You are on page 1of 27

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA SEJAK ORDE LAMA HINGGA REFORMASI A.

Ekonomi Indonesia pada masa orde lama (1950-1966) 1. Demokrasi Liberal a. Kondisi Ekonomi Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959). Kondisi Ekonomi Indonesia pada masa liberal masih sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. 1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, Bangsa Indonesia menanggung beban keuangan dan ekonomi, seperti yang telah ditetapkan dalam hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar negeri sebesar 1,5 triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah. 2. Politik Keuangan Indonesia tidak dibuat di Indonesia melainkan dirancang di Belanda. 3. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional. 4. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan sangat meningkat. 5. Defisit yang harus ditanggung pemerintah RI pada waktu itu sebesar Rp. 5,1 miliar. 6. Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan. 7. Angka pertumbuhan jumlah penduduk besar. Defisit itu berhasil ditanggulangi oleh pemerintah dengan pinjaman luar negeri sebesar Rp. 1,6 miliar. Selanjutnya melaui sidang uni Indonesi-Belanda disepakati

kredit sebesar Rp.200juta dari Negeri Belanda. Masalah jangka pendek yang harus diselesaikan pemerintah adalah: 1. Mengurangi jumlah uang yang beredar. 2. Mengatasi kenaikan biaya hidup. Sementara itu masalah jangka panjang adalah masalah pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah. b. Usaha untuk memperbaiki perekonomian. 1. Gunting Syarifuddin Kebijakan gunting syarifuddin adalah pemotongan nilai uang. Tindakan keuangan ini dilakukan pada tanggal 20 maret 1950 dengan cara memotong semua uang memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 keatas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan keuangan ini dilakukan pada masa pemerintahan RIS oleh menteri keuangan pada waktu itu Syarifuddin Prawiranegara. 2. Program Benteng (benteng group) Gagasan program benteng dituangkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo dalam program kabinet Natsir (September-April 1951). Pada saat itu Sumitro menjabat sebagai menteri perdagangan. Selam 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program Benteng ini. Akan tetapi, tujuan dari program ini tidak dapat dicapai dengan baik. Kegagalan program ini disebabkan para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan perusahaan non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal. Kegagalan Program Benteng menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Walaupun dilanda krisis moneter, namun menteri keuangan pada masa kabinet sukiman, Jusuf Wibisono masih memberikan bantuan kredit, khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah. Dengan memberikan bantuan

tersebut diharapkan masih terdapat pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor. 3. Nasionalisasi de javasche bank Pada tanggal 19 Juni 1951, kabinet Sukiman membentuk nasionalisasi De Javasche Bank. Kemudian berdasarkan keputusan-keputusan pemerintah RI N. 122 dan 123, tanggal 12 Juli 1951, pemerintah memberhentikan Dr. Houwink sebagai Presiden De Javasche Bank dan mengangkat Syarifuddin Prawiranegara sebagai Presiden De Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15 Desember 1951 diumumkan Undang-undang No. 24 tahun 1951 tentang nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai Bank sentral dan Bank Sirkulasi. 4. Sistem Ekonomi Ali-Baba Diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo, menteri perekonomian dalam kabinet Ali Sastroamijoyo I. Dalam sistem ini Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi, sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusah non pribumi. Dalam kebijakan Ali Baba, pengusaha non pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Selanjutnya, pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swata nasional dan memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik, sebab pengusah pribumi kurang berpengalaman sehingga hanya dijadikan lat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. 5. Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek) Pada masa pemerintahan kabinet Burhanuddin Harahap dikirimkan suatu delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan sebagai berikut:

Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-Undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak. Karena pemerintah Belanda tidak mau menandatangani persetujuan ini, maka pemerintah RI mengambil langkah sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Hal ini dimaksudkan untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sebagai tindak lanjut daripembubaran uni tersebut, pada tanggal 3 Mei 1956 Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Akibatnya, banyak pengusaha-pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda tersebut. 6. Rencana Pembangunan Lima tahun (RPLT) Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Ir. Djuanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Pada bulan Mei 1956, Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961. Rencana Undang-Undang tentang rencana Pembangunan ini disetujui oleh DPR pada tanggal 11 November 1958. Pembiayaab RPLT ini diperkirakan mencapai Rp. 12,5 miliar. RPLT ini tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. Adanya depresi ekonomi Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.

Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakannya masing-masing. 7. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) Ketegangan antara pusat dan daerah pada masa Kabinet Djuanda untuk sementara waktu dapat diredakan dengan diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Ir. Djuanda sebagai Perdana Menteri memberikan kesempatan kepada Munap untuk mengubah rencana pembangunan itu agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Akan tetapi, rencana pembangunan ini tidak dapat berjalan dengan baik karena menemukan kesulitan dalam menemukan prioritas. Selain itu ketegangan politik yang tak bisa diredakan juga mengakibatkkan pecahnya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk mengatasi pemberontakan ini diperlukan biaya yang sangat besar sehingga emningkatkan defisit. Sementara itu ketegangan politik antara Indonesia dengan Belanda menyangkut Irian Barat juga memuncak menuju konfrontasi bersenjata. 2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Strukur Ekonomi Indonesia pada waktu itu menjurus kepada sistem etatisme, artinya segala-galanya diatur dan dipegang oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan ekonomi banyak diatur oleh peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan prinsipprinsip ekonomi banyak yang diabaikan. Akibatnya, defisit dari tahun ke tahun meningkat 40 kali lipat. Dari Rp. 60,5 miliar pada tahun 1960 menjadi Rp. 2.514 miliar pada tahun 1965, sedangkan penerimaan negara pada tahun 1960 sebanyak Rp. 53,6 miliar, hanya meningkat 17 kali lipat menjadi Rp. 923,4 miliar . Mulai bulan Januari Agustus 1966, pengeluaran negara menjadi Rp. 11 miliar, sedangkan penerimaan negara hanya Rp. 3,5 miliar. Defisit yang semakin meningkat ditutup dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Akibatnya menambah berat angka inflasi. Dalam rangka membendung inflasi dan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka pada tanggal 25 Agustus 1959 pemerintah
5

mengumumkan keputusannya tentang penurunan nilai uang (devaluasi) sebagai berikut. 1. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 500 menjadi Rp. 50. 2. Uang kertas pecahan bernilai Rp. 1000 menjadi Rp. 100. 3. Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000 Usaha Pemerintah ini tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi ekonomi secara menyeluruh, yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Dekon dinyatakan sebagai dasar ekonomi Indonesia yang menjadi bagian dari strategi umum Revolusi Indonesia. Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demkratis dan bebas dari sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, Dekon mengakibatkan stagnasi dalam perekonomian Indonesia. Kesulitan-kesulitan ekonomi semakin mencolok. Pada tahun 1961-9162 harga barang-barang pada umumnya naik 400%. Politik Konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat semakin memperparah kemerosotan ekonomi Indonesia. Pada tanggal 13 Desember 1965 melalui penetapan Presiden No. 27 tahun 1965, diambillah langkah devaluasi dengan menjadikan Uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp. 1. Sehingga uang rupiah baru semestinya bernilai 1000 kali lipat uang lama. Akan tetapi didalam Masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi uang rupiah baru. Akibatnya, tindakan moneter pemerintah menekan inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi. Pada masa Demokrasi terpimpin ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan oleh pemerintah. Akibatnya pemerintah harus mengadakan peneluaran-pengeluaran yang sangat besar, sehingga harga-harga kebutuhan pokok makin melambung tinggi. Tingkat harga paling tinggi terjadi pada tahun

1965, yaitu sebesar 200%-300% dari tahun sebelumnya, seiring dengan ekspor yang semakin lesu dan impor yang dibatasi karena lemahnya devisa. Dalam rangka pelaksanaan ekonomi terpimpin, Presiden Soekarno merasa perlu untuk mempersatukan semua bank negara kedalam satu bank sentral. Untuk itu dikeluarkan penpres No. 7 Tahun 1965 tentang pendirian Bank Tunggal Milk Negara. Tugas bank tersebut sebagai bank sirkulasi, bank sentral dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan itu maka dilakukan peleburan bank-bank negara Seperti Bank koperasi dan Bank Nelayan (BKTN), Bank Umum Negara, Bank Tabungan negara, Bank Negara Indonesia kedalam Bank Indonesia. Selanjutnya dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan pekerjaan dan tugas masing-masing. B. Ekonomi Indonesia Pada Masa Orde Baru (1966-1998) Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru. Berbeda dengan pemerintahan Orde Lama, dalam era Orde Baru ini perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air. Pemerintahan Orde Baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter International (IMF). Sebelum rencana pembangunan lewat Repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor yang sempat mengalami stagnasi pada masa Orde Lama. Pada permulaan Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat

inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan poko rakyat. Tindakan pemerintah tersebut dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650% setahun. Hal itu menjadi penyebab dari kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah. Arah dan kebijakan Ekonomi yang ditempuh oleh pemerintah Orde Baru diarahkan pada pembangunan disegala bidang. Pelaksanaan pembangunan orde baru bertumpu pada program yang dikenal dengan sebuah program yang dikenal dengan Trilogi Pembangunan, yaitu sebagai berikut. a) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b) Pertumbuhan eoknomi yang cukup tinggi. c) Stabilitas nasional yabg sehat dan dinamis. Pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan orde baru secara periodik 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Pembangunan yang dimaksud adalah sebagai berikut. a) Pelita I (1 April 1969 31 Maret 1974) Tujuan dari Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar dasar pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya. Sasaran yang hendak dicapai ialah pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menekankan kepada pembangunan bidang pertanian. b) Pelita II (1 April 1974 31 Maret 1979) Sasaran utama Pelita II yaitu tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.

c) Pelita III (1 April 1979 31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi Pembangunan dengan tekanan pada asas pemerataan, yaitu : Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak (pangan, sandang dan papan); Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan; Pemerataan pembagian pendapatan; Pemerataan kesempatan kerja; Pemerataan kesempatan berusaha; Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalm pembangunan; Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air; dan Pemerataan memperoleh keadilan. d) Pelita IV (1 April 1984 13 Maret 1989) Pada titik ini pemerintah lebih menitikberatkan kepada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. e) Pelita V (1 April 1989 31 Maret 1994) Pada Pelita ini pemerintah menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri. f) Pelita VI (1 April 1994 31 Maret 1999)

Pada Pelita VI Pemerintah masih menitikberatkan pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. C. Ekonomi Indonesia Pada Masa Transisi Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar AS mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan jual. Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merembet ke Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, awal dari krisis keuangan di Asia. Sejak saat itu, posisi mata uang Indonesia mulai tidak stabil. Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak tambah memburuk, pemerintah Orde Baru mengambil beberapa langkah konkret, diantaranya menunda proyek-proyek senilai Rp 39 triliun dalam upaya mengimbangi keterbatasan anggaran belanja negara yang sangat dipengaruhi oleh perubahan nilai rupiah tersebut. Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan transisi memiliki karakteristik sebagai berikut: Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp. 2.500 menjadi Rp 2.650 per dollar AS. Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi tidak stabil. Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisi ekonomi yang kemudian memuncuilkan krisis politik terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Pada awal pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi. Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, sehingga kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya sebagai masa transisi karena KKN semakin menjadi, banyak kerusuhan.

10

D. Ekonomi Indonesia Pada Masa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid memiliki karakteristik sebagai berikut:

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri jufga sudah mulai stabil.

Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan IMF juga kurang baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU No.23 tahun 1999 mengenai bank Indonesai, penerapan otonomi daerah (kebebasan daerah untuk pinjam uang dari luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda.

Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.

Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin, dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham di dalam negeri.

E. Ekonomi Indonesia Pada Masa Presiden Megawati Soekarnoputri Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri mengalami masalah-masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain : . a) Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun. . b) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di

11

dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan- kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. . . Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional. F. Ekonomi Indonesia Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yuudhoyono Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah. Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak

12

investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negeri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sektor riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sektor riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif. . Masalah Ekonomi di Indonesia - Siapa sih yang tidak tahu bahwa negara kita, Indonesia ini adalah termasuk negara yang kaya? Terutama kaya akan sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain. Tapi sayangnya pemanfaatan sumber daya alam Indonesia belum maksimal. Parahnya lagi adalah orang asing yang berhasil mengeruk kekayaan alam kita. Itu baru satu contoh permasalahan ekonomi Indonesia yang muncul kepermukaan. Tidak hanya itu, masih ada beberapa permasalahan lagi yang membuat ekonomi Indonesia agak lambat untuk berkembang.

