Professional Documents
Culture Documents
Syamsidah
ANAK, MEDIA MASSA, DAN PORNOGRAFI Syamsidah Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar ABSTRAK
Terdapat silang pendapat oleh para ahli mengenai efek media massa khususnya pada anak. Ada yang menyebut bahwa media massa telah memberi kontribusi positif kepada anak, menambah pengetahuan (knowladge), merobah sikap mental dan ahlak yang baik dan mendorong untuk berprilaku yang positif. Dilain pihak sejumlah penelitian membuktikan bahwa media massa bukan memberi kontribusi ke arah pro-sosial malah justru anti sosial bagi perkembangan anak. Pornografi merupakan salah satu yang memberi kontribusi negatif bagi tumbuh kembang anak, namun demikian tidak semua budaya sependapat dengan pernyataan itu. di negara-negara dimana agama tidak lagi menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, pornografi dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Di Amerika Serikat pornografi sudah menjadi bagian hidup masyarakat, demikian populernya sehingga ia menjadi industri dan bisnis besar. Hiburan yang menampilkan keelokan tubuh wanita ini meraup uang jauh lebih besar ketimbang bisnis pertunjukan olah raga bola paling populer ( football, basketball, dan base-ball sekaligus). Bukan hanya itu, orang Amerika juga menghamburkan dana lebih banyak untuk film porno dibanding nonton bioskop atau nonton pertunjukan seni lainnya. Kita berharap bahwa agama dan budaya yang kita miliki dapat menjadi perisai sekaligus pengendali agar pornografi yang ditampilkan oleh media massa tidak meracuni anak-anak kita. Keywords : Anak, Media Massa , Pornografi LATAR BELAKANG Anak, media massa dan elektronik seperti TV, dan pornografi sesuatu yang ditakuti, tapi punyai magnik yang laur biasa terhadap masyarakat, termasuk anak-anak. Oleh banyak ahli komunikasi disebutkan bahwa TV ibarat orang tua kedua setelah ayah dan ibu, oleh sebab
Anak, Meida Massa, dan Pornografi 207
maupun maknanya, namun demikian ketiganya saling terkait sebab anak adalah subjek sekaligus objek yang potensial bagi media, utamanya media
Homec
Syamsidah
itu sumber pengetahuan, sumber nilai dan sebagainya, bukan saja diperoleh dari orang tua, bahkan mungkin
anak, utamanya bagi jiwa dan potensipotensi spiritualnya, itulah sebabnya disebutkan bahwa media massa itu ibarat pisau yang bermata dua, bisa menjadi media pendidikan, dan bisa juga menjadi racun dalam kehidupan anak. Salah satu pesan media,
banyak diperoleh dari media massa, termasuk TV, disamping itu, pengaruh TV, seringkali mengalahkan pengaruh pendidikan dan pengajaran yang
diberikan oleh guru di sekolah. Harapan masyarakat, pengetahuan, orang tentu dan tua saja nilai-nilai dan agar yang
terutama TV yang bisa menjadi racun bagi anak adalah tayangan-tayangan TV yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pornografi. Apa itu
diperoleh anak melalui media massa bermakna positif, artinya apa yang disaksikan, di dengar, dan dibaca di media massa, akan memberi
pornografi, bagaimana pengaruhnya bagi anak, dan sejauhmana media massa menjalankan perannya dalam kehidupan masyarakat, masalah-
masalah itulah yang menjadi perhatian tulisan ini. A. Pornografi Pornografi kian hari kian
demikian dapat memperoleh bekal hidup yang pada suatu saat akan menjadi pedoman dan penuntun dalam kehidupannya kelak di masyarakat. Namun demikian, seperti juga banyak ahli komunikasi menyebut bahwa media massa membawa serta malapetaka bagi tumbuh kembang
meresahkan masyarakat, maka muncul gagasan agar pornografi ditiadakan dalam sejumlah acara, terutama di TV. Akan tetapi pada saat yang bersamaan, pornografi juga menjadi sengketa
Homec
Syamsidah
pornografi, ada sejumlah komunitas budaya yang beberapa aktifitasnya dinilai bersentuhan dengan pornografi, dan ketika akan diatur mengenai pornografi misalnya, merasa akan
