You are on page 1of 48

Bab II Iman kepada Al Quran

Islam adalah agama masa depan, sebab tidak ada agama lagi atau Rasul lagi untuk menyempurnakan agama, artinya islam berlaku sejak pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw hingga akhir zaman (QS. Al-Maidah (5):3). Abad 21 hanya sebuah abad yang akan dilampaui, sebagaimana AlQuran telah melangkah pada 14 abad sebelumnya. Kekeabadian dan keaslian Al-Quran akan menjawab semua tantangan zaman yang dilaluinya melalui umatnya yang taat dan mendukung dalam perjuangan hidup.

Pengertian Al Quran Kata Al Quran adalah sebutan atau nama bagi wahyu Allah SWT yang disampaikan dan diajarkan oleh Rasullah Saw (QS. Asy-Syura (42):7). Al Quran adalah kalamullah. Dengan Al Quran, Allah SWT menyampaikan maksud atau tujuannya. Al Quran sebagai wahyu Allah SWT diturunkan kepada Rasul Muhammad Saw melalui malaikat Jibril ( Ruhul Amin ) ( QS. Asy-Syuara (26):192-194). Secara bertahap dan berangsur angsur selama kurang lebih 23 tahun ( 22 tahun, 2 bulan, 22 hari ). Ayat pertama yang diturunkan Allah SWT ialah Surat Al Aalaq (96):1-5, di gua Hira Mekkah pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad Saw ( 6 Agustus 610 M ) yang dikenal dengan Nuzulul Quran. Ayat yang diturunkan Allah SWT ialah Surat Al Maidah (5):3, disaat Rasulullah Saw sedang menunaikan ibadah haji ( Wukuf di Arafah ). Pada tanggal 9 Dzulhijah tahun ke-10 H ( 632 M ). Al Quran terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6.236 Ayat.

Kedudukan Al Quran. Kedudukan Al Quran sebagai wahyu Allah SWT berfungsi sebagai Mujizat, Rasulullah Muhammad Saw yang tak dapat ditiru manusia (QS. Yunus (10):38) sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dalam menegakkan keadilan (QS. Al-Maidah (5):49) dan sebagai korektor dan

penyempurna terhadap kitab kitab Allah SWT sebelumnya (QS. AlMaidah (5):48) yang bernilai abadi. 1. Sebagai Mujizat Rasulullah Saw. Al Quran merupakan Mujizat terbesar yang Allah SWT karuniakan kepada Nabi Muhammad Saw yang mudah dimengerti, indah didengar, tidak membosankan dibaca dan dihafal oleh berjuta juta umat didunia. 2. Sebagai pedoman hidup. Al Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup yang membawa kebahagian dunia dan akhirat bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman, karena mengandung segala hal yang diperlukan oleh manusia ( Aqidah, Ibadah, Akhlak dan Muamalah ), yang ajarannya senantiasa dipelihara kebenaran dan kemurniaannya oleh Allah SWT sebagai firmannya. (QS. Ibrahim (14):1) 3. Sebagai korektor dan penyempurna Al Quran membenarkan melengkapi, mengoreksi dan menjelaskan kitab kitab Allah SWT yang terdahulu tentang ajaran yang belum sempurna, dan yang telah diubah dan dipalsukan oleh manusia.

Al Quran terpelihara keasliannya. 1. Jaminan Allah SWT untuk memelihara kemurnian Al Quran a. Masa Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw menerima wahyu, beliau agar ayat ayat itu dituliskan dibatu, kulit, pelapah kurma, dan apa saja yang bisa digunakan untuk menulis. Orang orang yang menjadi tawanan Nabi dalam perang Badar dapat dibebaskan dengan masing masing mengajari 10 orang muslim menulis dan membaca sebagai ganti tebusan.

b. Pada masa para sahabat. Khalifah Utsman membentuk panitia penulis yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua dengan anggota anggota : Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Tugas panitia ini adalah membukukan Al Quran dengan menyalin 5 buah

lalu disebar luaskan ke Mekkah, Syiriah, Basrah dan Kuffah, agar diperbanyak dan disalin

c. Di Indonesia Mengadakan Lajnah Pentashih Mushaf Al Quran yang bertugas antara lain meneliti semua mushaf sebelum dicetak dan diedarkan kepada masyarakat. Mendirikan Taman Pendidikan Al Quran, Pesantren Al Quran, Sekolah Penghafal Al Quran dan Perguruan Tinggi Al Quran.

