You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN ACARA V TELUR

Penanggung Jawab :

YULI ASTUTI A1M012019

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PURWOKERTO 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Telur merupakan alat dan cara perkembang biak bagi unggas dan sebagian hewan. Telur disamping sebagai jalan untuk pengembangbiakkan hewan juga sebagai sumber makanan manusia yang bergizi tinggi. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani disamping daging, ikan dan susu. Sangat baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil maupun menyusui, serta mereka yang sedang dalam masa penyembuhan dari suatu penyakit. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Telur yang umum diperdagangkan dan dikonsumsi antara lain adalah telur ayam, telur itik, dan telur puyuh. Telur memiliki sifat-sifat fungsional yang diperlukan dalam pembuatan berbagai produk pangan. Dari sekian banyak telur yang dihasilkan oleh berbagai hewan, hanya beberapa jenis telur yang bisa dikonsumi manusia, yaitu antara lain telur ayam, telur bebek, telur burung puyuh. Sifat fungsional sangat ditentukan oleh sifat fisik dan kimia bahan pangan. Setiap macam telur memiliki komposisi kimia yang spesifik seperti pada tabel berikut.

Hewan

Air (%)

Protein (%)

Lemak (%)

Karbohidrat (%)

Abu (%)

Ayam Itik Puyuh

73,7 70,4 73,7

12,9 13,3 13,1

11,5 14,5 11,1

0,9 0,7 1,0

1,0 1,1 1,1

Sebutir telur ayam berisi 6-7 gram protein dan lemak sebanyak 6 gram.Berat telur 58 gram dengan kulit 11%,putih telur 58%,dan kuning telur 31%.Jika dihitung berdasarkan beratnya saja ,telur terdiri atas 65% putih telur dan 35% kuning telur.Tiap-tiap jenis telur memiliki karateristik sifat fisik dan kimia tertentu. Telur biasanya mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A,D,E,K), vitamin yang larut dalam air (thiamin, rhibovalin, asam pantotenat, niasin, asam folat dan vitamin B12) dan faktor pertumbuhan yang lain juga ditemukan dalam telur. Meskipun telur tidak termasuk kedalam komoditi pertanian, tetapi penambahan telur dalam pembuatan produk pangan sering dilakukan terutama terkait dengan sifat fungsional yang dihasilkan oleh telur tersebut. Sifat fungsional contohnya koagulasi, daya buih, daya emulsi, kontrol kristalisai dan warna. Oleh sebab itu, penting bagi praktikan memahami lebih lanjut tentang telur dalam mata kuliah Pengetahuan Bahan Pangan.

1.2.

TUJUAN

Menetapkan sifat fisik beberapa jenis telur (ayam,itik,puyuh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok,yaitu kulit telur atau cangkang ( 11% dari berat total telur), putih telur ( 57% dari berat total telur), dan kuning telur ( 32% dari berat total telur). (Suprapti,2006). Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah telur dikonsumsi. Akan tetapi disamping bernilai gizi tinggi, telur juga mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu tindakan atau usaha-usaha bidang teknologi kualitas dan penanganan pasca produksi telur . Tindakan ini penting agar produksi telur yang dicapai dengan segala usaha ini dapat sampai ke konsumen dengan kualitas yang masih tetap baik (Sulistiati, 2003) . Kerabang telur merupakan bagian terluar yang membungkus isi telur dan berfungsi mengurangi kerusakan fisik maupun biologis, serta dilengkapi dengan poripori kulit yang berguna untuk pertukaran gas dan dalam dan luar kulit telur, tebal kerabang telur berkisar antara 0,33 - 0,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor yakni : umur type ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen lapisan kulit telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar, sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan pembusukan lebih cepat (Sumarni, 2004). Kerabang pada telur terbuat dari bahan CaCO3 atau kalsit (Suprijatna et al., 2005). Kualitas telur konsumsi dapat digolongkan dalam kualitas telur bagian dalam dan kualitas telur bagian luar. Pada penentuan kualitas bagian luar, bagian

telur yang perlu sekali dinilai adalah kulit telur. Penilaian terhadap kulit telur meliputi kebersihan, keutuhan dan bentuk telur. Sedangkan pada penentuan

