You are on page 1of 24

ITS

Ga,8.t6&
ITS
M u ~
Institut
Teknologi e-I
Sepuluh-Nopember
-
.2010
Ekonomi dan Teknologi
Pencemaran Laut
Oleh:
Mukhtasor
Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Guru Besar
dalam Bidang Ilmu Pencemaran Laut
Jurusan Teknik Kelautan
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 12 Oktober 2010
Kementerian Pendidikan Nasional
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
I
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Yang terhormat:
Bapak Rektor ITS selaku Ketua Senat ITS,
Para Anggota Senat ITS,
Ketua dan Anggota Dewan Penyantun ITS,
Para Undangan dari Pejabat Sipil, Militer dan Poln,
Para Undangan dar! Pimpinan Perguruan Tinggi,
Para Pimpinan dan Keluarga Besar ITS, dan
Para undangan, keluarga, sahabat, teman sejawat dan segenap
civitas akadernika ITS,
AlhamdulillaahirabbiJ'a/amiin, washsha/aatu wassa/aamu
'ala nabiyina Muhammadin wa'a/a alihi wa-ashshabihi ajma'iin.
Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat
A"ah SWT, atas segala karunia-Nya, sehingga kita dapat hadir
disini, pada Rapat Terbuka Senat Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) dalam rangka Pengukuhan kami sebagai Guru
Besar, dalam keadaan sehat wal'afiat. Mudah-mudahan
kesempatan ini menjadi momentum bagi diri kami, untuk
meningkatkan nilai pengabdian kepada Allah SWT dan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pendidikan, penelitian
dan pengabdian pada masyarakat (PPM). Kehadiran Ibu/Bapak/
Saudara sekalian merupakan kehormatan dan kebahagiaan bagi
kami; untuk itu kami menyampaikan penghargaan dan
terimakasih, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal
kebajikan.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pada kesempatan 1m, perkenankanlah saya
menyampaikan makalah dengan judul:
1
I
Ekonomi dan Teknologi Pencemaran Laut
Pendahuluan
Indonesia adalah negeri nusantara, negeri kepulauan
terbesar di dunia, memiliki kekayaan laut yang berlimpah 1. Fitrah
Indonesia yang demikian itu menjadikan dunia kelautan sangat
mewamai sejarah perkembangan bangsa Indonesia
2
; dan
ekonomi kelautan
3
merupakan komponen yang sangat penting
bagi pembangunan nasional. Peranan ekonomi kelautan tampak
jelas dari fakta bahwa kota-kota besar di Indonesia umumnya
berkembang di wilayah pesisir. Banda Aceh, Medan, Jakarta,
Semarang, Surabaya, Makasar, Manado dan Ambon adalah
beberapa contoh kota pesisir yang ekonominya sangat didukung
oleh ekonomi kelautan.
Pembangunan ekonomi kelautan Indonesia menghadapi
tiga persoalan penting, yaitu (1) tekanan sosial ekonomi, (2)
persoalan kelembagaan, dan (3) kerusakan lingkungan4. Salah
satu bentuk kerusakan lingkungan adalah pencemaran laut, yaitu
kondisi masuknya atau dimasukkannya polutan yang berupa zat,
organisme atau energi ke dalam lingkungan laut, yang
I Luas laut Indonesia dua kali luas daratan, jumlah pulaunya 17.480
dan garis pantainya terpanjang ke-4 di dunia. Jenis flora dan fauna
paling beragam di dunia (Dewan Kelautan Indonesia, tanpa tahun).
2 Tercatat, Majapahit pada abad ke-14 telah mencapai puncak kejayaan
bahari dengan menguasai Nusantaraj dan pengaruhnya mcncapai
wilayah yang kini dikenal Kamboja, India, Fi!ipina dan China.
3 Ekonomi kelautan meliputi ekonomi pelayaran barang dan
industri maritim dan perkapalan, pcrikanan laut, pariwisata bahari,
pertambangan laut Guga minyakl gas), bangunan dan jasa kelautan.
4 Persoalan sosial ckonomi misalnya kemiskinan dan rendahnya kualitas
pcndidikan. Persoalan kclcmbagaan misalnya tumpang tindih
peraturan. Kcrusakan lingkungan misalnya abrasi, sedimentasi,
kerusakan bakaultcrumbu karang, dan pencemaran laut (DKP 2001).
2
?
menyebabkan turunnya kualitas air laut dan menyebabkan air laut
tersebut tidak dapat berfungsi sesuai alokasi pemanfaatannya
5
.
Beban pencemaran laut nyata-nyata terjadi, baik di Indonesia
maupun di dunia internasional
6
. Kecenderungannya, persoalan
semakin mengancam masa depan, karena diperkirakan lebih dan
setengah populasi dunia bertempat tinggal dalam jarak 100 km
darilaut.
Beban pencemaran menyebabkan turunnya daya dukung
lingkungan
7
. Pencemaran laut skala besar berdampak jangka
panjang; waktu penanganannya mencapai beberapa dekade.
Misalnya, pencemaran di Minamata, Jepang, pertama kali
ditemukan tahun 1959, namun pendataan dan registrasi
korbannya terus berlangsung hingga 1997. Kerugian ekonomi
timbul disebabkan oleh terganggunya produksi komoditas/barang
dan jasa, dan oleh biaya penanggulangan pencemaran itu sendiri,
yang meliputi biaya pengerukan sungai dan dasar laut,
kompensasi kesehatan bagi korban, dan kompensasi bagi nelayan
akibat larangan melaut. Ini berarti bahwa persoalan pencemaran
laut berjalin-kelindan sangat erat dengan persoalan sosial ekonomi
masyarakat.
Oleh karena itu, salah satu fokus pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah perbaikan sistem
kemampuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian
S Diskusi tentang dcfinisi pencemaran laut, baik secara akademik, legal
ataupun populer ada di literatur, misalnya dalam Mukhtasor (2007).
6 Contoh pencemaran laut skala besar adalah tumpahan min yak di
Teluk Meksiko (Amerika, April 2010), dan tumpahan minyak Montara
(Australia 2009), yang terbawa arus masuk ke Laut Timor, Indonesia.
Sejak 2006, pencemaran lumpur panas ke pertambakan dan laut
Sidoarjo, yang merusak produktifitas perikanan andalan Jawa Timur.
7 Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk
menopang kehidupan masyarakat; lingkungan laut dapat mendukung
perikanan dan pariwisata, dimana secara ekologi dan ekonomi
sejumlah masyarakat saling tergantung dengan lingkungan tersebut.
3
pencemaran. Akumulasi pengetahuan dan pengalaman telah
memperkuat kapasitas pengelolaan pencemaran laut. IPTEK
pencemaran laut berkembang cukup maju
8
. Peraturan lingkungan
pada tingkat nasional dan internasional juga berkembang9.
Banyak dari perkembangan tersebut adalah sumbangan nyata dari
IPTEK pencemaran laut.
Demikianlah, ekonomi dan teknologi adalah dua faktor
penting. Ekonomi adalah pull factor (faktor penarik) yang
memungkinkan masyarakat dan pasar yang lebih luas
menerapkan IPTEK pecemaran laut; sedangkan teknologi adalah
push factor (faktor pendorong) untuk berkembangnya kapasitas
pengelolaan penceraman laut. Makalah orasi pengukuhan guru
besar ini menekankan pada dua faktor penting tersebut. Namun
sebelum itu, terlebih dulu kita akan melakukan kilas balik secara
singkat tentang pencemaran lingkungan dan pencemaran laut.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Kilas Balik Pencemaran Lingkungan &Pencemaran Laut
Persoalan lingkungan, dan khususnya persoalan
pencemaran, bukanlah fenomena baru. Faktanya, pencemaran
telah menjadi permasalahan semenjak masa awal peradaban
manusia; dan kapasitas pengelolaannya berkembang sesuai
dengan tantangan dan kemajuan kehidupan masyarakat.
8 HasH-basil penelitian dan pengembangan di bidang pencemaran laut
telah dikodifikasi dalam berbagai jurnal, proceedings, monogram dan
buku teks. Kajian-kajian state qfthe art di bidang telah banyak, misalnya
Ahmadun dkk. (2009), Mukhtasor dkk. (2000), Ofiara and Seneca
(2006), Reed et aI. (1999), Roberts et aI. (2010), dan Turner (2010).
9 Amandemen peraturan perundangan terjadi di berbagai negara dalam
beberapa beberapa dekade terakhir (misalnya Godfree et aI. 1990).
Contoh phaturan ten tang pengelolaan pencemaran laut di Indonesia
adalah Kepmen LH No.5112004 tentang Baku Mutu Air Laut.
4
Sejarah mencatat, pada abad ke-7, Khalifah Umar bin
Khattab R.A. (581-644) menggulirkan program resettlement
(penempatan kembali) masyarakat BaduPo. Tekanan
kependudukan memberikan sinyal bahwa sumberdaya alam di
Madinah sangat terbatas, urbanisasi kian meningkat, binatang
ternak semakin banyak, dan meningkatnya persoalan
pencemaran. Pada masa berikutnya, ilmuwan kekhalifahan pada
abad pertengahan 11 pertama kali menemukan bahwa pencemaran
lingkungan dapat menyebabkan epidemi, dan bahwa penyakit
dapat menyebarluas melalui sentuhan (dermal contact) atau
medium udara (inhalation) 12.
Pada abad pertengahan, pada waktu penyakit kolera dan
typhoid fever/typhus merajalela di penjuru Eropa13, epidemi
segera dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang sangat
tercemar. Lingkungan tanpa sanitasi memadai, banyak sampah,
kotoran manusia dan kotoran hewan, yang merupakan lingkungan
hidup berbagai jenis bakteri pathogen14. Kesadaran atas
persoalan ini menjadi titik awal usaha pengendalian limbah dan
sampah. Pada abad ke-14, masyarakat Majapahit, di tanah air,
telah mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap sanitasi
(kesehatan lingkungan) dan pengendalian air
15
Pada pertengahan
1850-an,. di Chicago dibangun sistem pengolahan sewage
10 Berdasarkan Fikih Ekonomi limar bin AI-Khathab (AI-Haritsi 2006).
llUraian lebih detil dapat dibaca pada AI-Faruqi and AI-Faruqi (1986).
12 Ini adalah dasar pengembangan model hubungan antara dosis
pencemaran dengan resiko kesehatan, elemen penting pada disiplin
human and ecoIo8.YcaIrisk assessment dan penerapannya di laut (Covello
and Merkhofer 1993, Mukhtasor et aI. -2002a, Mukhtasor et aI. 2004).
13
Markham, 1994
14 Bakteri pathogen adalah bakteri yang menyebabkan penyakit.
15 p '- 1 . b .. .
ara aIReo 09 menemuan Sisa angunan Jarmgan aIr: gorong-gorong,
saluran irigasi, dan selokan dan susunan batu bata (http://art
java. page. tl / Sejarah -Kerajaan-Majapahlt. htm, diakses 5
5
pertama di Amerika Serikat (AS) yang kemudian diikuti oleh kota
kota besar lainnya16.
