You are on page 1of 27

I.

PEMERIKSAAN FUNGSI HATI


Fungsi hati dapat dibagi dalam fungsi metabolisme, fungsi sintesis, fungsi eksresi, fungsi penyimpanan dan fungsi detoksifikasi( penawar racun). Namun hanya sebagian kecil yang dapat diukur dengan tingkat produknya dalam darah. Tes fungsi hati (LFTs atau LFS) yang meliputi enzim hati, adalah tes yang dirancang untuk memberikan informasi tentang kondisi hati seseorang. Tes fungsi hati (LFTs) mengukur konsentrasi berbagai protein dan enzim yang berbeda dalam darah, baik dihasilkan oleh sel-sel hati atau dilepaskan ketika sel-sel hati mengalami kerusakan. Kebanyakan penyakit hati awalnya hanya menimbulkan gejala ringan, tetapi sangat penting bila penyakit ini terdeteksi secara dini. Keterlibatan hati dalam beberapa penyakit dapat menjadi sangat penting. Tidak ada tes tunggal yang dapat memberikan ukuran keseluruhan fungsi hati. Sebaliknya kelompok nilai yang terukur ditafsirkan secara kolektif untuk menentukan kemungkinan penyakit hati, penyebab dan tingkat keparahan penyakit.Pengujian ini dilakukan oleh teknolog medis pada serum/plasma pasien.1, 2, 3 Sebuah langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah tes darah sederhana untuk menentukan adanya enzim hati tertentu (protein) dalam darah. Dalam keadaan normal, enzim-enzim ini berada dalam sel-sel hati. Tapi ketika hati terluka karena alasan apapun, enzim ini masuk ke dalam aliran darah. Peningkatan enzim hati dapat menggambarkan kerusakan sel hati atau adanya kolestatis. Enzim adalah protein yang hadir seluruh tubuh, masing-masing dengan fungsi yang unik. Enzim membantu mempercepat (mengkatalisis) reaksi kimia rutin dan diperlukan dalam tubuh.1, 2, 3 Enzim hati yang disintesis oleh sel hati sendiri adalah AST ( AspartateTransaminase), ALT ( Alanine Aminotransferase), ALP (Alkaline Phosphatase), GGT ( gamma Glutamyltransferase). AST dan ALT terdapat dalam sitoplasma. Pada kerusakan sitoplasma sel hati, enzim-enzim ini akan meningkat. AST juga ditemukan dalam mitokondria dan kadarnya akan meningkat pada kerusakan mitokondria sel hati. Enzim yang terdapat pada kanalikuli bilier adalah ALP dan GGT. Enzim- enzim 1|Te s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

ini meningkat pada kerusakan kanalikuli biliaris. Pelepasan enzim oleh sel hepar terjadi dengan berbagai mekanisme. Salah satu mekanisme adalah terjadinya cedera sel hati yang menyebabkan kerusakan ireversibel disertai kebocoran enzim sitoplasma.1 Pada kerusakan sel hati ringan, dimana sintesis enzim belum terganggu, akan dijumpai peningkatan aminotransferase. Tetapi, pada nekrosis sel hati dimana sintesis enzim belum terganggu, tidak dijumpai peningkatan aminotransferase. Mekanisme lain adalah penumpukan asam empedu karena obstruksi yang mengakibatkan pelepasan enzim ALP dan GGT.2

I.1.Tujuan Tes Fungsi Hati


Tes ini dapat digunakan untuk : 1. Mendeteksi kehadiran penyakit hati, 2. Membedakan antara berbagai jenis gangguan hati/mendiagnosis penyakit, 3. Mengukur tingkat kerusakan hati/ mengukur berat ringannya penyakit,

4. Mengikuti perkembangan terhadap pengobatan. Beberapa atau semua


pengukuran ini juga dilakukan (biasanya sekitar dua kali setahun untuk kasus rutin) pada orang-orang yang memakai obat tertentu-misalnya antikonvulsan untuk memastikan bahwa obat tersebut tidak merusak hati seseorang.2,3,4

I.2. Pengelompokkan Tes Fungsi Hati 4


Tes-tes ini dapat dikelompokkan dalam tiga kategori utama, antara lain: 1. Peningkatan enzim aminotransferase ( juga dikenal sebagai transaminase), yaitu SGPT, dan SGOT, biasanya mengarah pada perlukaan atau inflamasi hepatoselular. 2. Keadaan patologis yang mempengaruhi sistem empedu intra dan ekstrahepatis dapat menyebabkan peningkatan fosfatase alkali dan gamma glutamil transpeptidase. 2|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

