STUDI PERENCANAAN MO1OR COA1ROL CEA1ER (MCC) DENGAN STARTER BINTANG
SEGITIGA BERDASARKAN STANDAR ANSI DAN NEMA Yos Mavenso (L2F 302 536) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Abstrak Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Darafat Unit II ini pompa air di daerah Cipandav ini berfungsi untuk memompa air dari sungai vang kemudian diteruskan ke sebuah bak penampungan vang kemudian air ini disalurkan menufu sumur infeksi. Disamping parameter-parameter vang lainnva. Mengingat sangat pentingnva motor pompa tersebut, sehingga motor-motor listrik vang digunakan dituntut untuk dapat beroperasi secara handal. Karena fungsi vang penting tersebut, dibutuhkan kualitas produk pengontrolan motor vang baik Kehandalan produk MCC (Motor Control Center) ditentukan kualitas standar perencanaan vang melibatkan faktor keamanan didalam perhitungan dan spesifikasi teknis perencanaan vang diharapkan menghasilkan umur operasi MCC vang panfang dan fuga tingkat keamanan vang terfaga dengan baik Untuk memenuhi hal tersebut diatas maka barometer standar vang digunakan adalah "ANSI" ( American National Standar Institute) Komponen-komponen utaina dalam perencanaan sebuah MCC adalah Bus-bar, Motor Circuit Protector, kontaktor magnetik, relai pengaman, trafo kontrol. Komponen-komponen tersebut dirangkai menfadi satu, kesatuan sehingga dapat mengontrol motor pompa pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Pemilihan komponen tersebut didasarkan pada perhitungan dan spesifikasi teknis berdasarkan Standar ANSI. Untuk mengetahui kinerfa dari peralatan proteksi tersebut dapat dibuat berupa simulasi dari komponen kontrol tersebut dengan menggunakan Power Plot Jersi 2.5, dimana input datanva diambil dari data-data hasil perhitungan arus hubung singkat vang terfadi pada sistem kelistrikan PLTP Darafat Amoseas Indonesia dan hasil perhitungan setiap komponen utamanva di dukung oleh beberapa tabel ANSI sebagai referensi dalam pemilihan material.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Darajat Unit II ini pompa air di daerah Cipanday ini berIungsi untuk memompa air dari sungai yang kemudian diteruskan ke sebuah bak penampungan yang kemudian air ini disalurkan menuju sumur injeksi. Kerja pompa ini bergantung dari tinggi permukaan dari bak penampungan tersebut. Kebutuhan daya listrik motor di suplai oleh suatu peralatan yang disebut Motor Control Center (MCC). Selain Iungsi tersebut, MCC juga berIungsi sebagai pusat pengontrolan operasi motor listrik. Mengingat sangat pentingnya pompa tersebut sehingga motor-motor listrik yang digunakan dituntut untuk dapat beroperasi secara handal. Dengan Iungsi strategis tersebut, dibutuhkan kualitas produk MCC yang handal. Keandalan produk MCC ditentukan oleh kualitas standar perancangan yang melibatkan Iaktor keamanan didalam perhitungan dan spesiIikasi teknis perancangan. Selain ltu juga harus melibatkan Iaktor kemudahan pengoperasian yang akan mengurangi terjadinya kesalahan pengoperasian. Kemudahan pemeliharaan akan mempermudahi bagi pihak petugas pemelihara untuk menjaga agar perIormance MCC sesuai dengan spesiIikasi perancangan . Kombinasi semuanya ini . akan menghasilkan umur operasi MCC yang panjang dan juga tingkat keamanan yang selalu terjaga dengan baik. Umum didalam dunia kelistrikan, teknologi MCC dikuasai oleh Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Dengan demikian kaidah maupun standar perancangan alat tersebut juga akan mengacu pada standar Amerika yang umumnya diwakilkan oleh standar ANSI, NEMA, NEC dan IEEE. Adapun standar perancangan di Eropa diwakilkan oleh standar IEC. Oleh sebab itu , untuk memenuhi hal tersebut di atas maka standar yang di gunakan adalah ANSI dan NEMA. Dimana tingkat saIety pada standar tadi lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat standar IEC. Hal ini telah diakui oleh internasional dan banyak digunakan pada industri-industri besar.
1.2 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah : mampu merancang suatu MCC, bertegangan 380 V, sistem tiga Iasa dan 50 Hz menggunakan standard ANSI dan NEMA dengan tingkat keamanan yang tinggi.