Pada akhir abad ke-19, kota-kota industri di Eropa dan AS
menghadapi jenis baru pencemaran yang berasal dari limbah
industri
17
. Pembuangan limbah industri ke perairan menjadi
perhatian publik. Peristiwa kontroversi lainnya adalah
pembuangan limbah radioaktif ke Laut Irish dan Laut Mediterania.
Respon publik terhadap peristiwa-peristiwa ini cukup besar; dan
selanjutnya mengantarkan terbentuknya undang-undang untuk
pengendalian pencemaran
18
.
Di era Indonesia modem, peran pembangunan lingkungan
hidup mulai eksplisit pada Pelita II, pada era Orde Baru. Dewasa
ini penanganan pencemaran laut menjadi semakin penting dengan
terbentuknya UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, PP 19/1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut, Perpres 05/2006 tentang
Tim Nasional Penanggulangan Kondisi Darurat Tumpahan Minyak
di Laut, dan Kepmen LH 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Di
tingkat global, perhatian terhadap pencemaran laut semakin
meningkat ketika diadakan konferensi PBB "Law of the Sea" pada
tahun 1950-an. Dengan demikian, kini hukum intemasional telah
memungkinkan kerjasama untuk memecahkan persoalan
pencemaran laut yang seringkali lintas batas antar negara.
Perhatian terhadap lingkungan terus berkembang dan
standar kualitas lingkungan juga meningkat, seiring dengan
keberhasilan pengembangan IPTEK. Pada tahun 1950-an,
Amerika dan Inggris - secara paralei dan sendiri-sendiri
16
Merchant, 2002
17
Markham, 1994
18 Misalnya Federal Water Pollution Control Act., yang disebut juga
dengan Clean Water Act., pada tahun 1972, yang kemudian diikuti
dengan terbentuknya undang-undang lain seperti Great Lakes Water
QyalifJ Agreement dan Oli Pollution Act, 1990.
6
melakukan studi dan berhasil merumuskan hubungan kuantitatif
antara tingkat pencemaran bakteri pathogen atau indikatomya
pada air wisata renang dengan gejala penyakit yang diderita oleh
masyarakat penggunanya (Godfree et al. 1990). Sampai akhir
tahun 1990-an telah banyak peneliti di berbagai negara yang
menemukan model kuantitatif yang khas untuk negaranya, yang
dapat menjadi dasar penentuan nilai baku mutu air di lokasi wisata
renang daerah pantai. Negara-negara tersebut diantaranya adalah
Amerika, Inggris, Mesir, Hongkong, Spanyol dan Perancis.
Sejarah dan perkembangan ini memberi pesan bahwa
pengelolaan pencemaran laut dilakukan tidak hanya dalam
konteks korektif atau penanggulangan kecelakaan akibat
pencemaran. Namun pengelolaan juga diarahkan untuk upaya
preventif dan menjadi bagian dari stategi daya saing ekonomi dan
industri kelautan.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Ekonomi Pencemaran Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan
target Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia
pada 2015, dengan perikanan budidaya sebagai ujung tombaknya
dan perikanan tangkap juga sebagai unggulannya. Namun
demikian jika persoalan pencemaran laut tidak diatasi, dalam
pandangan kami, target ini adalah tantangan yang sangat berat
untuk dicapai - jika tidak boleh dikatakan mustahil. Beberapa
produk perikanan laut Indonesia mengalami penolakan pasar Uni
Eropa karena pencemaran. Pada tahun 2006 sampai pertengahan
tahun 2007, terjadi 17 kasus penolakan akibat pencemaran logam
berat mercury (Hg), dan 7 kasus pencemaran logam berat
cadmium (Cd) serta 1kasus pencemaran logam berat timbal (Pb).
Bahkan sejak tahun1999 produk kekerangan Indonesia dicekal
masuk ke pasar Uni Eropa (DKP 2007), karena tidak dipanen dari
7
perairan yang dinyatakan sebagai cerlified area
19
Pencekalan ini
dapat dicabut apabila Indonesia dapat menunjukkan data
klasifikasi perairan sebagai zona penangkapan kekerangan yang
bersih dan dimonitor secara baik20 (Mukadar dkk. 2008).
Pada sektor pariwisata, pencemaran laut mengakibatkan
kerugian ekonomi yang sangat besar. Misalnya, selama
panas 1987 dan 1988, pembersihan pantai (debris wash-up)
akibat pencemaran laut di New York dan New Jersey, Amerika
Serikat, mengharuskan penutupan akses ke beberapa pantai,
sehingga terjadi penurunan penggunaan pantai dan sporlfishing.
Akumulasi kerugian ekonomi dari peristiwa ini diperkirakan
mencapai $379,1 - $1597,8 juta (berdasarkan 1987$) (Ofiara and
Brown, 1999).
Dari sisi resiko kesehatan, dewasa ini telah berkembang
pemahaman hubungan kuantitatif antara keberadaan bakteri
patogen didalam air dengan resiko penyakit saluran pencernaan
(gastroenteritis) pada pengguna perairan wisata renang (Cabelli
dkk. 1982). Studi kasus perairan Kepulauan Seribu
21
(Mukhtasor
dan Maulidiyah 2005) menunjukkan bahwa peningkatan
ekonomi dapat diperoleh dengan perbaikan mutu perairan
22
, yaitu
19 Certified area adalah area penangkapan yang dinyatakan bebas dad
cemaran logam berat, khususnya logam Hg, Pb, dan Cd, bakteri
patogen serta biotoxin (DKP 2004).
20 Klasifikasi zona penangkapan yang berbasis kualitas perairan yang
baik akan mempermudah kegiatan monitoring terhadap perairan
tersebut secara periodik sehingga akan mudah mengetahui tingkat
pencemaran yang terjadi dan tahun ke tahun (Mukadar dkk. 2008).
21 Studi tersebut memperhitungkan biaya pengolahan/pembuangan
sewage, dan biaya kerusakan lingkungan yang terdid dad biaya resiko
"",ctrIlPntprjt;, dan biaya yang hilang akibat penurunan jumlah
wisatawan.
22 Berdasarkan asumsi-asumsi yang diadopsi, studi tersebut
mendapatkan bahwa baku mutu E. Coli akan lebih
diperketat dari 2001100 ml menjadi 1031100 hingga 130/100 mL
8
nilai ekonomi yang diperoleh dari berkurangnya resiko kesehatan
dan meningkatnya industri pariwisata dan perekonomian
pendukungnya, serta perbaikan kondisi lingkungan. Studi lain
tentang resiko kesehatan (Ofiara and Brown 1999) melaporkan
bahwa dampak konsumsi ikan yang terkontaminasi polutan
beracun mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar. Untuk
kasus muara sungai Hudson dan New York Bight, konsumsi ikan
jenis striped bass (popular sportfish) saja, yang terkontaminasi
PCB pada high consumption (13,38 kg/tahun), berdampak pada
kerugian ekonomi yang mencapai $33690 juta (berdasarkan
1987$).
Kita juga masih ingat kasus di Minahasa, yang menyedot
perhatian publik Indonesia, yaitu terjadinya pencemaran di Teluk
Buyat yang dihubungkan dengan limbah tailing penambangan
emas. Dilaporkan bahwa logam berat Arsen telah mencemari
sumur-sumur warga di Kampung Ratatotok dan Buyat; dan terjadi
penimbunan zat merkuri dalam sedimen, ikan, rumput laut, dan
batu karang. Dengan perhitungan yang hati-hati dan belum
memasukkan semua unsur kerugian (misalnya dampak
kesehatan), Fauzi dan Anna (2005) memperkirakan kerugian
karena kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup di
Buyat sudah mencapai angka 60-116 juta USD.
Di Jawa Timur, kita juga ingat kasus Lumpur Panas
Lapindo Sidoarjo. Kerugian terkait dengan semburan lumpur
panas tersebut, selama lima bulan sejak semburan pertama (29
Mei 2006 - 31 Oktober 2006), mencapai sekitar Rp. 5
(KNLH dan LPPM IPB 2007). Nilai itu memperhitungkan kerugian
akibat kerusakan lingkungan alami maupun lingkungan buatan
manusia. Dari total biaya tersebut, kerugian akibat kerusakan
pesisir dan laut mencapai hampir Rp. 2 Trilyun. Kini, sudah lebih
dari empat tahun semburan lumpur belum berhenti; dan dampak
lumpur juga sudah lebih dahsyat lagi, apalagi setelah lumpur
dialirkan melalui Sungai Porong ke muara di Laut Jawa.
9
Dalam kasus pencemaran minyak, sumbernya lebih
banyak berasal dari pembuangan air tanki balast kapal tanker
(Huijer, tanpa tahun). Untuk tanker berbobot 50.000 ton, buangan
air dari tanki balast dapat mencapai 1.200 barel (Bishop 1983).
Kecelakaan kapal tanker atau kegiatan produksi minyak lepas
pantai juga penting diperhatikan karena jumlah tumpahannya yang
relatif besar, dalam waktu yang singkat dan pada kawasan tertentu
sehingga berdampak besar. Ledakan drilling rig British Petroleum
(BP) PLC di Teluk Meksiko, pada 20 April 2010, membawa 11
orang korban. Tumpahannya meluas hingga mencapai pantai,
diperkirakan 5000 barel per hari
23
Ini adalah tumpahan yang
terburuk sepanjang sejarah Amerika Serikat, melebihi peristiwa
kecelakaan Exxon Valdez yang menumpahkan 11 juta gallon
minyak pada 1989.
Indonesia, peristiwa tumpahan minyak juga banyak
terjadi
24
Pada Agustus 2009, ladang minyak Montara di perairan
Australia menumpahkan sekitar 500.000 liter minyak mentah per
hari, mengalir bersama arus laut dan masuk ke periaran Indonesia
di Laut Timor (bandingkan dengan minyak tumpah di Teluk
Mexico, 5000 barel per hari!). Perhitungan {Mauludiyah dan
Mukhtasor 2009)25 menunjukkan bahwa kerugian lingkungan
23 National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), US,
memperkirakan 5000 bare! minyak tiap hari yang tumpah ke perairan.
Berbeda dengan tumpahan dari tanker yang terbatas, peristiwa ini
bersumber dari sumur bawah laut yang terus mengalirkan tumpahan
sampai kebocoran berhasil disumbat.
24 Posisi Indonesia strategis bagi lalu lintas laut, dan
dan oroduksi minyak/gas banyak berada di laut. Kejadian
laporkan literatur, misalnya Mukhtasor (2007).
25 Perhitungan dilakukan menggunakan pendekatan biaya total
kerugian fungsi dari volume minyak (Mauludivah &
Mukhtasor, 2009). Asumsinya volume tumpahan
karakteristik utama yang menentukan tingkat kontaminasi dan
dampaknya, serta jenis teknologi pembersihan yang digunakan.