kualitas telur bagian dalam, bagian telur yang dinilai adalah bagian rongga udara, putih telur, dan kuning telur. Dengan melihat kondisi fisik kulit telur dapat diketahui kebersihan dan keutuhan kulit telur serta bentuk telur (Sarwono, 2001). Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam clan lapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak (Sirait, 2001). Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena didalamnya terdapat bahan makanan untuk perkembangan embrio . Telur yang segar kuning telumya terletak ditengah-tengah, bentuknya hula dan warnanya kuning sampai jingga Beberapa pendapat mengatakan bahwa makanan berpengamh langsung terhadap warm kumng telur (mengandung pigmen kuning). Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan puith telur, yang terdiri dari air, protein, lemak karbohidrat, vitamin dan mineral (Sarwono, 2001). Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan masuknya mikroba-mikroba perusak ke dalam isi telur melalui pori-pori kerabang telur, menguapnya air dan gas karena pengaruh suhu lingkungan. Ruang penyimpan yang mlembab akan menyebabkan kerabang berjamur (Steward, 1999). Sifat-sifat fungsional didefinisikan sebagai sekumpulan sifat dari pangan atau bahan pangan yang mempengaruhi penggunaannya.Sifat-sifat tersebut antara lain;daya koagulasi,daya buih,daya emulsi,kontrol kristalisasi serta pewarna.Sifatsifat fungsional sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor fisika maupun faktor kimia.Yang banyak berperan dalam menentukan sifat tersebut adalah sifat fisik-kimia protein yang meliputi komposisi asam amino termasuk presentase dan penyebarannya,ukuran molekul,konformasi dan ikatan serta gaya yang berperan dalam struktur molekul protein tersebut.Jadi perubahan sifat kimia-fisika protein telur juga akan berpengaruh terhadap sifat-sifat fungsional telur yang

bersangkutan. Tien (1992) menjelaskan bahwa sifat fungsional pada telur terdiri dari : a. Daya Koagulasi Koagulasi pada telur ditandai dengan kelarutan atau berubahnya bentuk cairan (sol) menjadi padat (gel). Perubahan struktur molekul protein ini dapat disebabkan oleh pengaruh panas, mekanik, asam, basa, garam, dan pereaksi disebabkan dengan

garam lain seperti urea.Koagulasi yang irreversible

pemanasan pada suhu 60 - 70 derajat celcius. Sifat koagulasi ini dimiliki oleh putih dan kuning telur. b. Daya Buih (foaming) Buih adalah bentuk dispersi koloida gas dalam cairan. Apabila putih telur dikocok maka gelembung udara akan terperangkap dalam albumen cair dan membentuk busa. Semakin banyak udara yang terperangkap busa yang terbentuk akan semakin kaku dan kehilangan sifat alirnya. Kestabilan buih ditentukan oleh kandungan ovomusin (salah satu komponen putih telur) c. Daya Emulsi(Emulsifying properties) Emulsi adalah campuran antara dua jenis cairan yang secara normal tidak dapat bercampur ,dimana salah satu fase terdispersi dalam fase pendispersi. Kuning telur juga merupakan emulsi minyak dalam air.Kuning telur mengandung bagian yang bersifat surface active yaitu lesitin ,kolesterol dan

lesitoprotein.Lesitin mendukung terbentuknya emulsi minyak dalam air sedang kolesterol cenderung untuk membentuk emulsi air dalam minyak. d. Kontrol Kristalisasi Penambahan albumen kedalam larutan gula (sirup) dapat mencegah terbentuknya kristal gula. Keberadaan albumen tersebut mencegah penguapan sehingga mencegah inversi sukrosa yang berlebihan. Sifat telur yang demikian ini dimanfaatkan dalam pembuatan gula-gula (candy). Penambahan telur dalam

