Professional Documents
Culture Documents
Hordeolum
Infeksi kelenjar pada kelopak mata Penyebab Staphylococus aureus
Blepharitis anterior
Ada 2 tipe : 1.Staphylococcal, disebabkan:
Staphylococcus aureus Haemophilus influenza Staphylococcus epidermidis Staphylococcus koagulase (-)
Blepharitis Posterior
Berasal dari infeksi glandula meibom Bakteri penyebabnya Staphylococcus
Dakriosistitis
Infeksi kelenjar air mata Penyebab : H. influenza, S.aureus, Streptococcus -hemolitik, streptococcus pneumoni dan C. albican Air mata : - Albumin 60% - Globulin:IgA, IgG dan IgE - Lysozym 21-25% - Urea dan glukosa - pH 7,35
Konjungtivitis, penyebab:
Bakteri :
Staphylococcus aureus Haemophilus influenza Streptococcus pneumoniae Neisseria gonorrhea Chlamydia trachomatis (A C) Chlamydia trachomatis (D K)
Viruses :
adenoviruses 8 dan 19 herpes simpleks virus Varicella zoster Measles, Rubella dan mumps
Jamur
Candida Albican
Pathogenesis
- Konjungtiva sering terpapar dengan mikroorganisma dan trauma akibat letaknya yang berada di permukaan okular. - Kebanyakan bakteri sampai ke konjungtiva melalui kontak langsung, udara, air yang tercemar atau obat topikal mata yang terkontaminasi. - Sumber infeksi juga bisa berupa penyebaran dari mikroorganisme yang berkolonisasi di hidung atau mukosa sinus. - Pada Gonococcal conjunctivitis yang mengenai bayi, infeksi terjadi pada saat melewati jalan lahir.
Pathogenesis
- Invasi
mikroorganisme ke epitel konjungtiva menyebabkan timbulnya edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel, dan pembentukan granuloma. Reaksi lain yang dapat ditimbulkan adalah edema stroma konjungtiva (kemosis), dan pembentukan folikel (hipertrofi lapisan limfoid stroma konjungtiva). Ditemukan pula sel-sel radang. Sel-sel radang tersebut bermigrasi dari stroma konjungtiva, menembus epitel untuk menuju ke permukaan. - Sel-sel radang kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus yang dihasilkan oleh sel goblet, sehingga membentuk eksudasi/sekret konjungtiva yang menyebabkan lengketnya kedua kelopak mata terutama pagi hari ketika bangun tidur.
Pathogenesis
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-darah konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan berkurang kearah limbus. - Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata.
gonococcal conjunctivitis
Gonococcal conjunctivitis disebabkan oleh Neisseria gonorrhea. Konjungtivitis ini terjadi karena terinfeksi pada saat melewati jalan lahir. Mata biasanya tampak merah, mengeluarkan banyak kotoran kental dan mata tampak bengkak. Tipe ini biasanya manifes dalam 2-4 hari setelah kelahiran. Pengobatan tipe ini biasanya menggunakan antibiotik i.v.
Neisseria Gonorrhoeae
gonococcal conjunctivitis
Gonococcal conjunctivitis disebabkan oleh Neisseria gonorrhea. Konjungtivitis ini terjadi karena terinfeksi pada saat melewati jalan lahir. Mata biasanya tampak merah, mengeluarkan banyak kotoran kental dan mata tampak bengkak. Tipe ini biasanya manifes dalam 2-4 hari setelah kelahiran.
Lipooligosaccharide (LOS) dan Peptidoglycan dilepaskan melalui proses autolysis dari sel pada saat infeksi. IgA1 protease mampu mengurai immunoglobulin dalam berbagai region di tubuh manusia Pili Perlekatan pada sel epitel mukosa inang
Patogenesis
Mekanisme patogenesis melibatkan perlekatan bakteri pada epitel melalui pili (fimbriae), dan produksi lipopolisakarida sebagai endotoxin Neisseria gonorrhoeae (gonococcus) melekat pada sel epitel, menembusnya, dan berkembang biak di dasarnya. Perlekatan dibantu oleh protein fimbriae dan opa (P.II).