Kandungan Al Quran Al Quran diturunkan sebagai pedoman hidup bagi mereka yang ingin mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat. 1) Aqidah/keimanan 2) Ibadah 3) Akhlaq 4) Muamalah 5) Syariah 6) Tarikh ( kisah kisah ) 7) Tadzkir ( peringatan ) 8) Dasar dasar / Pengembangan Ilmu Pengetahuan 1) Aqidah / keimanan Aqidah dalam Al Quran adalah Aqidah ( Tauhid ) yang memberikan tuntunan yang jelas, terang dan sempurna dalam meyakini kemahesaan Allah SWT.

2) Ibadah Ibadah dalam arti khusus adalah merupakan hubungan manusia ( mahluk ) dengan Allah SWT ( Khaliq ) yang dikerjakan semata mata dengan niat ikhlas untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan sesuai dengan syariat seperti yang tercakup dalam Rukun Islam yang lima, yakni : Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan yang diridhai Allah SWT.

3) Akhlak Akhlak dalam Al Quran memberikan tuntutan agar manusia bersikap dan berprilaku yang baik dan terpuji ( akhlakul karimah ), bersama dengan itu menjauhi sikap dan perilaku tercela ( akhlakul madzmumah ).

4) Muamalah Muamalah dalam Al Quran adalah penuntun dalam pergaulan dan pemenuhan kebutuhan antar sesama manusia sebagai makhluk sosial, seperti perdagangan, pertanian, perindustrian dan lain-lain.

5) Syariah Hukum syariah di dalam Al Quran adalah ketentuan ketentuan yang menyangkut hubungan lahiriyah antara manusia dengan Allah SWT, antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam sekitarnya yang garis besarnya terdiri dari : a) Hukum hukum Ibadah b) Hukum hukum Munakahat c) Hukum Faraidh ( warisan ) d) Hukum hukum Muamalat atau Hukum Perdata e) Hukum Jinayat atau ketentuan ketentuan f) Hukum Jihad

6) Tarikh Al Quran banyak mengandung kisah kisah tentang perjalanan umat umat terdahulu, baik yang taat dan patuh maupun yang ingkar dan durhaka supaya menjadi pelajaran berharga bai umat umat sesudahnya (QS. Yusuf (12):11), seperti kisah Firaun yang durjana, Qorun yang bakhil, Luqman Hakim yang bijaksana, keluarga Imran yang taat terutama perjuangan para Nabi dan Rasul.

7) Tadzkir ( peringatan ) Al Quran dalam memperingatan umat manusia menggunakan dua cara, yaitu : a) Waad dan Waid yaitu janji baik terhadap orang yang beriman dan janji buruk ( ancaman ) terhadap orang yang ingkar (QS. AzZumar (39):71-73) b) Targhib dan Tarhib yaitu gambaran yang menyenangkan dan gambaran yang menakutkan tentang nikmat dan siksa di akhirat. (QS. Al-Anbiya (21):90)

8) Dasar dasar / Pengembangan Ilmu Pengetahuan Al Quran banyak memberi petunjuk dan dorongan untuk memikirkan dan meneliti alam semesta serta apa apa yang diciptakan Allah SWT agar bermanfaat untuk keperluan pembangunan dan kemakmuran umat manusia.

Ada dua ( 2 ) jalan yang ditawarkan Al Quran dalam kehidupan ini (QS. Al-Anam (6):153 dan QS. Hud (11):112), yaitu : 1) Jalan Hasanah Berpegang teguh kepada ajaran Allah SWT akan mendapat petunjuk (QS. Ali Imran (3):101), QS. An-Nisa (4):175). Polanya mengikuti Sunnah Rasul (QS. Al-Ahzab (33):21) hasil yang akan didapat hasanah di dunia dan hasanah di akhirat. (QS. Al-Baqarah (2):201).