10
kasus tersebut sangat besar. Berdasarkan pengalaman di Eropa,
untuk ukuran tumpahan sebesar itu, kerugiannya bisa mencapai
Rp. 10 Trilyun. Angka ini bisa lebih besar jika kondisi perairan
yang tercemar adalah perairan kaya keanekaragaman hayati dan
padat aktifitas ekonomi. Para ahli menghitung bahwa kerugian
sosial, ekonomi dan lingkungan di perairan Indonesia yang
mencapai luasan 70.000 km
2
berkisar Rp. 17 Trilyun. Angka ini
bisa bertambah jika memasukkan biaya investigasi, administrasi
maupun legal. Berapapun angkanya, perhitungan tersebut hanya
memberi petunjuk awal atas besaran skala biaya. Kerugian yang
lebih definitif perlu diinvestigasi di lapangan secara komprehensif
melalui joint assessment oleh para stakeholders.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pada tahun 1999, Pemerintah Amerika (US. EPA 1999)
membandingkan antara potensi keuntungan dan kerugian ekonomi
yang diperoleh dari penerapan peraturan lingkungan, California
Toxicity Rules (CTR). Hasilnya menunjukkan bahwa keuntungan
dari sektor kesehatan (resiko kanker), pariwisata dan passive use
mencapai 6,9 - 74,7 juta USD (berdasarkan $1998). Sedangkan
potensi biaya yang dibutuhkan untuk penerapan CTR (potential
annual cost) sekitar 33,5 - 61 juta USD (berdasarkan $1998).
Apalagi ada keuntungan lain yang tidak semua bisa diuangkan,
misalnya pengurangan jumlah polutan yang diharapkan dari
penerapan peraturan tersebut mencapai 1,1 - 2,7 juta toxic Ib-eq
per tahun; atau terjadi penurunan 15 - 50% dari beban polutan
peraturan ini tidak diterapkan.
Parameter ekonomi, misalnya gross domestic product
(GDP), sering dijadikan ukuran kemajuan ekonomi suatu ban'gsa.
Jika mengabaikan ekonomi pencemaran, parameter GDP tersebut
dapat bernilai semu, bias dan bahkan bisa menjerumuskan. Cina
memberi contoh baik untuk kasus in; (The World Bank 2007).
Ekonomi Cina mengalami pertumbuhan ekonomi dan
industrialisasi yang sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi tahunan
11
Cina mencapai 8 - 9%, dan telah mengangkat sekitar 400 juta
orang keluar dari kemiskinan. Namun demikian, industrialisasi
yang kurang ramah lingkungan telah menciptakan persoalan baru
berupa kelangkaan air, pencemaran udara dan air, peningkatan
penyakit, peningkatan jumlah kematian dini, dan
peningkatan kesenjangan sosial karena beban pencemaran lebih
banyak ditanggung oleh orang miskin dari pada golongan ekonomi
lainnya. Total kerugian dari pencemaran air dan udara saja pada
tahun 2003 mencapai 362 - 781 milyar Yuan, atau sekitar 2,68
5,78% dan GOP. Kerugian ini belum termasuk kerugian diluar
pencemaran udara dan air; dan ini berarti bahwa angka
.pertumbuhan GOP yang mengabaikan ekonomi pencemaran
dapat memberi sinyal yang salah
26

Hadirin sekalian yang berbahagia,
Teknologi Pencemaran Laut
Oalam koteks peningkatan kapasitas pengelolaan
pencemaran laut, analisis pencemaran mencakup sekurang
kurangnya enam subyek bahasan, yaitu mengenai (1) jenis
polutan, (2) karakteristik lingkungan laut, (3) proses masuknya
polutan ke lingkungan laut, (4) kualitas lingkungan laut sebelum
dan sesudah masuknya polutan, (5) dampak polutan terhadap
ekosistem, dan (6) standar kualitas lingkungan laut sesuai dengan
alokasi pemanfaatannya. Atas dasar pemahaman tentang subyek
subyek tersebut, maka teknologi - sebagai suatu sistem
kemampuan untuk peningkatan nilai tambah barang dan jasa
dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan
pencemaran laut.
. k ' . k 26
Ekonoml pencemaran merupa an mstrumen pentmg untu
menghidari kerugian yang lebih besar di masa depan (potential lost),
dan meningkatkan daya saing ekonomi berbasis sumbedaya alamo
12
Ada tiga jenis polutan yang masuk ke lingkungan laut,
yaitu berupa zat, organisme dan energj27. Jika ditinjau dari daya
urainya, polutan dibedakan dalam kelompok bahan konservatif
dan non-konservatif28. Oalam disiplin kajian resiko kesehatan, ada
polutan penyebab penyakit kanker (carcinogen) dan bukan
penyebab kanker (non-carcinogen). Pemahaman tentang jenis
jenis polutan ini telah mengantarkan berkembangnya teknologi
modern untuk mengklasifikasikan tingkat bahaya suatu polutan di
lingkungan29; dan berdasarkan hal tersebut, priontas pengelolaan
pencemaran laut dapat disusun (Covello and Merkhofer 1993,
Feng et al. 1989, Mukhtasor et al. 2004, Neff 1997, Sauer et al.
1997). '
Lingkungan laut adalah lingkungan yang khas. Air laut
mempunyai sifat fisik dan bergerak sangat dinamis
3o
. Laut juga
merupakan habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Oleh
karena itu, ketika polutan masuk ke lingkungan laut, polutan
mengalami proses fisika, proses kimia, dan proses biologi31.
27 Tiga jenis polutan, yaitu zat (misalnya padatan tersuspensi, bahan
organik dan logam), organisme (misalnya bakteri dan virus pathogen),
atau energi (misalnya limbah air panas dan radiasi limbah nuklir).
28 Bahan konservatif tidak terurai atau bertahan lama berada dalam
perairan laut, misalnya plastik dan deterjen; dan bahan non-konservatif
adalah bahan yang relatifmudah terurai, misalnya minyak dan protein.
29 Teknologi identifikasi jenis polutan telah berkembang maju dan
hasilnya telah tersedia untuk penelitian dan industri, misalnya dalam
bentuk basis data seperti IRIS (Integrated Risk Information System).
30 Dinamika laut ditandai dengan gerakan arus, pasang surut, atau
gelombang laut. Kondisi dinamis ini besama dengan keadaan densitas,
suhu, komposisi kimia dan salinitas air laut yang khas menyebabkan
polutan mengalami respon tertentu ketika memasuki lingkungan laut.
31 Contoh proses fisika adalah pengenceran, penguapan, sedimentasi,
transportasi oleh arus, dan difusi. Contoh proses kimia adalah reaksi
dengan zat lain atau oksidasi. Contoh proses biologi adalah keterlibatan
polutan dalam jejaring makanan (biokonsentrasi dan biomagnifikasi).
13
Namun demikian, proses mana yang paling dominan tergantung
pada kondisi lingkungan laut dan sifat polutan tersebut. Upaya
pemahaman tentang proses-proses tersebut telah mendorong
berkembangnya teknologi untuk menjelaskan nasib polutan atau
memodelkan fate and transport polutan di lauP2.
Masuknya polutan ke lingkungan laut bisa secara alami
atau oleh kegtatan manusia (anthropogenic)33. Dari segi sebaran
lokasi sumbemya, sumber pencemaran ada yang berupa point
sources (sumber titik) dan non-point sources (sumber bukan
titik)34. Dari segi lama kejadiannya, ada pencemaran yang bersifat
relatjf instant atau seketika, dan ada yang kontinyu. Masing
masing kasus itu mempengaruhi intensitas interaksi polutan
dengan manusia khususnya, dan ekosistem pada umumnya
35
.
32 Berbagai penjelasan atau model matematika dan model nsik, dengan
pendekatan deterministik ataupun probabilistik, telah diajukan oleh
banyak peneliti pencemaran laut (misalnya Brooks 1960, Fischer et al.
1979, Reed et a1. 1996, Mukhtasor 2001, Mukhtasor and Lye 2004,
Mukhtasor dkk. 2002b, 2003, 2005, Mukhtasor et a1. 2001,
Mukhtasor dkk. 2006, Niu et a1. 2009, dan Turner 2010).
33 Contoh pencemaran alami adalah pencemaran akibat gunung
meletus; sedangkan pencemaran oleh kegiatan manusia (anthropogenic)
misalnya adalah pembuangan limbah kegiatan perikanan.
34 Point sources (sumber titik) , yaitu sumber pencemaran yang dapat
didefiniskan dengan jelas, misalnya anjungan yang tenggelam.
Sedangkan non-point sources (sumber bukan titik) adalah sumber
pencemaran yang tidak terlokalisir secara dennitif, misalnya buangan
limbah rumah tangga yang tidak terintegrasi di sepanjang pantai.
35 Sebagian besar pencemaran anthropogenic terjadi didalam atau
dekat daerah hunian, atau di areal industri. Ini berarti bahwa polutan
~
seringkali terkonsentrasi lebih tinggi di lokasi yang memungkinkan
intensitas interaksi yang tinggi antara polutan dengan manusia.
14
Teknologi di bidang ini berkembang untuk kasus-kasus yang
spesifik
36
.
Setiap pencemaran berpengaruh pada kualitas
Iingkungan37. Teknologi untuk karakterisasi lingkungan telah
berkembang, terutama untuk aplikasi pemantauan kualitas air laut,
baik dengan cara in-situ manual, otomatic continuous sampling
maupun dengan teknik penginderaan jauh atau remote sensing.
Metode pemantauan kualitas lingkungan pada badan air atau
dasar laut juga dikembangkan dengan bantuan robot bawah air,
baik yang diopersikan dengan kabel maupun robot kapal tanpa
awak. Pendekatan water quality index juga tersedia untuk
penilaian kualitas air berdasarkan parameter yang jumlahnya
banyak, dengan kondisi lingkungan yang dinamik dalam kurun
waktu pengurukuran yang lama (misalnya Husain et al. 1999).
Pengaruh polutan pada ekosistem dapat dikelompokkan
kedalam dampak sosial, dampak ekonomi dan dampak
lingkungan. Dampak terhadap biota laut terdiri dari pengaruh
jangka pendek (acute) dan pengaruh jangka panjang (chronic).
Metodologi ecotoxycology telah berkembang pesat dan hasilnya
36 Misalnya model CORMIX (asymptotic-based system, steady state)
untuk ocean oulfall (US EPA 1991a), model matematika difusi
turbulen (Brooks 1969), model numerik (unsteady state) untuk
pencemaran lokal pada pembuangan limbah panas dari PLTU
(Mukhtasor dkk. 2003, Zaman dkk. 2006), model numerik (unsteady
state) 3-D untuk tumpahan minyak dari kapal tanker (Mukhtasor dkk.