Setelah melekat pada sel epitel, bakteri dikelilingi oleh mikrovilli, yang mendesak bakteri menuju permukaan sel mukosa. Bakteri memasuki sel mukosa melalui proses endositosis
Vakuola endositosis kemudian ditranspor menuju dasar sel, lalu bakteri dilepaskan dari vakuolanya menuju jaringan sub-epitel.
Pengobatan
Penisillin jarang digunakan Aturan dosis tunggal dianjurkan sebagai terapi awal untuk pengobatan pada gonorrhea sederhana pada semua pasien Antibiotik yang dapat dipakai antara lain :
ceftriaxone cefixime ciprofloxacin ofloxacin
Pencegahan
Optalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci dapat dicegah denganpenggunaan aplikasi lokal salep erytromysin opthamic 0,5% atau salep tetracycline 1% pada conjuctiva dari bayi yang baru lahir..
Meskipun instalasi dari solusi perak nitrat juga efektif dan merupakan metode klasik mencegah infeksi optalmia neonatorum. Perak nitrat sulit untuk disimpan dan menyebabkan iritasi pada konjungtiva. Pemakain perak nitrat telah diganti dengan menggunakan salep erytromycin atau tetracyclin
Inclusion conjunctivitis
Inclusion conjunctivitis disebabkan oleh chlamydia trachomatis. Gejalanya berupa adanya cairan dari mata, kemerahan, bengkak pada konjungtiva dan kelopak mata. Tipe konjungtivitis ini biasanya timbul 5-12 hari setelah lahir. Pengobatan berupa antibiotik oral.
CHLAMYDIACEAE
CHLAMYDIACEAE Genus : Chlamydia : + C. trachomatis ----15 serotipe :- Serotipe A C - Serotipe D K - Serotipe L1 L3 + C. psittacii + C. pneumoniae
Sifat Umum - Dulu dianggap virus o.k dapat melalui filter bakteri - Disebut Myagawanella = Bedsonia - Gram (-) batang, Gerak (-) - Intraselluler - Tidak tumbuh dalam media biasa TumBuh dalam : - Telur berembryo / bertunas - Biakan jaringan - Khass : Siklus reproduksi melalui beberapa fase - Mempunyai dinding sel, tetapi tidak mengandung peptidoglykan pd dinding selnya - Ada 2 bentuk : Badan elementer (infektious) Badan retikuler = Badan initial ( reproduktif dalam sel) - Membagi diri secara belah pasang dalam vacuola intraselluler
SIKLUS HIDUP
Badan elementer fagositosis 6 jam Badan initial reorganisasi 8 jam badan initial Pelepasan 35-40 jam multiplikasi
30 jam
badan elementer
CHLAMYDIA TRACHOMATIS
1. Serotipe A C
- Penyebab Kerato Conjunctivitis (Trachoma) ------ Dapat berkembang menjadi Conjunctival dan Corneal scarring ----Kebutaan - Sering bersama infeksi bakteri lain - Dapat menyebabkan neonatal pneumonia 2. Serotipe D K - Penyebab penyakit hubungan seksual Pd laki-laki : Non Gonokokal uretritis Pd wanita : Uretritis, Cervisitis, Salphingitis, Peradangan pelvis. Pd bayi baru lahir : Inclusion conjunctivitis (self limiting diseases) ---Infeksi dari jalan lahir
3. Serotipe L1, L2 dan L3 - Penyebab Lymphogranuloma Venerium (LGV) Khass : Adenitis Inguinal Suppurativa - Lymphadenitis ---- Bila tidak diobati dapat menyebabkan obstruksi saluran limfe dan striktura rectal
Uveitis
Uveitis anterior: Syphilis, M.tuberkulosis, Leprosi, Herpes zoster, H. simpleks Uveitis posterior: Syphylis, M.tuberkulosis, CMV, Herpes zoster, H. simpleks, gram(+) dan gram (-), Candida, Histoplasma, Cryptococcus dan Aspergillus
Pathogenesis
Otitis eksterna merupakan proses inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar.Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya Otitis Eksterna (swimmers ear).
Pathogenesis
Penyebab OE umumnya idiopatik, trauma, iritasi, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Penyebab lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi merupakan penyebab yang paling umum pada Otitis Eksterna difusa akut karena lingkungan yang lembab.