1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam perencanaan MCC tegangan rendah ini dengan jenis indoor dengan sistem tegangan rendah 380 V, sistem 3 Iasa dan 50 Hz berbasis pada standar Amerika yaitu standar ANSI dan NEMA. Ada beberapa hal yang tidak penulis bahas diantaranya: 1. Dalam Dalam melakukan pengambilan data arus hubung singkat, tegangan drop diabaikan karena data letak MCC hanya 3 meter dari traIo 2. Komponen kontrol yang tidak dapat disimulasikan unjuk kerjanya diantaranya adalah CPT, bus bar, thermal circuit breaker dan kontaktor magnetik. 3. Perencanaan MCC tegangan rendah ini sebatas simulasi saja yang menggabungan beberapa kornponen utamanya seperti MCP, relai pengaman dan motor pompa kesemuannya itu dirangkai sehingga menjadi rangkaian kontrol dimana keluarannya berupa graIik unjuk kerja.
II. DASAR TEORI 2.1 MCC MCC merupakan pusat pengontrolan operasi motor listrik. Sebagai pusat pengontrolan, artinya suatu MCC mampu mengontrol operasi beberapa motor secara bersamaan. Secara lengkap, yang dimaksud dengan MCC adalah kumpulan beberapa komponen, yaitu motor starter, bus bar dan peralatan kontrol, yang kesemuanya berIungsi untuk melakukan pengontrolan operasi motor listrik dan menempatkan komponen-komponen tersebut di dalam suatu panel-panel yang terintegrasi yang terbuat dari lempengan campuran besi metal dan besi carbon. Satu unit motor starter akan diletakkan di dalam satu unit panel.
2
Gambar 2.1 MCC panel tegangan rendah.
2.2 1enis-1enis MCC. MCC ditinjau dari tegangan yang menyuplainya dan berdasarkan jenis-jenis pengoperasian motornya dapat dibagi sebagai berikut: a. MCC Berdasarkan tingkat tegangan pensuplai Berdasarkan tingkat tegangan yang mensuplai, MCC dapat dibedakan menjadi dua jenis antara lain: 1. MCC bersistem tegangan rendah, dimana level tegangan maksimum adalah 600V. 2. MCC bersistem tegangan menengah, dimana level tegangan maksimum sebesar 7,2KV. Pada aplikasinya, MCC bersistem tegangan rendah dipakai untuk mengontrol operasi motor yang mempunyai tegangan nominal dari Iasa ke Iasa 380V. b. MCC berdasarkan jenis pengoperasian motor Dari jenis pengoperasiannya, dapat dibagi menjadi empat bagian antara lain: 1. Gabungan beberapa komponen (Motor Combination Starter) Dalam proses pengontrolan motor, jenis ini didukung oleh beberapa peralatan utama, antara lain: Moulded case circuit breaker (MCCB) atau Motor Circuit Protector (MCP). Kontaktor magnetik. Relai pengaman gangguan beban lebih (overload relav). TraIo kontrol (control power transIormer).
Pada umumnya jenis ini digunakan dalam proses pengontrolan motor dengan daya kuda maksimum 200HP atau 150 KW dengan sistem tegangan rendah. Keuntungan jenis ini adalah hanya membutuhkan ruangan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena komponen serta peralatan pendukungnya diletakkan dalam suatu panel dan tidak terpisahkan. Keuntungan lainnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyambungan secara draw in dan pencabutan secara draw out antara unit starter dengan bus bar jauh lebih cepat. Hal ini sangat bermanIaat bagi kelangsungan jalannya operasi karena akan mempermudah kerja petugas pemelihara jika unit tersebut mengalami gangguan. Selain itu dengan adanya sistem mechanical interlock, jaminan keamanan akan lebih baik dari sisi pengoperasiannya baik bagi petugas operasi maupun alat ini sendiri.
2. Pengoperasian Secara Manual Pada jenis ini umumnya digunakan untuk mengontrol operasi motor yang mempunyai daya kuda atau HP maksimum sebesar 10 HP. Manual starter hanya berupa suatu on-off saklar yang dioperasikan secara manual dimana alat tersebut sekaligus berIungsi sebagai alat pengaman terhadap gangguan beban lebih. Keuntungan dari tipe ini adalah pada saat tegangan sumber hilang karena posisi saklar masih on sehingga pada saat tegangan sumber kembali normal, motor akan kembali bekerja secara otomatis. Hal tersebut disebabkan karena tidak dilengkapi dengan alat pengaman terhadap gangguan berupa hilangnya atau turunnya tegangan sumber. Akan tetapi jenis ini memiliki kekurangan yakni sistem motor yang otomatis dapat membahayakan petugas maupun bagi peralatan itu sendiri. Selain itu dengan tidak adanya sistem pengamanan terhadap gangguan berupa turunnya tegangan sumber, misalkan pada suatu kondisi tiba-tiba tegangan sumber turun menjadi sebesar 85 dari tegangan nominal maka dengan jumlah kVA yang sama, motor akan menarik arus listrik yang lebih besar dari arus nominalnya. Akibatnya jika penurunan tegangan sumber cukup lama maka akan memperpendek usia motor.
