Professional Documents
Culture Documents
AGAMA SHABI’AH
Tugas Mata Kuliah Perbandingan Agama
Disusun oleh:
Eka Lusiandani Koncara
2008
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jika ditinjau dari segi asalnya, maka semua agama di Bumi ini di bagi 2,
yaitu :
1. Agama Samawi (Tauhid)
Yaitu agama yang turun dari Allah SWT yang menjadikan alam semesta
dan diwahyukan kepada Rasul-Rasul-Nya untuk disampaikan kepada
umat mereka masing-masing. Yang termasuk dalam agama samawi antara
lain adalah Agama Yahudi, Agama Nasrani, dan Agama Islam.
2. Agama Thabi’y (A’rdhi)
Yaitu agama yang timbul dari angan-angan khayal manusia belaka, bukan
berasal dari wahyu Ilahi. Di antara agama ardhi adalah Agama Majusi,
Agama Shabi‟ah.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis berusaha mengupas beberapa masalah, yaitu:
1. Apa pengertian dan bagaimana latar belakang Agama Shabi‟ah?
2. Apa dan bagaimana keyakinan, peribadatan, dan ajaran dalam Agama
Shabi‟ah?
3. Bagaimana eksistensi Agama Shabi‟ah di antara agama samawi dan agama
ardhi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Shabiah adalah agama kuno yang telah ada sejak manusia ini ada. Ia
mengikuti ajaran-ajaran nabi pertama sekaligus nenek-moyang manusia, yaitu
Nabi Adam. Pemeluk Shabiah juga melestarikan ajaran-ajaran yang termaktub
dalam shahifah Idris, Syith, Sam bin Nuh, dan Yahya bin Zakaria yang diyakini
sebagai nabi terakhir pemeluk agama ini. Hari Ahad (Minggu) merupakan hari
suci bagi agama Shabi‟ah. Hari Ahad adalah hari pembabtisan Nabi Yahya bin
Zakaria.
Sejak sebelum Masehi, agama ini tersebar di kawasan yang disebut Bulan
Sabit Subur, meliputi Palestina, Suriah, Mesir, Jordania, Jazirah Arab, Irak, dan
Iran. Namun akibat penindasan sepanjang sejarah terhadap pemeluk agama ini,
lambat laun pengikutnya semakin menyusut. Dan sekarang pemeluk agama ini
terkonsentrasi di Irak Selatan dengan jumlah pemeluknya saat ini kurang lebih 10
ribu orang.
3
tidak pernah mendurhakai apa yang dititahkan Allah kepada mereka, bahkan
mereka selalu taat kepada Tuhan.
Ketika kaum Shabi‟in ditanya oleh Rasulullah SAW kenapa mereka
menyembah berhala, mereka menjawab, “kami tidak menyembah berhala-berhala ini,
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah.”
Oleh karena itu, - kata mereka – kita wajib mensucikan diri dan jiwa kita
dari kotoran syahwat, melepaskan akhlak dari ikatan nafsu angkara-murka,
sehingga dapat mencapai suatu taraf kesucian yang sesuai dengan kesucian roh-
roh itu, karena kepada roh-roh itulah kita akan memohonkan segala hajat dan
kebutuhan. Maka hendaklah segala orang tabah dan kuat mengendalikan nafsu
dan mengekang syahwatnya. Dengan demikian roh-roh suci itu akan suka
menolong kita di hadapan Tuhan Maha Pencipta. Tuhan yang memberi rezki
kepada kita dan kepada roh-roh itu.
Adapun ajaran-ajaran kebersihan dan ibadat menurut Shabi‟ah, ialah:
1. Menahan nafsu
2. Berdo‟a
3. Mendirikan sembahyang
4. Mengeluarkan harta (infaq dan derma)
5. Berpuasa
6. Berkurban
7. Membersihkan badan dan memakai wangi-wangian (dupa stanggi),
menyan dan sebagainya.
8. Memakai azimat
4
ampun atas segala dosa dan kesalahan. Dalam salat itu ada sujudnya, tapi
tidak boleh mencium atau menyentuh tanah. Sebab tanah bukanlah
tempat yang suci meski telah dibersihkan. Sujud adalah bentuk
ketundukan yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan, bukan bumi. Dan
bagi kami, kepala manusia berisi akal-budi yang merupakan nurani-rabbani,
ia tidak layak diletakkan di atas tanah. Salat dilakukan tiga kali dalam
sehari; saat terbit matahari, siang terik, dan waktu terbenamnya matahari.