- Perikondritis: S. aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan streptococcus. Akibat trauma atau pengobatan furunkel yang tidak tuntas - Herpes zoster otikus (Ramsay Hunt) - Otitis Eksterna Nekrotikan: disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan banyak diderita oleh penderita DM usia lanjut
Infeksi telinga tengah biasanya diawali dengan pembengkakan tuba eustachius yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau alergen. Ketika tuba membengkak menyebabkan cairan dari telinga tengah tidak dapat disalurkan ke hidung dan tenggorokan.
Selain itu tuba eustachius juga akan tersumbat oleh mukus yang asalnya encer dan jernih menjadi mengental pada saat seseorang menderita flu.
Pada bayi dan anak, tuba eustachius lebih pendek, sempit dan lebih kaku dibandingkan dewasa. Hal ini memudahkan bakteri yang berasal dari hidung dan tenggorokan masuk ke telinga tengah. Selain itu karena pada anak saluran tubanya sempit, hal ini akan menyebabkan mudahnya terjadi sumbatan.
Pada saat tuba eustachius membengkak dan tersumbat, cairan infeksius akan terjebak di telinga tengah dan menyebabkan tumbuhnya agen infeksius termasuk jamur.
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga Haemophilus influenzae (sering berhubungan dengan infeksi saluran napas pada anak-anak), danStreptococcus pneumoniae (sering juga disebut pneumococcus). Bakteri yang jarang Moraxella (Branhamella) catarrhalis and Streptococcus pyogenes.
Virus, dalam hal ini respiratory syncytial virus (sering menyebabkan ISPA) dan virus influenza memegang peranan tidak langsung dalam infeksi telinga melalui proses peradangan yang m,enyebabkan penyumbatan hidung oleh mukus kental. Rhinovirus, yang sering menyebabkan common cold, merupakan penyebab 1-8% kasus otitis media.
Otitis media supuratifa akut disebabkan bakteri piogenik : Streptokokus pneumoni dan H. Influenza. Dapat berlanjut menjadi kronik dan biasanya akan ditemukan bakteri anaerob, terutama Bakteriodes.
Dapat berlanjut menjadi infeksi telinga dalam paralisis saraf fasialis dan infeksi intra dan ekstrakranial
Masalah kesehatan dapat meningkatkan kejadian Infeksi telinga tengah, contohnya penderita asma dan sinisitis memiliki kemungkinan terinfeksi lebih besar dari pada orang sehat. Demikian pula penderita down sindrom, bibir sumbing dan penderita immunocompromised, mudah menderita infeksi telinga.
Posisi bayi telentang saat minum susu botol menyebabkan tuba eustachius tidak berfungsi baik saat menyedot bila dibandingkan posisi kepala lebih tinggi. Hal ini memudahkan infeksi telinga. Pada saat menyedot susu produksi saliva meningkat , hal ini memudahkan bakteri berpindah dari tuba ke telinga tengah.
Anak-anak yang sering menderita infeksi telinga hendaknya Minum oral dekongesta saat awal flu Tidur dengan kepala lebih tinggi dari badan Hindarkan pemberian antihistamin, diphenhydramine atau chlorpheniramine, untuk mengobati flu karena dapat mengentalkan sekret.