3. Pengaturan Kecepatan Kontrol (Adfustable speed controllers) Ada beberapa jenis motor yang aplikasinya membutuhkan perubahan kecepatan putar dalam melayani beban. Sistem pengontrolan combination starter, manual starter dan motor starter tidak dapat diterapkan pada sistem jenis ini karena ketiga sistem pengontrolan di atas merupakan sistem pengontrolan dengan kecepatan putar yang tetap (Irekuensi motor tetap). Untuk itu dibutuhkan sistem pengontrolan yang berbeda, yang disebut adfustable speed controllers. Sistem ini memungkinkan kecepatan putar operasi motor dapat berubah sesuai dengan keinginan proses operasi. Cara merubah kecepatan putar operasi motor dengan cara merubah Irekuensi tegangan pada sisi motor. Selain itu sistem ini juga dapat diaplikasikan sebagai alat soft starter suatu motor, dimana soft starter ini berIungsi untuk meminimalkan tegangan drop pada saat proses penstarteran motor.
4. Motor Starter Pada jenis ini umumnya digunakan untuk mengontrol operasi motor yang bersistem tegangan menengah. Motor starter jenis ini mempunyai peralatan pendukung berupa: No-load break switch dan fuse atau circuit breaker. Jacuum contactor. Pengaman terhadap gangguan beban lebih.
2.3 Komponen penyusun MCC Sistem Tegangan Rendah Terdapat beberapa komponen utama penyusun MCC , Adapun komponen penyusun suatu MCC dengan gabungan beberapa komponen adalah : Bus bar, baut-mur, washer Isolator pemegang bus bar Circuit Breaker (CB) Kontaktor magnetik Kontak bantu Relai pengaman TraIo kontrol Kabel kontrol Panel Indeks Proteksi
3 2.4 Dasar kerja Motor Combination Starter Sebelum membahas mengenai dasar kerja operasi motor yang menggunakan sistem pengontrolan jenis motor combination starter, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu istilah dan kode pada rangkaian kontrol dan rangkaian motor. Diharapkan dengan mengetahui kode-kode tersebut akan mempermudah memahami konsep dasar pengoperasian motor. Untuk lebih memberikan gambaran, gambar 2.6. dapat dijadikan sebagai gambar acuan. Adapun penjelasan kode huruI maupun kata-kata pada rangkaian tersebut adalah sebagai berikut. 1) Rangkaian motor 480 V, merupakan tegangan Iasa ke Iasa di bus bar MCC. Tegangan ini merupakan tegangan yang mensuplai unit motor. Garis lurus dimana tegangan 480 V berada, merupakan lambang bus bar. MCP, adalah circuit breaker jenis motor circuit protector. M, melambangkan kontaktor magnetik. OL, melambangkan relai pengaman jenis relai beban lebih. Motor, merupakan motor berIasa 3 dan berjenis motor induksi.
2) Rangkaian kontrol Primarv 480 V dan secondarv 120 V, merupakan traIo kontrol dengan rasio tegangan 480/120 V. Fuse, merupakan pengaman gangguan hubung singkat di rangkaian kontrol sisi sekunder traIo kontrol. Start-stop, merupakan saklar untuk menghidupkan atau mematikan motor. Kontak bantu paralel dengan start, merupakan kontak yang akan menjaga agar posisi kontak start selalu dalam posisi tertutup setelah saklar start dihidupkan (holding circuit interlock). M, merupakan koil magnetik dari kontaktor magnetik. OL, merupakan kontak bantu relai beban lebih dengan tipe kontak 'b.