2005), model hidrodinamika untuk buangan produced water berbasis
pendekatan probabilistik (Mukhtasor 2001), dan kajian resiko
lingkungan untuk perairan semi-tertutup dengan pengaruh aktifitas
manusia (Khairy et al. 2009).
37 Kualitas lingkungan meliputi kualitas fisik (misalnya kandungan
padatan tersuspensi), kualitas kimia (misalnya kandungan logam dan
hidrokarbon), atau kualitas biologi (misalnya kandungan bakteri).
15
telah diterapkan untuk penanganan pencemaran laut3
8
. Teknologi
untuk penilaian ekonomi juga telah berkembang untuk menghitung
kerusakan sumberdaya alam dan untuk menghitung besaran klaim
ganti rugi pencemaran laut (Fauzi 2004, Grigalunas et al. 1989,
Mauludiyah dan Mukhtasor 2009, Remoundou et al. 2009).
Pencemaran menyebabkan perairan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, sehingga alokasi pemanfaatannya akan
berubah. Kesesuaian perairan laut untuk pemanfaatan tertentu
dinilai berdasarkan standar yang disebut baku mutu
39
. Misalnya,
baku mutu air laut Indonesia berdasarkan Kepmen LH NO.51/2004
mengatur kualitas air untuk pemanfaatan pelabuhan, wisata bahari
dan biota laut. Teknologi yang mendasari penentuan baku mutu
telah berkembang, dari sangat sederhana dan kualitatif, sampai
dengan yang kuantitatif40 (Mukhtasor 2007, Godfree et al. 1990).
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Dari waktu ke waktu, perkembangan IPTEK meningkatkan
ketelitian, keakuratan, efisiensi, efektifitas atau produktifitas pada
metodologi, teknik dan instrumen pengelolaaan pencemaran laut.
38 EcotoxycoI0aY adalah disiplin ilmu yang mempelajari dampak negatif
bahan kimia terhadap makhluk hidup, khususnya yang terkait dengan
pencemaran lingkungan. Contoh penerapannya misalnya didalam
peraturan perundangan (misalnya USEPA 1991b), penanganan paska
kejadian pencemaran (French and French III 1989), kajian perancangan
fasilitas industri (Mukhtasor et aI. 2004), dan human health and
ecol0aYcaI risks assessment (Mukhtasor 2001, Mukhtasor et aI. 2001,
Mukhtasor et aI. 2002, Mukhtasor 2004).
39 Baku mutu adalah ukuran batas zat, organisme atau energi yang
harus ada atau polutan yang ditenggang keberadaanya di lingkungan.
40 Pendekatan epidemiologi dan kajian resiko ekologi dan kesehatan
juga telah berkembang untuk penentuan baku mutu air laut (Godfree
et aI. 1990, Mukhtasor et aI. 2004, Mukhtasor dan Hartoyo 2004,
Mukhtasor dan Mauludiyah 2005).
16
Peranan teknologi semakin penting, seiring dengan
perkembangan dan pemutakhiran IPTEK tentang pencegahan,
pengendalian, penanggulangan, pemulihan dan pemantauan
pencemaran laut.
Dalam konteks pencegahan, teknologi diarahkan untuk
usaha mitigasi pencemaran laut, pemilihan bahan-bahan yang
lebih ramah lingkungan dalam proses industri, perencanaan
menejemen lingkungan dengan pendekatan up-to-date,
pengembangan baku mutu lingkungan, penataan kelembagaan
pengelolaan lingkungan laut, dan pemberlakuan peraturan
perundangan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan41.
Untuk konteks Indonesia, telah ada amanat UU bahwa biaya
dampak lingkungan atau eksternalitas haruslah dimasukkan dalam
penilaian biaya kegiatan atau usaha ekonomi, sebagaimana
tercermin dalam UU 30/2007 tentang Energi dan UU 3212009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pengendalian pencemaran laut diarahkan untuk
memastikan adanya usaha pengendalian limbah-limbah yang
dihasilkan oleh proses produksi pada industri dan kegiatan
domestik, sebelum akhirnya sisa kegiatan atau limbah tersebut
dibuang ke lingkungan laut secara aman. Ahmadun et al (2009),
misalnya, mengkaji ulang berbagai jenis teknologi yang tersedia
saat ini dan biayanya untuk pengendalian dampak produced water
dari produksi minyak/gas, baik dari segi pengolahan maupun
pembuangannya
42
. Untuk penerapan di anjungan tengah laut,
41 Dewasa ini telah berkembang penelitian dan usaha-usaha untuk
memasukkan resiko lingkungan dalam akuntansi finansial industri,
sehingga resiko kecelakaan yang besar dapat dicegah dengan proaktif
menyelenggarakan program-program sebelum atau selama kegiatan
berlangsung.
42 Perlu dicatata, tidak ada satupun teknologi yang cocok untuk
mengolah limbah produced water secara tuntasj dua atau lebih sistem
teknologi perlu dikombinasikan secara serio Meskipun produced water
pada dasamya adalah beracun, level teknologi saat ini sudah mampu
17
sistem pengolahan secara fisik dan kimia sudah dapat disediakan
dalam ukuran yang hemat tempat.
Penanggulangan pencemaran dilakukan ketika kejadian
pencemaran telah terlanjur terjadL Penanggulangan diarahkan
untuk melokalisir dampak pencemaran, memindahkan bahan
berbahaya ke tempat yang semestinya, dan membersihkan
polutan dari lokasi pencemaran. Metode penanggulangan fisik dan
kimia banyak digunakan, misalnya oil boom, oil skimmer,
absorbent, dispersant, dan pembakaran untuk penanggulangan
tumpahan minyak di laut (Mukhtasor 2007).
Ketika pencemaran t e ~ a d i dan dampaknya telah
ditanggulangi, maka sisa-sisa polutan perlu dibersihkan untuk
memastikan kualitas lingkungan laut membaik kembali, melalui
kegiatan pemulihan, atau yang diistilahkan dengan remediasL
Teknologi pemulihan sangat tergantung pada jenis polutan dan
kondisi lingkungan. Untuk kasus minyak tumpah, misalnya, teknik
remediasi yang paling banyak digunakan adalah teknik
bioremediasi (Munawar dan Mukhtasor 2007, Munawar dkk.
2007). Pengembangan teknologi bioremediasi dengan teknik
biostimulasi telah dilaksanakan di ITS dan menghasilkan
komposisi pelet yang cocok untuk aplikasi wilayah pesisir
(Mukhtasor 2008, Munawar 2010).
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Penutup
Tantangan pembangunan kelautan semakin han kian kompleks
43
.
mengolah sampai kualitas yang mememuhi syarat untuk penggunaan
ulang, termasuk mampu mengolah samapai setara dengan kualitas air
minum (Ahmadun et aJ. 2009).
43 Pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru yang sebagian besar terletak
di kota-kota pesisir juga menghadirkan tantangan baru, khususnya
dalam pengelolaan pencemaran laut.
18
Kebijakan pembangunan membutuhkan perspektif ekonomi dalam
mengapresiasi nilai sumberdaya pesisir dan laut dalam rangka
memeliharanya dari persoalan pencemaran. Remoundou et al
(2009) juga menunjukkan bahwa nilai ekonomi sumberdaya
persisir dan laut, baik yang dapat diperdagangkan maupun yang
tidak dapat diperdagangkan, memberi pembenaran atas
pentingnya pemanfaatan dan pengelolaannya secara
berkelanjutan, termasuk melalui pengelolaan pencemaran laut. Hal
membutuhkan dukungan kapasitas metodologi, teknik dan
instrumen untuk pencegahan, pengendalian, penanggulangan,
pemulihan dan pemantauan pencemaran laut. Teknologi
pencemaran laut yang telah berkembang dewasa ini
menyediaakan dukungan peningkatan kapasitas tersebut.
Dari perspektif ekonomi dan teknologi, sesungguhnya,
pengelolaan pencemaran laut tidak dimaksudkan untuk
menghentikan semua kegiatan ekonomi yang berpotensi
menghasilkan limbah. Pengelolaan pencemaran laut lebih
dimaksudkan untuk mengendalikan polutan yang boleh dan tidak
boleh dibuang ke laut, dengan memperhatikan sifat polutan,
dampaknya terhadap lingkungan, kesesuaiannya dengan keadaan
lokasi kegiatan, cara pembuangannya dan persyaratan relevan
lainnya.
Alasan untuk perspektif ini adalah, pertama, semua
kegiatan manusia dalam skala besar maupun kecil selalu
menghasilkan limbah. Menghentikan produksi limbah secara total
sama dengan menghentikan kegiatan pembangunan. Dalam
konteks ini pengelolaan pencemaran diarahkan untuk mengurangi
jenis dan jumlah polutan sebagai hasil samping kegiatan
pembangunan tersebut. Alasan kedua adalah bahwa pesisir dan
laut memiliki kapasitas asimilasi - dalam skala tertentu - untuk
memproses atau mendaur ulang polutan yang masuk kedalamnya.
Oleh karena itu, persoalannya bukan pada boleh atau tidaknya
membuang limbah, tetapi dimana dibuangya, bagaimana
membuangnya dan apa persyaratannya.
19
Ekonomi dan teknologi pencemaran laut merupakan faktor
penting perbaikan pengelolaan pencemaran laut. Berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang berkembang dewasa ini, kita
semakin yakin bahwa kegiatan pengelolaan pencemaran laut
bukanlah pemborosan; tetapi sebaliknya, merupakan insentif
produktif bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
yang tidak ramah lingkungan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi di satu sisi, dan kerusakan lingkungan dan
kesenjangan sosial di sisi yang lain; dan ini berarti bahwa
parameter pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan ekonomi
pencemaran dapat memberi sinyal yang salah. Selanjutnya,
kemajuan teknologi dewasa ini telah memungkinkan bahwa
pengelolaan pencemaran laut dilakukan tidak saja dalam konteks
korektif atau penanggulangan kejadian pencemaran; namun juga
preventif dan menjadi bagian dari stategi daya saing ekonomi
kelautan yang berbasis sumberdaya alam, misalnya industri wisata
bahari dan perikanan.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Pada bag ian akhir ini, kami ingin mengungkapkan rasa
syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia yang
tidak terhitung. Hanya dengan pertolongan-Nya saya mampu
melaksanakan tugas hingga sampai pada pengukuhan pagi ini.
Saya memohon do'a restu pada hadirin semua, semoga saya
dapat mengemban amanah sebagai Guru Besar dengan sebaik
baiknya, sebagai wujud rasa syukkur dan pengabdian saya
kepada Allah SWT, dan sebagai pelaksanaan pesan Rosulullah
SAW agar kita menyebarluaskan kemanfaatan yang terbaik.
Selanjutnya saya menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Mohammad
NUH,
20
2. Bapak Rektor ITS, Anggota Senat ITS, Dekan FTK, Ketua
Jurusan Teknik Kelautan, Koordinator Bidang Lingkungan dan
Energi Laut, dan Ketua Laboratorium Lingkungan dan Energi
Laut.
