diberikan pada setiap bayi baru lahir dengan tujuan untuk mencegah defek koagulasi atau terjadinya perdarahan intrakranial pada neonatus. Aminofilin 3 x 2 mg (IV) Diberikan untuk merangsang pusat pernapasan sehingga dapat merangsang usaha pengembangan baru pada neonatus. Tanggal 16/05/2005 pasien meninggal, karena telah terjadi multiorgan failure.

You might also like