13

Negara yang kekayaan alamnya melimpah, serta penduduknya yang beragam, adalah dosa besar dan tidak bisa mensyukuri nikmat bagi pemimpin dan pengelola (dari pusat sampai daerah), jika pengguran dan kemsikinan masih meraja lela. Masalah-masalah kependudukan sekarang ini terutama di negaranegara berkembang saat ini seperti Indonesia, dalam pembangunan ekonomi di negara ini pengangguran merupakan salah satu masalah yang rumit dan lebih serius dari pada masalah dalam distribusi pendapatan yang kurang

menguntungkan bagi penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negaranegara berkembang dalam beberapa tahun ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang sekarang ini tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Oleh Karena itu masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin serius.

Kondisi masyarakat di Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban bangsa dan masyarakat, sumber utama kemiskinan yang tidak di cari jalan keluarnya secara cepat dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Pembangunan bangsa Indonesia kedepan sangatlah tergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang sehat fisik dan mental serta mempunyai keterampilan dan keahlian kerja dibidangnya, sehingga mampu
14

membangun keluarga yang bersangkutan untuk mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap dan layak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya, dan itu semua perlu di dasari dengan ada nya motivasi dari diri sendiri.

Beberapa contoh dampak negatif dari pengangguran adalah semakin maraknya tindakan kriminal yang terjadi di Negara-negara berkembang, makin banyaknya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan semua tindakan yang meresahkan masyarakat banyak. sudah menjadi penyakit sosial yang menyebar bagaikan virus yang sulit di berantas. Penyakit sosial ini sangat berbahaya dan menghasilkan korban-korban sosial yang tidak bernilai. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, membawa dampak buruk bagi ketenaga kerjaan di Negara itu sendiri. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya di pecahkan dan dicari jalan keluarnya.

Namun, perlu kita syukuri karena kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dalam satu tahun terakhir tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit perbubahan yg membaik. Hal ini digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta menurunnya angka pengangguran.Oleh karena itu, guna menanggulangi lonjakan angkatan kerja baru serta mengurangi angka

pengangguran perlu dilakukan sebuah langkah yang tepat dan kongkrit.

15

Sebenar nya tidak susah cara menanggulangi pengangguran di Indonesia, misal nya jika anda sudah menjadi pegawai negeri yang bergaji 5 Juta ketatas ( kebanyakan guru guru di Indonesia yang sudah sertifikasi bergaji diatas 5 juta ). Maka sebaiknya minimal ada satu pembantu rumah tangga, yang bergaji diatas Rp. 500rb. Jika ada 100 ribu guru yang bersertifikasi maka akan ada 100 ribu orang terbantu. Dan juga kita harus menanamkan jiwa kewira usahawan dan menggerakkan Wira usaha baik melalui UMKM, UKM atau Wira usaha yang lain akan menggerakkan ekonomi sektor real, ekonomi rakyat dan ekonomi yang tahan banting. Jiwa wira usaha juga harus ditanamkan sejak kecil, Jiwa kemandirian harus menjadi tuntutan, kebutuhan dan solusi. Jika banyak orang mandiri, tentu akan banyak orang yang tertolong baik dalam upaya pemberantasan pengangguran maupun pemberantasan kemiskinan.

Pemerintah serta kita semua mesti mendukung upaya upaya yang mendidik gererasi wira usaha, mulai dari pelosok desa sampai di tengah kota. Beri penghargaan bagi mereka yang mau dan terjun dibidang pendidikan dan pelatihan Wira Usaha. Ciptakan sebanyak banyaknya pusat pelatihan, pusat pembelajaran wira usaha, demi menciptakan kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama dan mendasar di era globalisasi dan informasi yang sangat kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang. Danai dan Bantu dengan sungguh sungguh.

Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan di indonesia dapat diubah kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.

16

Beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia

1. Tingginya Jumlah Pengangguran. Dari tahun ke tahun, masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di negara kita.

2. Tingginya Biaya Produksi Sudah menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biayabiaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.

17

Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesia lainnya.

Masalah Ekonomi di Indonesia Lainnya :

2. Keputusan Pemerintah Yang Kurang Tepat Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia. Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.

4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.

Meskipun pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh dari menyelesaikan masalah langkanya

18

kebutuhan pokok itu sendiri.

5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi Perlu anda ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Semakin tinggi atau semakin rendahnya suku bunga perbankan di suatu negara, maka akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi di negara tersebut. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi Selain suku bunga perbankan, satu hal lagi yang juga mempengaruhi kondisi ekonomi di suatu negara adalah nilai inflasi. Di Indonesia, nilai inflasi dinilai nyaris cukup sensitif. Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalahmasalah ekonomi Indonesia yang lain.

Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia setiap tahun semakin menjamur. Permasalahan ini setiap tahun selalu saja menjadi tolak ukur keberhasilan seorang presiden, dan ramai di bicarakan banyak orang. Dari para pemerhati ekonomi sampai pada masyarakat menengah dan kecil pun juga ikut santer membicarakan hal ini. Ini dikarenakan turun tidaknya pengangguran dan kemiskinan di Negeri

19

kita akan berefek besar terhadap perkembangan perekonomian kita. Dan tentunya juga berefek pada kemakmuran masyarakat Indonesia. Dari permasalahan itu maka harus dicari solusi untuk menangani itu semua. Dan solusinya adalah dengan memajukan dan mengembangkan jiwa-jiwa Entrepreneur di Indonesia dari berbagai kalangan. Indonesia sebagai bangsa yang besar tentunya mempunyai pekerjaan-perkerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Berbagai permasalahan yang di hadapai bangsa Indonesia harus membuat bangsa dan masyaraktnya menjadi lebih dewasa. Persoalan yang terjadi di Negara kita adalah persoalan masa lalu yang hingga sampai saat ini belum terselesaikan. Masalah inti dari keterpurukan bangsa Indonesia adalah masih lemahnya ekonomi bangsa yang berimbas pada perekonomian rakyat. Sampai kapan masyarakat terus menderita dikarenakan pemerintah kita gagal meningkatkan tarap kehidupan masyarakatnya? Akankah pengangguran dan kemiskinan akan terus menghiasai bangsa ini? Yang jelas masyarakat masih menunggu langkah-langkah pemerintah untuk memakmurkan masyarakatnya. Satu hal yang menurut saya mengapa pemerintah belum berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, itu karena pemerintah masih setengahsetengah dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sepertinya pemerintah kita kurang berani bermimpi besar untuk bisa mencapai target-target besar. Dan yang kedua pemerintah berpikirnya praktis saja, tidak berpikir strategis. Pemerintahan yang cerdas harus bisa berpikir strategis. Apa yang dimaksud dengan berpikir strategis di sini? Yaitu paham di mulai dari titik mana untuk merubah kesemua titik. Jika dalam membangun ekonomi bangsa, pemerintah kita di sulitkan dengan terbatasnya Anggaran Negara. Menurut saya ini hanya teori pembelaan terhadap ketidakmampuan pemerintah. Sebenarnya ada satu hal yang bisa kita lakukan untuk merubah ekonomi bangsa menjadi lebih baik. Solusinya yaitu kita mengembangkan Entrepreneur yang ada di Indonesia. Bisa dibayangkan jika pembengkakan angka pengangguran dan kemiskinan tidak kita atasi, Indonesia akan mengalami masa-masa sulitnya. Berbagai tindakan criminal akan merajalela

20

di mana-mana, ketidakharmonisan tidak terjaga, dan kondisi politik Indonesia akan mengalami kepanikan yang luar biasa. Lihat saja data dari BPS(Badan Pusat Statistik) Jumlah angka pengangguran dan Kemiskinan tiap tahunnya mengalami penurunan yang tidak berarti.Pengangguran Terbuka*) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2008 No Pendidikan Tertinggi yang diTamatkan 1 Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat SD 2 3 4 5 6 Sekolah Dasar SLTP SMTA Diploma I/II/III/Akademi Universitas TOTAL 2 .216 .748 2 .166 .619 3 .369 .959 519 .867 626 .202 9 .427 .590 2 .099 .968 1 .973 .986 3 .812 .522 362 .683 598 .318 9 .394 .515 528 .195 547 .038 2008 (Februari) 2008 (Agustus)

*) Mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, , sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)2008 Beberapa hal yang harus di lakukan adalah melakukan beberapa tahap. Hari ini saya coba untuk memberikan Rumus mudah untuk Menyelesaikan Permasalahan Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia terkait dengan Entrepreneur. Yaitu A-K-U(Analisis-Kalkulasi-Uji Coba). A. A= Analisis (Menjawab Pertanyaan : Mengapa?, Apa?, dan Bagaimana?) Kita akan mencoba menganalisis beberapa hal terkait dengan permasalahan ekonomi Indonesia. Sumber : Survei