2) Jalan Suul Maab/Fujur (QS. Al-Anam (6):153) Jalan yang simpang siur/sesat, seperti : kafir (QS. Al-Baqarah (2):67), musyrik (QS. An-Nisa (4):36), fasiq (QS. Al-Baqarah (2):26), Zalim (QS. Ibrahim (14):27), berbuat maksiat (QS. Ar-Rum (30):10) mengikuti syetan (QS. Maryam (19):83). a) Belajar pada lingkungan / sejarah ( memilih fakta ) (QS. Ar-Rum (30):8-10) b) Tidak tertipu oleh tipu daya orang kafir (QS. Ali Imran (3):119 dan 196,197, QS. At-Taubah (9):55).

c) Tidak terperangkap dengan kondisi dan lingkungan (QS. AlAnam (6):116, QS Hud (11):15-17)

Bab III Iman kepada Rasul Allah SWT

Peran Rasul dalam kehidupan manusia sangat besar, karena hidup manusia harus sukses artinya tidak gagal. Iman kepada Rasul Allah SWT bukan sekedar percaya epada risalahnya, namun yang paling penting adalah mengamalkan sunnah dan ajarannya (QS. An-Nisa (4):59, QS. Ali Imran (3):31-32). Di dalam Al Quran terdapat ayat ayat yang memerintahkan manusia untuk mentaati dan meneladani Rasul Allah SWT (QS. Al-Hasyr (59):7). Rasul adalah manusia yang diutus Allah SWT untuk menerima wahyu-Nya guna disampaikan kepada umatnya. Aspek keyakinan kepada Rasul Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran disimpulkan sebagai berikut : 1. Setiap mukmin wajib beriman kepada Rasul Allah SWT (QS. AlBaqarah (2):177 dan 285) 2. Sebagai Rasul ada yang disebut namanya di dalam Al Quran dan ada juga yang disebutkan (QS. Al-Mumin (40):78 dan QS. An-Nisa (4):164) 3. Setiap umat sebelum Nabi Muhammad Saw pasti ada Rasulnya (QS. Yunus (10):47 dan QS. An-Nahl (16):63) Untuk mengetahui rahasia kehidupan baik didunia maupun akhirat, kehadiran Rasul sebagai utusan Allah SWT sangat diperlukan, seperti beribadah kepad Allah SWT dengan benar serta akhlakul karimah dalam pergaulan, maka harus ada pedoman pelaksaan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Ada 25 Rasul, Adam As, Idris As, Nuh As, Hud As, Shaleh As, Ibrahim As, Ismail As, Luth As, Ishaq As, Yakub As, Yusuf As, Syuaib As, Ayyub As, Dzulkifli As, Harun As, Daud As, Sulaiman As, Ilyas As, Ilyasa As, Yunus As, Zakaria As, Yahya As, Isa As, dan Muhammad Saw.

Islam Tidak membedakan Rasul Allah SWT

a). Menyatakan itikad dan keyakinan umatnya bahwa Allah SWT adalah Dzat yang maha kuasa b). Memberikan batas pada umatnya tentang hal hal yang harus dikerjakan menurut perintah Allah SWT c). Memberikan contoh suri dan tauladan kepada umatnya seperti berkata benar, terpecaya menepati janji, sopan santun dan lain sebagainya. Nabi Isa As dalam al Quran Nabi Isa As mempunyai seorang ibu bernama Maryam binti Imran. Sejak kecil Maryam diasuh ole pamannya ( Nabi Zakaria As ) Maryam ditempatkan di Baitul Maqdis, sebuah rumah suci tempat ibadah kepada Allah SWT. Rasul Sebagai Utusan Allah SWT Kehadiran para Rasul untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar, berpedoman kepada wahyu yang telah diberikan. Bagi yang mengikuti ajaran dan meninggalkan larangan-Nya akan memperoleh kebahagian dunia maupun akhirat. Nabi Muhammad Saw Sebagai Rasul Terakhir Risalah yang di sampaikan oleh Nabi Muhammad Saw tidak hanya di tunjukan kepada bangsa Arab saja, tetapi juga kepada bangsa selain Arab. Ini berbeda dengan Rasul Rasul terdahulu yang diutus hanya untuk bangsa atau kaumnya sendiri, sebab Nabi Muhammad Saw diutus Allah SWT untuk semua bangsa di dunia.

Fungsi Iman Kepada Rasul Allah SWT Iman kepada Rasul Allah SWT mengandung empat unsur yang merupakan tanda tanda penghayatan terhadap fungsi iman kepada Rasul Rasul Allah SWT : 1). Mengimani bahwa risalah Rasul benar benar dari Allah SWT. Barang siapa yang mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang saja, maka dianggap kafir ( QS. As Syura {26} : 105-122). 2). Mengimani Rasul yang kita kenal maupun yang tidak kenal namanya ( QS. Al Mumin {40} : 78 ). 3). Mengamalkan syariat Rasul yang diutus Allah SWT kepada kita ( QS. An Nisa {4} 64 ).

