You are on page 1of 8

1

STUDI PERENCANAAN MO1OR COA1ROL CEA1ER (MCC) DENGAN STARTER BINTANG


SEGITIGA BERDASARKAN STANDAR ANSI DAN NEMA
Yos Mavenso (L2F 302 536)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro


Abstrak Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Darafat Unit II ini pompa air di daerah Cipandav ini berfungsi
untuk memompa air dari sungai vang kemudian diteruskan ke sebuah bak penampungan vang kemudian air ini disalurkan
menufu sumur infeksi. Disamping parameter-parameter vang lainnva. Mengingat sangat pentingnva motor pompa tersebut,
sehingga motor-motor listrik vang digunakan dituntut untuk dapat beroperasi secara handal. Karena fungsi vang penting
tersebut, dibutuhkan kualitas produk pengontrolan motor vang baik Kehandalan produk MCC (Motor Control Center)
ditentukan kualitas standar perencanaan vang melibatkan faktor keamanan didalam perhitungan dan spesifikasi teknis
perencanaan vang diharapkan menghasilkan umur operasi MCC vang panfang dan fuga tingkat keamanan vang terfaga
dengan baik Untuk memenuhi hal tersebut diatas maka barometer standar vang digunakan adalah "ANSI" ( American
National Standar Institute)
Komponen-komponen utaina dalam perencanaan sebuah MCC adalah Bus-bar, Motor Circuit Protector, kontaktor magnetik,
relai pengaman, trafo kontrol. Komponen-komponen tersebut dirangkai menfadi satu, kesatuan sehingga dapat mengontrol
motor pompa pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Pemilihan komponen tersebut didasarkan pada perhitungan dan
spesifikasi teknis berdasarkan Standar ANSI.
Untuk mengetahui kinerfa dari peralatan proteksi tersebut dapat dibuat berupa simulasi dari komponen kontrol tersebut
dengan menggunakan Power Plot Jersi 2.5, dimana input datanva diambil dari data-data hasil perhitungan arus hubung
singkat vang terfadi pada sistem kelistrikan PLTP Darafat Amoseas Indonesia dan hasil perhitungan setiap komponen
utamanva di dukung oleh beberapa tabel ANSI sebagai referensi dalam pemilihan material.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Darajat Unit II ini pompa air di daerah Cipanday ini
berIungsi untuk memompa air dari sungai yang kemudian
diteruskan ke sebuah bak penampungan yang kemudian air
ini disalurkan menuju sumur injeksi. Kerja pompa ini
bergantung dari tinggi permukaan dari bak penampungan
tersebut. Kebutuhan daya listrik motor di suplai oleh suatu
peralatan yang disebut Motor Control Center (MCC). Selain
Iungsi tersebut, MCC juga berIungsi sebagai pusat
pengontrolan operasi motor listrik.
Mengingat sangat pentingnya pompa tersebut sehingga
motor-motor listrik yang digunakan dituntut untuk dapat
beroperasi secara handal. Dengan Iungsi strategis tersebut,
dibutuhkan kualitas produk MCC yang handal. Keandalan
produk MCC ditentukan oleh kualitas standar perancangan
yang melibatkan Iaktor keamanan didalam perhitungan dan
spesiIikasi teknis perancangan. Selain ltu juga harus
melibatkan Iaktor kemudahan pengoperasian yang akan
mengurangi terjadinya kesalahan pengoperasian. Kemudahan
pemeliharaan akan mempermudahi bagi pihak petugas
pemelihara untuk menjaga agar perIormance MCC sesuai
dengan spesiIikasi perancangan . Kombinasi semuanya ini .
akan menghasilkan umur operasi MCC yang panjang dan
juga tingkat keamanan yang selalu terjaga dengan baik.
Umum didalam dunia kelistrikan, teknologi MCC
dikuasai oleh Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.
Dengan demikian kaidah maupun standar perancangan alat
tersebut juga akan mengacu pada standar Amerika yang
umumnya diwakilkan oleh standar ANSI, NEMA, NEC dan
IEEE. Adapun standar perancangan di Eropa diwakilkan
oleh standar IEC. Oleh sebab itu , untuk memenuhi hal
tersebut di atas maka standar yang di gunakan adalah ANSI
dan NEMA. Dimana tingkat saIety pada standar tadi lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat standar IEC. Hal ini
telah diakui oleh internasional dan banyak digunakan pada
industri-industri besar.

1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :
mampu merancang suatu MCC, bertegangan 380 V, sistem
tiga Iasa dan 50 Hz menggunakan standard ANSI dan
NEMA dengan tingkat keamanan yang tinggi.