3. Kelompok ketiga merupakan kelompok yang mewakili fungsi sintesis hati, seperti produksi albumin dan faktor pembekuan.

I.3. Yang Termasuk Tes Fungsi Hati :5


a) Aminotranferase, yaitu ALT dan AST 1) Alanine aminotransferase (ALT) - enzim terutama ditemukan di hati, tes terbaik untuk mendeteksi hepatitis 2) Aspartate aminotransferase (AST) - enzim yang ditemukan dalam hati dan beberapa tempat lainnya, terutama otot-otot jantung dan lainnya dalam tubuh b) Alkalin fosfatase (ALP) - enzim yang berkaitan dengan saluran-saluran empedu; sering meningkat ketika enzim tersebut tersumbat. c) Gamma-glutamil transferase(GGT), menentukan disfungsi sel hati atau saluran empedu dan mendeteksi penyakit hati yang diinduksi oleh alkohol d) Albumin - mengukur protein utama yang dibuat oleh hati dan memberitahu seberapa baik hati dalam membuat protein ini. e) Total bilirubin - mengukur semua pigmen kuning bilirubin dalam darah. Tes lainnya yaitu bilirubin langsung, dibuat dalam hati dan sering diminta bersama bilirubin total pada bayi dengan penyakit kuning. f) Waktu protrombin, disintesis oleh hati. Oleh karena itu, pada kerusakan hati yang berat dapat terjadi berkurangnya sintesis faktor koagulasi sehingga waktu protrombin memanjang g) Protein total mengukur albumin dan semua protein lain dalam darah, termasuk antibodi yang dibuat untuk membantu melawan infeksi h) Tes-tes lain yang dapat digunakan untuk menilai fungsi hati termasuk 5'nucleotidase, dan bilirubin serta urobilinogen dalam urin Tes tersebut dilakukan ketika terdapat gejala mencurigakan dari kondisi hati, seperti penyakit kuning, urin berwarna gelap dan buang air besar berwarna terang, mual, muntah dan diare, hilangnya nafsu makan, muntah darah, buang air besar 3|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

berdarah atau hitam, bengkak atau sakit di perut; perubahan berat badan yang tidak biasa, atau kelelahan dan kehilangan stamina. Satu atau lebih dari tes ini dapat diminta ketika seseorang telah atau mungkin telah terpapar virus hepatitis, memiliki riwayat keluarga penyakit hati; memiliki konsumsi alkohol berlebihan, atau meminum obat yang dapat menyebabkan kerusakan hati.5

Anamnesis faktor resiko penyakit hati


Perilaku berisiko tinggi Obat-obatan Narkoba IV Asetaminofen Aktifitas seksual berisiko tinggi Obar herbal Tattoo Antikonvulsan Alkoholik Anti tuberkulosa Penyakit sistemik Diabetes Obesitas Hyperlipidemia Hemochromatosis Penyakit Autoimmune Keganasan Chronic inflammatory bowel disease Lain-lain Travelling daerah miskin Terpapar darah/luka jarum suntik Menerima transfusi sebelum tahun 1990 Hemodialysis makanan terkontaminasi

Tabel.1. Faktor Resiko Penyakit Hati6

Pada keadaan terjadinya gagal hati akut, glukosa darah dan pH arteri dapat juga dipertimbangkan sebagai petanda bantuan cadangan fungsional hati. Bilirubin dapat meningkat pada hampir semua tipe patologis hepatobilier.4 Nilai tes fungsi hati biasanya saling tumpang tindih antara berbagai kelainan hati dan kolestasis. Sebagai contoh, obstruksi ekstrahepatis akan menyebabkan peningkatan bilirubin, alkali fosfatase dan gamma globulin, namun juga dapat ditemukan iritasi dan inflamasi sekunder dari hepatosit sebagai akibat obstruksi bilier sehingga sebagai konsekuensinya akan terjadi peningkatan transaminase serum. 4|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

Hal ini juga sebaliknya sering terjadi. Beberapa bentuk tertentu hepatitis dapat menimbulkan berbagai derajat kolestasis dan sebagai konsekuensinya terjadi peningkatan alkali fosfatase dan gamma globulin. Sangat penting untuk mengingat kemungkinan penyakit-penyakit ekstrahepatis, terutama jika pola LFTs nampaknya berbeda dari biasanya atau jika hanya ditemukan satu abnormalitas. Merupakan hal yang sangat jarang, sebagai contoh ditemukan peningkatan kadar SGOT hingga 20 kali normal tanpa peningkatan parameter lain sehingga faktor ekstrahepatis, misalnya otot dan selalu ada kemungkinan terjadi kesalahan laboratorium.4 Oleh karena itu, kombinasi beberapa tes fungsi hati sangat diperlukan pada saat pasien dalam observasi dan disesuaikan dengan tanda klinis. Kadang-kadang diperlukan bantuan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan radiologis ( ultrasonografi, CT-scan. MRI), histopatologis dan serologis.4

I.3.a. Aminotransferase Aminotransferase adalah enzim-enzim yang terdapat dalam sel-sel hati (hepatosit). Merupakan penanda baik jika terjadi kerusakan pada sel-sel hati. Enzim yang termasuk aminotransferase adalah SGOT dan SGPT. Kedua enzim biasanya hadir pada tingkat yang rendah dalam darah. Oleh karena itu jika sel-sel hati rusak, enzim bocor ke dalam darah sehingga jumlahnya meningkat dalam darah. Hampir semua cedera pada sel-sel hati dapat meningkatkan kadar aminotransferase. Namun, tingkat enzim tidak selalu mencerminkan bagaimana beratnya kerusakan hati. Nilai-nilai ini biasanya tinggi pada hepatitis - mungkin 2-50 kali lebih tinggi dari biasanya. Nilai ALT lebih spesifik ke hati daripada nilai AST. Nilai AST juga dapat memberikan indikasi kerusakan otot di tempat lain dalam tubuh. Rasio enzim ini dapat membantu dalam menegakkan perlemakan hati non alkohol dan penyakit hati yang berhubungan dengan alkohol.3, 7 Peningkatan enzim dari ringan sampai sedang biasa terjadi, sering tak terduga dijumpai pada tes skrining darah rutin pada orang yang sehat. Tingkat AST dan ALT dalam kasus seperti itu biasanya antara dua kali batas atas normal dan 5|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

nilainya

beberapa

ratus

unit

liter.