Adapun urutan kerja proses menghidupkan motor adalah sebagai berikut ini : 1. Memasukkan plat-plat kontak pada MCP dengan cara menaikkan toggle MCP ke posisi 1 (merupakan posisi on). Tegangan Iasa ke Iasa 480 V akan muncul dan mensuplai traIo kontrol. Demikian juga tegangan 120 V akan muncul di rangkaian sekunder traIo kontrol. 2. Menekan tombol start. 3. Dengan posisi tombol stop selalu dalam posisi tertutup dan kontak bantu OL merupakan jenis kontak 'b maka rangkaian kontrol menjadi rangkaian tertutup atau loop circuit. 4. Arus listrik akan mengalir ke koil magnetik. Medan magnit yang timbul di koil magnetik akan menarik plat- plat kontaktor magnetik M pada rangkaian motor untuk menutup. 5. Dengan posisi OL pada rangkaian motor merupakan posisi normal maka pada rangkaian motor juga terjadi loop circuit. 6. Dengan demikian akan mengalir arus listrik ke motor sehingga motor akan beroperasi.
Adapun urutan kerja proses berhentinya operasi motor pada saat relai OL bekerja, sebagai berikut ini. 1. Apabila terjadi gangguan beban lebih pada beban, gangguan tersebut akan terdeteksi oleh relai OL. Relai OL tidak langsung bekerja melainkan akan menunggu selang waktu tertentu sesuai setting waktunya untuk beroperasi mengamankan beban. 2. Setelah waktu setting dilewati, relai OL akan bekerja. Dengan bekerjanya relai OL, posisi OL akan berpindah ke posisi tidak normal (normalnya relai tidak akan bekerja). 3. Perpindahan posisi OL dari normal menjadi tidak normal (tidak normal berarti relai bekerja) menyebabkan kontak bantu OL berjenis 'b akan membuka. 4. Dengan terbukanya kontak bantu OL maka terbuka juga rangkaian kontrol atau terjadi open circuit. 5. Arus listrik berhenti mengalir pada rangkaian kontrol. Medan magnit pada koil magnetik menghilang. Dengan menghilangnya medan magnit di koil magnetik menyebabkan plat-plat kontak pada kontaktor magnetik membuka.
Tegangan traIo kontrol pada sisi sekunder masih muncul karena MCP masih dalam posisi on. Adapun urutan kerja proses berhentinya operasi motor pada saat MCP bekerja, sebagai berikut ini. 1. Jika terjadi gangguan hubung singkat Iasa ke Iasa di beban, MCP akan mendeteksi gangguan tersebut dan bekerja dengan cara membuka plat-plat kontaknya jika arus gangguan tersebut melebihi setting arus yang telah di set pada MCP. 2. Jika arus gangguan melebihi setting MCP maka MCP akan bekerja setelah 200 mili detik dari saat MCP mulai mendeteksi ketidaknormalan tersebut. 3. Dengan terbukannya plat-plat kontak MCP maka rangkaian motor merupakan rangkaian yang terbuka. Arus listrik ke motor terhenti sehingga motor berhenti beroperasi.
Tegangan traIo kontrol akan hilang karena dengan terbukanya MCP berarti tegangan traIo kontrol juga menghilang.
2.5 Starting Bintang-Delta Metode ini hanya dapat diterapkan untuk motor baik yang ujungnya berupa tiga gulungan-stator sampai ke terminal maupun koneksi delta yang sesuai dengan tegangan induk (contoh: untuk power suplai 380 V diperlukan sebuah motor dengan 380 V delta/660 V bintang). Metode ini terdiri dari starting motor dengan lilitan yang terhubung bintang; tegangan yang digunakan sama dengan tegangan induk yang dibagi dengan 3 atau sekitar 58 tegangan yang ditentukan. Tegangan ini konstan selama keseluruhan langkah pertama. Tenaga putaran (torsi), yang dikurangi dengan perbandingan kuadrat tegangan, sama dengan sepertiga dari torsi yang dilengkapi dengan suatu motor penggerak langsung dan arus pada saluran suplai dikurangi dengan jumlah yang sama. Sekarang pada setiap lilitan dikurangi hanya dengan perbandingan 0.58 tetapi belum diperhitungkan dari penggunaan sudut pandang ini. Nilai- nilai awal yang khas adalah 2 In untuk arus dan 0.5 Tn untuk Torsi; starting bintang-delta selanjutnya cocok untuk mesin yang memulai tanpa beban atau dengan torsi beban yang rendah. Pada langkah kedua koneksi diubah dari bintang ke delta. Masing-masing lilitan kemudian mempunyai supplv 4 tegangan utama penuh yang digunakan dan motor memulai lagi pada karakteristik normalnya. Torsi motor masih rendah selama periode koneksi bintang dan kecepatan, stabil pada periode ini berakhir, dapat menjadi rendah jika torsi beban mesin tinggi (sebagai contoh pada kasus mesin sentriIugal). Ini mengakibatkan tingginya arus dan torsi selama transisi dari bintang ke delta. Hal ini dapat mendorong starter bintang-delta tidak digunakan pada mesin yang mempunyai karakteristik sentriIugal, khususnya di luar tingkat daya tertentu (misalnya 55 kW). Selanjutnya harus dicatat bahwa arus yang mengalir pada lilitan motor tidak kontinyu karena putus pada saat penghubung bintang dibuka dan kemudian dimulai lagi dengan tiba-tiba, dalam keadaan tegangan induk penuh, ketika penghubung delta tertutup. Mempertimbangkan karakteristik induktiI dari lilitan transisi ke koneksi delta disertai dengan arus puncak transient yang sangat tinggi. Di atas nilai daya tertentu maka sebaiknya menolak penggunaan starting bintang-delta atau untuk menggunakan suatu varian transient yang diijinkan agar dibatasi.