pembuatan gula-gula memberikan memberikan rasa manis, halus, serta selalu basah di mulut. e. Pemberi Warna Sifat ini hanya dimiliki oleh kuning telur ,yaitu pigmen kuning dari xantofil,lutein,beta karoten dan kriptoxantin.Sifat ini tidak banyak dimanfaatkan seperti sifat yang lain ,hanya digunakan dalam beberapa produk misalnya es krim,custrad,kue kering dan saus. Berikut adalah tabel Penggunaan dan Fungsi Telur dalam Pangan Produk pangan Cakes Sifat fungsional Daya buih dan koagulasi Flavor Warna kuning telur Candy Custard Penghambat kristalisasi Koagulasi Flavor Putih telur Telur rebus, goreng Koagulasi Koagulasi Flavor Mayyonnaise Meringues Emulsifikasi Daya buih Koagulasi Salad dressing Emulsifikasi

Perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur utuh termasuk: 1. Berkurangnya berat, terutama disebabkan akibat kehilangan air dari albumen tetapi sebagian karena kahilangan karbondioksida,nitrogen,dan hidrogen. 2. Pertambahan ukuran ruang udara. Karena air hilang maka volume ruang udara bertambah.

3. Penurunan berat jenis karena bertambah besarnya ruang udara. 4. Bercak-bercak pada permukaan kulit telur karena penyebaran air yang tidak merata. 5. Penurunan jumlah putih telur tebal karena serat glikoprotein ovomucin pecah. 6. Penambahan ukuran kuning telur karena pemindahan air dari albumen ke kuning telur sebagai akibat perbedaan tekanan osmose. 7. Perubahan citarasa. 8. Kehilangan karbondioksida. 9. Kenaikan pH terutama dalam albumen yang meningkat dari kira-kira ph 7 sampai 10 atau 11 sebagai akibat hilangnya karbondioksida.

komposisi zat gizi telur dalam 100 gram No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Zat gizi Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vit. A (UI) Vit. B (mg) Air (g) Telur ayam 162,0 12,8 11,5 0,7 54,0 180,0 2,7 900,0 0,1 74,0 Telur itik 189,0 13,1 14,3 0,8 56,0 175,0 2,8 1.230,0 0,18 70,0 Telur puyuh 149,8 10,3 10,6 3,3 49,0 198,0 1,4 2.741,0 -

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1. ALAT DAN BAHAN a. b. Alat : Timbangan, cawan petri besar sebanyak 6 buah, sendok

Bahan : Telur ayam, telur itik dan telur puyuh

3.1. PROSEDUR (DIAGRAM ALIR) Masing-masing jenis telur (berat utuh) diamati warnanya

Tiap jenis telur (ayam, itik dan puyuh) ditimbang dengan dirata-rata kisaran beratnya

Masing-masing jenis telur dipecah di atas cawan petri

Bagian putih dipisahkan dari kuning telurnya dan masing-masing bagian ditimbang dan dihitung persentasenya terhadap telur utuh dan ditetapkan kisaran masing-masing

Dibuat deskripsi sifat fisik di atas dalam bentuk tabel

BAB VI DATA PENGAMATAN

4.1. DATA PENGAMATAN TELUR SIFAT FISIK Warna dan Bagian-Bagian Telur Berat Utuh gram (100%) Berat Albumen gram (%) Berat Yolk gram (%) TELUR AYAM Cokelat muda, dan terdapat bintik-bintik cokelat tua. 73,05 gram 100% 54,56 gram 74,69% 16,77 gram 22,95% TELUR ITIK Hijau kebiruan, terdapat bebeberapa Sisi telur memutih 62,14 gram 100% 18,30 gram 29,44% 25,35 gram 40,79% TELUR PUYUH Lurik hitam, cokelat, putih, dan abu-abu 9,34 gram 100% 3,70 gram 39,61% 3,57 gram 38,62%

4.1.1 A.

PERHITUNGAN TELUR AYAM

A.1. DATA TELUR AYAM NOMOR PENGUKURAN 1 2 3 Rata-Rata CAWAN+ ALBUMEN (g) 102,31 102,86 102,82 102,66 CAWAN+ ALBUMEN+YOLK (g) 115,36 121,45 121,48 119,43

TOTAL TELUR 73,05

CAWAN 48,10

BERAT (g) CAWAN+ CAWAN+ ALBUMEN ALBUMEN+YOLK ALBUMEN 102,66 54,56 119,43

YOLK 16,77

A.2.