Peningkatan aminotransferase sampai kadar 300 U/L tidak spesifik untuk kelainan hati. Jika didapatkan peningkatan > 1000 U/L kemungkinan terdapat penyakit hepatitis virus, iskemik hati ( karena hipotensi lama atau gagal jantung akut), dan kerusakan hati karena toksin atau obat.1 Perubahan tingkat aminotransferase :6 mild (<5 kali batas atas nilai rujukan), moderate (510 kali batas atas nilai rujukan) marked (>10 kali batas atas nilai rujukan).

Peningkatan aminotransferase ringan/minimal:6 y y Paling banyak dijumpai praktek sehari-hari. Penyebabnya yaitu terjadi gangguan pada ekstrahepatik (terutama bila hanya AST yang meningkat). Oleh sebab itu, perhatikan kondisi klinik yang berkaitan dengan perubahan enzim. Riwayat penggunaan alkohol atau obatobatan, dan fakor resiko hepatitis virus secara teliti untuk mencari penyebab yang mendasari. Peningkatan aminotransferase sedang dan nyata :6 y y Pada cedera hepar akut terjadi kenaikan 10 x batas atas normal. Bila terjadi kenaikan lebih dari 75 x batas atas normal merupakan indikasi hepar sistemik atau toksik. Aminotrasferase ini akan menurun sangat cepat bila sudah mencapai kadar tertinggi.

6|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

Kadar aminotransferase serum pada berbagai penyakit hepar. Hepattis virus akut atau injuri hepar iskemik atau toksik (aminotransferase tertinggi), namun nilai aminotransferase overlap antara hepatitis alkoholik akut dan autoimun, dan pada hepatitis kronik dan sirosis hati. Garis merah menunjukkan batas atas nilai rujukan.

Tabel 2. Kadar aminotransferase pada berbagai penyakit hepar.6

Penebb Injuri iskemik

Antnferase ( nai x URL) >10 - >0

Bilirubin (nilai x URL) <

Keteranan AST>ALT, turun cepat setelah nilai puncak. Rasio ALT/LDH < 1. Terdpt keln. komorbid iskemik. History injuri toksik Penurunan lambat aminotransferase. Terdapat faktor resiko Aminotransferase mendahului kholestasis AST/ALT > . Akut & akut on kronik

Injuri toksik Hep.is viral akut

>10

<

5 10 sampai > 10 5 - 10

Obstruksi bilier akut Hep.is alkoholik

5 - 10

5 10 sampai > 10 5-10 sampai > 10

5 -10

Tabel

3.

Gambaran

biokimiawi
6

beberapa

penyebab

umum

peningkatan

aminotransferase moderat-marked

7|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

I.3.a.1. Aspartate Aminotransferase (AST)/ Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase (SGOT)


AST adalah enzim yang terdapat dalam sel jantung, hati, otot skeletal. Hal ini juga ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil pada jaringan lain, seperti ginjal, otak, pancreas, limpa, paru, leukosit dan eritrosit. Enzim ini akan dikeluarkan ke sirkulasi apabila terjadi kerusakan atau kematian sel. Tingginya kadar enzim ini berhubungan langsung dengan jumlah kerusakan sel. Sebagai contoh, tingkat dalam serum meningkat dengan serangan jantung dan dengan gangguan otot. Oleh karena itu, bukan merupakan indikator yang sangat spesifik dari perlukaan hati. Kerusakan sel akan diikuti dengan peningkatan kadar AST dalam 12 jam dan tetap meningkat selama 5 hari. Tes ini terutama dilakukan bersama dengan tes lainnya (seperti ALT, ALP, dan bilirubin) untuk mendiagnosis dan memantau penyakit hati.1,2,3,8 Hasil Normal Kisaran normal 5-40 IU / L.4 Catatan: IU / L = unit internasional per liter

Hasil Nilai Abnormal Penyakit yang mempengaruhi sel-sel hati meningkatkan kadar SGOT. Namun, peningkatan kadar SGOT sendiri tidak secara spesifik menunjukkan penyakit hati. Peningkatan tingkat SGOT dapat menunjukkan:8 y y y y y y y y Anemia hemolitik akut Pankreatitis akut Gagal ginjal akut Sirosis Serangan jantung Hepatitis Herediter hemochromatosis Infeksi mononukleosis 8|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

y y y y y y y y y y y y

Kurangnya aliran darah ke hati (iskemia hati) Nekrosis hati Tumor hati Multiple trauma Penyakit otot primer Progresif distrofi otot Recent kateterisasi jantung atau angioplasti Recent kejang Recent operasi Luka bakar berat Trauma otot rangka Penggunaan obat yang berefek ke hati

Pertimbangan Kadar SGOT akan naik selama kehamilan dan setelah berolahraga.

