You are on page 1of 18

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA

Kromatografi Lapis Tipis Asam Amino

NAMA : SUCI FERALIA RATIKASESHA NIM : 06101010021 PRODI : PENDIDIKAN KIMIA KELOMPOK III
DOSEN PENGASUH : Drs. Made Sukaryawan & Desi, S.Pd., M.T

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNVERSITAS SRIWIJAYA 2013

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

I. NOMOR PERCOBAAN II.NAMA PERCOBAAN III. TUJUAN PERCOBAAN

: III : TITRASI POTENSIOMETRI ASAM AMINO : Untuk mencari pH asam amino dan membuat kurva titrasi asam amino.

IV. LANDASAN TEORI Potensiometri

: salah satu cara pemeriksaan fisiokimia yang

merupakan

menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indicator. Salah satu pemakaian potensiometri yang paling penting adalah untuk pengukuran pH larutan berair. Potensial sel yang terukur sebanding dengan pH larutan. Titrasi potensiometri adalah titrasi yang titik akhirnya ditemukan melalui pengukuran potensial elektroda (elektroda direndam dalam campuran pereaksi). Beda potensial antara kedua elektroda diukur memakai alat ukur potensial atau alat ukur pH. Salah satu elektroda dinamakan elektroda indicator, elektroda ini peka terhadap perubahan keaktifan salah satu species dalam larutan. Elektroda indicator dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu elektroda logam dengan elektroda membran. Elektroda lainnya dinamakan elektroda pembanding dengan harga potensial praktis tidak berubah selama berlangsungnya pengukuran. Dalam aplikasi metode potensiometri yaitu titrasi potensiometri, kurva titrasi dihasilkan dengan jalan mengalurkan harga potensial/pH terhadap volume. Sedangkan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan tajam dalam harga potensial/pH, jumlah atau konsentrasi analit yang diamati dihitung berdasarkan mL larutan penitrasi yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Pengamatan/pembacaan dilakukan pada awal sebelum titik ekivalen dan setelah titik ekivalen. Letak titik ekivalen dapat ditentukan dengan memakai metode konstruktif atau metode derivatif. Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen.

Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia. Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indicator. Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan. Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan. Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks.

Teknik analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih canggih dan minimalis ukurannya. Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalisis yang terus dikembangkan. Elektroda yang digunakan dalam potensiometri harus berbeda agar dapat menimbulkan beda potensial yang dapat terukur oleh voltmeter. Pengembangan dari teknik analisis potensiometri berawal dari penggantian elektroda indikator dengan penggunaan dua elektroda reference. Beda potensial yang muncul pada kedua elektroda disebabkan karena membran yang berada pada salah satu elektrodanya. Elektroda reference yang digunakan harus bekerja berdasarkan hukum Nernst. Potensial yang dihasilkan konstan dalam berbagai waktu dan tidak terpengaruh temperatur. Selain itu elektroda reference yang digunakan harus reversibel dan bersifat inert. Elektroda indikator yang sering digunakan adalah pH meter. Sensitifitas elektroda ini terhadap H+ dapat dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang ditempuh dengan titrasi menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan elektroda indikator yang sesuai juga. Praktikum ini akan mencoba suatu metode yang merupakan salah satu metode potensiometri yang dilakukan secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi potensiometri. Nilai pH larutan yang diperlukan untuk menetapkan nilai-nilai tetapan disosiasi asam lemah tersebut dapat ditentukan secra langsung dari kurva titrasi asam-basa. Kurva titrasi asam-basa berbentuk sigmoid dan dapay dibuat dengan mudah melalui titrasi potendiometri. Titrasi potensiometri mencakup pengukuran potensial sel (yang terdiri dari sebuah elektroda selektif dan sebuah elektroda pembanding) sebagai fungsi volume titran,karena selama titrasi asam-basa konsentrasi ion hydrogen berubah sebagai fungsi volume titran maka pada titrasi potensiometri yang akan dilakukan, elektroda selektif yang digunakan adalah elektroda selektif ion hydrogen. Elektroda selektif ion hydrogen yang umum digunakan adalah elektroda gelas. Potensial elektroda gelas merupakan fungsi linear dari pH, sehingga potensial sel yang diukur juga merupakan fungsi linear dari pH larutan. Esel = K 0.0059 pH Pada pengukuran ini, pH larutan langsung dapat dibaca pada alat pH meter, umtuk keperluan tersebut pH meter harus dikalibrasi terebih dahulu dengan menggunakan dua buah larutan buffer yang memiliki nilai pH yang diketahui dengan pasti. Melalui proses kalibrasi, pH meter akan menetukan nilai K dan slope (0.059 V pada 250 oC) secara otomatis sehingga pada pengukuran, potensial yang terbaca langsung diubah menjadi nilai pH larutan.

