You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice). 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat kimiawi, biologis dan fisik dari sawah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanah ini terbentuk karena usaha untuk mempertahankan ketersediaan air bagi tanaman padi selama proses pertumbuhannya. Caranya adalah dengan melakukan penggenangan yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Secara fisika, penggenangan akan berhasil dengan melakukan pelumpuran. Dengan demikian, aggregat tanah akan hancur dan butir tunggal akan menutup pori-pori tanah dan akan menghambat infiltrasi serta permeabilitas tanah. Tepat di bawah lapisan olah tanah akan terpentuk plow pan yang kompak dan kedap air. Secara kimia, penggenangan akan mengakibatkan meningkatnya pH tanah pada kisaran 6,5-7,2 dalam waktu satu bulan. Dekomposisi bahan organik akan melambat karena suasana anaerob. Produk akhirnya juga akan menghasilkan CO2, NH4, CH4, amine, dan H2S, berbeda dengan produk dekomposisi lahan kering (dengan aerase baik dan suasana aerob) seperti CO2, NO3, dan SO4. Pada tanah sawah akan terbentuk dua lapisan semu yang disebut sebagai lapisan oksidasi dan reduksi, seperti yang terlihat pada gambar di halaman sebelah ().

BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 mei 2013 pukul 10.00-selesai WITA. Bertempat di kecamatan kurau. Dan pada tanggal 14- mei 2013 dilakukan di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. 3.1 ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1. pH meter untuk mengukur pH 2. thermometer Alat ini berfungsi sebagai pengukur suhu, baik suhu udara maupun suhu air.
Satuan yang digunakan adalah celcius.

, DO meter, lempeng secchi, refraktometer, tali plastic, planktonet, dan eigmen grab. IV.2 PROSEDUR KERJA a. pH air pengukuran derajat keasaman air dilakukan dengan menggunakan pH meter. b. Suhu air pengukuran suhua air dilakukan dengan memasukkan thermometer ke dalam perairan. c. Salinitas air Salinitas air diukur dengan meneteskan air sawah ke dalam alat ukur refraktometer kemudian dilihat berapa nilai yang tertera dalam skala didalamnya. d. Pengukuran DO Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter yang sebelumnya telah dikaliberasi kemudian dimasukkan ke dalam perairan yang akan diukur DOnya.

e. Kecerahan Penetrasi cahaya diukur dengan menggunakan lempeng secchi yang dikaitkan pada tali penduga. f. Pengukuran Vegetasi Flora dan Fauna Inventarisir flora dan fauna dilakukan dengan metode petak ukur, yaitu dengan membuat petak pengamatan untuk sampling dengan luas 5x5 m2. g. Analisis Fe Kandungan Fe pada air analisa menggunakan instrument Spektroskopi Serapan Atom (SSA). h. Analisis Butiran Batuan Butir batuan dianalisa dengan mengamati ukuran batuan yang ada disekitar sawah i. Analisa Kimia Sedimen 1. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan eigmen grab kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik. 2. Batuan, pasir, lumpur, dan lainnya dianalisis. 3. Sedimen halus ditimbang sebanyak 10 g. lalu dimasukkan kedalam beaker glass 50 ml. kemudian ditambahkan dengan 25 ml akuades. Setelah itu dikocok selama 2 jam, biarkan 1 malam. Keesokkan harinya dikocok lagi selama jam. pH diukur menggunakan pHmeter. 4. Kandungan Fe pada sedimen dianalisa dengan prosedur sebagai berikut: 4.1 Preparasi Sampel Sedimen Sebanyak 1 gram sampel tanah ditambahkan dengan 10cc HCl 0,1N, dimasukkan kedalam botol film dan dikocok selama 5 menit pada kecepatan 2000rpm dan disaring. Filtrate yang terbentik dimasukkan kedalam labu ukur 50cc yang berisi filtrate. Larutan kemudian ditandabataskan dan dikocok. 4.2 Pembuatan Larutan Standar Fe Sebanyak 25 ml larutan induk Fe 1000ppm dipipet , kemudian dimasukkan damal labu ukur 250 ml, ditambahkan akuades sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan Fe sebesar 100 ppm. Dibuat larutan standar Fe dengan konsentrasi 0 ; 2; 4; 6; 8; 10 ppm dari larutan Fe 100 ppm. Larutan standar tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi.

4.3 Penentuan Logam Fe dengan SSA Larutan sampel yang telah dipreparasi langsung diukur serapannya dengan SSA. 5. Sekitar 1 gr contoh sedimen kering ditimbang. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan 10 ml k2Cr2O7 1 N dan H2SO4 pekat. Kocok larutan diatas kain planel yang agak basah dan lunak selama 10 menit. Jjika masih warna hijau , tambahkan lagi larutan k2Cr2O7 1 N dan H2SO4 dan dicatat penambahannnya. Kemudian didinginkan. Ditambahkan akuades sampai tanda batas dan kocok kembali serta diambaksampai 24 jam. Dipipet 10 ml larutan cairan yang jernih dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml, ditambahkan 1 ml H3PO4 pekat dan 2-3 tetes indicator diphenil amin. kemudian dititrasi dengan larutan FeSO4 . 7 H2O 0,2N. prosedur tadi juga dilakukan kembali untuk blanko.

You might also like