I.3.a.2. Alanine Amino Transferase (ALT) / Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT)


SGPT adalah suatu enzim yang terdapat pada jaringan hati, jantung, otot dan ginjal. Kadar yang tinggi terdapat pada jaringan hati. Cedera pada hati menghasilkan pelepasan substansi ini ke dalam darah. Sedangkan di jantung, otot dan ginjal, enzim ini terdapat dalam kadar yang relative rendah. Oleh karena itu berfungsi sebagai indikator yang cukup spesifik pada penyakit hati.1,2,8

Tes ini digunakan untuk menentukan apakah pasien memiliki kerusakan hati. SGPT biasanya meningkat lebih tinggi dari SGOT pada obstruksi saluran empedu. Ratio SGOT:SGPT lebih dari 3:1 ditemukan pada penyakit hati alkoholik. Untuk penyakit hati, SGPT lebih spesifik daripada SGOT.1,8

9|T e s F ung si Ha ti b y A yu P ra se tya ni H TRISAKTI UNIVERSITY

Hasil Normal2,3,8 Kisaran normal dapat bervariasi tergantung beberapa faktor, termasuk usia dan jenis kelamin. Rentang nilai normal juga dapat sedikit berbeda antar laboratorium yang berbeda. untuk nilai SGPT normal yaitu kurang dari 36U / L. Peningkatan kadar SGPT dapat disebabkan:8 y y y y y y y y y y y Pankreatitis akut Celiac penyakit Sirosis Kematian jaringan hati (nekrosis hati) Hepatitis (virus, autoimun) Herediter hemochromatosis Infeksi mononukleosis Kurangnya aliran darah ke hati (iskemia hati) Penyakit hati Tumor hati Penggunaan obat yang berefek ke hati

Sejumlah obat dapat menyebabkan tingkat enzim hati menjadi abnormal. Contohnya termasuk:8 Obat-obatan nyeri seperti: y y y y y y aspirin, acetaminophen, ibuprofen , naproxen , diklofenak fenilbutazon

Obat anti-kejang seperti: y phenytoin (Dilantin),

10 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

y y y

asam valproik (Depakote, Depakote ER, Depakene, Depacon), carbamazepine (Tegretol, Tegretol XR), dan fenobarbital

Antibiotik seperti: y y y y y y y tetrasiklin, sulfonamid, isoniazid (INH), sulfametoksazol, trimetoprim nitrofurantoin, flukonazol dan beberapa antijamur lainnya.

Obat penurun kolesterol seperti: y golongan statin: o o o o o o y lovastatin, pravastatin, atorvastatin, fluvastatin, rosuvastatin, simvastatin, dan

golongan niacin

Obat kardiovaskular seperti: y y y amiodarone, hydralazine, kinidina, dll lain seperti obat antidepresan dari jenis trisiklik

Obat

11 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Obat yang menginduksi kelainan enzim hati, enzim tersebut biasanya akan kembali normal selama seminggu sampai bulan setelah penghentian obat.8

I.3.b. Alkaline Phosphatase (ALP)


ALP merupakan enzim hati yang sering diukur, enzim ini juga ditemukan di semua jaringan tubuh. Jaringan dengan jumlah ALP tinggi terdapat pada hati, saluran empedu, plasenta dan tulang. Enzim ini terutama terlibat dalam diagnosis obstruksi empedu dan biasanya ditemukan pada dinding duktus intra dan ekstra bilier di hati. Jika ditemukan dalam tulang dan plasenta sehingga terjadi peningkatan kadar ALP, mungkin hal ini disebabkan karena masalah di luar hati seperti keganasan.1,3,8,9 Disebut alkaline karena enzim ini bekerja baik pada pH 9. Kadar ALP

tergantung pada umur dan jenis kelamin. Pasca pubertas, ALP terutama berasal dari hati. ALP diperiksa untuk membedakan apakah penyakit berasal dari hati atau tulang. Pada penyakit tulang, enzim ini meningkat sesuai dengan pembentukan sel tulang baru. Pada obstruksi saluran empedu terjadi peningkatan dalam darah karena gangguan ekskresi, sehingga pemeriksaan ALP tunggal bisa memberikan kesalahan interprestasi. Peningkatan nilai ALP > 4 kali kemungkinan disebabkan oleh kolestasis, kanker hati dan penyakit Pagets. Untuk meningkatan ketajaman diagnosis penyebab peningkatan ALP bisa dilakukan pemeriksaan isoenzim. Isoenzim AP-1, 2 untuk penyakit hati, AP-2,1 untuk penyakit tulang, AP-3, 2 untuk penyakit usus, dan AP-4 hanya ditemukan pada wanita hamil karena berasal dari plasenta.1,8 Pasien tidak diperbolehkan makan ataupun minum apapun selama 6 jam sebelum pemeriksaan, kecuali diperbolehkan dokter. Banyak obat yang mempengaruhi tingkat fosfatase alkali dalam darah. Oleh karena itu,dokter mungkin akan memberitahu pasien untuk berhenti minum obat-obatan tertentu sebelum dilakukan pemeriksaan.8

12 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Hasil Normal8

Kisaran

normal

adalah

30-130

IU

L.