Untuk memperkuat kesimpulan pada identifikasi asam lemah perlu diketahui massa molekul relative (Mr) dari asam lemah tersebut. Massa molekul relative dari asam lemah dapat dihitung dari volume titran pada titik ekivalen titrasi jika berat asam yang dititrasi diketahui dengan tepat. Untuk keperluan ini perlu ditentukan titik ekivalen titrasi secra teliti. Selain dari kurva titrasi normal yang berbentuk sigmoid, titik ekivalen titrasi dapat juga ditentukan dari turunan pertama dan turunan kedua kurva titrasi tersebut. Penentuan titik ekivalen titrasi dari kurva turunan ini umumnya lebih mudah dan lebih teliti dari penentuan titik ekivalen dari kurva sigmoid. Metode potensiometri dapat menentukan harga pH suatu larutan dalam sel elektrokimia. Penentuan ini merupakan penerapan potensiometri secra langsung. Oleh karena penentuan pH menggunakan emf sel Galvani yang cendrung mengukur keaktifan ion hidrogen. Kesetimbangan konsentrasi io hidrogen, maka pengertian penetapan pH diambil sebagai pH = -log aH+, akan tetapi penggunaan penegrtian pH akan mendapatka kesulitan secra eksperimental, karena tak mungkin untuk mengukur keaktifan spesies ion hidrogen tanpa arti ganda. Titrasi potensiometri merupakan penentuan spesi analit dalam suatu larutan (air sebagai pelarut) dengan cara titrasi, dapat menggunakan potensial elektroda indicator untuk menentukan titik ekivalennya. Cara titrasi ini ternyata memberikan hasil yang berbeda dengan cara pengukuran potensiometri secara langsung. Pada penentuan larutan NaOH dan H2SO4 dengan menggunakan elektroda yang peka terhadap perubahan pH akan memberikan harga pH yang berbeda. Sebaliknya bila digunakan cara titrasi potensiometri untuk menentukan pH kedua asam tersebut volume yang sama ternyata membutuhkan jumlah larutan basa standar yang sama untuk menetralisasi. Kelebihan lain cara analisi dengan titrasi potensiometri adalah penentuan titik akhir titrasi yang lebih akurat dibandingkan dengan cara titrasi lain.Disamping itu titrasi biasa sulit dikerjakan untuk larutan yang berwarna dan larrutan yang keruh. Sedangkan dengan cara titrasi potensiometri masalah larutan berwarna atau keruh tidak menjadi masalah. Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat

digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer. Skema susunan pengukuran untuk titrasi potensiometri ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 1. Alat Pengukur pH dalam Potensiometri Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst yang dilakukan dengan cara pengukuran dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol, yang mana persamaan ini menyatakan adanya hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dengan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Apabila E=E0 maka dinamakan potensial standar suatu logam. Biasanya yang digunakan sebagai potensial elektroda standar adalah elektroda hidrogen baku atau elektroda kalomel baku. Potensial elektroda standar merupakan ukuran kuantitatif dari kemudahan unsur untuk melepas elektron, jadi merupakan ukuran kekuatan unsur itu sebagai reduktor. Makin negatif potensialnya, maka makin kuat sebagai reduktor. Adapun persamaan Nernst dibuat dalam persamaan sebagai berikut :