Perilaku Yang Mencerminkan Penghayatan Iman Kepada Rasul Allah SWT 1). Menjadikan sifat Rasul sebagai sikap dalam kehidupan sehari hari, seperti menjaga kejujuran, amanah dalam setiap langkah, terbuka dalam wawasan dan pandangan, serta pandai dalam mencari solusi dari setiap masalah. 2). Menempuh kehidupan harus berlandaskan norma hukum ( Wahyu ) yang telah disampaikan oleh para Rasul, agar tercapai kebahagian dunia dan akhirat. 3). Meyakini keberadaan para Rasul secara keseluruhan, mulai Nabi Adam As sampai Nabi Muahammad Saw tanpa memilah milah atau meniadakan Rasul dengan lainnya. Artinya dihindari sentimen golongan dan kedengkian yang didasari berpindahnya kehormatan dan keunggulan ras.

Bab XII Ketentuan Jual Beli

Agar kepentingan manusia yang beragam itu saling tercapai, dibutuhkan rambu rambu, norma dan aturan aturan.

Jual beli menurut Islam adalah tukar menukar dan transaksi barang dengan cara memberi manfaat bagi kedua belah pihak dengan jalan yang halal.

Pengertian Jual beli, menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan imbalan sesuatu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah syara, jual beli ialah kesepakatan tukar menukar barang untuk memiliki barang tersebut selamanya, dengan cara tertentu atau aqad. Jual beli adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan manusia dalam rangka untuk mempertahankan kehidupan mereka di tengah tengah masyarakat. a. Mubah atau boleh, artinya setiap orang Islam dalam mencari nafkahnya boleh dengan cara jual beli ( hukum asalnya ). b. Wajib, yaitu apabila dalam mempertahankan hidup ini hanya satu satunya ( jual beli ) yang mungkin dilaksanakan oleh seseorang. c. Haram, yaitu bila jual beli itu tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli. d. Sunah, yaitu jual beli kepada seseorang yang sangat membutuhkan barang tersebut.

Hal hal yang berkaitan dengan jual beli 1) Adanya penjual dan pembeli Syarat sah penjual dan pembeli terdiri dari : a. Baligh dan berakal (QS. An-Nisa (4):5) b. Atas kehendak sendiri

2) Barang yang dijualbelikan. Syarat sah barang yang diperjualbelikan a. Barang itu suci b. Barang itu memiliki manfaat c. Barang itu milik sendiri atau diberi kuasa orang lain d. Barang itu jelas dan dapat dikuasai penjual dan pembeli e. Barang itu dapat diketahui kedua belah pihak baik kadar, jenis, sifat dan harganya. 3) Alat untuk menukar dalam kegiatan jual beli 4) Aqad, yaitu ijab dan qabul antara penjual dan pembeli.

Jual beli sah tapi terlarang, yaitu : a. Menyakiti perasaan yang membeli. b. Jual beli yang dilakukan pada waktu akan menunaikan shalat Jumat, hal ini akan menyebabkan orang lupa melaksanakan shalat Jumat (QS. Al-Jumuah (62):9) c. Menjual belikan barang yang sah, tetapi untuk maksiat, seperti membeli ayam jago untuk diadu (QS. Al-Maidah (5):2) d. Jual beli dengan maksud untuk menipu, seperti barang dagangan di luarnya baik tetapi di dalamnya rusak atau mengurangi takaran. Jual beli yang terlarang dan tidak sah ( kurang syarat dan rukunnya ) a. Menjual sesuatu yang belum ada di tangan, artinya barang yang dijual itu masih berada di tangan penjual pertama jadi belum diterimakan kepada pembelinya. b. Jual beli anak binatang ternah yang masih dalam kandungan dan belum jelas apakah setelah lahir hidup atau mati. c. Jual beli benda najis, minuman keras, babi, bangkai dan sebagainya.

Perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum jual beli

Adanya praktek jual beli maka akan menimbulkan sikap antara lain sebagai berikut : a. Menumbuhkan dan membina ketentraman jiwa dan kebahagiaan, karena dengan memperoleh keuntungan atau laba maka akan terpenuhi hajat sehari hari seperti sandang, pangan atau papan. b. Dengan memperoleh keuntungan maka nafkah untuk keluarga akan terpenuhi yang merupakan suatu tanggung jawab yang harus dilaksanakan. c. Sebagai sarana ibadah, dengan memperoleh keuntungan maka seorang muslim diharapkan untuk berinfak, shadaqah atau zakat. d. Menolak kemungkaran, dengan adanya suatu usaha seperti berdagang berarti mengkondisikan kehidupkan sosial yang lebih sejahtera, apabila kondisi sosial seseorang sudah sejahtera maka penyakit yang ada pada masyarakat dapat berkurang, seperti kasus pencurian, perampokan atau bahkan korupsi.