cakupannya, ia dapat berupa gambar pasif, gambar aktif, suara, percakapan dan sebagainya, bukan hanya
dengan berbagai pertimbangan moral, etika, kepribadian luhur bangsa dan dengan dalam menghormati kehidupan kebhinekaan dan
cakupannya, akan tetapi juga penetrasi yang ditimbulkannya pun sangat luas, karena dilakukan melalui media, baik media massa cetak maupun media sosial yang dipertontonkan di depan umum. Pornografi itu sendiri, bukanlah sesuatu yang baru, hanya saja setiap budaya mempunyai perbedaan-
berbangsa
bernegra, serta melindungi harkat dan martabat setiap warga negara, maka akhirnya maka akhirnya undang-
undang pornografi di syahkan. Dalam UU No 44 Tahun 2008 disebutkan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
perbedaan dalam menanggapinya, ada yang ekstrim melarang, tetapi ada juga yang lebih moderat itulah dan sebabnya
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
membolehkannya,
Homec
Syamsidah
ball sekaligus). Bukan itu saja , orang Amerika juga menghamburkan lebih banyak untuk film dana porno
memandang pornografi itu sendiri. Bagi agama kebanyakan masih Negara dimana
dibanding nonton bioskop atau nonton pertunjukan Luwarso, 2006). Industri demikian perusahaan pornografi, populernya yang karena sehingga bersih seni lainnya(Lucas
kuat
pornografi
dianggap
hidup yang perlu diberantas, sebab pornografi bagaimanapun juga akan merusak sendi-sendi kehidupan ummat beragama. Sebaliknya di negara-negara dimana agama tidak lagi menjadi bagian penting dalam kehidupan
dianggap
sekalipun seperti AT&T juga ambil bagian dari indutri ini, perusahaan telekomunukasi ini, mengais
keuntungan sedikitnya 20 juta dollar setiap bulan, hanya layanan dengan saluran
pornografi dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja Di Amerika Serikat pornografi sudah menjadi bagian hidup
menyambungkan
pornografi ke jutaan rumah-rumah dan ribuan hotel. Sedikitnya empat juta rumah di Amerika Serikat berlangganan saluran porno, bahkan jaringan hotel
masyarakat,
demikian
populernya
sehingga ia menjadi industri dan bisnis besar . Hiburan yang menampilkan keelokan tubuh wanita ini meraup uang jauh lebih besar ketimbang bisnis pertunjukan olah raga bola paling populer (football, basketball, dan base-
bereputasi , seperti Hilton, Marriot, Westin, juga menyediakan saluran porno di kamar melalui pay-per-view TV, dan menghasilkan pendapatan lebih tinggi ketimbang dari mini bar
Homec
Syamsidah
atau
room-service.
Bayangkan
di
Amerika
memang
tidak
Amerika Serikat ada 25.000 outlet penyewaan vidio porno, lebih dari 10.000 film porno baru ditelis setiap tahunnya, dan tahun lalu sedikitnya 117 juta vidio disewa atau dibeli. Diera internet, pornografi semakin
terlampau mempersoalkan pornografi sejauh produk itu tidak melibatkan dan tidak bisa diakses anak-anak. Isu soal pornografi lasimnya memang
merajalela, sedikitnya terdapat 200.000 websites komersial yang menghadirkan pornografi hard-core hanya dengan mengklik komputer. Kalangan konservatif tentu saja gerah dengan semakin maraknya
permainan orang dewasa itu. Di Inggris, melihat gambargambar porno anak-anak diinternet dinyatakan illegal, diancam hukuman penjara 5 tahun. Ancaman hukuman menjadi 10 tahun, jika seseorang terbukti aktif mengirimkan e-mail
pornografi, namun pemerintahan Bush ketika itu tidak bisa berbuat banyak, karena memang tidak ada larangan . AS memilki Child Pornografy
berisi gambar-gambar porno anakanak. Ratusan orang telah ditahan di Inggris terkait dengan kasus pornografi anak-anak. Temasuk bintang pop
Provention Act yang disahkan kongres pada 1996 dan child online protection act pada 1998, namun ketentuan hukum ini dibekukan oleh Mahkamah Agung, karena dinilai tidak sejalan dengan kebebasan berekspresi yang dijamin oleh the first amandement.
gambar anak kecil dalam posisi tak senonoh dilaptopnya. (Lucas Luwarso, 2006).