3. Para Pimpinan Dewan Energi Nasional, yaitu yang kami
hormati Bapak Presiden RI, Bapak Wakil Presiden RI, dan
Bapak Menteri ESDM, serta rekan sejawat Anggota Dewan
Energi Nasional, baik dari unsur Pemerintah, yaitu Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perhubungan,
Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala BAPENAS,
Menteri Pertanian, Menteri Riset dan Teknologi, dan Menteri
Lingkungan hidup, serta anggota dari unsur pemangku
kepentingan, Ir. Agusman Effendi, Dr. Ir. Herman Darnel
Ibrahim, M.Sc., Prof. Dr. Widjajono, Prof. Dr. Herman
Agustiawan, Dr. Ir. Tumiran, Ir. Eddie Widiono S. MSc. dan
Prof. Dr. Rinaldy Dalimi, dan juga kawan-kawan dari
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Secara khusus,
saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dida Migfar
atas kerjasamanya dalam melaksanakan tugas Dewan Energi
Nasional di bidang lingkungan hidup dan juga didalam
memberi dukungan pada penulisan makalah orasi ini.
Secara khusus, dari lubuk hati yang paling dalam, saya
menyampaikan penghargaan, ucapan serta iringan
do'a, kepada:
1. Orang tua tercinta, Ibunda Hj. Suratemi (almarhumah) dan
Bapak H. Iswandi Shodiq, yang telah membesarkan, mendidik,
dan membimbing saya, serta memberikan do'a dan ridlonya.
AJlahummaghfirlaha warhamha wa'aafiha wa'fu'anha. Amiin.
2. Bapak dan Ibu mertua saya, H. Erboe Kadjim dan Hj.
Rodliyah, atas segala dukungan, bantuan, kesabaran dan
do'a-do'anya untuk kami sekeluarga.
21
..
3. Istri saya tercinta, Adinda Ratri Handayani S.Si. atas cinta dan
kesetiaannya, kebaikan dan kesabarannya, dukungan dan
semangatnya, kerja keras dan pengorbanannya dalam
melaksanakan tugas-tugas dan mewujudkan cita-cita.
Jazakillah khairan katsira.
4. Ananda tercinta Abduh Muhammad Fatih, Ahmad Shidqi,
Asmahana, dan Ahmad Faaiq, yang memberikan dorongan
semangat, menyejukkan jiwa, dan memberikan kebahagian
yang tidak ternilai. Semoga selalu sholih-sholihah, muslih
muslihah, giat belajar, dan menjadi orang yang berdaya dan
memberdayakan. Amiin.
5. Asatidz dan Asatidzah saya, tempat saya belajar dan
bersama-sama untuk meng-ikhlash-kan niat, mencerahkan
pikiran, bersatu dalam'ikatan ukhuwah, dan istiqomah dalam
pengabdian dan berkarya, dan juga khususnya kepada KH
Ahmad Mudzofar, MA dan Ir. Sigit Sosiantomo.
Jazakumullahu khairal jaza'.
6. Para guru saya, mulai SD, SMP dan SMA, serta para dosen
saya di ITS, dan juga dosen wali saya, Bapak Ir. Minta
Yuwana, MS. dan para supervisor selama saya kuliah di
Memorial University of Newfoundland, Canada, yaitu yang
kami hormati Prof. Dr. James J. Sharp, Prof. Dr. Leonard M.
Lye, Prof. Dr. Tahir Husain, Prof. Dr. Neil Bose, dan Prof. Dr.
Brian Veitch.
7. Prof. Daniel M. Rosyid, Ph.D, yang telah banyak memberi
inspirasi, support dan kerjasama dalam menjalankan profesi
sebagai pendidik, peneliti dan penggiat pengabdian pada
masyarakat melalui program-program Pasca Sarjana Link dan
Sandwich (ITS dan UNT), Konsorsium Kemitraan Bahari, dan
Pusat Kelautan ITS. Juga kepada Prof. Dr. Rokhmin Dahuri,
mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Prof. Dr. Dietrich
Bengen atas support dan inspirasinya dalam menulis dan
berkarya di dunia kelautan Indonesia.
8. Sahabat dan kolega kerja saya dalam belajar dan berkarya di
bidang Human and Ecologycal Risk Assessment, Prof. Dr.
Rehan Sadiq (Professor in the University of Bristish Columbia,
Canada);
9. Keluarga besar dosen, karyawan dan mahasiswa Jurusan
Teknik Kelautan ITS, yang memberikan dukungan dalam
I, suasana kerja yang akrab, hangat dan dinamis.
10. Sahabat dekat saya, Akhuna Amin Ak. MM, yang telah lama
bersama-sama belajar menyeimbangkan tugas-tugas profesi,
sosial dan keluarga - terimakasih atas inspirasi survival untuk
menghadapi tantangan kehidupan.
11. Saudara-saudara dan keluarga besar dari Blitar dan
Lamongan, dan khususnya kepada Kakak-kakak dan adik-adik
saya: Mbak Tik, Mbak Ti'in (almarhumah) , Mas Kom, Dik Yun,
Dik Pur, dan Dik Anang, dan keluarga.
12. Teman-teman sejawat di Mitra Bahari, Himpunan Ahli
Pengelola Pesisir Indonesia (HAPPI), Masyarakat IImuwan
dan Teknolog Indonesia (MITI), Institute for Sciences and
Technology Studies (ISTECS), dan Ikatan Alumni ITS.
13. Keluarga Besar Yayasan Markaz Dakwah, Yayasan Ukhuwah
Islamiyah, Yayasan Pengembangan SDM IPTEK, Yayasan
Lembaga Menejemen Infaq (LMI), Jaringan Sekolah Islam
Terpadu, Yayasan Persaudaraan Mualaf, Tim Pembina
Kerohanian Islam ITS, Jama'ah Masjid Manarul IImi, dan
Keluarga Besar RT 02/RW 07 Keputih.
14. Para sekretaris, asisten dan mahasiswa-mahasiswi Program
Sarjana dan Paskasarjana, yang selalu bahu membahu dalam
belajar, meneliti, bekerja dan melaksanakan pengabdian pada
masyarakat: Maulidiyah, Naili, Vita, Danik, Dewi, Erny,
22 23
Sandra, Pak Bambang, Pak Choirul (almarhum), Pak
Munawar, Bagus, Estu dan semuanya yang tidak bisa saya
sebut satu per satu di sini.
15. Seluruh panitia pengukuhan Guru Sesar pagi ini dan semua
fihak yang telah memberi dukungan dan bantuannya.
Demikianlah, atas kehadiran, perhatian, kesabaran dan
doa restu para hadirin semuanya, saya menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya dan permohonan maaf atas
segala kekurangan dan kekhilafan kami. Semoga Allah SWT
memberi hidayah, selalu membimbing dan meridhoi kita semua.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Daftar Pustaka
Ahmadun, F., Pendashteh, A., Abdullah, L.C., Biak, D.RA,
Madaeni, S.S., Abidin, Z.Z., 2009, Review of Technologies for
and Gas Produced Water Treatment, Journal of
Hazardous Materials, 170: 530-551.
AI Faruqi, Ismail Raji and AI Faruqi, Lois Lamya, 1986, The
Cultural Atlas of Is/am, Macmillan Publishing Company, New
Yok, 512 pp.
AI-Haritsi, Jaribah bin Ahmad, 2006. Perlindungan Lingkungan
dalam Fikih Ekonomi Umar Radhiyallahu Anhu, diambil dari
Fikih Ekonomi Umar bin AI-Khathab, Pustaka AI Kaulsar
Grup, http:www.dkmfahutan.wordpress.com/...Iperlindungan
Iingkungan-dalam-fikih-ekonomi-umar-radhiyallahu-anhu-31
Bishop, P. L., 1983, Marine Pollution and Its Control, MC.Graw Hill
Book Company, USA.
Brooks, N.H. 1960, Diffusion of Sewage Effluent in an Ocean
Current, in Proceedings of the First International Conference
24
on Waste Disposal in the Marine Environment, Edited by
Pearson, E.A., Pergamon, pp. 246-267.
Cabelli, V.J., Levin, MA, Dufour, A.P., 1982. Estuarine
Infectious Disease. Ocean Disposal of Municipal Wastewaters
Impacts on the Coastal Environment, Vol 1 : 519-576.
Covello, V.T. and Merkhofer, M. W. 1993. Risk Assessment
Methods: Approaches for Assessing Health and
Environmental Risks. Plenum Press, New York and London.
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Surat Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan, No. KEP.17/MEN/2004
tentang Sistem Sanitasi Kekerangan Indonesia.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Diijen Kelautan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (KP3K), 2001. Naskah Akademik Undang
undang Pengelolaan Wi/ayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Departemen Kelautan dan Perikanan, Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), 2007. UE RAS-2006
2007, Jakarta. (tidak dipublikasikan)
Dewan Kelautan Indonesia, tanpa tahun. Naskah Akademik
National Ocean Summit, Sekretariat Dewan Kelautan
Indonesia, Jakarta, 19 halaman.
Fauzi, A. dan Anna Suzy, 2005, Assessment Perhitungan Ganti
Rugi Kasus Dampak Penambangan PT. Newmont Minahasa
Raya: Preliminary Draft, Submitted to Kementrian Lingkungan
Hidup RI (tidak dipublikasikan).
Feng, S., Reed, M. and French, D.P., 1989, The Chemical
Database for the Natural Resource Damage Assessment
Model System, Oil &Chemical Pollution, 5:165-193.
Fischer, H. B., List, E. J., Koh, R. C. H., Imberger, J, and Brooks,
N. H., 1979, Mixing in Inland and Coastal waters, Academic
Press, New York.
25
French, D.P. and French III, F. W., 1989, The Biological Effects
Component of the the Natural Resource Damage Assessment
Model System, Oil &Chemical Pollution, 5: 125-163.
Godfree, A., Jones, F., and Kay, D., 1990, Recreational Water
Quality, The Management of Environmental Health Risk
Associated with Sewage Discharges, Marine Pol/ution
Bulletin, 21(9): 414422.
Grigalunas, T. A., Opaluch, J.J. and Tyrell, T. J.,1989, The
Economic Damages Component of the the Natural Resource
Damage Assessment Model System, Oil & Chemical
Pollution, 5: 195-215.
Huijer, Keisha, __, Trends In Oil Spills From Tanker Ships
1995-2004, International Tanker Owners Pollution Federation
(ITOPF), London, United Kingdom.
Husain, T., Khan, A. and Mukhtasor 1999, Development of Water
Quality Indices for Northwest Teritory, Canada, Project
Report, Memorial University of Newfoundland.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) dan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut
Pertanian Bogor (IPB), 2007, Updating Valuasi Ekonomi
Kerugian Semburan Lumpur Panas PT. Lapindo Brantas,
Inc., Porong Sidoado, Laporan Akhir (tidak dipublikasikan).