Bab XII Permasalahan Riba

Pengertian dan ketentuan Riba Riba menurut bahasa artinya tambahan atau kelebihan. Menurut istilah, riba adalah akad atau transaksi yang pada waktu meminjam atau menukar suatu barang tertentu ada tambahan prosentase atau kelebihan. Pengertia istilah yang lain adalah akad yang terjadi pada pertukaran benda sejenis tanpa diketahui sama atau tidak timbangan / takarannya. Ketentuan / pokok pokok riba ada enam, yaitu emas, perak, gandum, jewawut, kurma dan garam.

Macam macam Riba 1) Riba Fadhli, yaitu tukar menukar dua barang sejenis tapi tidak sama timbangan, ukuran atau kualitasnya. Contoh : tukar menukar kambing tapi berbeda ukuran. 2) Riba Qardhi, yaitu riba disebabkan utang piutang yang dikenakan bunga yang tinggi. Bila meminjam uang kepada seseorang, ada waktu mengembalikannya ditambah bunga sebesar umpama 20%. Tambahan 20% itulah yang disebut riba. 3) Riba Nasiah, yaitu tambahan bunga atau rente berganda seumpama minimal 20%, yang disyaratkan kepada orang yang berutang atau jual beli dengan tenggang waktu sebagai imbalan. 4) Riba Yad, yaitu riba dengan sebab terpisah tempat aqad atau transaksi sebelum serah terima barang, kecuali sudah jelas atau disebutkan jumlah dan kualitasnya. Bahaya Riba 1) Adanya pihak yang dirugikan yaitu dengan mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan kepada pihak yang berhutang/peminjam. 2) Memupuk sifat rakus, loba, tamak, dan bakhil serta tidak peduli terhadap sesama.

3) Dibenci oleh Allah SWT (QS. Al-Baqarah (2):279) 4) Mendapat hukuman di dunia dan akhirat dari Allah SWT. Hukuman di dunia : a. Hartanya tidak berkah dan tidak bertambah (QS. Ar-Ruum (30):39) b. Jiwanya tidak tenang (QS. Al-Baqarah (2):275)

Menunjukkan perilaku menghindari perbuatan riba 1) Terbiasa mencari rezeki dengan bekerja keras secara halal. 2) Terbiasa melakukan sesuatu dengan tunai sehingga terhindar dari beban utang. 3) Terbiasa menolong dan meringankan beban orang yang ditimpa kesusahan dan kesulitan. 4) Menolak sistem bunga dengan menabung di bank syariah yang menggunakan sistem bagi hasil.

Bab XIV EKONOMI ISLAM Adapun landasan kerjasama di bidang ekonomi adalah sebagai berikut : 1. Berlaku ihsan dalam semua muamalah yang dilakukan, hal ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mantap akidah dan imannya serta niat yang bersih dan baik. 2. Menghindari usaha, sikap, cara dan pengolahan yang diharamkan serta bernilai syubhat ( QS. Al Baqarah {2}: 188 ). 3. Amanah dan jujur dalam setiap gerak gerik berusaha, termasuk menjahui praktek ghisy yakni melakukan usaha yang curang dan menutupi aib barang yang diperdagangkan.

Bank Syariah

1). Pengertian

Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Ditinjau dari segi imabalan atau penggunaan dana, baik simpanan atau pinjaman bank dapat dibedakan menjadi : a) Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk periode terntentu.

b) Bank Syariah, yaitu bank yang aktivitasnya baik penghimpunan dana manapun rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil ( mudharabah ).

2). Dasar Hukum

UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 tahun 1997 tentang perbankan Pasal 1 ayat 3 menetapakan salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3). Konsep Pengelolaan Bank Syariah

a) Islam memandang harta yang dimiliki manusia adalah titipan atau amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola dan memanfaatkannya harus sesuai dengan ajaran islam. b) Bank Syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah atau simpanan sesuai dengan ajaran islam c) Prinsip bagi hasil

Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu abad kemungkinan untung dan rugi Besarnya bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Jumlah pembagian bagi hasil meningkatkan sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.

Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4). Kegiatan Usaha Bank Syariah

a) Produk Penghimpunan Dana

Wadiah

Akad penitipan barang/uang di mana pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang bedasarkan jenisnya.