Nilai normal dapat sedikit berbeda dari laboratorium ke laboratorium. Nilai ini juga dapat bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin. Tingginya kadar ALP biasanya terlihat pada anak-anak yang mengalami pertumbuhan dan pada wanita hamil. Hasil nilai abnormal8 Lebih tinggi dari nilai normal ALP mungkin karena:

y y y y y y y y y y y y

Anemia Obstruksi empedu Penyakit tulang Penyembuhan fraktur Hepatitis Hiperparatiroidisme Leukemia Penyakit hati Kanker tulang osteoblastik Osteomalacia Penyakit Paget Rakhitis

Tingkat ALP lebih rendah dari normal (hypophosphatasemia) mungkin karena:

y y

Malnutrisi Kekurangan Protein

13 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

I.3.c. Gamma-Glutamyltransferase ( Gamma-Glutamyl Traspeptidase, GGT)


Gamma-glutamil transpeptidase(GGT) adalah tes untuk mengukur jumlah enzim GGT dalam darah. Enzim GGT terutama terdapat di hati, ginjal, saluran empedu dan pancreas. Enzim ini diperiksa untuk menentukan disfungsi sel hati atau saluran empedu dan mendeteksi penyakit hati yang diinduksi oleh alkohol. Sebab GGT ini sangat sensitif terhadap alcohol yang dikonsumsi, sehingga dapat digunakan untuk memantau pengurangan konsumsi alkohol pada pengguna alkohol kronik ataupun pemula. Aktivitas GGT meningkat pada semua bentuk penyakit hati, sehingga tidak selalu benar untuk mendeteksi penyakit hati alkoholik. Biasanya pada penyakit hati alkoholik, GGT serum dapat meningkat hingga > 10 kali nilai normal dengan ALP normal atau meningkat ringan. Rasio GGT/ ALP > 2,5.1,3,6,8 Tes ini lebih sensitive daripada ALP, ALT ataupun AST dalam mendeteksi ikterus obstruktif, kolangitis dan kolestitis. GGT juga digunakan untuk mencari diagnosis banding penyakit hati pada anak-anak dan wanita hamil dengan peningkatan kadar LDH dan ALP. Selain itu GGT juga digunakan sebagai petanda kanker prostat dan metastasis kanker payudara dan kolon ke hati.1,3,8 GGT biasanya juga dilakukan bersama dengan tes lain, seperti tes ALP, untuk membedakan antara gangguan saluran hati ( penyakit hati obstruktif) atau empedu dan penyakit tulang. Alkalin fosfatase (ALP) meningkat pada hati dan penyakit saluran empedu serta penyakit tulang. GGT hanya meningkat pada hati dan penyakit saluran empedu, tetapi tidak pada penyakit tulang. Jadi, seorang pasien dengan ALP tinggi dan GGT normal mungkin memiliki penyakit tulang, tidak hati atau penyakit saluran empedu. GGT ini juga merupakan indikator pada penggunaan alcohol.7,8

14 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Hasil Normal

Kisaran normal adalah 0-51 unit internasional per liter (IU / L). Ada juga sumber yang menyebutkan nilai GGT normal harus kurang dari 60U / L.3,4,8 Hasil Nilai Abnormal Tingkat lebih besar dari yang normal GGT dapat menunjukkan:3,8 y y y y y y y y y y y Gagal Jantung Kolestasis Sirosis Hepatitis Iskemik Hati Nekrosis hati Tumor Hati Penggunaan obat-obatan hepatotoksik Penggunaan alcohol Penggunaan warfarin Penggunaan obat epilepsy seperti phenytoin, dan phenobarbital.

Obat yang dapat meningkatkan kadar GGT yaitu alkohol, Obat yang dapat menurunkan kadar GGT yaitu pil clofibrate dan kelahiran.3,8

I.3.d. Albumin
Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang diproduksi oleh hati dari asam amino yang diambil dari makanan. Albumin tetap dalam darah untuk jangka waktu yang lama sehingga perubahan jumlahnya hanya terjadi pada penyakit hati yang kronis. Albumin berfungsi dalam mengatur tekanan onkotik, sebagai pengangkut nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sampah. Albumin juga membantu pergerakan molekul-molekul kecil dalam darah, termasuk bilirubin, kalsium, progesteron, dan obat-obatan. Hal ini memainkan peran penting dalam menjaga 15 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

cairan darah bocor keluar ke jaringan. Interprestasi hasil pemeriksaan kadar albumin harus dilakukan secara hati-hati.1,2,7,8 Karena albumin dibuat oleh hati, penurunan albumin serum mungkin merupakan tanda penyakit hati. Namun daya cadang hati yang besar menyebabkan kurang sensitifnya pemeriksaan albumin untuk menilai fungsi sintesis hati. Pada keadaan penyakit hati yang luas, baru terjadi penurunan kadar albumin. Selain itu, kadar albumin yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kelainan hati, tetapi dapat juga disebabkan karena adanya kebocoran albumin di tempat lain seperti pada ginjal, usus, kulit yang disebabkan oleh peradangan atau infeksi. Pada penyakit ginjal memungkinkan albumin untuk keluar bersama urin. Penurunan albumin juga dapat disebabkan karena malnutrisi atau diet rendah protein. Malnutrisi dapat menurunkan albumin karena tidak cukup protein yang diserap ke dalam tubuh. Rendahnya tingkat albumin menyebabkan edema perifer, yang merupakan pembengkakan (biasanya dari pergelangan kaki) karena rendahnya tingkat garam dan protein dalam darah. Jadi tes albumin ini dapat membantu menentukan apakah pasien memiliki penyakit hati atau penyakit ginjal, atau jika tubuh tidak menyerap cukup protein.1,8 Hasil normal albumin berkisar 3,4-5,4 gram per desiliter (g / dL).