21

1. Mengapa Jumlah Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia tiap tahun semakin tinggi? Jumlah Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia semakin tinggi tiap tahun karena Pemerintah kita belum bisa berpikir srategis dan bersikap tegas terhadap peraturan yang telah ada. Pemerintah harus melihat dari berbagai sisi dan mencari celah solusinya. Dan juga terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan pemerintahan di lapangan harus dipertegas dalam hal ini BUMN. 1. Apa yang harus di Lakukan oleh Pemerintah? yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan cara mencari titik peluang dari satu sudut untuk merubah semua sudut. Yaitu dengan mengembangkan bidang entrepreneur agar semua hal yang berkaitan dengan ekonomi bisa teratasi. 1. Bagaimana Caranya Untuk Menyelesaikan ini semua? Yaitu dengan memperbaiki system yang ada. Penjelasanya bisa dilihat di halaman selanjutnya. B. K=Kalkulasi (Cermat dalam Penghitungan) Melaksanakan apapun itu tanpa adanya perhitungan yang baik akan berdampak minim terhadap target dan output yang akan di capai. Maka sangat penting kita melakukan Kalkulasi terhedap penentuan target di Masa Depan. Dan dalam tulisan ini saya coba untuk melihat dari berbagai data yang dikalkulasikan dari berbagai sumber. Jumlah Penduduk Indonesia 2010* Angka Terendah Populasi Angka Tertinggi Populasi Penduduk Rata-rata Jumlah Pengangguran Penduduk Indoensia di 30 Propinsi 9.258.964. Di Indonesia 2009.***

Penduduk 2010** 2010**

234.200.000 826.000 (Provinsi 42.555.000(Provinsi 7.806.667 **** Maluku Utara) Jawa Barat)

22

Catatan: *(Data BPS(Badan Pusat Statistik) 2010) **(Data BPS dari 33 Propinsi dengan 3 propinsi data kosong) ***(Data BPS Indonesia 2009) ****(234.200.000:30=7806666.6666666666666666666666667diasumsikan=7.80 6.667) Jumlah entrepreneur di Indonesia: Thn 2009 = 0,18% Dari total penduduk Indonesia. Tahun 2007 jumlah entrepreneur adalah 0,08% dari 200jt penduduk indonesia(Kompas, 29/11/2007) Artinya hanya ada 0,08/100 x 200jt=160.000 entrepreneur.Artinya jika di lihat tiap tahun naik 0,05%. Ironis tidak sampai 1%. Dari 234.200.000.Tahun 2009 akhir ada sebanyak 0,18% artinya ada sebanyak 0,18/100 x 234.200.000=421.560 entrepreneur. Jika kita mengharapkan pertumbuhan wira usaha sebesar 1 % berarti kita butuh 1/100 x 234.200.000=2.342.000 entrepreneur. Coba kita bandingkan dengan singapura tahun 2005 mereka mempunyai 7% entrepreneur dari sekitar 40jt Populasinya. Artinya mereka memiliki sebanyak 7/100 x 40.000.000 =2.800.000 entrepreneur. Itu sudah sangat membantu perekonomian mereka. Pertanyaanya bisakah Indonesia memenuhi 7%? Dalam artian beranikah kita mengembangkan entrepreneur di Indonesia sebanyak 16.394.000?,di hitung dari 7/100 x 234.200.000=16.394.000.Berarti di 30 propinsi kita butuhkan tiap propinsi sebanyak 16.394.000/30=546.467 entrepreneur. Artinya setiap Propinsi harus mengembangkan Entrepreneur sebanyak 0.23% dari Total Populasi penduduknya. Indonesia harus punya targetdan target itu juga harus rasional dan jelas. Tidak kabur.
23