Homec
Syamsidah
B. Silang Pendapat tentang Pengaruh Media Sejak munculnya media massa moderen yang diawali dengan
melaksanakan tugas jurnalis tanpa kehilangan identitasnya sebagai media pendidikan, media media informasi dan
menyebutkan bahwa media meskipun berpengaruh, tetapi pengaruhnya kecil, tidak superior dan perkasa seperti digambarkan oleh orang kebanyakan, karena itulah menurut penganut aliran ini menyarankan agar pers dan media massa lainnya tak perlu ditakuti, biarkan mereka berekspresi sebagai simbol apresiasi kebebasan pers
Gutemberg
Jerman
tahun
1450,
perhatian masyarakat akan dampak negatif yang ditimbulkannya sudah mulai terasa. Perhatian ini kemudian mengalami perkembangan sejak
munculnya media audio-visual- TV warna tahun 1951 yang bukan saja dapat didengar, akan tetapi juga dapat dinikmati dilihat dengan gambar yang menarik. Penelitian-penelitian yang
sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Banyak studi kemudian muncul yang pada intinya menerima anggapan bagaimana kuatnya pengaruh media terhadap Demikian kehidupan kuatnya masarakat. pengaruh itu
dilakukan oleh para ilmuan tentang pengaruh media terhadap masyarakat melahirkan dua rekomendasi, pertama bahwa media sangat ampuh
sehingga lahirlah Teori Peluru Ajaib yang sering disebut Teori Jarum Hipodernik, dan Teori Stimulus Respon (S-R). Melvin DeFleur yang menyebut konsep ini dengan
Homec
Syamsidah
instinctive S-R theory, mengatakan bahwa perkasa media yang menyajikan secara stimuli seragam
semakin sulit terpengaruh, apapun pesan yang disampaikan oleh media itu. Studi-studi psikologi sosiologi dan
diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain oleh yang hampir tidak Setiap
membenarkan pendapat itu. Aliran ini menyebut bahwa setiap orang punya jatidiri dan otonom, meskipun individu lain terpengaruh, tetapi ada individu lain lagi yang tidak terpengaruh, jadi tidak ada terpaan media yang massal dan serempak sesuai dengan cifri komunikasi massa. Belakangan muncul banyak
terkontrol
individu.
individu akan memberikan respon yang sama pada stimuli yang datang dari media massa . Teori ini disebut juga Teori Peluru (Bullet Theory) atau model Jarum Hipodermis, karena
menganalogikan
pesan komunikasi
penelitian yang membuktikan hal itu seperti studi eksperimental oleh Kepala yang staf
(Littlejohn, Stephen W, 1994). Selain anggapan bahwa media sangat masyarakat, ampuh mempengaruhi penantang
diperintahkan
Angkatan Bersenjata AS, Jenderal G.C. Marshall untuk melihat apakah medium film dapat digunakan untuk meningkatkan semangat tempur para serdadu AS dalam Perang Dunia II. Studi ini menunjukkan bahwa pengaruh film terbatas. Para serdadu tersebut memang terbukti memperoleh
kelompok
justru menolak anggapan itu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daya kritis masyarakat (critical ability)
merupakan variabel
yang signifikan
berkaitan dengan terpaan media massa. Semakin tinggi daya kritis masyarakat,
Homec
Syamsidah
informasi Sejumlah
baru opini
tentang mereka
perang. tentang
sampai seberapa besar pengaruh media terhadap seseorang atau sekelompok orang. Domain itu adalah domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik. 1. Efek kognitif Media langsung tertentu, massa tidak secara perilaku mem-
berbagai isu yang termuat dalam film itu juga berubah. Namun tak ada perubahan berarti dalam hal-hal yang lebih mendasar , seperti peningkatan kebencian terhadap musuh ataupun kesediaan untuk berperang sampai kekuatan Axis (Jerman -Jepang-Italia) menyerah tanpa syarat. Dari beberapa gambaran
pengaruhi cara kita mengorganisasi citra kita tentang lingkungan. Citra inilah yang mempengaruhi cara kita berprilaku . Media massa berperan menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang baik, dengan kata lain media massa dapat
peristiwa di tanah air dan catatancatatan sejarah hasil penbelitian para ahli di Amerika sejak tahun 20-an