2.6 Sistem Per unit |16|
Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan dimana kilovolt merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan. Karena besarnya daya yang harus disalurkan, kilowatt atau megawattdan kilovolt-ampere atau megavolt-ampere adalah istilah-istilah yang sudah dipakai. Tetapi, kuantitas-kuantitas tersebut di atas bersama-sama dengan ampere dan ohm sering juga dinyatakan sebagai suatu persentase atau per unit dari suatu nilai dasar atau reIerensi yang ditentukan untuk masing- masing. Biasanya megavoltampere dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt adalah kuantitas yang dipilih untuk menentukan dasar reIerensi.
III. PERHITUNGAN SERTA ANALISA PERANCANAAN MCC TEGANGAN RENDAH 3.1 Letak MCC Pada Sistem Dalam proses PLTP Darajat Unit-II agar generator dapat membangkitkan beban perlu adanya alat bantu seperti Hot Well Pump, Auxiliary Cooling Water Pump, Liquid Ring Vacum Pump, Component Cooling Water Pump, Lube Oil Pump, Cooling Tower Fan dan lain sebagainya. Pompa pompa tersebut harus dioperasikan sebagai bagian proses PLTP, sehingga membutuhkan daya sebesar lebih kurang 4 MW. Kebutuhan daya listrik motor di suplai oleh suatu peralatan yang disebut Motor Control Center (MCC). Selain Iungsi tersebut, MCC juga berIungsi sebagai pusat pengontrolan operasi motor listrik. Pompa ini menggunakan tegangan 380V dimana sumber tegangan dari 0NM- SWGR03 tapi sebelumnya menggunakan transIormer penurunan tegangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1 letak dari MCC yang dirancang.
Gambar 3.1 Letak MCC tegangan rendah.
3.2 Syarat Perancangan yang Baik Terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan agar perancangan suatu MCC berhasil dengan baik. Adapun syarat rancangan tersebut meliputi Iaktor teknis, pertimbangan keterjaminan keamanan bagi peralatan maupun petugas operasi dan pemeliharaan, petugas operasi mudah mengoperasikan MCC tersebut, kemudahan bagi pihak pemelihara dan juga pertimbangan Iaktor ekonomis.
3.2.1 Kaidah Teknis |2| Adapun yang maksud dari kaidah teknis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kalkulasi teknis dan spesiIikasi teknis. Kaidah teknis meliputi perhitungan dan kalkulasi.
3.2.2 Tingkat 1aminan Keamanan atau Safety Factor |2| Dengan tingginya Iaktor keamanan suatu peralatan maka semakin kecil kemungkinan terjadinya bahaya bagi manusia maupun bagi peralatan itu sendiri. Dengan sendirinya akan meningkatkan keandalan peralatan dan korelasi yang lebih jauh lagi akan memperpanjang umur operasi peralatan listrik. Faktor keamanan mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan kaidah teknis perancangan dan Iaktor ekonomi.
3.2.3 Kemudahan operasi Pengoperasian merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan di dalam perancangan MCC. Kesalahan pengoperasian dapat menimbulkan bahaya bagi keselamatan petugas pengoperasian dan bagi alat itu sendiri. Dengan demikian, mempermudah cara mengoperasikan MCC akan meminimalkan kesalahan operasi.