Khairy, M.A., Kolb, M., Mostafa, A.R., EI-Fiky, A., and Bahadir, M.
2009. Risk Assessment of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons
In A Mediterranean Semi-Enclosed Basin Affected by Human
Activities (Abu Qir Bay, Egypt). Journal of Hazardous
Materials (170): 389-397.
Mauludiyah dan Mukhtasor, 2009, Perhitungan Skala Biaya
Kerugian akibat Tumpahan Minyak: Relevansinya untuk
Perairan Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Teori dan
Aplikasi Teknologi Kelautan 2009, ITS, ISSN: 14122332, hal.
A.119-A.128.
26
Mukadar, S., Mukhtasor, Aunurohim, 2008. Studi Bioakumulasi
Logam Berat (Hg, Cd dan Pb) pada Kekerangan di Pesisir
Sidoado, Seminar Nasional Pascasarjana VIII-ITS 2008.
Mukhtasor, 2008, Teknologi Biostimulasi pada Proses
Bioremediasi Tumpahan Minyak di Wi/ayah Pesisir, Laporan
Penelitian Hibah Bersaing, Peneliti Utama, LPPM ITS, didanai
oleh Dirjen DIKTI, Diknas, 2007-2008.
Mukhtasor, 2007, Pencemaran Pesisir dan Laut, Pradnya
Paramita, ISBN: 978-979-408-541-7, Cetakan I, Jakarta, 322
hal.
Mukhtasor, 2004, Teknologi Ocean Outfall untuk daerah Wisata
Renang Perairan Pantai dengan Memadukan Aspek
Hidrodinamika Effluen dan Resiko Kesehatan, Laporan
Penelitian Hibah Bersaing, Peneliti Utama, didanai oleh Dirjen
DIKTI, Departemen Pendidikan NasionaI2003-2004.
Mukhtasor, 2003, Pengembangan Decision Support System
Minyak Tumpah di Laut, Kerjasama Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) dengan Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Mukhtasor, 2001, Hydrodynamic Modeling and Ecological Risk
based Design of Produced Water Discharge from an Offshore
Platform, Ph.D. Thesis, Memorial University of Newfoundland,
pp.244.
Mukhtasor dan Hartoyo 2004, Metode Penentuan Nilai Baku Mutu
Perairan pantai untuk Logam Merkuri dan Kadmium Berbasis
Resiko Kesehatan dan Biaya, Jurnal Teknologi Kelautan,
8(1): 23-32.
Mukhtasor and L.M. Lye 2004, Use of Response Surface
Methodology for Extracting A Model from an Artificial Neural
Network: A Case of Initial Dilution Modeling, Proceedings of
1st Water and Environment Specialty Conference of the
27
Canadian Society of Civil Engineering, CSCE, Saskatoon,
Sascatchewan, Canada, WE.56.1-WE.56.11.
Mukhtasor dan Maulidiyah, 2005, Analisis Resiko Kesehatan dan
Biaya Pengolahan Limbah pada Evaluasi Baku Mutu Air Laut
untuk Bakteri Escherichia coli (Studi Kasus: Daerah Wisata
Kepulauan Seribu Jakarta), Jurnal Teknologi Kelautan
(terakreditasi), ISSN: .1410-2919, 9 (2): 92 - 98.
Mukhtasor, Zulaika, E., Susilowati, E., Pudjiastuti, L., Setiawan,
P.R., Widiadi, J.B., Musfil, Suprapti, Triwulan, Leliyana, D.,
dan Maulidiyah, 2008, Pengantar IImu Lingkungan, ITS
Press. ISBN: 979-8879-18-8, Cetakan I, Surabaya, 302 hal.
Mukhtasor, Sujantoko dan Estu P. Pribadi, 2006, Pengembangan
Teknik Percobaan Ocean Outfall untuk Limbah Panas yang
dilepas dari Anjungan Minyak Lepas Pantai, Prosiding
Seminar Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan VI, Fakultas
Teknologi Kelautan ITS, Surabaya, hal: 192-199.
Mukhtasor, Totok Akbar Sriyudianto, Suyadi dan Haryo Armono,
2005, Pemodelan Oil Spills di Perairan Laut: Studi Kasus
Validasi Software OILMAPW, Prosiding Seminar Teori dan
Apliokasi Teknologi Kelautan V, Fakultas Teknologi Kelautan
ITS, ISSN: 1412-2332, hal: 111.98-111.104.
Mukhtasor, Tahir Husain, Brian Veitch, Neil Bose, 2004, An
Ecological Risk Methodology for Screening Discharge
Alternatives of Produced Water, Human and Ecological Risk
Assessment: An International Journal, HERA, 10(3):525-542.
Mukhtasor, Setiawan, R.E., Ikhwani, H. 2003, Simulasi
Penyebaran Limbah Panas untuk Analisis Perancangan
Sistem Sirkulasi Air Pendingin di Wilayah Pesisir,
Proqeedings Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi
Kelautan, FTK-ITS, Surabaya.
Mukhtasor, Husain, T., Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002a, Human
Health Risk-based Design of Ocean Outfall, Water and
28
Maritime Engineering, Proceedings of the Institution of Civil
Engineers, London, UK, 154, issue #1: 29-39.
Mukhtasor, Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002b, A New Approach to
Initial Dilution of Buoyancy-dominated Jet in Moving Water,
Journal of Environmental Engineering and Sciences, 1: 101
111.
Mukhtasor, Sadiq R., Husain, T., Veitch, B. and Bose, N. 2001,
Acute Ecological Risk Associated with Soot Deposition: A
Persian Gulf Case Study, Ocean Engineering, 28(9): 1295
1308.
Mukhtasor, Lye, L.M. and Husein, T., 2000, Problems of
Asymptotic Solution-based Initial Dilution Models and New
Research Direction, Proceedings of the Conference of
Canadian Society of Civil Engineering, London, Ontario.
Mukhtasor, Sharp, J.J. and Lye, L.M. 1999a, Uncertainty Analysis
of Ocean Outfalls, Canadian Journal of Civil Engineering, 26:
434-444.
Munawar, 2010, Bioremediasi Tumpahan Minyak dengan Teknik
Biostimulasi di Lingkungan Pantai, Disertasi Doktor, Fakultas
Teknik Kelautan -ITS.
Munawar dan Mukhtasor, 2007, Pengujian Nutrien Anorganik
untuk Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan
Metode Biostimulasi di Lingkungan Pantai Surabaya Timur,
Jornal Purifikasi (terakreditasi), Jurusan Teknik Lingkungan
FTSP-ITS, ISSN: 1411-3465,8(2): 151-156.
Munawar, Mukhtasor dan Tini Surtiningsih, 2007, Bioremediasi
Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode Biostimulasi
Nutrien Organik di Lingkungan Pantai Surabaya Timur,
Berkala Penelitian Hayati (Journal of Biological Researches)
(terakreditasi), Perhimpunan BioJogi Indonesia Cabang Jawa
Timur, ISSN: 0852-6834, 13(1): 91-96.
29
Neff, 1997, Metals and Organic Chemicals Associated with Oil and
Gas Well Produced Water: Bioaccumulation, Fates, and
Effects in the Marine Environment, Gulf of Mexico Produced
Water Bioaccumulation Study, Continental Shelf Associates,
Inc. for Offshore Operators Committee, April.
Niu, H., T. Husain, B. Veitch, and N. Bose, K. Hawboldt and
Mukhtasor,2009,Assessing Ecological Risks of Produced
Water Discharge in a Wavy Marine Environment, Advances in
Sustainable Petroleum Engineering and Science. 1(1).
Ofiara, D. D. and Seneca J. J., 2006, Review: Biological Effects
and Subsequent Economic Effects and Losses from Marine
Pollution and Degradations in Marine Environments:
Implications from The Literature, Marine Polluton Bulletin 52,
p.844-864.
Reed, M. and Nittis, K., 2001. Introduction to the Special Issue of
Marine Pollution Bulletin: Selected Papers from the Fourth
International Marine Environmental Modelling Seminar,
Athens, Greece, October 2000, Marine Pollution Bulletin,
43(7-12):143-144.
Reed, M., Johansen, 0., Brandvik, P.J., Daling, P., Lewis, A.,
Fiocco, R, Mackay, D., Prentki, R, 1999, Oil Spill Modelling
towards the Close of the 20
th
Century: Overview of the State
of the Art, Spill Science & Technology Bulletin, 5 (1): 3-16.
Remoundou, K., Koundouri, P., Kontogianni, A., Nunes, PAL.D,
and Skourtos, M., 2009, Valuation of Natural Marine
Ecosystems: an Economic Perspective, Review,
Environmental Science &Policy, 12: 1040-1051.
Roberts, DA, Johnston, EL and Knott, NA, 2010, Impacts of
desalination plant discharges on the marine environment: A
critical review of published studies, Water Research, Elsevier.
The World Bank, 2007, Cost of Pollution in China: Economic
Estimates of Physical Damages, The State Environmental
30
Protection Administration, P.R China, Rural Development
Natural Resources and Environment, Management Unit, East
Asia Pacific Region, The World Bank, pp; 128.
Turner, A., 2010, Marine Pollution form Antifouling Paint Particles,
Marine Pollution Bulletin, 60: 159-171.
U.S. Environmental Protection Agency (EPA), 1999, Economic
Analysis Of The California Toxics Rule, Prepared by Science
Application International Corporation (SAle).
U.S. Environmental Protection Agency (EPA) 1991a, CORMIX2:
An EXPERT System for Hydrodynamic Mixing Zone Analysis
of Conventional and Toxic Multiport Diffuser Discharges, US
EPA, Office of Research and Development, Washington, DC.,
EPAl600/3-911073.
U.S. Environmental Protection Agency (EPA) 1991 b, Technical
Support Document for Water Quality-based Toxics Control,
US EPA, Office of Water, Washington, DC., EPAl505/2-90
001 PB91-127415.
Waldichuk, M., 1973, International Approach to the Marine
Pollution Problem, Ocean Management 1, pp. 211-261.
Zaman, B., Mukhtasor, Sujantoko, 2008, Pemodelan Penyebaran
Panas dari Buangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
di Perairan Pantai, Prosiding Seminar Nasional, Teori dan
Aplikasi Tekno/ogi Kelautan 2008: Rekayasa Energi untuk
Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS, hal: 0159-0168
31
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mukhtasor
NIP : 196904201994031003
Tempat, tanggallahir : Blitar, 20 April 1969
Alamat Kantor : Kantor Jurusan Teknik Kelautan,
Gedung WA, Kampus ITS, Surabaya
atau,
Kantor Dewan Energi Nasional
Gedung Badiklat ESDM lantai 4
JI. Gatot Subroto, Kav. 49, Jakarta
Alamat Rumah : Perumahan ITS, JI. Teknik Sipil,
Blok X-14, Keputih, Surabaya 60111
Nama istri : Ratri Handayani, S.Si.