PERHITUNGAN PERSENTASE ALBUMEN DAN YOLK TELUR AYAM = 54,56 g 73,05 g 16,77 g 73,05 g x 100 % = 74,69 %

Berat Albumen Ayam

Berat Yolk Ayam

100 %

= 22,95 %

B.

TELUR ITIK

B.1. DATA TELUR ITIK NOMOR PENGUKURAN 1 2 3 Rata-Rata CAWAN+ PUTIH (g) 75,72 75,74 75,76 75,74 CAWAN+ PUTIH & KUNING (g) 100,66 101,35 101,26 101,09

BERAT (g) TOTAL TELUR 62,14 B.2. CAWAN 57,44 CAWAN+ CAWAN+ ALBUMEN ALBUMEN+YOLK ALBUMEN 75,74 18,30 101,09 YOLK 25,35

PERHITUNGAN PERSENTASE ALBUMEN DAN YOLK TELUR ITIK 27,64 g 62,14 g x 100 % = 29,44 %

Berat Albumen Itik =

Berat Yolk Ayam

25,35 g x 62,14 g

100 %

= 40,79 %

C.

TELUR PUYUH

C.1. DATA TELUR PUYUH

NOMOR PENGUKURAN 1 2 3 Rata-Rata

CAWAN+ PUTIH (g) 55,10 55,17 55,15 55,14

CAWAN+ PUTIH & KUNING (g) 58,73 58,7 58,71 58,71

BERAT (g) TOTAL TELUR 9,34 C.2. CAWAN 51,44 CAWAN+ CAWAN+ ALBUMEN ALBUMEN+YOLK ALBUMEN 55,14 3,70 58,71 YOLK 3,57

PERHITUNGAN PERSENTASE ALBUMEN DAN YOLK TELUR AYAM 3,70 g Berat Albumen Ayam = x 100 % = 39,61 % 9,34g 3,57 g 9,34 g

Berat Yolk Ayam

100 %

= 38,62 %

BAB V PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati sifat fisik yaitu warna dan bagian-bagian telur, berat serta persentase albumen dan yolk dari tiga macam telur yaitu telur ayam, telur itik, dan telur puyuh. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Teknologi Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Dari hasil pengamatan yang yang dilakukan praktikan mengenai warna serta bentuk dari masing-masing telur yang diamati, diperoleh hasil bahwa telur ayam memiliki warna cangkang cokelat muda serta bintik-bintik kecil berwarna cokelat tua secara merata diseluruh bagian cangkang telur, sedangkan telur itik berwarna hijau muda kebiruan dan dibeberapa sisi sedikit memutih, dan pada cangkang telur puyuh terdapat lurik-lurik hitam, cokelat tua, putih dan abu-abu. Perbedaan warna pada telur ayam, itik dan puyuh disebabkan adanya penambahan pigmen pada kerabang selama ada di uterus, yang memberikan warna kulit menjadi putih , kecoklatan, kehijauan atau bintik-bintik hitam yang berkorelasi dengan pernyataan dari Suprijatna et al. (2005) mengenai warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada warna Ada dua pigmen utama yang paling berperan yaitu porphyrins yang berasal dari hemoglobin yang responsif untuk menghasilkan warna kulit telur yang kecoklatan itu. Kemudian sianin yang responsif untuk menghasilkan warna kulit telur biru atau hijau (pada kulit telur itik, bebek dan sejenisnya). Kedua pigmen ini berasal dari pigmen darah hemoglobin. Pigmen yang paling banyak ditemukan pada telur layer komersial berwarna coklat adalah protoporphyrin-IX. Pigmen protoporphyrin-IX hanya sampai 3 4 jam akhir pembentukan kerabang ketika semua pigmen yang terakumulasi ditransfer ke sekresi cairan viscus yang kaya protein yang disebut kutikula. Derajat kecoklatan telur ayam tergantung pada kuantitas pigmen yang