demkian masyarakat secara individual memiliki kemampuan selektifitas yang tinggi, terutama mereka yang memilki tingkat pendidikan yang relatif baik. C. Efek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Selanjutnya, ada tiga domain
memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat Media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan dipublikasikan. Gate Kiper
menentukan hal apa yang pantas dan tidak pantas, setiap isi (content) diberi bobot tertentu (Rogers, Everet M (1991). yang ada pada diri manusia, dan domain-domain ini dijadikan indikator 214 Anak, Meida Massa, dan Pornografi
Homec
Syamsidah
Berangkat dari uraian di atas maka efek media massa menjadi sangat positif karena isi atau pesan yang disampaikan telah melalui selektifitas, cuma masalahnya, apakah indikator baik atau tidak baik sama dengan baik atau tidak baik yang diinginkan oleh masyarakat berdasarkan nilai-nilai
menyimpulkan bahwa media massa dapat mempengaruhi orientasi afektif tetapi dampaknya tidak sebesar pada orientasi kognitif. Mulyana (1989) mengatakan bahwa dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat
budaya yang kita miliki. Karena harus disadari bahwa persaingan antar media saat ini semakin tinggi, dan biasanya tanpa disadari media telah keluar dari koridor normatif yang telah disepakati. Hanya karena ingin memuaskan
massa berfungsi untuk memperkokoh, sikap dan pendapat yang ada selain juga fungsi-fungsi sebagai media
sensasional, pornogarafi dan porno aksi. 2.Efek Afektif Perubahan sikap yang
perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi dari pada
signifikan akibat pesan media massa masih menjadi perdebatan. Benarkah media massa berpengaruh dalam
konversi dari satu sisi ke sisi yang lain; 4) Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang
Homec
Syamsidah
lemah, misalnya pada iklan komersial ; 5) Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh 3. Efek Behavioral Efek kepada tindakan behavioral mengacu pada tanpak
Dalam sebuah penelitian yang sangat terkenal Alber Bandura pada tahun 1960 menunjukkan bahwa film dan TV dapat mengajarkan perilaku agresif pada anak-anak. Dalam
eksperimennya sejumlah anak prasekolah diminta menonton sebuah film dimana seorang model kasar memsebuah
perilaku
khalayak,
perlakukan
secara
pada kehidupan sehari-hari,meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku. Disini kita akan melihat
boneka karet besar, bernama Bobo. Ketika anak-anak itu dibiarkan berada sendirian dengan boneka dalam situasi yang serupa dengan yang diperagakan di film tersebut, merekapun
efek peran media massa pada perilaku agresif prososial. Agresi adalah perilaku yang setiap bentuk untuk (antisosial) dan perilaku
memperlakukan
yang sama agresifnya, Perilaku agresif serupa anak tak ditunjukkan oleh anak-
diarahkan
merusak atau
Banyak studi menunjukkan adanya efek kekerasan terhadap penontonnya. mengajarkan pada televisi (film) agresif kekerasan mengurangi
menonton film. Kesimpulannya anakanak tersebut belajar berprilaku agresif dari film tersebut (Mc Quail Denis, 1996) Setelah eksperimen Bandura,
Homec
Syamsidah
dilakukan anatara lain studi yang dilakukan dengan menggunakan badut betulan sebagai pengganti boneka
kembali normal dan puas bahwa dorongan-dorongan telah disebut tersalurkan. sebagai agresif Teori teori tersebut tersebut Katarsis
(Fesbach, 1955), studi-studi yang ada lebih mendukung Teori Stimulasi. Sejumlah studi menunjukkan bahwa media massa juga dapat
dirangsang adegan kekerasan melalui televisi cenderung bersikap agresif. Namun menunjukkan menciptakan sejumlah studi
berpengaruh positif, yakni menimbulkan perilaku efek prososial. Salah satu sosial ialah memilki
melainkan merangsang
keterampilan
dirinya dan bagi orang lain. Media televisi, radio atau film diberbagai negara digunakan Disatu sebagai sisi, media terdapat
cayaan cukup lama bahwa media sebenarnya lebih merupakan pelepasan individu. kecenderungan Dalam teori sarana agresif tersebut
pendidikan.
