You are on page 1of 5

1

PENGUJIAN EFEKTIFITAS DAUN KETAPANG TERMINALIA CATTAPA TERHADAP PERTUMBUHAN APHANOMYCES DAN AEROMONAS HYDROPHILA Siti Rizka Salehah (1200217) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ABSTRAK Upaya penanggulangan penyakit ikan Aeromonas hydrophila dan Aphanomyces sp. pada ikan menggunakan bahan alami dapat menjadi cara yang ekonomis , bahan mudah didapat, mudah diterapkan dan aman bagi lingkungan. Potensi antifungi dan efektivitas ekstrak seduh daun ketapang (Terminalia cattapa), terhadap penghambatan pertumbuhan Aphanomyces sp dan Aeromonas hydrophila. Menggunakan pengujian in vitro. Konsentrasi untuk Aeromonas hydrophila 60 g/l dan untuk Aphanomyces sp sebanyak 40g/l. Kata kunci : Daun ketapang, uji in vitro, Aeromonas hydrophila, Aphanomyces sp. PENDAHULUAN Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit ikan air tawar dari mulai menciptakan lingkungan optimal, karantina, vaksinasi, disinfeksi wabah hingga penggunaan antibiotik. Obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi penyakit ikan berupa antibiotik adalah nitrofuran dan kalium permanganat. Sebagai ikan konsumsi, pengobatan dengan menggunakan antibiotik sangat berbahaya bagi manusia karena akan membentuk residu di dalam tubuh ikan maupun manusia. Selain itu, pemakaian antibiotik sebagai obat utama dalam penanganan suatu penyakit akan menimbulkan resistensi dari bakteri penyebab penyakit. Pemberian antibiotik dengan dosis yang tidak tepat dan dilakukan terus menerus dapat pula menyebabkan pencemaran lingkungan. Dampak lebih jauh ikan-ikan yang mengandung antibiotik melebihi standar tidak laku untuk diekspor. Pasalnya beberapa negara Eropa menerapkan standar antibiotik yang aman. Indonesia sebagai negara tropis memiliki kekayaan tanaman yang berpotensi menjadi obat. Banyak jenis tanaman yang mengandung senyawa yang

bersifat antimikroba. Sejumlah tanaman mengandung senyawa berifat bakterisidal (pembunuh bakteri), dan bakteristatik (penghambat pertumbuhan bakteri). Salah satu penanggulangan penyakit ikan air tawar yang aman dan efisien adalah dengan mengunakan tanaman obat. Fitofarmaka yang digunakan sebagai pengganti antibiotik untuk mengatasi penyakit ikan adalah daun ketapang.

TEORI LANDASAN

Karakteristik Daun Ketapang Ketapang adalah pohon yang mirip pagoda besar, Daun-daunnya berwarna hijau dan menjadi merah terang setelah menua. Ketapang yang mengering dapat melepaskan asam organik seperti humic dan tannin, yang dapat menurunkan pH air, dan menyerap bahan-kimia berbahaya dan memberikan kondisi air yang nyaman bagi ikan. Asam humic, adalah suatu campuran yang komplek pembusukan sebagian bahan-bahan organik. Asam humic dapat dipecah ke dalam dua kelompok berdasar pada ukuran dan polaritas masing-masing komponennya. Pecahan yang lebih kecil yang lebih polar dinamakan asam fulvic dan yang lebih besar yang bukan polar biasanya disebut Asam humic. Asam humic adalah hasil akhir pembusukan bangkai binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang sangat berperan penting dalam kesuburan tanah. Asam tannin, lignin dan fulvic adalah sub kelas dari asam humic. Asam humic dan tannin mungkin sangat bermanfaat untuk banyak orang karena dapat menghambat berbagai jenis bakteri yang membahayakan kesehatan ikan peliharaan. Asam humic dan tannin juga dapat menyerap dan menetralkan racun dari bahan kimia logam berat seperti seng, alumunium dan tembaga. Abah Abror (2012). Uji In Vitro Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa daun ketapang dapat menghambat pertumbuhan 105 cfu/ml bakteri A. Hydrophila. Selain itu uji in vitro menunjukkan bahwa dosis ekstrak daun ketapang terendah yang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. Hydrophila yaitu 60 g/l. Diameter rata-rata zona hambat yang terbentuk adalah 9,5 mm. Zat kimia dalam ekstrak daun