1.3 Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam perencanaan MCC tegangan rendah
ini dengan jenis indoor dengan sistem tegangan rendah 380
V, sistem 3 Iasa dan 50 Hz berbasis pada standar Amerika
yaitu standar ANSI dan NEMA. Ada beberapa hal yang
tidak penulis bahas diantaranya:
1. Dalam Dalam melakukan pengambilan data arus
hubung singkat, tegangan drop diabaikan karena data
letak MCC hanya 3 meter dari traIo
2. Komponen kontrol yang tidak dapat disimulasikan
unjuk kerjanya diantaranya adalah CPT, bus bar,
thermal circuit breaker dan kontaktor magnetik.
3. Perencanaan MCC tegangan rendah ini sebatas simulasi
saja yang menggabungan beberapa kornponen
utamanya seperti MCP, relai pengaman dan motor
pompa kesemuannya itu dirangkai sehingga menjadi
rangkaian kontrol dimana keluarannya berupa graIik
unjuk kerja.


II. DASAR TEORI
2.1 MCC
MCC merupakan pusat pengontrolan operasi motor
listrik. Sebagai pusat pengontrolan, artinya suatu MCC
mampu mengontrol operasi beberapa motor secara
bersamaan. Secara lengkap, yang dimaksud dengan MCC
adalah kumpulan beberapa komponen, yaitu motor starter,
bus bar dan peralatan kontrol, yang kesemuanya berIungsi
untuk melakukan pengontrolan operasi motor listrik dan
menempatkan komponen-komponen tersebut di dalam suatu
panel-panel yang terintegrasi yang terbuat dari lempengan
campuran besi metal dan besi carbon. Satu unit motor starter
akan diletakkan di dalam satu unit panel.

2


Gambar 2.1 MCC panel tegangan rendah.

2.2 1enis-1enis MCC.
MCC ditinjau dari tegangan yang menyuplainya dan
berdasarkan jenis-jenis pengoperasian motornya dapat dibagi
sebagai berikut:
a. MCC Berdasarkan tingkat tegangan pensuplai
Berdasarkan tingkat tegangan yang mensuplai, MCC dapat
dibedakan menjadi dua jenis antara lain:
1. MCC bersistem tegangan rendah, dimana level
tegangan maksimum adalah 600V.
2. MCC bersistem tegangan menengah, dimana level
tegangan maksimum sebesar 7,2KV.
Pada aplikasinya, MCC bersistem tegangan rendah dipakai
untuk mengontrol operasi motor yang mempunyai tegangan
nominal dari Iasa ke Iasa 380V.
b. MCC berdasarkan jenis pengoperasian motor
Dari jenis pengoperasiannya, dapat dibagi menjadi empat
bagian antara lain:
1. Gabungan beberapa komponen (Motor Combination
Starter)
Dalam proses pengontrolan motor, jenis ini didukung
oleh beberapa peralatan utama, antara lain:
Moulded case circuit breaker (MCCB) atau Motor
Circuit Protector (MCP).
Kontaktor magnetik.
Relai pengaman gangguan beban lebih (overload
relav).
TraIo kontrol (control power transIormer).

Pada umumnya jenis ini digunakan dalam proses
pengontrolan motor dengan daya kuda maksimum 200HP
atau 150 KW dengan sistem tegangan rendah. Keuntungan
jenis ini adalah hanya membutuhkan ruangan yang lebih
kecil. Hal ini disebabkan karena komponen serta peralatan
pendukungnya diletakkan dalam suatu panel dan tidak
terpisahkan. Keuntungan lainnya adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan penyambungan secara draw in
dan pencabutan secara draw out antara unit starter dengan
bus bar jauh lebih cepat. Hal ini sangat bermanIaat bagi
kelangsungan jalannya operasi karena akan mempermudah
kerja petugas pemelihara jika unit tersebut mengalami
gangguan. Selain itu dengan adanya sistem mechanical
interlock, jaminan keamanan akan lebih baik dari sisi
pengoperasiannya baik bagi petugas operasi maupun alat ini
sendiri.

2. Pengoperasian Secara Manual
Pada jenis ini umumnya digunakan untuk mengontrol
operasi motor yang mempunyai daya kuda atau HP
maksimum sebesar 10 HP. Manual starter hanya berupa
suatu on-off saklar yang dioperasikan secara manual dimana
alat tersebut sekaligus berIungsi sebagai alat pengaman
terhadap gangguan beban lebih. Keuntungan dari tipe ini
adalah pada saat tegangan sumber hilang karena posisi
saklar masih on sehingga pada saat tegangan sumber
kembali normal, motor akan kembali bekerja secara
otomatis. Hal tersebut disebabkan karena tidak dilengkapi
dengan alat pengaman terhadap gangguan berupa hilangnya
atau turunnya tegangan sumber. Akan tetapi jenis ini
memiliki kekurangan yakni sistem motor yang otomatis
dapat membahayakan petugas maupun bagi peralatan itu
sendiri. Selain itu dengan tidak adanya sistem pengamanan
terhadap gangguan berupa turunnya tegangan sumber,
misalkan pada suatu kondisi tiba-tiba tegangan sumber turun
menjadi sebesar 85 dari tegangan nominal maka dengan
jumlah kVA yang sama, motor akan menarik arus listrik
yang lebih besar dari arus nominalnya. Akibatnya jika
penurunan tegangan sumber cukup lama maka akan
memperpendek usia motor.