Hasil Nilai Abnormal2,7,8

Tingkat

lebih

rendah

dari

normal

albumin

dapat

menunjukkan:

y y y y y

Asites Burns (luas) Glomerulonefritis Penyakit hati (misalnya, sirosis hepatitis,, atau nekrosis hepatoseluler) Sindrom malabsorpsi (misalnya, penyakit Crohn, sariawan, atau penyakit Whipple) 16 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

y y y

Malnutrisi Sindrom nefrotik Kehamilan Tambahan kondisi dimana pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:

y y y y y

Nefropati/sklerosis diabetik Ensefalopati Hepatik Sindrom Hepatorenal Tropis sariawan Penyakit Wilson Obat yang dapat meningkatkan pengukuran albumin yaitu anabolik steroid, androgen, hormon pertumbuhan, dan insulin.2,7,8

Globulin Globulin alfa dan globulin gama disintesis dalam hati. Globulin berfungsi sebagai pengangkut beberapa jenis hormon, lipid, logam, dan antibodi. Globulin gama dapat meningkat pada infeksi kronik, penyakit hati, arthritis rheumatoid, myeloma, dan lupus. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan sintesis antibodi. Penurunan kadar globulin dapat dijumpai pada pasien dengan penurunan imunitas, malnutrisi, malabsorbsi, penyakit hati, dan penyakit ginjal. Rasio albumin/globulin yang terbalik dijumpai pada keadaan sirosis.1

I.3.e. Bilirubin
Bilirubin merupakan pigmen kekuningan yang ditemukan pada cairan empedu, yang dihasilkan oleh hati. Bilirubin diproduksi sebagai hasil pemecahan sel darah merah dalam tubuh. Hati biasanya bertanggung jawab untuk detoksifikasi dan

17 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

ekskresi

bilirubin

ke

dalam

empedu.8

Bilirubin dalam jumlah besar dalam tubuh dapat menyebabkan penyakit kuning. Pasien kuning memiliki perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi kuning. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mendiagnosis masalah hati atau kandung empedu. Namun, bilirubin tidak hanya meningkat pada penyakit hati, tapi bisa juga karena kondisi lain yang menyebabkan peningkatan kerusakan sel darah merah.2,7,8 Obat yang dapat meningkatkan bilirubin, meliputi:8 y y y y y y y y y Allopurinol Barbiturat Pil KB Antibiotik tertentu Klorpromazin Diuretik Phenazopyridine Steroid Sulfonamid

Obat yang dapat mengurangi tingkat bilirubin yaitu indometasin dan asam askorbat. Hasil Normal7 Bilirubin biasanya tidak ditemukan dalam urin. Nilai normal untuk biirubin plasma total kurang dari 20 umol / L.

Hasil Nilai Abnormal8 Peningkatan kadar bilirubin dalam urin mungkin disebabkan oleh: y y Penyempitan empedu Sirosis 18 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

y y y y

Batu empedu pada saluran empedu Hepatitis Cedera dari operasi yang mempengaruhi saluran empedu Tumor dari hati atau kandung empedu

Bilirubin bisa rusak karena cahaya. Oleh karena itu bayi dengan ikterus kadangkadang ditempatkan di bawah lampu neon biru.

I.3. f. Masa Protrombin (PT)


Waktu protrombin (PT) adalah tes darah yang digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan plasma untuk membeku. Tes ini dilakukan jika pasien memiliki tanda-tanda gangguan pembekuan darah. Bila tubuh berdarah, tubuh meluncurkan serangkaian kegiatan yang membantu pembekuan darah. Ini disebut kaskade koagulasi. Tes PT dilihat pada protein khusus (faktor koagulasi) yang terlibat dalam pembekuan darah, dan menilai kemampuan faktor ini dalam membantu pembekuan darah. Faktor koagulasi tersebut yaitu :8 y y y y y Faktor I (fibrinogen) Faktor II (protrombin) Faktor V Faktor VII Faktor X

Hampir semua faktor koagulasi disintesis oleh sel hati kecuali factor VIII. Waktu paruh faktor koagulasi lebih singkat daripada waktu paruh albumin, sehingga pemeriksaan ini lebih sensitif. Faktor I, II, V, VII, IX X dapat dinilai dengan pemeriksaan PT. Pada kerusakan hati yang berat dapat terjadi berkurangnya sintesis faktor koagulasi sehingga PT memanjang. Factor VII mempunyai waktu paruh terpendek diantara faktor koagulasi yang lain, oleh sebab itu faktor VII akan turun terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh faktor IX dan X.1 19 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Namun perlu diingat ada faktor koagulasi yang tergantung pada vitamin K (vitamin K dependent factor), yaitu faktor II, VII, IX, X. Pada penyakit obstruksi bilier, dimana empedu tidak sampai ke usus, akan terjadi kegagalan absorpsi lemak atau malabsorpsi lemak. Pada keadaan tersebut, kadar vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak akan berkurang. Pada kekurangan vitamin K, akan terjadi penurunan sintesis vitamin K dependent factor sehingga akan terjadi pemanjangan PT.1 Untuk membedakan penyebab pemanjangan PT karena fungsi sintesis menurun atau karena kekurangan vitamin K dilakukan pemberian vitamin K parenteral. Apabila PT kembali normal setelah 1-3 hari pemberian vitamin K, berarti penyebab pemanjangan PT adalah kekurangan vitamin K.1 Tes pembekuan mengindikasikan penyakit hati, khususnya jika terjadi perburukan penyakit hati kronis, maka waktu protrombin akan memanjang. Hati