ketapang yang diduga bersifat antibakteri adalah tannin dan flavonoid. Wahjuningrum, dkk (2008:84). Untuk Pengamatan uji penghambatan terhadap pertumbuhan cendawan Aphanomyces sp., dengan menggunakan ekstrak seduh daun ketapang

menunjukkan adanya aktifitas penghambatan. Aktivitas ini ditandai dengan adanya zona bebas cendawan di sekitar kertas Whatman yang telah dicelup ke dalam ekstrak seduh daun ketapang. Konsentrasi terbaik untuk pemakaian daun ketapang adalah 40 g dalam 1 liter pelarut Nuryati, dkk (2005:117).

METODE PENELITIAN Kajian literatur.

PEMBAHASAN

Hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode kertas cakram ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar kertas cakram. Diameter zona bening yang terbentuk diukur lebarnya dan semakin lebar zona bening maka semakin besar pula daya antibakterinya. Uji in vitro dilakukan untuk melihat aktivitas antibakteri dari ekstrak daun ketapang terhadap bakteri A. hydrophila dengan metode KirbyBauer atau kertas cakram. Setelah melakukan pengujian, terbukti bahwa ekstrak daun ketapang memiliki sifat antibakteri. ekstrak daun ketapang yang efektif untuk menghambat atau membunuh bakteri A. Hydrophila adalah yang memiliki dosis optimum yaitu 60 g/l. Ekstrak daun ketapang pada dosis 60g/l memiliki kekuatan antibiotik-antibakteri sedang karena diameter rata-rata zona hambatnya 9,5 mm. Hal ini didasarkan pada Davis Stout dalam Hasim (2003) yang menyatakan bahwa daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10 20 mm (kuat), diameter hambat 5 10 mm (sedang), dan diameter hambat 5 mm atau kurang (lemah). Dari hasil pengujian in vitro terhadap Aphanomyces sp., menunjukkan adanya potensi antifungal yang terdapat pada daun walaupun harus diberikan dalam konsentrasi yang tinggi. Tingginya konsentrasi ekstrak seduh yang harus

dipakai untuk menghambat pertumbuhan cendawan mengakibatkan efisiensi ekstrak seduh daun ketapang sangat rendah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor pelarut (menstrum) air yang dipakai.

PENUTUP

Kesimpulan a. Daun ketapang berpotensi sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Dosis ekstrak daun ketapang sebesar 60 g/l merupakan dosis terendah yang efektif untuk menghambat pertumbuhan A. Hydrophila pada uji in vitro. b. Daun ketapang menunjukkan aktivitas antifungi terhadap Aphanomyces sp. pada media biakan GYA secara in vitro. Daun yang memberikan aktivitas penghambatan terbaik dalam adalah daun ketapang dengan konsentrasi 40 g dalam 1 liter pelarut.

Saran Penambahan data yang lebih lengkap dan gambar yang lebih jelas diharapkan bisa melengkapi kekurangan pada karya tulis ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA Abah abror.2012.Daun Ketapang dan Manfaatnya.[online]. Tersedia:

http://lelesangkuriangabah.wordpress.com.[07 april 2013]. D, Wahjuningrum., dkk.2008.PEMANFAATAN cattapa PATIN UNTUK EKSTRAK PENCEGAHAN hypophthalmus DAUN DAN YANG

KETAPANG PENGOBATAN

Terminalia IKAN

Pangasionodon

TERINFEKSI Aeromonas hydrophila.Jurnal Akuakultur Indonesia.7,(1),7994. Hasim. 2003. Menanam rumput, memanen antibiotik. [online]. Tersedia: Http://www.Kehati.or.id.[07 april 2013].

S,

Nuryati.,

dkk.2005.KAJIAN

POTENSI

ANTIFUNGI

KETAPANG

(Terminalia cattapa L), SIRIH (Piper betle L), JAMBU BIJI (Psidium guajava L), DAN SAMBILOTO (Andrographis peniculata (Burm. F) Ness) TERHADAP PERTUMBUHAN CENDAWAN AKUATIK Aphanomyces SECARA IN VITRO.Jurnal Akuakultur Indonesia.4, (2),115123.

You might also like