secara langsung terkait dengan kutikula. Kutikula yang kaya pigmen disimpan dalam kerabang telur dalam kisaran waktu yang sama dengan waktu yang dibutuhkan deposisi sel mencapai platea, yaitu sekitar 90 menit sebelum oviposisi (saat telur dikeluarkan). Bagaimanapun, distribusi pigmen tidaklah seragam diseluruh ketebalan kerabang. Bahkan jika kerabang telur mengandung banyak pigmen, kontribusinya pada intensitas warna coklat tidak dapat dibandingkan dengan intensitas yang ada pada kutikula. Telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna putih. (Hadiwiyoto, 1993). Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-masing. Warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen yang dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada warna (Suprijatna et al., 2005). Telur itik merupakan hasil pertama yang diperoleh dari ternak itik selain dagingnya. Telur itik berukuran hampir sama dengan ukuran telur ayam dan kandungan gizi nya pun hampir sama. Akan tetapi, telur itik kulitnya berwarna biru, biru muda serta biru tua. Telur burung puyuh berbeda dengan telur-telur unggas lain, sebab telur puyuh mempunyai warna yang bermacam-macam yaitu bercak hitam, coklat dan biru (Nugroho, 1990). Warna telur burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih dan kekuning-kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru. Pigmen dari kulit telur puyuh berasal dari oopophyrin dan billiverdin (Nugroho, 1990). Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-masing. Warna telur adalah warna kerabang telur. Pigmen yang dihasilkan di uterus bertanggung jawab pada warna telur (Suprijatna et al., 2005). Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik, umur, induk, pakan dan tingkat dewasa kelamin induk (Hardjosubroto, 1994). Berat telur itik yang normal adalah antara 65-75 gram (Srigandono, 1996). Dari satu sampel telur ayam yang dianalisis secara kuantitatif beratnya diperoleh berat total telur ayam yaitu 73,05 gram. Setelah dianalisis, diperoleh 54,56 gram atau 74,69 % albumen dan 16,77 gram atau 22,95 % yolk.

Berat telur ayam sesuai dengan ayamnya. Telur tidak boleh terlalu berat ataupun terlalu kecil (daya penetasannya amat rendah). Beratnya tidak boleh kurang dari 42 gram dan tidak boleh lebih dari 70-80 gram. Keseimbangan berat telur dan berat badan anak ayam adalah tetap adanya (Sudaryani, 1996). Berat telur yang baik adalah sekitar 50-60 gram tidak boleh terlalu berat atau terlalu ringan. Telur harus berasal dari induk yang umurnya sudah lebih dari satu tahun, karena telur sudah cukup besar. Telur yang kecil akan menghasilkan ayam yang kecil juga (Dwiyanto dan Prijono, 2007). Dari satu sampel telur itik yang dianalisis secara kuantitatif berat komponennya diperoleh berat total telur aitik yaitu 62,14 gram. Setelah dianalisis, diperoleh 18,30 gram atau 29,44 % albumen dan 16,77 gram atau 40,79 % yolk. Telur itik biasanya berukuran besar, warna kulitnya hijau kebiruan. Kandungan gizi pada telur itik hampir sama dengan kandungan gizi telur ayam, akan tetapi pada telur itik mudah sekali menyerap air dan kotoran (Rasyaf, 1994). Berat telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik, umur, induk, pakan dan tingkat dewasa kelamin induk (Hardjosubroto, 1994). Berat telur itik yang normal adalah antara 65-75 gram (Srigandono, 1996). Dari satu sampel telur puyuh yang dianalisis secara kuantitatif berat komponennya, diperoleh berat total telur puyuh yaitu 9,34 gram. Setelah dianalisis, diperoleh 3,70 gram atau 39,61 % albumen dan 3,67 gram atau 38,62 % yolk. Berat telur puyuh bervariasi yakni antara 10-15 gram. Berat telur puyuh yang terberat adalah 10,8 gram pada periode pertelur 28 minggu (Nugroho, 1990). Telur yang dihasilkan oleh induk yang masih muda biasanya lebih ringan dan ukurannya lebih kecil, dan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk mencapai standar berat normal dari pada induk yang lebih tua (Sudaryani, 1996).

