You are on page 1of 5

Langkah-langkah Melakukan Pemodelan Penjalaran Gelombang Seismik Pada Media Heterogen Elastik Isotropik

Andri Hendriyana Teknik Geosika, Institut Teknologi Bandung

Pendahuluan

Dengan melakukan pemodelan perambatan/propagasi gelombang, kita akan mengetahui atau mengenali jenis-jenis gelombang yang terekam di permukaan. Selain itu dengan melakukan pemodelan terlebih dahulu sebelum survey lapangan dilakukan, kita dapat memprediksi hasil rekaman yang akan didapatkan walaupun survey lapangan tersebut belum dilakukan dengan demikian dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan atau dapat membuat desain akuisisi sehingga dihasilkan rekaman yang optimal.

Perangkat Lunak
FWM2DPSV (2D P-SV nite-difference forward modeling of elastic wave propagation). Program ini bersifat free, tidak bersifat proprietary artinya kita memiliki hak untuk menggunakannya tanpa harus membeli lisensi kepada pemilik atau pembuat program tersebut. Program ini dapat diperoleh dengan mendownload-nya pada alamat situs http://www-geoazur.unice.fr/PERSO/operto/fwm2dpsv.html SU (Seismic Un*x) dapat didownload di http://www.cwp.mines.edu/cwpcodes/, program ini juga bersifat free (non-proprietary software).

Perangkat lunak yang digunakan pada praktikum ini adalah:

Metodologi
1. Membuat model struktur geologi Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan bentuk atau struktur geologi bawah permukaan. Gambar 1 mengilustrasikan struktur dasar geologi yang sering ditemukan pada kenyataan di lapangan. Pada praktikum permulaan ini model struktur geologi yang akan dipergunakan sebagai latihan adalah model lapisan homogen dengan batas lapisan datar dan miring seperti diperlihatkan pada gambar 2. Masing-masing lapisan pada gambar 2 tersebut dinyatakan secara petrosika oleh parameter elastik seperti kecepatan gelombang seismik kompresi (P), kecepatan gelombang shear (S) dan densitas. Besarnya parameter elastik kecepatan gelombang seismik kompresi P juga ditampilkan pada gambar 2. Jadi gambar 2 kita sebut sebagai penampang model kecepatan P. Besaran petrosika lainnya yang harus kita nyatakan adalah kecepatan gelombang seismik shear (S). Dalam latihan ini, secara struktur atau geometri penampang model kecepatan S adalah sama dan sebangun seperti diperlihatkan pada gambar 2, tetapi dengan nilai kecepatan S yang tentu saja lebih kecil daripada gelombang P. Besarnya kecepatan gelombang S dapat kita peroleh di lapangan melalui pengukuran (seperti juga gelombang P), dapat pula diturunkan dari kecepatan gelombang P melalui persamaan linier yang didapatkan secara empirik dan hanya berlaku secara lokal pada daerah tertentu dengan asumsi kondisi geologis tertentu. Dalam latihan ini kecepatan gelombang S didapatkan kecepatan VP . Terakhir kita harus membuat model elastik yang ketiga yaitu penamgelombang P yang dirumuskan oleh VS = 3 pang densitas. Di lapangan tentu saja nilai ini akan kita dapatkan melalui serangkaian pengukuran misalnya dengan menggunakan wireline log dan terlebih dahulu dikoreksi dengan faktor skala. Sedangkan dalam praktikum ini, nilai densitas dibuat secara homogen untuk semua lapisan, yaitu 2200 gram/cc. Bagi yang tertarik untuk membuat model bawah permukaan, penulis membuat contoh script sebagai latihan untuk membuat model seperti diperlihatkan pada gambar 2 dengan menggunakan perintah-perintah yang terdapat pada SU.

Berikut langkah-langkah melakukan pemodelan perambatan seismik:

Gambar 1: Jebakan struktur dan stratigra hidrokarbon.

Gambar 2: Penampang model struktur geologi lapisan homogen dengan batas lapisan horizontal dan miring yang direpresentasikan oleh besaran elastik kecepatan gelombang seismik P.