PSEUDOMONADACEAE
Genus : Pseudomonas t.d : genus Brevundimonas Bulkholderia Ralstonia Mempunyai sifat - sifat yg hampir sama Spesies : + 200 spesies Banyak di alam : tanah, air, sampah, Saprofrit ruang Rumah Sakit Dibagi beberapa kelompok : 1. Spesies sebagai patogen oportunistik Ps. aeruginosa Ps. putida Ps. maltophilia B. cepacia Ps. fluorecens 2. Menyebabkan infeksi berat dan sering fatal B. mallei Glander B. pseudomallei Melioidosis 3. Menyebabkan Keracunan Makanan Ps. cocovenenans
Sifat Umum * Batang tipis, Gram (-), Spora (-), panjang 2-4 um Gerak (+) dengan flagel : polar peritrikh Obligat aerob, Oksidase (+), Katalase (+), Indol (-) * Dinding sel t.d.d Murein 20%, bertanggung jawab terhadap rigiditas sel Lipoprotein Fosfolifid Protein 80%, menentukan sifat antigenik dan Lipopolisakharida aktivitas sel * Beberapa spesies membentuk pigmen. Fluorecein Pyoverdin Pyocyanin Pyorubin
PSEUDOMONAS AERUGINOSA
= Ps. pyocyaneus = Bacillus pyocyaneus
* Paling banyak ditemukan sebagai penyebab penyakit * Sering menyebabkan bakteremia dan sering fatal * Sebagai flora normal dalam saluran cerna dan kulit * Hanya patogen bila masuk daerah yang pertahanan normalnya tidak ada. Atau berperan dalam infeksi campuran dengan bakteri lain * Membentuk pigmen Pyocyanin : kebiruan larut dalam air dan kloroform aktivitas antimikroba Fluorecein : kehijauan larut dalam air, tidak larut dalam kloroform fluoresensi hijau
Produk Ekstraselular
1. Mukus ekstraselular polisakharida slime layer 2. Protease, termasuk elastase bakteri menjadi invasif, menyebabkan kerusakan jaringan. 3. Lipase dan Lecithinase merusak jaringan dan sel darah memperkuat sifat invasif. 4. Eksotoksin A menghambat sintesis protein 5. Bakteriosin dan pyosin 6. Hemolisin 7. Kolagenase
Pada agar nutrien setelah inkubasi aerob 24 jam 37C, dapat dibedakan 6 tipe koloni
Bau khass : Seperti bau anggur (grape like) atau bau berondong jagung (Corn tortila like) Pada agar darah : dapat dikelilingi zona hemolisis (membentuk hemolisin) Pada Mac Conkey : koloni pucat (tidak memfermentasi laktosa)
Dasar Virulensi Eksotoksin Faktor invasif : pili flagel LPS Hemolisin Kolagenase dll.
Predisposisi Pemakaian antibiotik yang lama Penyakit Metabolisme Trauma Luka Bakar
PENGOBATAN : Uji kepekaan Kebanyakan strain resisten terhadap antimikroba, o.k : Menghasilkan berbagai enzim,, a.l. : Sefalosforinase Betalaktamase Mempunyai pori-pori yang sangat kecil pada dinding selnya sehingga mempersulit transportasi antimikroba ke dalam sel. PENCEGAHAN : - sanitasi ruangan baik - keluar masuk orang diatur Sterilisasi alat : - alat dengan baik
Staphylococcus
Staphylococcus is the only genus of medical importance in the family Micrococcaceae The name Staphylococcus, derived from the Greek noun: staphyle = a bounch of grapes and coccus = a grain or berry. Of the more 20 species of Staphylococcus only three are clinically significant: S. aureus, S. epidermidis and S. Saprophyticus
Staphylococcus
1.
2.
3.
Staphylococcus aureus, the main pathogen responsible for pyogenic infection Staphylococcus epidermidis, a universal skin commensal but the association of S. epidermidis with infections involving prosthetic devices is unique and accounts for a high morbidirty. Staphylococcus saprophyticus occurs on the normal skin and in the periurethral flora but it common cause of urinary tract infection in sexually active young woman.
HABITAT The body surfeces and, by dissemination, air and dust. S. aureus carried in the anterior nares (50-75% of healthy people), less often in the skin (especially axilla and perineum) and mucous membrans (throat, gut). S. epidermidis, normally present in the resident skin flora, also found in gut, upper respiratory tract.
Gram positive, non sporing, non motile cocci (diameterabout 1m), characteristically arraged in clusters. The architecture of a staphylococcus is similar to that of other gram positive organism.
The cell wall of S. aureus consist of three major component: peptidoglycan, teichoic acids and protein A. Antigenic structure of S. aureus: Teichoic acid Protein A Peptidoglycan Clumping factor Capsular polysacccharide
Laboratory characterictics
Culture: grow well on ordinary media aerobically and, although less well, anaerobically, optimal temperature 37oC Colonial appearance: S. aureus typically golden colonies but pigmentation varies from orange to white, S. epidermidis: white colonies. In the selective media staphylococcus will telorate sodium chloride in consentrations of 5-10%.