3. Pengaturan Kecepatan Kontrol (Adfustable speed
controllers)
Ada beberapa jenis motor yang aplikasinya
membutuhkan perubahan kecepatan putar dalam melayani
beban. Sistem pengontrolan combination starter, manual
starter dan motor starter tidak dapat diterapkan pada sistem
jenis ini karena ketiga sistem pengontrolan di atas
merupakan sistem pengontrolan dengan kecepatan putar
yang tetap (Irekuensi motor tetap). Untuk itu dibutuhkan
sistem pengontrolan yang berbeda, yang disebut adfustable
speed controllers.
Sistem ini memungkinkan kecepatan putar operasi
motor dapat berubah sesuai dengan keinginan proses
operasi. Cara merubah kecepatan putar operasi motor
dengan cara merubah Irekuensi tegangan pada sisi motor.
Selain itu sistem ini juga dapat diaplikasikan sebagai alat
soft starter suatu motor, dimana soft starter ini berIungsi
untuk meminimalkan tegangan drop pada saat proses
penstarteran motor.

4. Motor Starter
Pada jenis ini umumnya digunakan untuk mengontrol
operasi motor yang bersistem tegangan menengah. Motor
starter jenis ini mempunyai peralatan pendukung berupa:
No-load break switch dan fuse atau circuit breaker.
Jacuum contactor.
Pengaman terhadap gangguan beban lebih.


2.3 Komponen penyusun MCC Sistem Tegangan
Rendah
Terdapat beberapa komponen utama penyusun MCC ,
Adapun komponen penyusun suatu MCC dengan gabungan
beberapa komponen adalah :
Bus bar, baut-mur, washer
Isolator pemegang bus bar
Circuit Breaker (CB)
Kontaktor magnetik
Kontak bantu
Relai pengaman
TraIo kontrol
Kabel kontrol
Panel
Indeks Proteksi


3
2.4 Dasar kerja Motor Combination Starter
Sebelum membahas mengenai dasar kerja operasi
motor yang menggunakan sistem pengontrolan jenis motor
combination starter, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu
istilah dan kode pada rangkaian kontrol dan rangkaian motor.
Diharapkan dengan mengetahui kode-kode tersebut akan
mempermudah memahami konsep dasar pengoperasian
motor. Untuk lebih memberikan gambaran, gambar 2.6.
dapat dijadikan sebagai gambar acuan.
Adapun penjelasan kode huruI maupun kata-kata pada
rangkaian tersebut adalah sebagai berikut.
1) Rangkaian motor
480 V, merupakan tegangan Iasa ke Iasa di bus bar
MCC. Tegangan ini merupakan tegangan yang
mensuplai unit motor.
Garis lurus dimana tegangan 480 V berada,
merupakan lambang bus bar.
MCP, adalah circuit breaker jenis motor circuit
protector.
M, melambangkan kontaktor magnetik.
OL, melambangkan relai pengaman jenis relai
beban lebih.
Motor, merupakan motor berIasa 3 dan berjenis
motor induksi.

2) Rangkaian kontrol
Primarv 480 V dan secondarv 120 V, merupakan
traIo kontrol dengan rasio tegangan 480/120 V.
Fuse, merupakan pengaman gangguan hubung
singkat di rangkaian kontrol sisi sekunder traIo
kontrol.
Start-stop, merupakan saklar untuk menghidupkan
atau mematikan motor.
Kontak bantu paralel dengan start, merupakan
kontak yang akan menjaga agar posisi kontak start
selalu dalam posisi tertutup setelah saklar start
dihidupkan (holding circuit interlock).
M, merupakan koil magnetik dari kontaktor
magnetik.
OL, merupakan kontak bantu relai beban lebih
dengan tipe kontak 'b.