Nama Anak : 1. Abduh Muhammad Fatih
2. Ahmad Shidqi Mukhtasor
3. Asmahana Mukhtasor
4. Ahmad Faaiq Mukhtasor
Riwayat Pendidikan Formal/Akademis
1982 : Lulus SDN 1, Margomulyo, Panggungrejo, Kab. Blitar
1985 : Lulus SMPN Sutojayan, Kab. Blitar
1987 : Lulus SMA PPSP IKIP (sekarang SMAN 8) Malang
1993 : Sarjana, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
1998 : Master of Engineering, Faculty of Engineering and
Applied Science, Memorial University of Newfoundland,
Canada
2001 : Doctor of Philosophy, Memorial University of
Newfoundland, Canada.
32
Riwayat Pekerjaan
2009-2014 :Anggota Dewan Energi Nasional dari Stakeholder
Pakar Lingkungan Hidup di Bidang Energi.
20042006 :Koordinator, International (Sandwich) Master
Degree Programme in Marine and Coastal
Resources Management, Kerjasama antara the
University of Newcastle upon Tyne (UNT), Inggris,
Fakultas Teknologi Kelautan ITS, dan
Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
2004-2007 :Koordinator Bidang Lingkungan dan Energi Laut,
Fakultas Teknologi Kelautan, ITS.
2003-2007 :Program Officer, Sea Partnership Program,
Regional Center Jawa Timur, Departemen
Kelautan dan Perikanan, RI.
2003-Sekarang: Anggota Panel Pakar untuk Reviewer AMDAL di
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, RI.
2003-2006 : Anggota Panel Pakar untuk Reviewer AMDAL di
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(BAPEDALDA), Propinsi Jawa Timur.
2001-2008 : Koordinator, Program P a s k a s a ~ a n a Jurusan
Teknik Kelautan, FTK-ITS.
2001-2006 : Dosen Program P a s k a s a ~ a n a Teknik Lingkungan,
FTSP-ITS.
2001-Sekarang: Dosen/Promotor, Program Paskasarjana Teknik
Kelautan, PPSTK, FTK-ITS.
2001-Sekarang: Anggota/Peneliti, Pusat Kependudukan dan
Lingkungan Hidup, ITS.
1999 :Assistant, Memorial University of Newfoundland.
1994-Sekarang: Dosen Teknik Kelautan ITS.
33
.a
,
,
Penghargaan
2008 : Dosen Berprestasi III, ITS
2006 : Tanda Kehormatan, SATYALANCANA KARYA SATYA,
dari Presiden Republik Indonesia.
2003 : Pemenang, Peneliti Produktif ITS 2002, Pusat Penelitian
ITS
2003 : Canadian National Research Council (NRC)-funded
Research: Visiting Researcher at the Memorial University
of Newfoundland, Canada
2002 : Invited Speaker at the Second World Engineering
Congress (WEC 2002), Kuching, Malaysia.
2001 : Fellow of the School of Graduate Studies, Memorial
University of Newfoundland, Canada.
2000 : Award Winner at Society for Risk Analysis 2000 Annual
Meeting, Virginia, United States of America (USA).
1988: Mahasiswa Berprestasi ITS
Riwayat penelitian
2007-2008: Peneliti Utama, Penelitian Hibah Bersaing,
"Percobaan Skala Lapangan Bioremediasi Tumpahan
Minyak di Lingkungan Pantai dengan Metode
Biostimulasf', Departemen Pendidikan Nasional, RI.
2005 Peneliti Utama, "Pengembangan Pendekatan
Eksperimen untuk Penelitian Ocean Outfalls", Hibah
Penelitian Segitiga Biru, FTK - ITS.
2003-2004: Peneliti Utama, Penelitian Hibah Bersaing, "Teknologi
Ocean Outfall untuk Daerah Wisata Renang Wi/ayah
Pantai dengan Memadukan Hidrodinamika Efluen
34
2003
2002
2001
2001
1999
1998
1998-1999:
1996
dan Resiko Kesehatan", Departemen Pendidikan
Nasional, RI.
Visiting Researcher at Memorial University of
Newfoundland, Canada, under a grant from the
Canadian National Research Council (NRC).
Peneliti Utama, "Pemodelan Difusi Turbulen untuk
Single Buoyant Jet", Proyek DUE-LIKE, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, RI.
Hydrodynamics Modeling and Ecologycal Risk
Assessment of Produced Water Discharge from Oil
Production Platform, Ph.D. Desertation, Memorial
University of Newfoundland, Canada
Peneliti Utama, Sensitivity Analysis untuk Mixing
Zone Single Buoyant Jet dari Variabilitas dan
Ketidakpastian", Japan Society for Promoting Science
(JSPS), Pusat Penelitian, ITS.
Research Engineer, Water Quality Index
Determination Study, Memorial University of
Newfoundland and Water Resources Division, Water
Management and Planning Section, Yellowknife, NT,
Canada
Probabilistic Ocean Outfall Design, M.Eng Thesis,
Faculty of Engineering and Applied Sciences,
Memorial University of Newfoundland, Canada.
Research Engineer, Memorial University of
Newfoundland Canada.
Peneliti Utama, Pemodelan Distribusi Limbah untuk
Suatu Ocean Outfall, Pusat Penelitian, ITS.
35
a
Pengalaman Kegiatan Lain
2010: Reviewer, Program Penelitian Insentif, Dewan Riset
Nasional- Kementrian Riset dan Teknologi, RI.
2010-Sekarang: Ko-Promotor (eksternal), Program Paska Sarjana
(S3), Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga.
2009: Reviewer, Anggota PenilailTim Pakar, Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), Evaluasi Rencana
Pengembangan Tambang Emas, PT. Newmont Nusa
Tenggara Barat.
2008 : Editor (Anggota), Jurnal Teknologi, MAKARA, Universitas
Indonesia.
2007 : Ketua Tim Studi, Pemantauan Pencemaran Laut,
Kerjasama dengan Badan Koordinasi Keamanan Laut
(BAKORKAMLA), RI.
2006 : Reviewer, Penulisan Buku Teks, DP2M, Departemen
Pendidikan Nasional, RI.
2006-Sekarang, Pendiri dan Pembina Yayasan Pengembangan
SDM IPTEK, yang salah satu kegiatan pentingnya adalah
desiminasi teknologi dan pemberdayaan masyarakat
dalam pemanfaat teknologi energi biogas dan limbah
temak/limbah organik. (Notaris Iyen Suhesti, SH., No.
06/16 April2007).
2006: Reviewer, Anggota Peniiai/Tim Pakar, Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU Jawa Timur yang,
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(BAPEDALDA) Propinsi Jawa Timur. Tiga Proyek PLTU:
Pacitan, Probolinggo dan Tuban.
2006:
2005:
2004:
2004:
2004:
2004:
2003:
2003:
2001:
Ketua Tim Studi, Penyusunan Action Platn Pengendalian
Pencemaran Laut PPI Brondong, Lamongan, Kerjasama
dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa
Timur.
Ketua Tim Studi, Perencanaan Kawasan Konservasi
Pantai Madura, Kerjasama dengan Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (BAPEDAL), Propinsi Jawa Timur.
Tim Ahli, Studi Kelayakan Hygienic Fish Market Kenjeran,
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kota Surabaya.
Ketua Tim Ahli, Studi Dampak Umbah Domestik ke Panta;
Kenjeran, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kota
Surabaya.
Anggota Tim, Penyusunan Pedoman Umum Klaim Ganti
Rugi Tumpahan Minyak, Departemen Kelautan dan
Peri kanan, RI.
Anggota Tim Ahli, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Terminal Transit Utama Pertamina di Tuban,
Pusat KLH, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat ITS, Surabaya.
Reviewer, Anggota Peniiai/Tim Pakar, Environmental
Impact Assessment (AMDAL), Development of Oil and
Gas Field, Oyong dan Maleo Fields, and Construction of
Underwater Pipelines at the Madura Streat, Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, RI.
Ketua Tim Studi, Pengembangan Decision Support
System Miriyak Tumpah di Laut, Departemen Kelautan
dan Perikanan, Republik Indonesia.
Ketua Tim Studi, Konsep Pengendalian Pencemaran Laut,
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL),
Propinsi Jawa Timur.
36
37
.&
4. Mukhtasor, Abdillah Suyuthi, Dwi Endah Kusrini dan Daniel
Buku yang Diterbitkan
M. Rosyid, 2006, Studi Pengembangan Lingkungan Pantai
1. Husain, T., Sadiq, R. Mukhtasor, Khan, A. A. 2002.
Kenjeran Sebagai Kawasan Ekowisata Bahari, Jurnal Pesisir
Framework for Ecological Risk Assessment: Deterministic and
& Lautan, Indonesian Journal of Coastal and Marine
Probabilistic Analyses, The Gulf Ecosystem: Health and
Resources (terakreditasi), Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
Sustainability, Edited by N.Y. Khan, M. Munawar and A.R.G.
dan Lautan IPB, ISSN: 1410-7821,7(1): 27-41.
Price, Ecovision Monograph Series, Backhuys Publisher,
5. Mukhtasor dan Maulidiyah, 2005, Analisis Resiko Kesehatan
Leiden, The Netherlands, pp. 377-396.
dan Biaya Pengolahan Limbah pada Evaluasi Baku Mutu Air
2. Mukhtasor, 2007, Pencemaran Pesisir dan Laut, Pradnya
Laut untuk Bakteri Escherichia coli (Studi Kasus: Daerah
Pramita: Jakarta.
Wisata Kepulauan Seribu Jakarta), Jurnal Teknologi Kelautan
(terakreditasi), ISSN: 1410-2919, 9 (2): 92 - 98.
3. Mukhtasor dkk, 2008, Pengantar IImu Lingkungan, ITS Press.
6. Mukhtasor 2004, Discussion of Sensitivity Analysis and
4. Daniel M. Rosyid, 2008, Rekayasa Keandalan, Airlangga
Comparative Performance of Outfalls with Single Buoyant
Press, Mukhtasor (Editor).
Plume, Journal of Environmental Engineering, ASCE, October
2004.
7. Mukhtasor, Tahir Husain, Brian Veitch and Neil Bose 2004,
Publikasi Jurnal
An Ecological Risk Methodology for Screening Discharge
1. Niu, H., T. Husain, B. Veitch, and N. Bose, K. Hawboldt and
Altematives of Produced Water, Human and Ecological Risk
Mukhtasor, 2009, Assessing Ecological Risks of Produced
Assessment: An International Journal, HERA, ISSN 100080
Water Discharge in a Wavy Marine Environment, Advances in
7039, 10(3):525-542
Sustainable Petroleum Engineering and Science. 1 (1).