Lipase
Protein A Epidermolytic Toxins A & B
Lipolytic
Antiphagocytic Epidermal splitting and expoliation
Enterotoxins
Toxic shock syndrom toxin-1
Pathogenicity
1.
2.
3. 4. 5.
Staphylococcus aureus, the most pathogenic species. It causes: Superficial infection: pustules, carbuncles,abcesses etc. Deep infection: septicaemia, endocarditis, pneumonia, osteomyelitis Toxic food poisoning Toxic shock syndrome Skin exfoliation: toxic epidermal necrolysis (RitterLyells disease)
Antibiotic sensitivity
Antibiotics active against S. aureus are: Penisilin (80% or more of hospital strain are now resistant) Flucloxacilin Erytromycin Lincomycin & clindamycin Fusidic acid Vancomycin Cephalosporin
Streptococcus
Morfology and staining: gram positive spherical or oval cocci in pairs or chain: 0,70,9 m diameter. Culture: grow well on blood agar, enrichment media with blood, serum or glucose may be necessary. Selective media containing aminoglycosida antibiotic or 1:500.000 crystal violet inhibit other bacteria in mix culture but permitt growt of streptococci
The main medically important lancefield groups with the species usually responsible for human disease are as follows:
Group A: S. pyogenes Group B: S. agalactiae Group C: S. equesimilis Group D: S. faecalis Group G: no species recognised Group R & S: S. suis
Partial
None
or nonhaemolytic
Toxins (1)
1.
2.
3. 4. 5.
Streptokinase, a protease wich lyses fibrin by catalysing conversion of plasminogen to plasmin Hyaluronidase, attacks hyaluronic acid causing increased permeability DNAases(deoxyribonucleases) NADase, kill leucocytes Haemolysins: two streptolysins are produced (Streptolysin O & S)
Toxins (2)
6. Erythrogenic toxin - Responsible for the characteristic erythematous rash in scarlet fever - Dick test 7. Other enzymes are produced and include: - Leucocidin - Protease - Amylase
Pathogenicity
Streptococcus pyogenes causes: Tonsilitis and pharyngiti Peritonsilar abcess (quinsy) Scarlet fever Otitis media Mastoiditi and sinusitis Wound infections Impetigo Erysipelas Purpureal sepsis Post streptococcal complication: Rhematic fever, glomerulonephritis, erytema nodosum.
ANTIBIOTIC SENSITIVITY
Penicillin: drug of choice In patients hypersensitive to penicillin: erythromycin Antibiotic resistance: all strains sensitive to phenicillin but there is often resistance to erythromycin anthough uncommon, is increasing.
Streptococcus pneumoniae
Probably the most common and nowadays the most important pathogen amongst the streptococci Also known as pneumococcus or Diplococcu pneumoniae Habitat: normal commensal of the uper respiratory tract
Laboratory characteristic
Morfology: diplococci, sometime form short chain, normally capsulated with carbohydrate antigenic capsule which is correlated with virulence Culture: blood agar, sometimes broth enriched with serum or glucose Colonies: -haemolytic
Antigenic structure
1.
2.
3.
Capsule: contains the polysaccharide carbohydrat antigen: tipe specific C. substance: a cell-wall-associated antigen common to all pneumococci: consists of choline teichoic acid Protein M antigen, not associated with virulence
Virulence correlates with the presence of capsule probably because this prevents or inhibits phagocytosis Invasive types: some of the infecting types are particularly liable to cause serious infections such as pneumonia and septicaemia (type 1 and 3) and meningitis (type 7 & 12). Type 6 & 12 are important in children
Pathogenicity
Lobar pneumonia Acute exacerbation of chronic bronchitis Meningitis Otitis media Sinusitis Conjunctivitis Septicaemia (especially in splenectomisd patiens)
Antibiotic sensitivity
All almost strains remain sensitive to penicillin and erythromisin, but penicillin resistance is a significant problem in some countries, such as Asia, Africa, Spain and Hungary. In addition penicillin resistant strainsare oftenresistant to other antibiotics.
Mikro 2