Adapun urutan kerja proses menghidupkan motor adalah
sebagai berikut ini :
1. Memasukkan plat-plat kontak pada MCP dengan cara
menaikkan toggle MCP ke posisi 1 (merupakan posisi
on). Tegangan Iasa ke Iasa 480 V akan muncul dan
mensuplai traIo kontrol. Demikian juga tegangan 120 V
akan muncul di rangkaian sekunder traIo kontrol.
2. Menekan tombol start.
3. Dengan posisi tombol stop selalu dalam posisi tertutup
dan kontak bantu OL merupakan jenis kontak 'b maka
rangkaian kontrol menjadi rangkaian tertutup atau loop
circuit.
4. Arus listrik akan mengalir ke koil magnetik. Medan
magnit yang timbul di koil magnetik akan menarik plat-
plat kontaktor magnetik M pada rangkaian motor untuk
menutup.
5. Dengan posisi OL pada rangkaian motor merupakan
posisi normal maka pada rangkaian motor juga terjadi
loop circuit.
6. Dengan demikian akan mengalir arus listrik ke motor
sehingga motor akan beroperasi.

Adapun urutan kerja proses berhentinya operasi motor pada
saat relai OL bekerja, sebagai berikut ini.
1. Apabila terjadi gangguan beban lebih pada beban,
gangguan tersebut akan terdeteksi oleh relai OL. Relai
OL tidak langsung bekerja melainkan akan menunggu
selang waktu tertentu sesuai setting waktunya untuk
beroperasi mengamankan beban.
2. Setelah waktu setting dilewati, relai OL akan bekerja.
Dengan bekerjanya relai OL, posisi OL akan berpindah
ke posisi tidak normal (normalnya relai tidak akan
bekerja).
3. Perpindahan posisi OL dari normal menjadi tidak
normal (tidak normal berarti relai bekerja) menyebabkan
kontak bantu OL berjenis 'b akan membuka.
4. Dengan terbukanya kontak bantu OL maka terbuka juga
rangkaian kontrol atau terjadi open circuit.
5. Arus listrik berhenti mengalir pada rangkaian kontrol.
Medan magnit pada koil magnetik menghilang. Dengan
menghilangnya medan magnit di koil magnetik
menyebabkan plat-plat kontak pada kontaktor magnetik
membuka.

Tegangan traIo kontrol pada sisi sekunder masih muncul
karena MCP masih dalam posisi on. Adapun urutan kerja
proses berhentinya operasi motor pada saat MCP bekerja,
sebagai berikut ini.
1. Jika terjadi gangguan hubung singkat Iasa ke Iasa di
beban, MCP akan mendeteksi gangguan tersebut dan
bekerja dengan cara membuka plat-plat kontaknya jika
arus gangguan tersebut melebihi setting arus yang telah
di set pada MCP.
2. Jika arus gangguan melebihi setting MCP maka MCP
akan bekerja setelah 200 mili detik dari saat MCP mulai
mendeteksi ketidaknormalan tersebut.
3. Dengan terbukannya plat-plat kontak MCP maka
rangkaian motor merupakan rangkaian yang terbuka.
Arus listrik ke motor terhenti sehingga motor berhenti
beroperasi.

Tegangan traIo kontrol akan hilang karena dengan
terbukanya MCP berarti tegangan traIo kontrol juga
menghilang.

2.5 Starting Bintang-Delta
Metode ini hanya dapat diterapkan untuk motor baik
yang ujungnya berupa tiga gulungan-stator sampai ke
terminal maupun koneksi delta yang sesuai dengan tegangan
induk (contoh: untuk power suplai 380 V diperlukan sebuah
motor dengan 380 V delta/660 V bintang). Metode ini terdiri
dari starting motor dengan lilitan yang terhubung bintang;
tegangan yang digunakan sama dengan tegangan induk yang
dibagi dengan 3 atau sekitar 58 tegangan yang
ditentukan. Tegangan ini konstan selama keseluruhan
langkah pertama. Tenaga putaran (torsi), yang dikurangi
dengan perbandingan kuadrat tegangan, sama dengan
sepertiga dari torsi yang dilengkapi dengan suatu motor
penggerak langsung dan arus pada saluran suplai dikurangi
dengan jumlah yang sama. Sekarang pada setiap lilitan
dikurangi hanya dengan perbandingan 0.58 tetapi belum
diperhitungkan dari penggunaan sudut pandang ini. Nilai-
nilai awal yang khas adalah 2 In untuk arus dan 0.5 Tn untuk
Torsi; starting bintang-delta selanjutnya cocok untuk mesin
yang memulai tanpa beban atau dengan torsi beban yang
rendah. Pada langkah kedua koneksi diubah dari bintang ke
delta. Masing-masing lilitan kemudian mempunyai supplv
4
tegangan utama penuh yang digunakan dan motor memulai
lagi pada karakteristik normalnya. Torsi motor masih rendah
selama periode koneksi bintang dan kecepatan, stabil pada
periode ini berakhir, dapat menjadi rendah jika torsi beban
mesin tinggi (sebagai contoh pada kasus mesin sentriIugal).
Ini mengakibatkan tingginya arus dan torsi selama transisi
dari bintang ke delta. Hal ini dapat mendorong starter
bintang-delta tidak digunakan pada mesin yang mempunyai
karakteristik sentriIugal, khususnya di luar tingkat daya
tertentu (misalnya 55 kW).
Selanjutnya harus dicatat bahwa arus yang mengalir
pada lilitan motor tidak kontinyu karena putus pada saat
penghubung bintang dibuka dan kemudian dimulai lagi
dengan tiba-tiba, dalam keadaan tegangan induk penuh,
ketika penghubung delta tertutup. Mempertimbangkan
karakteristik induktiI dari lilitan transisi ke koneksi delta
disertai dengan arus puncak transient yang sangat tinggi.
Di atas nilai daya tertentu maka sebaiknya menolak
penggunaan starting bintang-delta atau untuk menggunakan
suatu varian transient yang diijinkan agar dibatasi.