Sebelum salat, disyari‟atkan juga berwudlu: mencuci muka, tangan, kaki,
dan anggota badan lainnya dari segala kotoran.
3. Puasa, yang terbagi ke dalam dua jenis: puasa kecil dan puasa besar. Puasa
kecil adalah puasa ragawi, yaitu menahan diri untuk tidak memakan
daging-daging hewan. Puasa kecil ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu
secara terpisah. Dalam setahun, puasa kecil berjumlah 36 hari. Sedangkan
puasa besar adalah puasa jiwa, yaitu menahan jiwa dari “dosa jiwa” yang
dilarang oleh Sang Khalik dan tidak menyakiti sesama manusia.
4. Zakat (sedekah), yang disebut “zidqa”. Sedekah berasal dari golongan yang
mampu untuk golongan yang tidak mampu.
5. Sakramen pembaptisan, seperti yang telah jelaskan di atas.
Kitab suci Shabi‟ah disebut “Kanza Raba”. Padanan kata Arabnya adalah
“al-Kanz al-A'dzam” (Harta Karun yang Agung). Kitab ini merupakan kompilasi
dari ajaran-ajaran Nabi Adam, Syith dan Sam bin Nuh yang berisi dua bagian.
Pertama, dari sisi kanan memuat sifr takwin (kitab kejadian), kisah pertarungan
antara kekuatan baik dan jahat, kekuatan cahaya dan kegelapan, pujian-pujian
untuk Tuhan, dan beberapa aturan fiqih. Kedua, dari sisi kiri, berisi bahasan
tentang jiwa manusia yang berkaitan dengan pahala dan siksa. Selain kitab Kanza
Raba, Shabiah juga memiliki kitab-kitab suci lain: kitab Darasyia Adihiya yang
berisi ajaran Nabi Yahya bin Zakaria, kitab al-Qilsita yang berisi tentang asal-
muasal jiwa Adam dan manusia secara umum, dan kitab al-Anfus yang berisi ritual
dan pujian dalam acara pernikahan.
Dalam agama Shabiah, ada lima belas hal yang diharamkan, yaitu:
1. Kufur atau menyembah selain Tuhan
5
2. Membunuh
3. Berzina
4. Mencuri
5. Berbohong
6. Bersumpah palsu
7. Mengkhianati janji
8. Menyembah syahwat
9. Praktik sihir dan tenung
10. Berkhitan
11. Meminum khamar
12. Mempraktekkan riba
13. Meratapi mayat
14. Makan darah dan daging hewan yang sedang hamil dan bangkai
15. Praktek selibat (membujang)
6
dengan kodrat dan kekuatan yang mereka terima daripada Tuhan Yang Maha
Suci dan Maha Tinggi. Kodrat Allah Yang Maha Tinggi ini, dilimpahkan kepada
roh-roh yang di bawahnya, dengan limpahan kodrat ini, masing-masing roh dapat
menjadikan alam; diantaranya bertugas menjadikan planet yang tujuh, yang selalu
beredar pada falaqnya. Begitulah segenap bintang-bintang, segenap yang ada di
langit dan ada roh yang mengendalikan, sampai kepada awan, guruh, petir, dan
hujan. Demikian pun yang ada di bumi, gempa, banjir, dan sebagainya ada roh
(Malaikat) yang menjadikan dan mengendalikannya.
Dalam ajaran Shabi‟ah, tidak ada kematian. Yang ada hanya perpindahan
dari alam dunia ke alam akhirat. Karena itu, meratapi mayat sangat dilarang.
Memakai seragam hitam dan adat-istiadat berkabung lainnya karena adanya
kamatian, tidak dikenal dalam agama ini. Mereka juga percaya bahwa di akhirat
kelak akan ada bentuk perhitungan (hisab) atas amal kita; ada surga dan neraka.
7
Dari analisis di atas, penulis berpendapat bahwa pada mulanya shabi‟ah
merupakan agama samawi. Akan tetapi, seiring dengan perubahan-perubahan
yang dibuat oleh para pemeluknya, dan membelokkan ajaran tauhid menjadi
syirik, maka kemudian shabi‟ah yang ada saat ini merupakan agama ardhi.
8
BAB III
PENUTUP
9
DAFTAR PUSTAKA
10