Baik..sekarang kita butuh waktu berapa tahun untuk menjadikan jumlah entrepreneur di Indonesia menjadi 7%? 1 tahun?atau 5 tahun? Yang jelas jika kita semua bersungguh-sungguh dan pemerintah juga mau bekerja keras saya yakin kurang dari 3 tahun target itu sudah bisa terpenuhi. Mengapa saya menganalisa ini? Kita bayangkan jika 1 orang saja bisa menghasilkan 1 lapangan kerja baru , hasilnya akan sangat luar biasa. Misalkan 1 entrepreneur bisa menampung 5 tenaga kerja, berarti dengan total wira usaha kita 7% maka : 16.394.000 x 1 x 5 =81.970.000 jiwa. Bisa dibayangkan kita bisa menyediakan lapangan kerja untuk 81jt jiwa rakyat Indonesia..dan otomatis masalah pengangguran bisa teratasi. Data tahun 2009 BPS menyatakan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia dari berbagai Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan yaitu: 9.258.964. Dengan hanya 0,8% jumlah entrepreneur di Indonesia saja bsebanyak 1.873.600 menghasilkan Lapangan kerja baru sebanyak 9.368.000. 1873600 x 1 x 5 = 9.368.000 Lalu pertanyaan yang harus di bangun adalah bagaimana caranya agar entrepreneur di Indonesia bisa mencapai 0,8% atau 7%? Hal yang paling mendasar terlebih dahulu yang harus di Lihat adalah Ruang Peluang Pembelajaran Entrepreneurshipnya. Karena ini sangat penting untuk melihat peluang yang baik agar proses pengontrolan lebih mudah. Dalam hal ini saya bagi ada 4 ruang sebagai peluang pengembangan dunia entrepreneurship di Indonesia. Yaitu Kota, Desa, SMA/SMK/MA, dan PT(Perguruan Tinggi) baik Swasta maupun Negeri. Baik kita coba cari solusi dari ini semua. Saya menawarkan beberapa solusi akan hal ini.

24

a)

Pemerintah perlu membentuk badan khusus untuk memantau pertumbuhan

entrepreneur yang ada di Indonesia, selain memantau badan ini nantinya juga melakukan program-program kongkrit untuk menumbuhkembangkan entrepreneur di Indonesia. Sebut saja namanyaEntrepreneur Watch. b) Bekerjasama dengan lembaga-lembaga non-pemerintahan yang bergerak

dalam bidang wira usaha/entrepreneur. c) d) Memberikan Bantuan modal kepada para pembisnis mula Menguatkan dan mempertegas fungsi control pemerintah terhadap BUMN;

mengapa BUMN? Karena pemerintah telah mewajibkan kepada para BUMN untuk menyisihkan dana beberapa persen dari keuntunganya untuk disalurkan sebagai modal bisnis, baik pemula maupun menengah. Karena selama ini tidak jelas kemana uang itu pergi, kemungkinan besar di korupsi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Beberapa bentuk BUMN yaitu; PERTAMINA, BRI, BANK MANDIRI, PNM dan lainya. e) f) Melakukan Pelatihan-pelatihan tentang entrepreneur secara kontinu Melakukan pelatihan-pelatihan tentang berwirausaha di berbagai bidang,

sesuai dengan kondisi masyarakatnya. g) Pemerintah harus mempertegas kepada perguruan Tinggi yang ada di

Indonesia untuk memasukan kurikulum baru berbasis entrepreneur. Karena masih banyak kampus-kampus belum memasukan kurikulum ini. Efeknya sangat besar sekali terhadap pengangguran. Tahun 2009 sarjana yang menganggur mencapai 900.000. akan sangat menyedihkan bila hampir tiap tahun Perguruan tinggi yang ada di Indonesia Menambah beban bangsa ini dengan menambah jumlah pengangguran. C. Uji Coba

25

Semuanya harus di coba, kebanyakan kita takut dengan kegagalan. Padahal kehebatan suatu bangsa adalah bangsa yang sukses dengan kegagalanya. Pemerintah harus berpikir Go Action Agar Semua Elemen Bergerak dan Bergerak. Artinya semua rencana harus dilaksanakan dengan jujur, kerja keras, dan tentunya kerja cerdas dan ikhlas. InsyaAllah semuanya akan bisa berjalan dengan baik. Indonesia harus mandiri dan berani. Pemerintahpun harus bisa tegas dalam hal ini. Jika entrepreneurship sudah bisa kita majukan di Indonesia maka Perekonomian Indonesia secara otomatis bisa terbantu. Jika ekonomi kita bisa membaik, masyarakatpun akan makamur, aman, sentosa, Adil dan Sejahtera.

26

MASALAH EKONOMI DI INDONESIA

Nama NIM

: Dian Anggraini Pitaloka : 301 11 11 003

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG TAHUN AJARAN 2012 2013

27

You might also like