5
3.2.4 Kemudahan bagi pihak maintenance Sebagaimana diketahui, panjang pendeknya umur peralatan listrik, keandalan dalam menyediakan pasokan daya listrik dan cepat tidaknya proses perbaikan, juga ditentukan oleh seberapa jauh masalah pemeliharaan diperhatikan. Untuk mempermudah petugas pemelihara melakukan pengecekan, para perancang MCC perlu memberikan Iasilitas yang memepermudah pekerjaan tersebut. Salah satu Iasilitas untuk mempermudah pengecekan itu adalah Iasilitas test position. Fasilitas ini berguna untuk menguji sistem kontrol. Fasilitas yang lainnya adalah ukuran jalur kabel (cable wav) motor di MCC cukup luas sehingga memudahkan petugas pemelihara melakukan pengecekan arus dan tegangan motor. Bagi para perancang, semua kemudahan ini harus dijadikan sebagai dasar untuk merancang MCC.
3.2.5 Faktor Ekonomi |2| Jika seorang perancang menghendaki MCC yang akan dirancang mempunyai tingkat keandalan yang tinggi dan mempunyai umur operasi yang panjang maka si perancang membutuhkan biaya investasi yang juga tinggi. Akan tetapi dengan semakin tingginya keandalan MCC tersebut akan mengurangi biaya pemeliharaan rutin yang dilakukan. Umumnya suatu MCC yang baik dapat dioperasikan selama 30 tahun tanpa mengalami kerusakan yang berarti. Tapi tentu saja dengan metoda pemeliharaan yang benar.
3.3 Parameter Perancangan MCC Terdapat beberapa parameter spesiIikasi teknis dan kalkulasi yang diperlukan dan harus dipenuhi agar perancangan MCC tersebut mempunyai tingkat jaminan keandalan, Iaktor keamanan dan mampu beroperasi lama. Adapun parameter spesiIikasi teknis dan kalkulasi tersebut antara lain : tinggi lokasi pemasangan instalasi MCC, jenis panel MCC, tegangan dan Irekuensi system, arus hubung singkat, data teknis motor listrik dan kuantitas motor, susunan MCC, Busbar, MCP ( Motor Circuit Protector ), kontaktor magnetic, kontak Bantu, relai pengaman, traIo control, kontrol Iuse, kabel control, konduktor penghubung antara MCP dan bus vertical, mechanical interlock, mekanisme drawout, lampu indikasi, metering, test switch, Start-stop push button, heater, pelat nama, tuas yang dapat dikunci, pengecatan panel dan indeks proteksi.
IV. PERHITUNGAN SERTA ANALISA PERENCANAAN MCC TEGANGAN RENDAH
4.1 Perhitungan Hubung Singkat Dalam merencanakan sebuah MCC terlebih dahulu harus mengetahui berapa arus hubung singkat yang terjadi pada sebuah bus dimana terjadinya gangguan hubung singkat. Arus hubung singkat yang terjadi pada system adalah 7,93kA dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
total Z Un I . 1 , 1 . 3 =
4.2 Perhitungan serta analisa dalam memilih komponen utama MCC 4.2.1 Perhitungan Bus bar Horisontal Berdasarkan manuIaktur MCC bermerek Cutler- Hammer, terdapat beberapa ukuran kapasitas arus bus bar horisontal, yaitu dengan ampacitv 800 A, 1200 A, 1400 A, 1600 A, 2000 A, 2500 A dan 3200 A. Karena kapasitas minimum yang disyaratkan pada bus bar horisontal adalah 1084,2A maka ukuran bus bar horisontal yang dipilih adalah 1200 A.
4.2.2 Kalkulasi Bus bar Vertikal Berdasarkan manuIaktur MCC bermerek Cutler- Hammer, ukuran minimal bus bar vertikal adalah 300 A. Akan tetapi ukuran ini berlaku jika aransemen MCC merupakan jenis front mounted panel. Jika aransemen MCC berjenis back to back mounted panel maka ukuran minimal bus bar vertikal adalah 400 A. Mengacu pada hasil perhitungan di atas dan aransemen MCC back to back mounted panel maka dipilih ukuran bus bar vertikal untuk semua lemari adalah 400 A.
4.2.3 Bus Bracing Berdasarkan data hasil studi arus hubung singkat di PLTP dimana tugas akhir ini dilakukan didapatkan angka 7,93 kA rms svmmetrical pada sistem 380 Volt. Dengan demikian dipilih 42 kA rms svmmetrical sebagai ukuran bus bracing.