2.6 Sistem Per unit
|16|

Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat
tegangan dimana kilovolt merupakan unit yang sangat
memudahkan untuk menyatakan tegangan. Karena besarnya
daya yang harus disalurkan, kilowatt atau megawattdan
kilovolt-ampere atau megavolt-ampere adalah istilah-istilah
yang sudah dipakai. Tetapi, kuantitas-kuantitas tersebut di
atas bersama-sama dengan ampere dan ohm sering juga
dinyatakan sebagai suatu persentase atau per unit dari suatu
nilai dasar atau reIerensi yang ditentukan untuk masing-
masing. Biasanya megavoltampere dasar dan tegangan dasar
dalam kilovolt adalah kuantitas yang dipilih untuk
menentukan dasar reIerensi.

III. PERHITUNGAN SERTA ANALISA
PERANCANAAN MCC TEGANGAN RENDAH
3.1 Letak MCC Pada Sistem
Dalam proses PLTP Darajat Unit-II agar generator
dapat membangkitkan beban perlu adanya alat bantu seperti
Hot Well Pump, Auxiliary Cooling Water Pump, Liquid
Ring Vacum Pump, Component Cooling Water Pump, Lube
Oil Pump, Cooling Tower Fan dan lain sebagainya. Pompa
pompa tersebut harus dioperasikan sebagai bagian proses
PLTP, sehingga membutuhkan daya sebesar lebih kurang 4
MW. Kebutuhan daya listrik motor di suplai oleh suatu
peralatan yang disebut Motor Control Center (MCC). Selain
Iungsi tersebut, MCC juga berIungsi sebagai pusat
pengontrolan operasi motor listrik. Pompa ini menggunakan
tegangan 380V dimana sumber tegangan dari 0NM-
SWGR03 tapi sebelumnya menggunakan transIormer
penurunan tegangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.1 letak dari MCC yang dirancang.







































Gambar 3.1 Letak MCC tegangan rendah.

3.2 Syarat Perancangan yang Baik
Terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan
agar perancangan suatu MCC berhasil dengan baik. Adapun
syarat rancangan tersebut meliputi Iaktor teknis,
pertimbangan keterjaminan keamanan bagi peralatan
maupun petugas operasi dan pemeliharaan, petugas operasi
mudah mengoperasikan MCC tersebut, kemudahan bagi
pihak pemelihara dan juga pertimbangan Iaktor ekonomis.

3.2.1 Kaidah Teknis
|2|
Adapun yang maksud dari kaidah teknis adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan kalkulasi teknis dan
spesiIikasi teknis. Kaidah teknis meliputi perhitungan dan
kalkulasi.

3.2.2 Tingkat 1aminan Keamanan atau Safety Factor
|2|
Dengan tingginya Iaktor keamanan suatu
peralatan maka semakin kecil kemungkinan terjadinya
bahaya bagi manusia maupun bagi peralatan itu
sendiri. Dengan sendirinya akan meningkatkan
keandalan peralatan dan korelasi yang lebih jauh lagi
akan memperpanjang umur operasi peralatan listrik.
Faktor keamanan mempunyai korelasi yang sangat
kuat dengan kaidah teknis perancangan dan Iaktor
ekonomi.

3.2.3 Kemudahan operasi
Pengoperasian merupakan salah satu aspek yang
harus diperhatikan di dalam perancangan MCC.
Kesalahan pengoperasian dapat menimbulkan bahaya
bagi keselamatan petugas pengoperasian dan bagi alat
itu sendiri. Dengan demikian, mempermudah cara
mengoperasikan MCC akan meminimalkan kesalahan
operasi.