kegagalan. Masih dalam konteks silang pendapat efek media massa pada anak, Bungin, B bahwa iklan (2001) mengemukakan di media massa
menyingkirkan
perasaan-perasaan
agresif individu. Ini terjadi karena perasaan-perasaan justru tersalurkan agresif tersebut pada saat ia
Homec
Syamsidah
dimana
kekuatan itu
media dapat
Terhadap anak pengaruh iklan juga tidak selalu positif. Meskipun dianggap sebagai kekuatan dan punya daya magnetik yang tinggi, anak-anak juga masih memilih apa yang selama ini dianggapnya lebih baik dari apa yang diklankan . KESIMPULAN 1. Bahwa media massa moderen yang muncul sejak abad ke 19 telah menjadi suatu kekuatan besar yang secara signifikan mempengaruhi
memindahkan realitas sosial ke dalam pesan media, dengan atau setelah diubah citranya. Kemudian media
memindahkannya lagi melalui reflikasi citra ke dalam realitas sosial yang baru di masyarakat. Lepas dari kekuatan tersebut, Bungin, B dalam Lucas (2006) juga mengakui bahwa iklan televisi
diragukan sebagai media konstruksi realitas sosial. Keraguan itu dimulai dari kenyataan bahwa skenario
anak, baik pola pikir, sikap maupun prilakunya. 2. Terdapat silang pendapat oleh para ahli mengenai efek media
dalam memutuskan produk apa yang akan dibeli. Keputusan pemirsa juga diskenario oleh faktor lain yang berasal dari luar pengaruh konsruksi iklan, seperti kebiasaan produk, seseorang pengaruh
massa khususnya pada anak. Ada yang menyebut bahwa media massa telah memberi kontribusi yang
menggunakan
teman, orang tua, selesmen, kebutuhan yang mendesak, kebiasaan, tidak ada pilihan lain dan sebagainya.
pengetahuan (knowladge), merobah sikap mental dan ahlak yang baik dan mendorong yang positif. untuk berprilaku
Homec
Syamsidah
3.
Dilain
pihak
sejumlah bahwa memberi Murani, Asmawi, 2000. Hukum Dan Etika Komunikasi Massa, Universitas Terbuka, Jakarta Mutmainnah, 2002. Psikologi Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta Mc Quail Denis, 1996. Teori Komunikasi Massa, Airlangga, Jakarta Moekijat, 1993, Teori Komunikasi, Mandar Maju.Jakarta Rogers, Everet M. (1991). Teknologi Komunikasi Media Baru dalam Masyarakat (terjemahan). Malaysia . Yayasan Islam Trunggenu. Susanto Sunario, Astrit.S. 1995. Globalisasi Dan Komunikasi, Pustaka Sinar harapan, Jakarta Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
mengajarkan kekerasan, porno grafi dan porno aksi, menyita waktu yang begitu banyak dan menjadikan anak malas dan tidak berpretestasi di sekolah DAFTAR PUSTAKA Ikramatunnafsiah dkk. 2009. Analisis Citra Perempuan dalam Iklan Televisi Terkait Pornografi dan Pornoaksi. http://respository.ipb.ac.id/han dle/123456789/19908. diakses Tanggal 18 Mei 2011. Lucas Luwarso, 2006, Pornografi dan Moralitas Bangsa, Etka Berita Dewan Pers, Jakarta. Littlejohn, Stephen W, 1994. Theories Of Human Communication, Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.. Mulyana Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 1989 Komunikasi Antar Budaya,Remaja Rosdakarya, Bandung