BAB VI PENUTUP

6.1. KESIMPULAN Dari praktikum acara V yaitu telur, praktikan dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai sifat fisik tiga telur yang dianalisis. 1. Telur ayam memiliki warna cangkang cokelat muda serta bintik-bintik kecil berwarna cokelat tua secara merata diseluruh bagian cangkang telur. Sedangkan berat total telur ayam yaitu 73,05 gram. Setelah dianalisis, diperoleh 54,56 gram atau 74,69 % albumen dan 16,77 gram atau 22,95 % yolk. 2. Telur itik berwarna hijau muda kebiruan dan dibeberapa sisi sedikit memutih. Sedangkan, berat total telur aitik yaitu 62,14 gram. Setelah dianalisis, diperoleh 18,30 gram atau 29,44 % albumen dan 16,77 gram atau 40,79 % yolk. 3. Telur puyuh terdapat lurik-lurik hitam, cokelat tua, putih kekuniangan dan abu-abu. Sedangkan, berat total telur puyuh yaitu 9,34 gram. Setelah dianalisis, diperoleh 3,70 gram atau 39,61 % albumen dan 3,67 gram atau 38,62 % yolk.

6.2. SARAN Agar praktikum dapat dijalankan secara efektif hendaknya acara praktikum telur tidak dilakukan bersamaan dengan acara-acara lain. Sehingga setiap praktikan dapat lebih memahami setiap acara praktikum. Selain itu, kurang tersedianya alat-alat yang dibutuhkan seperti timbangan saat praktikum acara telur berlangsung menjadikan praktikum membutuhkan waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, K dan Prijono, N. 2007. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati. Garaha Ilmu, Yogyakarta. Hadiwiyoto, S. 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur. Liberty, Yogyakarta. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Gramedia Wrdiasarana Indonesia, Jakarta. Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset, Semarang. Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung Puyuh. Kanisius, Yogyakarta. Suprapti, M.L. 2006. Pengawetan Telur. Kanisius, Yogyakarta. Sirait, Celly. H. 2001 . Telur dan Pengolahannya . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A . Daryanto . 2001 . Telur Pengawetan dan Manfaatnya. Seri Industri Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta . Srigandono, B. 1996. Produksi Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Steward, G .F. and J .C. Abbott. 1999. Marketing Eggs and Poultry . Third Printing . Food and Agricultural Organization (FAO), The United Nation, Rome. Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta. Sulistiati. 2003. Pengaruh Berbagai Macam Pengawet dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Telur Konsumsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumarni. 2004. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas. Departemen Pertanian. Balai Latihan Pertanian, ternak, Ciawi Bogor. Suprapti, M.L. 2006. Pengawetan Telur. Kanisius, Yogyakarta. Suprijatna, E. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syamsir, E. 1993. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan Telur Ayam Ras. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syarief, R dan Irawati. 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri Pertanian. PT. Medratama Sarana Prakasa, Jakarta. Tien R. Muchtadi dan Sugiyono. 1992, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

LAMPIRAN

NO

KEGIATAN

FOTO

Telur yang akan di analisis warna serta bentuk (Telur Ayam, Telur Itik, Telur Puyuh)

Pengukuran berat total telur ayam dengan timbangan (dinyatakan dalam gram / 100%)

Pengukuran berat total telur itik dengan timbangan (dinyatakan dalam gram / 100%)

Pengukuran berat total telur puyuh dengan timbangan (dinyatakan dalam gram / 100%)

Pengukuran berat cawan petri yang digunakan untuk menganalisis telur ayam

Pengukuran berat cawan petri yang digunakan untuk menganalisis telur itik

Pengukuran berat cawan petri yang digunakan untuk menganalisis telur puyuh

Pengukuran putih telur ayam yang ada dalam cawan petri

Pengukuran putih telur itik yang ada dalam cawan petri

10

Pengukuran putih telur puyuh yang ada dalam cawan petri

11

Pengukuran putih telur dan kuning telur ayam yang ada dalam cawan petri

12

Pengukuran putih telur dan kuning telur itik yang ada dalam cawan petri

13

Pengukuran putih telur dan kuning telur puyuh yang ada dalam cawan petri

You might also like