E E0

a 0,059 log 0 x z a Re d

Keterangan : E = potensial (V), diperoleh dari elektroda hidrogen normal

E0 = potensial normal Z = jumlah elektron yang terlibat dalam proses redoks aOx = aktivita bentuk teroksidasi aRed = aktivita bentuk tereduksi Selain itu, potensiometri merupakan suatu metode elektroanalitik yang menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator. Besarnya potensial elektroda indikator ini tergantung pada konsentrasi ion-ion tertentu dalam larutan. Harga potensial yang diperoleh dapat diubah sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam nilai pH, pM atau pE. Kurva titrasi yang diperoleh dalam percobaan seringkali serupa dengan kurva teoritis. Pengukuran pH secara elektrik mungkin merupakan pengukuran fisika yang paling sering digunakan di laboratorium kimia. Pengukuran ini mungkin disebabkan oleh nilai-nilai emf tertentu berbagai macam sel kimia yang menggunakan konsentrasi larutan ion hidrogen dalam sel. Hal ini berarti bahwa jika variabel-variabel lain dalam sel dikendalikan, maka nilai emf sel dapat dihubungkan dengan pengukuran pH secara potensiometri. Data percobaan titrasi potensiometri yang disajikan dalam bentuk grafik dapat menunjukkan titik ekivalen titrasi. Penyajian langsung data percobaan sebagai grafik pH melawan ml titran yang ditambahkan dapat dipakai untuk penentuan titik akhir titrasi secara teliti, sehingga tidak perlu menggunakan indikator. Sementara itu, umumnya kurva titrasi tidak mempunyai daerah ekivalen yang terpisah dengan tajam. Sehingga, timbul kesulitan dalam penentuan titik akhir titrasi dengan tepat. Titrasi asam basa atau titrasi netralisasi diikuti dengan elektroda indikator yaitu elektroda gelas, tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Titik ekivalen dari titrasi asam basa dapat ditentukan dari reaksi yang terjadi dari jumlah asam atau basa penitrasi sehingga dapat dihitung jumlah asam atau basa yang dititrasi. Pada titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titran. Titran dimasukkan ke dalam buret dan selama titrasi berlangsung, titran ditambahkan sedikit demi sedikit melalui kran ke dalam erlenmeyer yang telah mengandung larutan pereaksi lain atau sampel sampai seluruh reaksi selesai yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Perubahan warna ini menandai telah tercapainya titik akhir titrasi.

Pada tahun 1909, sebelum konsep aktivitas dikembangkan, seorang ahli biokimia pH dalam pengertian konsentrasi molar H+ : pH = - log [ H+] Ini memberikan cara yang tepat untuk mengungkapkan nilai [ H+] untuk berbagai orde besarnya dan dari persamaan Nerst, secara eksplisit linear dalam tegangan dari sel yang digunakan untuk mengukur H+. Di tahun 1924, menyadari bahwa potensial elektroda mencerminkan aktivitas selain konsentrasi. pH = - loga a H+ = - log [H+]fH+ Dimana fH+ adalah koefisien aktivitas. Definisi ini mewakili sudut pandang larutan elektrolit yang lebih canggih, tetapi pada waktu yang sama menarik perhatian ke masalah pokok yang secara prinsip tidak dapat dipecahkan: dalam istilah termodinamika aktivitas spesies ion tunggal tidak penting secara operasional dalam hal percobaan-percobaan yang dapat dilakukan. pH suatu larutan yang berdasarkan pada definisi kedua Sorensen adalah sebanding dengan kerja yang diperlukan untuk memindahkan H+ sebaliknya dari larutan tersebut ke larutan dimana a
H+

adalah satu. Sebenarnya tak ada cara lain untuk

memindahkan kation tanpa memindahkan anion, dan akan ada cara termodinamika yang berlaku untuk memecahkan seluruh kerja yang diukur menjadi kontribusi ion secara individu. Potensiometri memiliki beberapa keuntungan yaitu cara potensiometri ini sangat berguna ketika tidak ada indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi, misalkan ketika sampel yang akan dititrasi keruh atau berwarna dan ketika daerah titik ekivalen sangat pendek sehingga tidak ada indikator yang cocok. Biayanya yang relatif murah dan sederhana. Voltmeter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang paling modern. Selain itu, pada saat potensial sel dibaca pada metode potensiometri, tidak terdapat arus yang mengalir dalam larutan dimana arus residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan. Manfaat potensiometri secara umum yaitu untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi. Sedangkan manfaat metode potensiometri ini dalam analisis di bidang farmasi yaitu potensiometri digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi pada titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan kompleks.

V. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : 1) Gelas ukur 2) Pipet tetes 3) Beker gelas 4) pHmeter 5) Buret 6) Erlenmeyer 7) Pengaduk Magnetik 8) Statif, klem 2. Bahan : 1) Alanin 2) Glisin 3) Lisin 4) Asam Glutamat 5) NaOH 2M 6) H2SO4 2M 7) Aquades