memiliki peran besar dalam pembekuan darah normal. Oleh karena itu, ketika hati rusak, darah menjadi terlalu cair dan memakan waktu yang lebih lama untuk membeku. Hal ini dapat membuat orang lebih mudah memar.7 Hasil Normal Kisaran normal adalah 11-13,5 detik. Hasil Mean Abnormal8 PT yang memanjang disebabkan karena: y y y y y y y y Obstruksi saluran empedu Sirosis Koagulasi intravaskular diseminata Hepatitis Penyakit hati Malabsorpsi Kekurangan Vitamin K Terapi Coumadin (warfarin) 20 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

y y y y y

Kekurangan faktor VII Kekurangan faktor X Kekurangan faktor II (protrombin) Kekurangan faktor V Kekurangan Faktor I (fibrinogen)

I.4. Tes Fungsi Hati pada Berbagai Macam Penyakit 4


1. Hepatitis Viral Akut Derajat kerusakan sel parenkimnya relatif ringan, akan tetapi peradangan sel yang terjadi berat. Pada keadaan hepatitis akut, transaminase dapat meningkat sampai 2000 unit/liter, sedangkan ALP dan GGT hanya sedikit meningkat. Biasanya konsentrasi GGT lebih rendah daripada SGOT. Menurut de Ritis, perbandingan SGOT dan SGPT adalah < 0,7. Peningkatan aminotransferase pada hepatitis C lebih ringan dibandingkan hepatitis A atau B. Konsentrasi serum bilirubin jarang melebihi 10 mg/dl, kecuali pada hepatitis kolestasis. Masa protrombin normal atau meningkat antara 1-3 detik. Konsentrasi albumin normal atau menurun ringan.4 Kalau kita melakukan pemeriksaan monitoring tiap 2 sampai 4 minggu, akan terlihat bahwa GGT dan SGPT yang paling akhir kembali menjadi normal. Kalau penurunan tidak terjadi dalam 6-12 minggu, diagnosis hepatitis kronik akan ditegakkan apabila kelainan tersebut masih ada setelah 6 bulan.4 2. Hepatitis Kronik, terdiri atas a. Hepatitis kronik persisten, Biasanya hanya didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT yang tidak terlalu hebat. Biasanya SGOT dan SGPT meningkat 23 kali normal, sedangkan GGT biasanya lebih kecil dari SGOT.

21 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Fosfatase alkali dan enzim koagulasi masih dalam batas-batas normal. Prognosis biasanya baik.4 b. Hepatitis kronik aktif, Kerusakan hepatoselulernya lebih berat. SGOT dan SGPT dapat meningkat sampai 5 kali atau 10 kali di atas angka normal. GGT didapatkan lebih rendah dari SGOT.4 c. Sirosis hati, SGOT dan SGPT meningkat, tapi tidak begitu tinggi. SGOT biasanya lebih meningkat daripada SGPT, namun bila transaminase normal tidak mengenyampingkan adanya sirosis. Perbandingan SGOT dan SGPT atau rasio de Ritis biasanya di atas 1.4 ALP meningkat kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas. Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerotis primer dan sirosis bilier primer.4 GGT, konsentrasinya seperti halnya ALP pada penyakit hati. Konsentrasinya tinggi pada penyakit hati alkoholik kronik, karena alkohol selain menginduksi GGT mikrosomal hepatik, juga bisa menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit.4 Bilirubin konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa meningkat pada sirosis yang lanjut.4 Albumin sintesisnya terjadi di jaringan hati, konsentrasi menurun sesuai dengan perburukan sirosis.4 Waktu protrombin pada sirosis memanjang.

22 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Derajat kerusakan Bilirubin serum ( mu, mol/dl) Albumin serum ( gr/dl) Asites

Minimal

Sedang

Berat

< 35  35 Nihil

35-50 30-35 Mudah dikontrol

 50 < 30 Sukar

Ensefalopati Nutrisi

Nihil Sempurna

Minimal Baik

Berat/ koma Kurang / kurus

Tabel 4. Klasifikasi Child-Pugh pada Sirosis Hepatis4

3. Kerusakan Hati Toksik Biasanya ditandai dengan peningkatan GGT 4. Kerusakan Hati yang Disebabkan oleh Obat Gangguan hati oleh karena obat-obatan ini bisa merupakan toksik langsung yang tergantung pada dosis obat atau bisa juga merupakan reaksi alergi yang tergantung pada masing- masing individu. SGPT sebaiknya di cek sebelum mulai penggunaan, minimal diulang satu bulan kemudian, 6 bulan kemudian dan tiap tahun.4,6 5. Perlemakan Hati Ditemukan peninggian transaminase 2-3 kali normal. Biasanya konsentrasi garam empedu dalam batas normal.