4.2.4 Kalkulasi MCP Berdasarkan hasil kalkulasi dipilih tipe MCP yang mempunyai arus kontinyu 400 A dan arus waktu seketikanya 1750 A 3500 A.
4.2.5 Kontaktor Magnetik Berdasarkan data teknis motor didapatkan daya kuda atau HP motor, yaitu 200 HP. Ketahanan terhadap arus hubung singkat sama dengan ukuran bus bracing yaitu 42 kA rms svmmetrical.
4.2.6 Konduktor Penghantar (Power) di Unit Starter. Mengacu pada standar NEC konduktor penghantar pada unit starter harus mempunyai ratting ampacitv minimal 125 dari arus beban penuh motor.
4.3 Spesifikasi Perancangan MCC MCC ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga selama pengoperasian dan proses pemeliharaannya mempunyai Iaktor keamanan yang tinggi. Perancangan ini meliputi : ruangan MCC, panel MCC, bus bar, MCP, kontaktor magnetik, relai pengaman, konduktor penghantar antara MCP dan bus bar vertikal, kabel kontrol, heater, kabel kompartemen, lampu indikasi, start-stop push button, kontak bantu rangkaian sistem heater motor, Iasilitas penguncian, test switch, kabel lug, grounding, pelat nama, dan pengecatan akhir.
4.3.4 Simulasi Sistem Kontrol dalam Perencanaan MCC Tegangan Rendah dengan Menggunakan Power Plot versi 2.5 Mengingat keterbatasan alat yang dimiliki oleh sebab itu dalam perencanaan MCC tegangan rendah ini, mencoba mensimulasikan diagram kontrol garis tunggal seperti yang terlihat pada lampiran . Dimana program yang digunakan adalah 'Power Plot versi 2.5. Hasil dari simulasi ini dapat berupa graIik unjuk kerja dari data-data masukan perhitungan masing-masing komponen dalam perencanaan MCC tegangan rendah. Tetapi karena keterbatasan Iasilitas software yang digunakan maka hanya beberapa komponen 6 saja yang dapat didemontrasikan, seperti Motor Circuit protector, motor pompa, pengaman beban lebih dan thermal magnetic circuit breaker.
4.3.5 Simulasi unjuk kerja dari masing-masing komponen Untuk mengetahui unjuk kerja dari masing-masing komponen dalam perencanaan MCC tegangan rendah ini, penulis menggunakan 'POWER PLOT VERSI 2.5 dimana dengan cara membuat input data hasil perhitungan. Data-data bersebut dapat di plot dengan menggunakan Power Plot sebagai berikut:
Input data 1. Motor Circuit Protector (MCP) Device :MCP, I Batasan trip : 2000-4000A, I Trip : 3000A, ManuIacture : Westinghouse, Daya kuda : 200HP, Tipe : MCP, Kurva OLR Thermal : Yes, Batas arus : 400A, Kelas : 10, I hs maks : 7932 A, Service faktor: 1,15, Tegangan : 380V
Gambar 4.1 GraIik unjuk kerja MCP
2. Motor pompa Device : motor pompa, Daya kuda : 200 HP, Tegangan : 380V, FLA aktual : 278A, Jenis starter : wye-delta
Gambar 4.2 GraIik unjuk kerja motor pompa
3. Pengaman beban lebih Device : Overload relay, ManuIaktur : Multilin, Tipe : SR469, DeIiasi: 6 x Ila : 1668A, Tegangan : 110VDC, CT Primer : 2A, Arus beban penuh : 278A, Service: 1,15, Delay (sec) : 0,5
Gambar 4.3 GraIik unjuk kerja overload relav
7 4.3.5Simulasi Unjuk Kerja Penggabungan Beberapa Komponen Sistem Kontrol MCC Tegangan Rendah Dari hasil penggabungan beberapa komponen dalam perencanaan sistem kontrol MCC tegangan rendah dapat di buat berupa Plot, dimana hasil out-putnya berupa graIik unjuk kerja seperti yang terlihat pada lampiran berikut ini.