VI. PROSEDUR PERCOBAAN Sebelumnya, praktikan harus memahami cara-cara bekerja dengan pHmeter yang akan dipakai. Sesudah ini, larutkanlah 400 mg asam amino netral (mono amino dan mono karboksilat) seperti glisin ke dalam 40 ml air aquades. Dengan menggunakan pHmeter, buret dan pengaduk mangnetik (apabila ada) maka larutan Asam Amino tersebut dititrasi dengan 2 M H2SO4. Tiap-tiap penambahan akan dicatat dan juga perubahan pH yang dialami. Titrasi diteruskan sampai tercatat pH 1,2. Kemudian larutkan 400 mg Asam Amino yang sama ke dalam 400 ml aquades. Sekarang larutan ini dititrasi denga 2 M NaOH dan dicatat seperti percobaan diatas sampai tercapai pH = 12,0. Apabila masih ada waktu ulangilah eksperimen-eksperimen di atas dengan lisin, asam glutamat dan alanin. Pada percobaan-percobaan ini perlu dilakukan titrasi pelarut (aquades) sebagai blanko dan ini dilakukan seperti pada percobaan-percobaan diatas. Dengan demikian dapat dilakukan koreksi-koreksi sehingg dapat diketahui berapa banyak H2SO4 dan NaOH yang sebenarnya dipakai oleh asam amino yang diselidiki.

VII. HASIL PENGAMATAN

Glysin + NaOH Volume NaOH (tetes) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 6,3 8,16 8,77 8,93 9,09 9,14
9,22 9,38 9,44 9,53 9,57 9,61 9,63 9,65 9,66 9,72 9,77 9,81 9,85 9,89 9,93

H2O + NaOH pH Volume H2O (tetes) 0 1 2 3 5,55 11,28 11,84 12,13 pH

VIII. REAKSI KIMIA

IX. ANALISA DATA

1. Menghitung pH secara teori dan secara praktek. Secara teori Diket : m NH2CH2COOH 0,4 gram Mr NH2CH2COOH = 75 gr/mol V H2O = 250 ml = 0,25 L Penyelesaian : n NH2CH2COOH = M NH2CH2COOH =

Glisin Pada 0 tetes NaOH (0 ml) [ ] = = 5,4 x 10-1 pH = 1 log 5,4 = 0,3

Pada 1 tetes NaOH (0,05 ml) n NaOH = 0,05 ml (2 M) = 0,1 mmol


+

NH3CH2COO0,125, mmol 0,1mmol 0,115 mmol ]

OH-

NH2CH2COO- + H2O 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol 0,1 mmol

m b s [

0,1 mmol 0,1mmol -

pOH = 6,8 ; pH = 14 6,8 = 7,2

Pada 2 tetes NaOH (0,1ml) n NaOH = 0,1 ml (2 M) = 0,2 mmol


+

NH3CH2COO0,125 mmol 0,125 mmol ] mmol

OH-

NH2CH2COO- + 0,2 mmol 0,2 mmol

H2O 0,2 mmol 0,2 mmol

m b s [

0,2 mmol 0,125 mmol 0,075 mmol

pOH = - Log 1,9 x 10-3 = 3-0,2 = 2,8 pH = 14-2,8 = 11,2

Pada volume 0,15 ml n NaOH = 0,15 ml (2 M) = 0,3 mmol


+

NH3CH2COO0,125 mmol 0,125 mmol ]

OH-

NH2CH2COO- + H2O 0,125 mmol 0,125 mmol 0,125 mmol 0,125 mmol

m b s [

0,3 mmol 0,125 mmol 0,195 mmol

pOH = - Log 4,8 x 10-3 = 3-0,7 =2,3 pH = 14-2,3 = 11,7

Pada Volume 0,2 ml n NaOH = 0,2 (2 M) = 0,4 mmol


+

NH3CH2COO0,125 mmol 0,125 mmol ]