5

3.2.4 Kemudahan bagi pihak maintenance
Sebagaimana diketahui, panjang pendeknya
umur peralatan listrik, keandalan dalam menyediakan
pasokan daya listrik dan cepat tidaknya proses
perbaikan, juga ditentukan oleh seberapa jauh masalah
pemeliharaan diperhatikan. Untuk mempermudah
petugas pemelihara melakukan pengecekan, para
perancang MCC perlu memberikan Iasilitas yang
memepermudah pekerjaan tersebut. Salah satu Iasilitas
untuk mempermudah pengecekan itu adalah Iasilitas
test position. Fasilitas ini berguna untuk menguji
sistem kontrol. Fasilitas yang lainnya adalah ukuran
jalur kabel (cable wav) motor di MCC cukup luas
sehingga memudahkan petugas pemelihara melakukan
pengecekan arus dan tegangan motor.
Bagi para perancang, semua kemudahan ini
harus dijadikan sebagai dasar untuk merancang MCC.

3.2.5 Faktor Ekonomi
|2|
Jika seorang perancang menghendaki MCC yang
akan dirancang mempunyai tingkat keandalan yang
tinggi dan mempunyai umur operasi yang panjang
maka si perancang membutuhkan biaya investasi yang
juga tinggi. Akan tetapi dengan semakin tingginya
keandalan MCC tersebut akan mengurangi biaya
pemeliharaan rutin yang dilakukan. Umumnya suatu
MCC yang baik dapat dioperasikan selama 30 tahun
tanpa mengalami kerusakan yang berarti. Tapi tentu
saja dengan metoda pemeliharaan yang benar.

3.3 Parameter Perancangan MCC
Terdapat beberapa parameter spesiIikasi teknis dan
kalkulasi yang diperlukan dan harus dipenuhi agar
perancangan MCC tersebut mempunyai tingkat jaminan
keandalan, Iaktor keamanan dan mampu beroperasi lama.
Adapun parameter spesiIikasi teknis dan kalkulasi tersebut
antara lain : tinggi lokasi pemasangan instalasi MCC, jenis
panel MCC, tegangan dan Irekuensi system, arus hubung
singkat, data teknis motor listrik dan kuantitas motor,
susunan MCC, Busbar, MCP ( Motor Circuit Protector ),
kontaktor magnetic, kontak Bantu, relai pengaman, traIo
control, kontrol Iuse, kabel control, konduktor penghubung
antara MCP dan bus vertical, mechanical interlock,
mekanisme drawout, lampu indikasi, metering, test switch,
Start-stop push button, heater, pelat nama, tuas yang dapat
dikunci, pengecatan panel dan indeks proteksi.


IV. PERHITUNGAN SERTA ANALISA
PERENCANAAN MCC TEGANGAN RENDAH

4.1 Perhitungan Hubung Singkat
Dalam merencanakan sebuah MCC terlebih dahulu
harus mengetahui berapa arus hubung singkat yang terjadi
pada sebuah bus dimana terjadinya gangguan hubung
singkat. Arus hubung singkat yang terjadi pada system
adalah 7,93kA dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

total
Z
Un
I
. 1 , 1 . 3
=


4.2 Perhitungan serta analisa dalam memilih
komponen utama MCC
4.2.1 Perhitungan Bus bar Horisontal
Berdasarkan manuIaktur MCC bermerek Cutler-
Hammer, terdapat beberapa ukuran kapasitas arus bus bar
horisontal, yaitu dengan ampacitv 800 A, 1200 A, 1400 A,
1600 A, 2000 A, 2500 A dan 3200 A. Karena kapasitas
minimum yang disyaratkan pada bus bar horisontal adalah
1084,2A maka ukuran bus bar horisontal yang dipilih adalah
1200 A.

4.2.2 Kalkulasi Bus bar Vertikal
Berdasarkan manuIaktur MCC bermerek Cutler-
Hammer, ukuran minimal bus bar vertikal adalah 300 A.
Akan tetapi ukuran ini berlaku jika aransemen MCC
merupakan jenis front mounted panel. Jika aransemen MCC
berjenis back to back mounted panel maka ukuran minimal
bus bar vertikal adalah 400 A.
Mengacu pada hasil perhitungan di atas dan aransemen
MCC back to back mounted panel maka dipilih ukuran bus
bar vertikal untuk semua lemari adalah 400 A.

4.2.3 Bus Bracing
Berdasarkan data hasil studi arus hubung singkat di
PLTP dimana tugas akhir ini dilakukan didapatkan angka
7,93 kA rms svmmetrical pada sistem 380 Volt. Dengan
demikian dipilih 42 kA rms svmmetrical sebagai ukuran bus
bracing.

