You are on page 1of 3

1

Cervical tuberculous lymphadenopathy: changing clinical pattern and concepts in management B C Jha, A Dass, N M Nagarkar, R Gupta, S Singhal

Tuberkulosis merupakan salah satu problem kesehatan terbesar di dunia, terutama di negara berkembang. Salah satu bentuk tuberkulosis extrapulmonary yang paling umum yakni

lymphadenopati Tuberkulosis. Pada penelitian ini, diambil sampel 60 pasien limpadenopati TB servikal dari 94 pasien limpadenopati servikal di poliklinik THT di Government Medical College Hospital, Chandigarh, India yang dilakukan mulai Juni 1997 sampai Mei 1998. Penyakit ini sering terjadi pada pasien berusia 1120 tahun.Gejala konstitusional tidak didapatkan pada kebanyakan pasien. Multiple matted node ditemukan pada 23 pasien, tetapi Single discrete node ditemukan pada 18 pasien. Upper deep jugular nodes terdapat pada kebanyakan lymph nodes. Lesi thorax juga tidak banyak didapatkan pada kebanyakan pasien. Discharging sinus dan abscess formation saat ini relatif jarang pada pasien servikal limpadenitis TB. Tes Mantoux positive lebih dari 15 mm pada kebanyakan pasien. Pada pemeriksaan Fine needle aspiration cytology didapatkan hasil positif pada 52 pasien dari 56 pasien yang diamati. Selain itu pemeriksaan ini cepat, murah simpel dan merupakan metode efektif untuk mendiagnosis limpadenopati servikal. Pada penelitian ini didapatkan gambaran klasik scrofula jarang ditemukan dan diduga merupakan gambaran awal pada penyakit ini. Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, fine needle aspiration cytology pada nodes diperiksa pada semua pasien. Biopsy pada lymph nodes dilakukan pada 2 pasien ketika hasil dari fine needle aspiration cytology dicurigai false negatif. Tes rutin seperti erythrocyte sedimentation rate (ESR), Mantoux test, radiografi thorax, dan pemeriksaan sputum untuk deteksi bakteri tahan asam juga diperiksa pada seluruh pasien. Skrening HIV tidak dilakukan pada beberapa pasien karena tidak ada kecurigaan AIDS.

Kemoterapi selama 6 bulan dilakukan pada seluruh pasien yang sudah terdiagnosis limpadenopati TB servikal. Pada dua bulan pertama diberikan isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol atau streptomycin. Pada 4 bulan berikutnya diberikan isoniazid dan rifampicin. Semua pasien di follow up setiap bulan selama 6 bulan dan progresnya diamati secara klinis selama 3 bulan melalui ESR. Kemudian didapatkan hasil bahwa Tuberkulosis adalah penyebab tersering dari limpadenopati servikal yang menyerang 60 dari 94 pasien. Pada penelitian ini, dari 60 pasien limpadenopati TB servikal hanya 56 pasien yang berhasil diamati, sedangkan 4 pasien lainnya tidak berhasil di follow up. Penyebab lain limpadenopati servikal yakni metastasis (18 pasien),Inflamasi non-spesifik (13 pasien), dan lymphoma (3 pasien). Usia pasien antara 9 bulan sampai 62 tahun, dengan rata-rata 23.7 tahun.Usia yang paling umum mengalami penyakit ini yakni 11-20 tahun (23 pasien) diikuti 2130 tahun(20 pasien). Dengan komposisi 24 laki-laki dan 32 wanita (M:F rasio1:1.3). Dengan 35 pasien (62.5%) dengan status ekonomi menengah kebawah. Interval waktu timbulnya gejala dan waktu penampakannya bervariasi antara 15 hari 36 bulan (Rata-rata 3 bulan). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa : Fine needle aspiration cytology adalah alat pemeriksaan yang baik untuk memeriksa apabila ada massa si daerah servikal, salah satunya limpadenopati servikal TB Hal ini menyingkirkan kebutuhab eksisional biopsi pada kebanyakan pasien. Mantoux test dan ESR merupakan pemeriksaan yang tepat untuk penegakan diagnosis. Sebelum ditemukan kemoterapi, eksisi pada lymph nodes merupakan tindakan utama pada tuberculous lymphadenopathy di abad 18 In 1950s, ketika chemotherapy untuk tuberculosis hanya diperkenalkan. Pada penelitian ini, semua pasien berhasil diterapi dengan kemoterapi jangka pendek selama 6 bulan. Dan pembedahan jarang dilakukan. Penelitian ini menghasilkan efektifitas kemoterapi selama 6 bulan pada pasien limpadenopati TB servikal.

You might also like