You are on page 1of 3

Perkenankan saya menanggapi masalah mengapa harus pakai conjugate pada vektor arus pada saat menghitung daya,

yaitu S = V I*, jawabnya sederhana dan bertujuan praktis. Demikian pak, sebagaimana kita ketahui pada umumnya sifat beban pembangkit adalah induktif yang mempunyai vektor arus arah negatif (lagging pf). Lha dengan diconjugate beliau akan menjadi positif, sehingga hasil perkalian dengan vektor tegangan akan menghasilkan nilai positif (S +, P + dan Q +). Hal inilah yang menggambarkan kondisi penugasan sebenarnya dari suatu pembangkit, yaitu menghasilkan daya semu, nyata dan reaktif. Kalau menghasilkan logikanya bertanda positif, P+, S+ dan Q+ dan sebaliknya kalau menerima (motoring/reverse power) tanda berbalik menjadi negatif, misalnya P-, S-,Q-. Hal ini juga mendasari mengapa tanda male diberi coret positif di ekornya untuk menandai daya aktif mengalir keluar pembangkit (P+) dan daya reaktif induktif (Q+) diberi juga coret positif di tanda female yang artinya pembangkit pada saat itu mengirim atau melayani daya reaktif induktif (over excited). Tika: mengapa I*? Karena pada beban yang pada umumnya bersifat induktif, arus bersifat lagging (tertinggal) yang arah arusnya menjadi negatif, sehingga cos phi menjadi negatif. Maka dari itu, I harus dikonjugate untuk mendapatkan daya positif (S).

NAMA NIM

: ATIKA RAHMA HADIANA : 105060304111003

TUGAS: 1. MEMBUAT ALGORITMA PENYUSUNAN MATRIKS Y BUS 2. MENJELASKAN ARUS KONJUGATE PADA PERHITUNGAN DAYA SEMU

1. ALGORITMA PENYUSUNAN MATRIKS Y BUS: 1. Mengubah rangkaian saluran transmisi menjadi rangkaian ekivalen pi 2. Memberi nama tegangan pada setiap bus E1 untuk tegangan bus 1 En untuk tegangan bus n 3. Memberi nama admitansi pada saluran bus yang terhubung dengan ground y10 untuk admitansi bus 1 ground yn0 untuk admitansi bus n ground 4. Memberi nama admitansi pada saluran yang terhubung antar bus y12 untuk admitansi yang terdapat pada saluran antar bus 1 dan bus 2 yMN untuk admitansi yang terdapat pada saluran antar bus M dan bus N 5. Memberi nama arus yang mengalir pada setiap bus I1 untuk arus pada bus 1 In untuk arus pada bus n 6. Mendapatkan persamaan arus pada setiap bus dengan menggunakan Hukum Arus Kirchoff Misal: Diketahui: E1, E2, E3

I1 , I2 , I3 y10, y20, y30, y12, y13, y23


Persamaan arus pada setiap bus:

I1 = y10 . E1 + (E1-E2) . y12 + (E1-E3) . y13 I2 = y20 . E2 + (E2-E1) . y12 + (E2-E3) . y23 I3 = y30 . E3 + (E3-E1) . y13 + (E3-E2) . y23
Maka, I1 = {(y10+y12+y13) . E1} (y12 . E2) (y13 . E3) I1 = Y11.E1 Y12.E2 Y13.E3 I2 = - (y12 . E1) + {(y20 + y12+y23) . E2} (y23 . E3) I2 = - Y21.E1 + Y22.E2 Y23.E3 I3 = - (y13 . E1) (y23 . E2) + {(y30+y13+y23) . E3} I3 = - Y31.E1 Y32.E2 + Y33.E3 7. Menyusun matriks Ibus : [ Ibus ] =[ Ybus ][ Ebus ]

[ ] = [ 8. Mendapatkan matriks Ybus [ Ybus ] = [

] [

2. ARUS KONJUGATE PADA PERHITUNGAN DAYA SEMU Jika suatu arus i mengalir pada suatu rangkaian yang mengandung sebuah resistansi R dan sebuah reaktansi X, maka tenaga yang diberikan oleh sumber akan diubah menjadi panas dalam resistor tersebut dan dipertukarkan antara sumber dengan medan dalam reaktansinya. Daya rata-rata yang hilang dalam resistor, daya nyata P dalam rangkaian adalah P = VR . I = I2R (watt) Daya reaktif pada rangkaian tersebut adalah Q = Vx . I = I2X (var) Tegangan yang dikenakan dikalikan dengan arus rangkaian tidak pernah muncul dalam daya nyata ataupun daya reaktif, karena V=Z.I Maka, VI = I2Z Hasil kali tersebut dikenal sebagai volt-ampere dalam rangkaian, yang disebut daya semu (S). Pada umumnya beban rangkaian pembangkit merupakan beban yang bersifat induktif. Pada beban yang bersifat induktif, arus yang dihasilkan tertinggal terhadap tegangan sebesar phi (lagging) yang menyebabkan arah fasor arus negatif. Oleh sebab itu, pada perhitungan daya semu (S) = V.I, arus yang merupakan bilangan kompleks harus digantikan oleh kompleks sekawannya, yaitu I* (arus konjugate) sehingga hasil perkalian dengan vektor tegangan akan menghasilkan nilai positif.

You might also like