4.2.4 Kalkulasi MCP
Berdasarkan hasil kalkulasi dipilih tipe MCP yang
mempunyai arus kontinyu 400 A dan arus waktu seketikanya
1750 A 3500 A.

4.2.5 Kontaktor Magnetik
Berdasarkan data teknis motor didapatkan daya kuda
atau HP motor, yaitu 200 HP. Ketahanan terhadap arus
hubung singkat sama dengan ukuran bus bracing yaitu 42
kA rms svmmetrical.

4.2.6 Konduktor Penghantar (Power) di Unit Starter.
Mengacu pada standar NEC konduktor penghantar
pada unit starter harus mempunyai ratting ampacitv minimal
125 dari arus beban penuh motor.

4.3 Spesifikasi Perancangan MCC
MCC ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga
selama pengoperasian dan proses pemeliharaannya
mempunyai Iaktor keamanan yang tinggi. Perancangan ini
meliputi : ruangan MCC, panel MCC, bus bar, MCP,
kontaktor magnetik, relai pengaman, konduktor penghantar
antara MCP dan bus bar vertikal, kabel kontrol, heater, kabel
kompartemen, lampu indikasi, start-stop push button,
kontak bantu rangkaian sistem heater motor, Iasilitas
penguncian, test switch, kabel lug, grounding, pelat nama,
dan pengecatan akhir.

4.3.4 Simulasi Sistem Kontrol dalam Perencanaan MCC
Tegangan Rendah dengan Menggunakan Power Plot
versi 2.5
Mengingat keterbatasan alat yang dimiliki oleh sebab
itu dalam perencanaan MCC tegangan rendah ini, mencoba
mensimulasikan diagram kontrol garis tunggal seperti yang
terlihat pada lampiran . Dimana program yang digunakan
adalah 'Power Plot versi 2.5. Hasil dari simulasi ini dapat
berupa graIik unjuk kerja dari data-data masukan
perhitungan masing-masing komponen dalam perencanaan
MCC tegangan rendah. Tetapi karena keterbatasan Iasilitas
software yang digunakan maka hanya beberapa komponen
6
saja yang dapat didemontrasikan, seperti Motor Circuit
protector, motor pompa, pengaman beban lebih dan thermal
magnetic circuit breaker.


4.3.5 Simulasi unjuk kerja dari masing-masing
komponen
Untuk mengetahui unjuk kerja dari masing-masing
komponen dalam perencanaan MCC tegangan rendah ini,
penulis menggunakan 'POWER PLOT VERSI 2.5 dimana
dengan cara membuat input data hasil perhitungan. Data-data
bersebut dapat di plot dengan menggunakan Power Plot
sebagai berikut:

Input data
1. Motor Circuit Protector (MCP)
Device :MCP, I Batasan trip : 2000-4000A, I Trip : 3000A,
ManuIacture : Westinghouse, Daya kuda : 200HP, Tipe :
MCP, Kurva OLR Thermal : Yes, Batas arus : 400A, Kelas :
10, I hs maks : 7932 A, Service faktor: 1,15, Tegangan :
380V


Gambar 4.1 GraIik unjuk kerja MCP

2. Motor pompa
Device : motor pompa, Daya kuda : 200 HP, Tegangan :
380V, FLA aktual : 278A, Jenis starter : wye-delta

Gambar 4.2 GraIik unjuk kerja motor pompa


3. Pengaman beban lebih
Device : Overload relay, ManuIaktur : Multilin, Tipe :
SR469, DeIiasi: 6 x Ila : 1668A, Tegangan : 110VDC, CT
Primer : 2A, Arus beban penuh : 278A, Service: 1,15, Delay
(sec) : 0,5

Gambar 4.3 GraIik unjuk kerja overload relav





7
4.3.5Simulasi Unjuk Kerja Penggabungan Beberapa
Komponen Sistem Kontrol MCC Tegangan Rendah
Dari hasil penggabungan beberapa komponen dalam
perencanaan sistem kontrol MCC tegangan rendah dapat di
buat berupa Plot, dimana hasil out-putnya berupa graIik
unjuk kerja seperti yang terlihat pada lampiran berikut ini.