Macam macam Wadiah

Wadiah Yad Amanah

Akad penitipan barang/uang di mana pihak penerima tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipakan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan /kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.

Wadiah Yad Dhamanah

Akad penitipan barang/uang di mana pihak penerima titipan dengan atau tampa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus nertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.

Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan.

Mudharabah

Akad antara pihak pemilik modal ( Shahibul Maal ) dengan pengelola ( Mudharib ) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan atau yang dikenal dengan bagi hasil. Pendapatan atau keuntungan itu dibagi berdasarkan nisbah ( Persentase ) yang telah disepakati di awal akad, berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib.

Macam macam Mudharabah:

Mudharabah Mutlaqah

Mudharib diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal. Mudharib tidak di batasi baik mengenai tempat, tujuan maupun jenis usahanya.

Mudharabah Muqayyadah

Shahibul Maal menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudhharib mengenai tempat, tujuan maupun jenis usaha. Dalam sistem ini mudharib tidak diperkenankan untuk mencampurkannya dengan modal atau dana lain. Pembiayaan Mudharab Muqayyah antara lain digunakan untuk investasi khusus dan heksadana.

b) Produk Penyaluran Dana Baial Murabahah

Pembiayaan untuk pembelian barang barang inventaris baik produksi maupun konsumsi. Dalam hal ini bank bertindak sebagai pejual, sementara nasabah bertindak sebagai pembeli. Pembayaran oleh nasabah dapat dilakukan secara mencicil sesuai jangka waktu yang disepakati. Dari kegiatan pembiayaan ini bank memperoleh margin yaitu selisih dari harga beli dengan harga jual Baias Salam Pemayaran sektor petanian, peternakan atau perkebunan (jangka pendek). Dalam hal ini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual, kemudian pruduk dimaksud dijual kembali kepada nasabah lain yang membutuhkannya. Pembiayaan diberikan di muka sekaligus kepada petani, peternak dan pekebun. Dari transaksi tersebut bank mendapatkan margin dari harga beli dengan harga jual. Baial Istihna Pembiayaan kontruksi dan barang barang manufaktur jangka pendek. Dalam hal ini bank bertindak sebagai pemesan (pembeli) sedangkan nasabah bertindak sebagai penjual. Bank dapat menyalurkan dana secara bertahap sesuai dengan prinsip Baial Istisna. Ketika barang akan atau sudah selesai, bank dapat menjualnya kepada nasabah pemesan dengan cara cicilan atau cash sesuai kesepakatan. Dari kegiatan pembiayaan ini bank memperoleh margin. Sistem Bagi Hasil

Al-Mudharabah

Pembiayaan untuk proyek proyek baik jangka pendek atau jangka panjang dengan prinsip bagi hasil. Dalam hal ini bank bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) menyediakan modal 100% dan nasabah bertindak sebagai mudahrib (pengelola). Jika proyek mendapat keuntungan, maka keuntungan dibagi menurut kesepakatan awal, sedang bila terjadi kerugian yang bukan disebabkan kelalaian nasabah, maka hal itu menjadi resiko bank.

Al-Musyarakah Jika nasabah memiliki sebagian modalproyek dan bank menyediakan sebagiannya lagi. Dalam hal ini berlaku kaidah: keuntungan dibagi menurut kesepakatan, sedangkan jika terjadi kerugian dibagi menurut porsi modal masing masing. c) Produk Jasa jasa

Wakalah Jasa bank bertindak sebagai wakil nasabah. Prinsip ini ditetapkan untuk pengiriman uang (transfer), penagihan (collection/inkaso) dan letter of Credit (L/C). Kafalah Jasa penjaminan nasabah di mana bank bertindak sebagai penjamin (kafil) sedankan nasabah sebagai pihak yang dijamin (makfullah). Prinsip ini diterapkan untuk pemberian jasa bank garansi Hawalah Jasa pengambilalihan piutang nasabah di mana bank sebagai penerima pengalihan piutang (muhal alaih) dan nasabah nasabah sebagai pihak yang mengalihkan piutan (muhil) Rahn Jasa ini berupa gadai dari nasabah kepada bank. Dalam prakteknya Rahn ditrapkan dalam dua hal, yaitu sebagai jaminan pembiayaan dan jaminan dengan produk (emas dll). Sebagai jaminan, bank menyertai pembiayaan kepada nasabah yang dimungkinkan untuk diambil jaminan seperti baial murabahah dan baias salam. Dalma hal ini bank tidak jaminan secara fisik tetapi hanya surat suratnya saja (fiducia) Qardh Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan atas

pinjaman kepada muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran ataupun sekaligus. Qardhul Hasan

Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

Sharf

Akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

Ujr

Imbalan yang diberikan atau diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan. B. Lembaga Keuangan Non Bank Berdasakan Prinsip Islam 1) Syirkah (Perseroan) Perseroan atau syirkah adalah: perstujuan dua orang atau lebih untuk membuka perusahaan dengan tujuan membagi keuntungan. Kerja sama ini biasa dalam bentuk modal dan jasa, prosentase kepemilikan saham, pemilik dan pengelola dan bidang apa saja yang aka digarap bersama. Dengan pemahaman ini syirkah adalah berusaha secara bersama bersama antara penanaman saham dan pengelola yang kedua belah pihak iktu terlibat dalam mengemudikan laju usahanya. a) Syirkah Inan (Syirkah Harta) 1. Pengertian Syirkah inan (Syirkah Harta) ialah akad yang terjadi anatar dua orang atau lebih dalam permodalan untuk melakukan suatu bisnis atas dasar membagi untung dan rugi sesuai dengan jumlah modalnya masing masing.

2. Rukun Syirkah Inan (Syarikat Harta) Adanya sighat (lafal aqad) Adanya orang yang berserikat Adanya pokok (modal) yang disepakati

3. Syarat Lafal (Perkataan)

Adapun syarat lafal, yaitu kalimat aqad (perjanjian) hendaklah mebgandung arti izin untuk membelanjakan barang syarikat.

4. Syarat syarat menjadi anggota persyrikatan: Berakal sehat Baligh Merdeka Tidak dipaksa Orang yang bersyarikat hendaklah berakal sehat, tidak diperbolehkan orang orang yang belum mampu mengelola mengadakan syirkah (QS. An-Nisa {4} : 5).

5. Syarat pokok (modal) persyarikatan Modal berupa uang atau jenis barang lain yang dapat ditimbang dan ditakar Modal hendaklah digabungkan sebelum aqad sehingga modal tidak dapat dibedakan lagi, tidak mesti sama banyaknya menurut kesepakatan orang yang bersyarikat.

b) Syirkah Abdan (Syarikah Kerja) Pengertian syarikah kerja (Syarikah Abdan) ialah persyarikatan antara dua orang atau lebih untuk melakukan

sesuatu usaha/pekerjaan yang hasilnya dibagi antara mereka menurut perjanjian. Misalnya usaha konveksi, bangunan dan lain sebagainya. Qiradh

Qiradh diperbolehkan dalam Islam, pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika beliau berdagang ke Syam/Syiria dan keuntungannya dibagi antara keduanya sesuai dengan perjajnian, sementara modalnya tetap kepunyaan pemilik modal. Ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi dalam qiradh: Pemilik modal dan yang menjalankan modal hendaknya sudah baligh, berakal, sehat dan amanah. Uang atau barang yang dijadikan modal hendaknya diketahui jumlah atau nilainya dengan tunai. Jenis usaha dan tempatnya sebaiknya disepakati bersama, tapi jangan terlalu dibatasi sehingga menyulitkan yang menjalankan modal.

Musaqah (Paroan Kebun)

Musaqah adalah kerjasama antara pemilik kebun dengan pemelihara kebun disertai perjanjian bagi hasil yang jumlahnya ditentukan menurut kesepakatan bersama.

Muzaraah dan Mukhabarah

Muzaraah adalha kerjasama antara pemilik tanah (sawah/ladang) dan penggarap dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sementara bibit atau benih dari penggarap.

2) Asuransi Syariah

Di dalam kitab Undang Undang Hukum Dangan pasal 246 pengertian asuransi dijelaskan sebagai berikut: Asuransi adalah suatu perjanjian, yang mana seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima premi, dengan memnberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Melalui pengertian asuransi tersebut terdapat 3 pokok asuransi, yaitu bahaya yang dipertamggungkan, premi pertanggungan dan sejumlah uang gantin rugi pertanggungan. Ada 4 kelompok Ulama dalam memandang hukum asuransi, yaitu menharamkan, memboehkan, membolehkannya hanya yang bersifat sosial dan mutasyabihat.