#! /bin/sh # Name output binary model file modfile=model.dat trimodel xmin=0 xmax=1.0 zmin=0 zmax=0.5 \ 1 xedge=0,1 \ zedge=0,0 \ sedge=0,0 \ 2 xedge=0.0,1.0 \ zedge=0.2,0.2 \ sedge=0,0 \ 3 xedge=0.5,1.0 \ zedge=0.2,0.4 \ sedge=0,0 \ 4 xedge=0,1 \ zedge=0.45,0.45 \ sedge=0,0 \ 5 xedge=0,1 \ zedge=0.5,0.5 \ sedge=0,0 \ kedge=1,2,3,4,5 \ sfill=0.1,0.1,0,0,0.44,0,0 \ sfill=0.1,0.4,0,0,0.16,0,0 \ sfill=0.9,0.3,0,0,0.04,0,0 \ sfill=0.1,0.48,0,0,0.11,0,0 > $modfile ## x,z # Exit politely from shell exit Dilanjutkan dengan menggunakan script di bawah ini: tri2uni n1=201 d1=0.0025 n2=401 d2=0.0025 < model.dat > model.bin suaddhead ns=201 < model.bin > model.su suop op=ssqrt | suop op=inv | sugain dt=100 scale=1000 > modelP.su sustrip < modelP.su > modelP.bin # Make S Model sugain scale=0.577 < modelP.su > modelS.su sustrip < modelP.su > modelP.bin # Make Density Model sugain pclip=1 nclip=1 < modelP.su | sugain scale=2200 > density.su sustrip < modelP.su > modelP.bin modelP.bin, modelS.bin dan density.bin adalah penampang kecepatan gelombang seismik P, S dan densitas yang dapat digunakan sebagai input FWM2DPSV. Pada bagian tri2uni di atas ada option n1, d1 dan n2, d2, n1 adalah jumlah grid arah vertikal, d1 adalah lebar gridnya. Dalam nite-difference lebar grid arah horizontal dan vertikal harus dibuat sama atau d1 = d2 atau dx = dz. Lebar grid harus ditentukan dengan memenuhi aturan tertentu. Kalau kita menggunakan turunan spasial orde 2, maka minimal terdapat 14 grid point untuk satu panjang gelombang. Sedangkan kalau orde 4, maka minimal 7 grid point untuk satu panjang gelombang. 2. Menentukan parameter akuisisi Parameter akuisisi yang perlu ditentukan diantaranya adalah : (a) Bentuk sumber gelombangnya atau disebut juga wavelet. Tentukan panjang waveletnya (dinotasikan ns) dan sampling rate-nya (dinotasikan dt).Wavelet yang kita gunakan adalah jenis Ricker wavelet dengan kandungan frekuensi dominan 25 Hz dan sampling rate 0.25 ms. Sampling rate ini harus dibuat dengan memenuhi aturan1 x x untuk turunan spasial orde 2 dan t 0.606 V untuk turunan spasial orde 4. t 0.707 V max max
1 FWM memiliki aturan penentuan parameter sampling rate dan frekuensi yang berbeda tergantung syarat batas yang digunakan, bisa VL maupun SGS stencils. Silahkan merujuk ke manual FWM2DPSV untuk lebih jelas lagi.

(b) Koordinat (dinyatakan dalam sumbu x atau x1 dan z atau x2 ) dan jumlah serta interval shot-nya. Kongurasi shot-gather diperlihatkan pada gambar 3.

Gambar 3: Geometri akuisisi untuk mendapatkan data seismik dalam bentuk penampang shot-gather. (c) Koordinat (dinyatakan dalam sumbu x atau x1 dan z atau x2 ) dan jumlah serta interval receiver-nya. (d) Panjang rekaman seismik (record length) yang merupakan perkalian antara jumlah sampel (ns) dengan sampling rate (dt). Panjang rekaman ini sebaiknya disetting sedemikian hingga dapat mencapai atau mencakup zona target dengan baik. 3. Melakukan pemodelan perambatan gelombang Dalam praktikum ini, perambatan gelombang dilakukan berdasarkan persamaan elastodinamik yang dipecahkan secara numerik menggunakan teknik Finite-Difference. Salah satu kode program yang dapat kita gunakan adalah FWM2DPSV (2D P-SV nite-difference forward modeling of elastic wave propagation). Program FWM2DPSV ini memodelkan perambatan gelombang untuk shot pada posisi tertentu sehingga seismogram yang dihasilkan adalah satu shot-gather. Untuk mendapatkan data lengkap seperti pada survey seismik, kita harus melakukan penembakan secara berulang sehingga mencakup semua shot point, kemudian hasil dari masing-masing shot gather ini kita gabungkan. Setelah shot-gather ini digabungkan kemudian kita berikan informasi geometri pada header-nya, maka kita dapat melakukan transformasi dari domain shot-gather ke domain CDP gather, sehingga memungkinkan kita untuk melakukan pengolahan standard seismik reeksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemodelan ini adalah memori dari komputer yang kita pergunakan. Kebutuhan memori setara dengan perkalian antara jumlah grid pada arah x (nx), z (nz) dan jumlah sampel (ns). 4. Menampilkan seismogram) Setelah pemodelan selesai dilakukan, maka kita akan mendapatkan seismogram dan snapshot perambatan gelombang (snapshot dari waveeld) pada posisi waktu tertentu. Pengertian dari seismogram sendiri adalah rekaman kedatangan waktu rambat gelombang pada geopon di permukaan untuk semua gelombang yang terjadi apakah gelombang langsung (direct wave), refaksi/head wave, gelombang reeksi, gelombang konversi (P-SV) bahkan multiple. Gambar 4 menampilkan seismogram dan simulasi penjalaran gelombang dan interpretasi event-event gelombangnya. 5. Menampilkan snapshot waveeld Bentuk waveeld pada saat waktu 0.395 s setelah dilakukan penembakan diperlihatkan pada gambar 5 Pada gambar 5 tersebut gelombang langsung, gelombang reeksi, gelombang reeksi dan konversi dapat kita kenali dengan baik.

(a)

(b)

Gambar 4: (a) dan (b) Seismogram shot-gather hasil pemodelan perambatan dengan menggunakan model gambar 2 dan (c) hasil interpretasi event-event gelombang seismiknya.

Gambar 5: Snapshot bentuk perambatan gelombang pada saat 0.395 s.

You might also like