Gambar 4.5 GraIik unjuk kerja penggabungan komponen
Dari graIik unjuk kerja tadi dapat diketahui ketika motor diasut bintang maka motor akan bekerja beberapa saat kemudian pindah ke delta pada keadaan normal. Dalam keadaan normal itu pula MCP tidak akan bekerja meskipun ada perubahan arus secara mendadak karena masih di bawah range misalkan ketika arus start motor sebesar 278 A dan berubah naik menjadi 550A ( stabil ) setelah 7 detik. Setting MCP unutk batasan trip 2000A-4000A, maka pada saat motor diasut MCP tidak akan bekerja. MCP akan bekerja apabila terjadi hubung singkat sebesar 7932 A. Untuk kerja Overload Relav adalah ketika motor bekerja secara normal maka relay tidak akan bekerja apabila terjadi gangguan karena relay akan bekerja dengan range arus antara 280 1668 A. Bila terjadi gangguan pada motor berupa kenaikan arus maka relay akan memberikan input mengaktiIkan MCP agar motor berhenti bekerja. Fungsi dari Iuse adalah untuk mengamankan peralatan kontrol bila terjadi gangguan pada sistem.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Desain MCC telah dirancang menggunakan standar ANSI C.37 dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan : peruntukan penggunaan alat, memperhitungkan Iaktor keamanan pengguna dan alat MCC tersebut.
2. MCC telah dirancang untuk diletakkan di dalam ruangan tertutup agar terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat mempengaruhi unjuk kerja dari sistem tersebut sehingga memenuhi IP 54. Semakin tinggi Iaktor tingkat jaminan keamanan pada MCC maka tingkat keandalan semakin tinggi dan usia operasi MCC semakin lama.
3. Dalam perencanaan ini, berdasarkan katalog dengan standar ANSI C.37 dan perhitungan arus hubung singkat dirancang agar dapat bekerja secara maksimal sehingga operasi motor pompa dapat selalu terjaga.
5.2. Saran Dalam perencanaan MCC untuk motor pompa ini seluruhnya menggunakan standar ANSI C.37 dikarenakan standar yang dimiliki Indonesia yakni PUIL 2000 tidak menjelaskan secara detail peraturan pemasangan MCC. Hendaknya untuk yang akan datang di harapkan PUIL dapat mengatur pemasangan MCC.
8 Pembimbing II
Mochammad Facta, ST MT NIP. 132 231 134 Pembimbing I
DR.Ir. Hermawan, DEA NIP. 131 598 857
DAFTAR PUSTAKA 1. ANSI / IEEE Std 242, ' IEEE Recommended Practice for Protection and Coordination of Industrial and Commercial Power Svstems ' , New York, 1986. 2. Arok, Muhammad, ' Petunjuk Teknis ' , Chevron, 2005 3. ChevronTexaco Energy Technology Co, ' 100 Svstem Design ' , 1996 4. ChevronTexaco Energy Technology Co, ' 400 Svstem Design ', 1996 5. ChevronTexaco Energy Technology Co, ' Low Joltage Metal- Enclosed AC Power Circuit Breaker Switchgear ` , 2004 6. Cuttle-Hammer, 'Distribution and Control, Consulting Application Catalog 12th Edition` , EATON COMPANY, 1999 7. Deshpande, M, V,Electric Motors. Aplication and Control`, Wheller, 1990. 8. G. F, Donald, Wayne Beaty, H. , ' Standard Handbook for Electrical Engineers 13th Edition ' , McGraw-Hill, New York, 1993. 9. Gonen Turan, ' Electric Power Transmision Svstem Engineering Analvsis and Design `, John Wiley & Sons Inc., Singapore, 1988. 10. Lister, Eugene, C, 'Mesin dan Rangkaian Listrik, Erlanga, Jakarta, 1993 11. McPartland, J. F., ' National Electrical Code Handbook 17th
Edition, McGraw-Hill, New York, 1981. 12. NETA,` Acceptance Testing Specifications for Electric Power Distribution Equipment and Svstems`, Colorado, 1991. 13. Powell Electrical ManuIacturing Co., Powell Technical Brief , Texas, 2001. 14. Rijono,Yon, Drs, Edisi Revisi, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi, Yogya, 2004 15. Setiawan, E, Ir, van Harten, P, 'Intalasi Arus Kuat 1, Bina Cipta Bandung ,1991. 16. Stevenson, D. William, ' Analisis Sistem Tenaga Listrik ' , Erlangga, Jakarta, 1996. 17. Suhendri, Reli, ST ' Perancangan MCC Cooling Tower Fan Berdasarkan ANSI dan NEMA di PLTP Drj-Unit II Amoseas Indonesia Inc , Garut, 2000 18. Wirawan, Ir, Motor Protection of Industial Power Svstem`, PT. Jalamas Berkatama, 2002.
Mengetahui / Mengesahkan : Dosen Pembimbing
Yos Mavenso Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang, dengan pilihan konsentrasi Tenaga listrik.