Gambar 4.5 GraIik unjuk kerja penggabungan komponen

Dari graIik unjuk kerja tadi dapat diketahui ketika
motor diasut bintang maka motor akan bekerja beberapa saat
kemudian pindah ke delta pada keadaan normal. Dalam
keadaan normal itu pula MCP tidak akan bekerja meskipun
ada perubahan arus secara mendadak karena masih di bawah
range misalkan ketika arus start motor sebesar 278 A dan
berubah naik menjadi 550A ( stabil ) setelah 7 detik. Setting
MCP unutk batasan trip 2000A-4000A, maka pada saat
motor diasut MCP tidak akan bekerja. MCP akan bekerja
apabila terjadi hubung singkat sebesar 7932 A. Untuk kerja
Overload Relav adalah ketika motor bekerja secara normal
maka relay tidak akan bekerja apabila terjadi gangguan
karena relay akan bekerja dengan range arus antara 280
1668 A. Bila terjadi gangguan pada motor berupa kenaikan
arus maka relay akan memberikan input mengaktiIkan MCP
agar motor berhenti bekerja. Fungsi dari Iuse adalah untuk
mengamankan peralatan kontrol bila terjadi gangguan pada
sistem.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Desain MCC telah dirancang menggunakan standar
ANSI C.37 dengan memperhitungkan dan
mempertimbangkan : peruntukan penggunaan alat,
memperhitungkan Iaktor keamanan pengguna dan
alat MCC tersebut.

2. MCC telah dirancang untuk diletakkan di dalam
ruangan tertutup agar terlindung dari pengaruh
cuaca yang dapat mempengaruhi unjuk kerja dari
sistem tersebut sehingga memenuhi IP 54. Semakin
tinggi Iaktor tingkat jaminan keamanan pada MCC
maka tingkat keandalan semakin tinggi dan usia
operasi MCC semakin lama.

3. Dalam perencanaan ini, berdasarkan katalog
dengan standar ANSI C.37 dan perhitungan arus
hubung singkat dirancang agar dapat bekerja secara
maksimal sehingga operasi motor pompa dapat
selalu terjaga.



5.2. Saran
Dalam perencanaan MCC untuk motor pompa ini
seluruhnya menggunakan standar ANSI C.37
dikarenakan standar yang dimiliki Indonesia yakni
PUIL 2000 tidak menjelaskan secara detail peraturan
pemasangan MCC. Hendaknya untuk yang akan datang
di harapkan PUIL dapat mengatur pemasangan MCC.
















































8
Pembimbing II






Mochammad Facta, ST MT
NIP. 132 231 134
Pembimbing I






DR.Ir. Hermawan, DEA
NIP. 131 598 857



DAFTAR PUSTAKA
1. ANSI / IEEE Std 242, ' IEEE Recommended
Practice for Protection and Coordination of
Industrial and Commercial Power Svstems ' ,
New York, 1986.
2. Arok, Muhammad, ' Petunjuk Teknis ' ,
Chevron, 2005
3. ChevronTexaco Energy Technology Co, ' 100
Svstem Design ' , 1996
4. ChevronTexaco Energy Technology Co, ' 400
Svstem Design ', 1996
5. ChevronTexaco Energy Technology Co, ' Low
Joltage Metal- Enclosed AC Power Circuit
Breaker Switchgear ` , 2004
6. Cuttle-Hammer, 'Distribution and Control,
Consulting Application Catalog 12th Edition` ,
EATON COMPANY, 1999
7. Deshpande, M, V,Electric Motors. Aplication
and Control`, Wheller, 1990.
8. G. F, Donald, Wayne Beaty, H. , ' Standard
Handbook for Electrical Engineers 13th
Edition ' , McGraw-Hill, New York, 1993.
9. Gonen Turan, ' Electric Power Transmision
Svstem Engineering Analvsis and Design `,
John Wiley & Sons Inc., Singapore, 1988.
10. Lister, Eugene, C, 'Mesin dan Rangkaian
Listrik, Erlanga, Jakarta, 1993
11. McPartland, J. F., ' National Electrical Code
Handbook 17th

Edition, McGraw-Hill, New
York, 1981.
12. NETA,` Acceptance Testing Specifications for
Electric Power Distribution Equipment and
Svstems`, Colorado, 1991.
13. Powell Electrical ManuIacturing Co., Powell
Technical Brief , Texas, 2001.
14. Rijono,Yon, Drs, Edisi Revisi, Dasar Teknik
Tenaga Listrik, Andi, Yogya, 2004
15. Setiawan, E, Ir, van Harten, P, 'Intalasi Arus
Kuat 1, Bina Cipta Bandung ,1991.
16. Stevenson, D. William, ' Analisis Sistem
Tenaga Listrik ' , Erlangga, Jakarta, 1996.
17. Suhendri, Reli, ST ' Perancangan MCC
Cooling Tower Fan Berdasarkan ANSI dan
NEMA di PLTP Drj-Unit II Amoseas
Indonesia Inc , Garut, 2000
18. Wirawan, Ir, Motor Protection of Industial
Power Svstem`, PT. Jalamas Berkatama, 2002.





















Mengetahui / Mengesahkan :
Dosen Pembimbing















Yos Mavenso
Mahasiswa Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Semarang, dengan pilihan
konsentrasi Tenaga listrik.

You might also like