8. Mukhtasor dan Hartoyo 2004, Metode Penentuan Nilai Baku
2. Munawar dan Mukhtasor, 2007, Pengujian Nutrien Anorganik
Mutu Perairan pantai untuk Logam Merkuri dan Kadmium
untuk Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan
Berbasis Resiko Kesehatan dan Biaya, Jurnal Teknologi
Metode Biostimulasi di Lingkungan Pantai Surabaya Timur,
Kelautan, 8(1): 23-32.
Jornal Purifikasi (terakreditasi), Jurusan Teknik Lingkungan
9. Mukhtasor, Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002, A New Approach
FTSP-ITS, ISSN: 1411-3465,8(2): 151-156.
to Initial Dilution of Buoyancy-dominated Jet in Moving Water,
3. Munawar, Mukhtasor dan Tini Surtiningsih, 2007,
Journal of Environmental Engineering and SCiences, 1: 101
Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode
111.
Biostimulasi Nutrien Organik di Lingkungan Pantai Surabaya
10. Mukhtasor, Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002, Methods of
Berkala Penelitian Hayati (Journal of Biological
Compliance Evaluation for Ocean Outfall Design and
Researches) (terakreditasi), Perhimpunan Biologi Indonesia
Analysis, Environmental Management, 30(4): 536-546.
Cabang Jawa Timur, ISSN: 0852-6834,13(1): 91-96.
39
38
~
11. Mukhtasor, Husain, T., Lye, L.M. and Sharp J.J. 2002, Human
Health Risk-based Design of Ocean Outfall, Water and
Maritime Engineering, Proceedings of the Institution of Civil
Engineers, London, UK, 154, issue #1: 29-39.
12. Mukhtasor, Sadiq R., Husain, T., Veitch, B. and Bose, N.
2001, Acute Ecological Risk Associated with Soot Deposition:
A Persian Gulf Case Study, Ocean Engineering,Vol. 28. No.
9. pp. 1295-1308.
13. Mukhtasor, Sharp, J.J. and Lye, L.M. 1999a, Uncertainty
Analysis of Ocean Outfalis, Canadian Journal of Civil
Engineering, 26: 434-444.
14. Mukhtasor 2002, Unjuk Kerja Teknologi Ocean Outfall:
Meneari Alternatif Penanganan Limbah di Lingkungan Pantai,
Jurnal Teknologi Kelautan, Vol. 5. No.1, Januari, hal. 38-42.
Presentasi dan Prosiding Seminar
1. Mauludiyah dan Mukhtasor, 2009, Perhitungan Skala Biaya
Kerugian akibat Tumpahan Minyak: Relevansinya
Perairan Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Teori dan
Aplikasi Teknologi Kelautan 2009, ITS, ISSN: 14122332, hal.
A.119-A.128.
2. Zaman, B., Mukhtasor, Sujantoko, 2008, Pemodelan
Penyebaran Panas dari Buangan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) di Perairan Pantai, Prosiding Seminar Nasional,
Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2008: Rekayasa Energi
untuk Aplikasi Teknologi Kelautan, ITS, ISSN 1412-2332, hal:
0159-0168.
3. Kartika Sudiati, Mukhtasor dan Hasan Ikhwani. 2007, Model
Pencemaran yang Bersumber dari Oarat di Pantai Kenjeran,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil /11-2007, Program
40
t,.
Studi Pasca Sarjana Jurusan Teknik Sipil, ITS, ISBN: 978
979-99327-2-3, hal: E21 - E34.
4. Mukhtasor, Sujantoko dan Estu P. Pribadi, 2006,
Pengembangan Teknik Percobaan Ocean Outfall untuk
Limbah Panas yang dilepas dari Anjungan Minyak Lepas
Pantai, Prosiding Seminar Teori dan Aplikasi Teknologi
Kelautan VI, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Surabaya,
ISSN: 1412-2332, hal: 192-199.
5. Bambang Suprakto, Wahyudi dan Mukhtasor, 2006, Studi
Kondisi Mangrove Pesisir Selatan Kabupaten Sampang
Menggunakan Data Lansat TM 7, Prosiding Seminar Nasional
Kelautan II, Universitas Hang Tuah, Surabaya, ISSN: 979
3153-21-0, hal: 11.58-11.64.
6. Bambang Suprakto, Wahyudi dan Mukhtasor, 2006, Kajian
Penentuan Kawasan Konservasi Mangrove Berdasarkan
Kriteria Bio-fisik Lingkungan Pesisir Selatan Kabupaten
Sampang, Prosiding Seminar Nasional Rekayasa
Perencanaan VII, Jurusan Teknil Lingkungan, Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jatim, Surabaya, ISSN:
979-98568-6-8, hal: 0.5.1-0.5.9.
7. Mukhtasor, Totok Akbar Sriyudianto, Suyadi dan Haryo
Armono, 2005, Pemodelan Oil Spills di Perairan Laut: Stud;
Kasus Validasi Software OILMAPW, Prosiding Seminar Teori
dan Apliokasi Tekno/ogi Kelautan V, Fakultas Teknologi
Kelautan ITS, ISSN: 1412-2332, hal: 111.98-111.104.
8. Munawar dan Mukhtasor, 2005, Model Stoikiometri
Perkiraan Jumlah Nutrien pada Bioremediasi Tumpahan
Minyak dengan Metode Biostimulasi di Lingkungan Pantai,
Prosiding Seminar Teori dan Apliokasi Teknologi Kelautan V,
Fakultas Teknologi Kelautan ITS, ISSN: 1412-2332, hal:
111.91-111.97.
41
..
9. Mukhtasor and L.M. Lye 2004, Use of Response Surface
Methodology for Extracting A Model from an Artificial Neural

Foundation
Developments
Advanced Study Institute on Recent
in Coastal Eutrophication Research:
Network: A Case of Initial Dilution Modeling, Proceedings of Prediction, Decision Support Systems, and Management, The
1st Water and Environment Specialty Conference of the University of Hong Kong, 5-12 February.
Canadian Society of Civil Engineering, CSCE, Saskatoon,
16. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husain, T. 2001, Far Field
Sascatchewan, Canada, WE.56.1-WE.56.11.
Hydrodynamic Modeling of Ocean Discharges: Methods of
10. Mukhtasor, Setiawan, R.E., Ikhwani, H. 2003, Simulasi Dealing with Uncertainty, Conference of Canadian Society of
Penyebaran Limbah Panas untuk Analisis Perancangan Civil Engineering (CSCE), June, Victoria.
Sistem Sirkulasi Air Pendingin di Wilayah Pesisir,
17. Mukhtasor, Husain, T., Bose, N. and Veitch, B. 2000,
Proceedings Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi
Produced Water Discharge into the Marine Environment:
Kelautan, FTK-ITS, Surabaya.
Water Quality Criteria and Environmental Risk Assessment,
11. Mukhtasor 2002, Evaluation Of Buoyant Spreading Proceedings of Third Specialty Conference on Environmental
Associated Dilutions Under Uncertainty, Proceedings of the Progress in the Petroleum & Petrochemical Industries, 1-3
Third Regional Marine Technology Conference, MARTEC May, Bahrain, paper #23.
2002, 10 Juli, Surabaya, pp. 49-59.
18. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husain, T. 2000, Problems of
12. Mukhtasor, L.M. Lye and Sharp, 2002, Mixing Zone Analysis Asymptotic Solution-based Initial Dilution Models and New
of Produced Water Discharge from Offshore Oil Producing Research Directions, Proceedings of the Conference of
Platform, Proceedings, 2nd World Engineering Congress Canadian Society of Civil Engineering (CSCE), London, ON.
(WEC 2002), Sepcial Volume, Civil & Structural Engineering,
19. Mukhtasor and Husain, T. 1999, Environmental Risk
Kuching, Malaysia, pp. 15-21.
Assessment and Ocean Outfall Design, Proceedings of the
13. Mukhtasor 2001, Application of Environmental Risk 1999 Canadian Coastal Conference, 19-22 May, Victoria, BC,
Assessment Methods for the Analysis of Ocean Outfall, 2: 517-530.
Marine Technology 2001, Achieving Global Competitiveness
20. Mukhtasor, Lye, L.M. and Husain, T. 1999, Probabilistic Initial
in the Marine Industry, University Teknologi Malaysia, Johor.
Dilution Model for Ocean Outfalls, Proceedings of the
14. Mukhtasor 2000, Risk-based Design of Produced Water Conference of Canadian Society of Civil Engineering (CSCE),
Discharge from Offshore Oil Production Platform, Applications 2-5 June, Regina, 2: 139-147.
of Risk Analysis in Industry and Government, Society for Risk
21. Mukhtasor, Sharp, J.J. and Lye, L.M. 1998, Applicability of
Analysis (SRA) Annual Meeting, Crystal Gateway Marriott,
First Order Second Moment and Monte Carlo Simulations in
Virginia, December 3-6.
Ocean Outfall DeSign and Analysis, in Proceedings of the 11
15. Mukhtasor, Husain, T., Lye, L.M. and Sharp J.J. 2001, Human th Congress of the IAHR-APD, September 8-10, Yogyakarta,
Health Risk-based Design of Ocean Outfall, The Croucher Indonesia, 2: 331-340.
42 43
22. Mukhtasor, 1998, Probabilistic Ocean Outfall Design, M. Eng.
Thesis, Memorial University of Newfoundland, pp. 185.
23. Mukhtasor, 2001, Hydrodynamic Modeling and Ecological
Risk-based Design of Produced Water Discharge from an
Offshore Platform, Ph.D. Thesis, Memorial University of
Newfoundland, pp. 244.
24. Mukhtasor J.J. Sharp and L. M. Lye, 1997, Application of
Probabitistic Methods for Initial Dilution of Horizontal Round
Jet in Moving Waters, Proceeding of ISSM, 2-3 August 1997,
Wiesbaden, Germany, 115-117.
25. Sadiq, R., Veitch, B., Williams, C., Pennell, V., Niu, H.,
Worakanok, B., Hawboldt, K., Husain, T., Bose, N.,
Mukhtasor, Coles, C. 2002, An Integrated Approach to
Environmental Decision-Making for Offshore Oil and Gas
Operations, Canada-Brazil Oil and Gas HSE Seminar and
Workshop, March 11-12 March.
26. Sadiq, R., Mukhtasor, Veitch, B., Husain, T., and Bose, N.
2000. Environmental risk assessment of wastes from offshore
oil operations. Poster display and abstract, Proceedings,
Understanding the Environmental Effects of Offshore
Hydrocarbon Development Workshop, Sable Offshore Energy
Environmental Effects Monitoring Advisory Group, Dartmouth.
27. Mukhtasor dan Satriyanto 2002, Modifikasi Persamaan Difusi
Turbulen Satu Dimensi sebagai Alternatif Teknologi
Perencanaan Ocean Outfall, Proceedings Seminar Nasional,
Insentif Ekonomi dan Tekno/ogi da/am Pembangunan
Berkelanjutan, Pusat Penelitian Kependudukan dan
Lingkungan Hidup ITS, Surabaya, 14 Mei, paper # B12.
44

You might also like