23 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

6. Tumor Hati Kelainan yang sering ditemukan adalah peningkatan ALP dan GGT. Konsentrasi enzim SGOT dan SGPT pada karsinoma hepatoselular pada waktu permulaan tidak memperlihatkan kenaikan kecuali apabila penyakit dasarnya adalah sirosis hati. Apabila tumor makin besar dan kerusakan hati makin hebat dapat pula ditemukan peninggian SGOT dan SGPT. Kelainan pada metastasis tumor di hati tergantung pada luasnya penyebaran dan besarnya massa tumor. Rasio de Ritis biasanya di atas 1 dan bisa mencapai 4. Pada metastasis tumor di hati kelainan yang mencolok terlihat adalah peninggian fosfatase alkali dan gamma GT. Peninggian ALP lebih tinggi pada metastasis tumor tulang.4 7. Kelainan pada Kehamilan

ALP
+ + ++/+++ ++/+++ nl

SGPT/ SGOT
nl/nl +/ + +/++ +/nl nl

Bilirubin
+/nl +/nl +/++ + +

Komentar
Kehamilan normal Hiperemis gravidarum Intrahepatic cholestatis of pregnancy ( trimester 3) Batu empedu ( semua trimester) Sindrom Dubin-Johnson ( trimester kedua dan ketiga)

Tabel 5. Kelainan Hati dengan Abnormalitas ALP sebagai Kelainan yang Dominan nl + ++ +++ = normal = peningkatan ringan ( kurang dari 4 kali lipat) = peningkatan sedang ( empat kali sampai enam kali lipat) = peningkatan bermakna ( lebih dari enam kali)

24 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

ALP
+/++

SGPT/SGOT Bilirubin
+/++ +/++

Komentar
Fatty liver of pregnancy, hepatitis virus, toksemia dengan infark hati, drug-induced hepatitis

+/++

+/nl

Toksemia gravidarum, penyakit hati kronik

Tabel 6. Aminotrasferase Sebagai Kelainan yang Dominan6 Bila terdapat peningkatan < dari 1,5 kali normal pada individu yang asimtomatik sebaiknya di tes ulang 1-3 bulan kemudian, terutama jika terdapat factor resiko. Peningkatan GGT mudah dipicu oleh alcohol dan obat- obatan, sehingga bila terdapat peningkatan tes fungsi hati tidak selalu menunjukkan kelainan hati yang signifikan.6

25 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

II.KESIMPULAN

Manfaat dari tes fungsi hati secara ringkas meliputi:

1. Mendeteksi adanya penyakit hati 2. Menjelaskan kemungkinan jenis penyakit dan kemungkinan penyebab atau mendiagnosis penyakit 3. Menjelaskan tingkat keparahan atau stadium penyakit 4. Memonitor respon terhadap pengobatan

Petanda Nilai normal


Bilirubin
 5-1 umol/L

Interpretasi
Tidak spesifik untuk penyakit hati, menungkat juga pada hemolisis dan obstruksi bilier. Jika berdiri sendiri, pertimbangkan hiperbilirubinemia herediter Meningkat sesuai inflamasi atau nekrosis hepatosit, rasio AST:ALT > 2 cenderung ke penyakit hepatitis alkoholik. Biasanya meningkat bersamaan pada kolestasis, obstruksi bilier atau inflamasi hepatik. Menunjukkan fungsi sintesis hati. Dapat menurun pada malabsorbsi, luka bakar dan sindrom nefrotik

SGOT/AST SGPT/ALT Fosfatase alkali GGT Albumin

5-40 IU/L 5-35 IU/L

30-130 IU/L 5-50 IU/L

3,5-4,5 gr/L

Tabel 7. Nilai normal LFTs dan interpretasinya6

26 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

Hasil laboratorium
Hanya transaminase yang meningkat

Kemungkinan Penyakit
Pertimbangan asal non hepatik, misalnya miositis, infark miokard, hemolisis

Hanya GGT yang meningkat Pertimbangkan intoksikasi alkohol, enzim terinduksi obat-obatan, fase awal infiltrasi hepatik, fatty liver Fosfase alkali meningkat namun GGT normal Pertimbangkan asal ekstrahepatik. Biasanya dihubungkan dengan kelainan tulang, periksa kadar kalsium, fosfat, hormon paratiroid

Tabel 8. Diagnosa sederhana berdasarkan kelainan LFTs6 Tes fungsi hati memiliki berbagai keterbatasan dan hanya sebagian kecil dari evaluasi keseluruhan pasien. Seperti penyelidikan lainnya, LFTs tidak selalu menghasilkan hasil yang dapat diandalkan. LFTs mungkin normal pada pasien dengan penyakit hati yang parah dan abnormal pada pasien tanpa penyakit hati atau penyakit lain yang dapat mengganggu hasil. Tes hati biasanya tidak memberitahu dokter dengan tepat jenis penyakitnya, melainkan memberi petunjuk dari kemungkinan jenis penyakit sehingga dapat melakukan pemeriksaan yang lebih pasti.

27 | T e s F u n g s i H a t i b y A y u P r a s e t y a n i H TRISAKTI UNIVERSITY

You might also like