OH-

NH2CH2COO- + H2O 0,125 mmol 0,125 mmol 0,125 mmol 0,125 mmol

m b s [

0,4 mmol 0,125 mmol 0,275 mol

pOH = - Log 6,8 x 10-3 = 3-0,8 =2,2 pH = 14-2,2 = 11,8

2. Menghitung % kesalahan

% Kesalahan
Glisin

pHteori pHpraktek x100% pHteori

a. pada NaOH = 0,05 ml, pH praktek = 8,16 ; pH teori = 7,2 % kesalahan =

7,2 8,2 x100% 13,8% 7,2

b. pada NaOH = 0,1 ml, pH praktek = 8,77 ; pH teori = 11,2 % kesalahan =

11,2 8,8 x100% 21,4 % 11,2

c. pada NaOH = 0,15 ml, pH praktek = 8,93, pH teori = 11,7 % kesalahan =

11,7 8,93 x100% 23,6 % 11,7

d. pada NaOH = 0,3 ml, pH praktek = 9,09 ; pH teori = 11,8 % kesalahan =

11,8 9,09 x100% 22,9 % 11,8

X. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini berjudul titrasi potensiometri yang bertujuan untuk menentukan titik akhir titrasi suatu asam amino melalui perubahan harga potensial yang ditimbulkan oleh larutan. Begitu juga dengan titik ekivalen titrasi yang dapat dilihat dari adanya kenaikan yang signifikan pada harga potensial larutan asam amino. Titrasi potensiometer menyangkut pengukuran perbedaan potensial antara suatu elektroda indikator dan suatu elektrode pembanding sewaktu titrasi. Perbedaan potensial tersebut dapat diukur dengan pH meter ataupun potensiometer. Percobaan titrasi potensiometer ini dilakukan untuk menentukan titik akhir titrasi suatu asam amino melalui perubahan harga potensial yang ditimbulkan oleh suatu larutan. Dalam percobaan ini larutan asam amino, yang digunakan adalah Glysin, Glysin merupakan asam amino yang memilki gugus R polar, tetapi tidak bermuatan. Serta digunakan juga larutan natrium hidroksida dan asam sulfat sebagai titran. Percobaan kali ini dilakukan dengan mentitrasi masing masing asam amino dengan menggunakan titran natrium hidroksida dan asam sulfat. Selain itu dilakukan juga titrasi pelarut dengan menggunakan aquadest sebagai blanko untuk mengkoreksi volume titran yang dibutuhkan dalam mentitrasi asam amino yang diselidiki. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa asam amino yang dititrasi dengan asam sulfat akan bersifat asam, hal ini ditunjukkan dengan pH-nya yang lebih kecil dari 7. Sementara pada saat dititrasi dengan natrium hidroksida asam amino tersebut bersifat basa, yang dapat dilihat dari pH-nya yang lebih besar dari 7. Percobaan ini menunjukkan bahwa asam amino bersifat amfoter. Sifat amfoter dari asam amino ini disebabkan karena asam amino memiliki gugus amina yang bersifat basa dan gugus karboksilat yang bersifat asam. Ketika larutan asam amino dititrasi dengan asam, ini berarti yang dititrasi adalah gugus karboksilat. Dalam hal ini ion H+ dari asam sulfat akan menyerang gugus karboksilat dari asam amino sehingga asam amino hanya memiliki ion positif dari gugus amina. Ini berarti asam amino akan mendonorkan protonnya pada senyawa lain, dan ini menunjukkan bahwa asam amino bersifat asam. Setelah itu larutan asam amino dari jenis yang sama dititrasi dengan larutan NaOH, ini berarti ion hidrogen dari gugus amonium yang dititrasi sehingga satu ion H+ dari gugus amina pada zwitter ion asam amino lepas dan bereaksi dengan ion OH- dari NaOH membentuk air sehingga mengakibatkan ion yang terdapat pada asam amino hanya ion

negatif. Ini berarti asam amino menjadi penerima proton dari senyawa lain atau dengan kata lain asam amino ini bersifat basa. Dalam percobaan ini ketika asam amino dilarutkan ke dalam air maka asam amino akan membentuk zwitter ion atau ion dipolar, di mana dalam asam amino tersebut memiliki ion positif pada gugus amina dan ion negative pada gugus karboksilat. Pada percobaan kali, saat titrasi dengan NaOH pH yang didapat belum mencapai 12, pH yang diinginkan dikarenakan keterbatasan alat dan waktu.

XI. KESIMPULAN

1. Ketika asam amino dilarutkan ke dalam air maka asam amino akan membentuk zwitter ion atau ion dipolar di mana dalam hal ini asam amino tersebut memiliki ion positif pada gugus amina dan ion negatif pada gugus karboksilat. 2. Sifat amfoter dari asam amino ini disebabkan karena asam amino memiliki gugus amina yang bersifat basa dan gugus karboksilat yang bersifat asam. 3. Bila pH asam amino berada di atas titik isoelektriknya, maka asam amino itu akan bermuatan negatif. Dan bila pH asam amino berada di bawah titik isoelektriknya maka asam amino tersebut bermuatan positif.

XII. DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A. L. (1982). Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga. Marisa, K. (2012). Titrasi Potensiometri Asam Amino. Laporan Praktikum Biokimia . Poedjiadi, A. (1994). Dasar - Dasar Biokimia . Jakarta: Universitas Indonesia.

XIII.

GAMBAR ALAT

Pipet tetes

Beaker Gelas

Gelas Ukur

10

20

30

40

50

Alat Titrasi

Erlenmeyer

XIV.

JAWABAN PERTANYAAN

Kurva Titrasi Potensiometri Glysin dan NaOH

11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Volume NaOH (tetes)

pH

Kurva Titrasi Potensiometri H2O dan NaOH


13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 Volume NaOH (tetes) 2 3

pH

You might also like