a. Pengertian Asuransi Syariah

Pengetian inin mengandung pemahaman saling memikul resiko di antara sesama, sehingga antara yang satu dengan yang lain saling menjadi penanggung atas resiko yang terjadi. b.Landasan dan Dalil

Saling bertanggung jawab Bekerjasama saling membantu Saling melindungi dari berbagi kesusahan

c. Mekanisme Pengelolaan Dana (Premi) pada Asuransi Syariah

Mekanisme pengelolaan dana peserta (Premi) terbagi menjadi dua sistem, yakni sistem yang mengandung unsur tabungan dan tanpa mengandung unsur tabungan

1) Premi dengan unsur tabungan

Rekening tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan pemilik peserta dibayar bila perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri atau meninggal dunia. Rekening khusus, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan dibayarkan bila peserta meninggal dunia atau perjanjian telah berakhir, jika ada surplus dana. Kumpulan dana pesera diinvestasikan sesuai dengan prisnsip syariah. Hasil investasi dibagikan menurut sistem bagi hasil (mudharabah) dengan porsi tertentu, misalnya 60% peserta dan 40% perusahaan.

2) Premi tanpa unsur tabungan Setiap premi yang dibayar peserta setelah dikurangi biaya pengelolaan dimasukkan ke dalam rekening khusus (kumpulan dana). Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prisnsip syariah. Hasil investasi dimasukan ke dalam kumpulan dana peserta kemudian dikurangi dengan beban asumsi (klaim dan premi reasuransi). Surplus kumpulan dana peserta dibagikan dengan porsi bagi hasil misalnya 40% peserta dan 60% perusahaan. 3) Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Biasa Pada asuransi syariah ada Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dan

pengelola investasi dana. Sedangkan pada asuransi biasa tidak dikenal adanya Dewan Pengawas Syariah. Akad yang akan dilaksanakan pada Asuransi Syariah berdasarkan tolong monolong bukan akad jual beli Investasi dana pada Asuransi Syariah berdasarkan bagi hasil (Mudahrabah) dan tidak ada unsur riba, maisir dan gharar sebagai landasan investasi sebab yang meninggal atau mengundurkan diri atau membatalkan kontrak dapat mengambil dananya kembali dengan dipotong sedikit dana tabarru walaupun baru membayar premi beberapa kali angsuran. Kepemilikan dana pada Asuransi Syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola, sedangkan pada asuransi biasa dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasi.

d.Macam macam Asuransi Syariah 1) Dana Investasi 2) Dana Haji 3) Dana Siswa 4) Wisata dan Perjalanan 5) Kecelakaan Siswa

Bab XV Penyelenggaraan Jenazah

Semua makhluk hidup akan merasakan mati, karena itu merupakan ketentuan Allah SWT ( Sunatullah ) tidak ada seorang pun atau kelompok yang mampu menghindari kematian.

Dan apabila menhadpi orang yang baru meninggal dunia maka tindakan yang dilakukan adalah : 1. Mengatupkan matanya dan mengucapkan istirja 2. Meninggalkan pakaian dan perhiasannya 3. Membetulkan letak anggota tubuhnya 4. Membujurkan ke arah kiblat 5. Membayarkan hutang hutangnya 6. Menyegerakan pemakaman. Penyelenggaraan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang muslim/muslimah dengan cara memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkannya. Mengurus jenazah hukumnya fardhu kifayah, artinya jika sebagian kaum muslimin sudah melaksanakannya, maka kaum muslimin yang lainya tidak terkena kewajiban/dosa. Tetapi jika di antara kaum muslimin tidak ada yang melaksanakannya maka seluruh kaum muslimin yang mengetahui kejadian ini mendapat dosa. Cara penyelenggaraan jenazah adalah sebagai berikut :

1. Memandikan a. Syarat-syarat jenazah yang wajib dimandikan Islam Didapati tubuhnya (walaupun hanya sebagian) Bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Islam )

b. Cara memandikan jenazah Jenazah dibaringkan di tempat yang lebih tinggi (balai-balai) terhidnar dari hujan, matahari dan tertutup (tidak terlihat kecuali oleh orang yang memandikan dan mahramnya) Jenazah dipakaikan kain agar auratnya tertutup Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah, mengeluarkan kotoran bagian dalam perut dengan cara menekan bagian bawah perut dan mengangkat sedikit bagian kepala dan bada supaya kotoran yang mungkin ada di dalam perut dapat keluar. Menyiram air keseluruh badan secara merata dari kepala sampai ke kaki (disunatkan tiga kali atau lebih), dengan mendahulukan anggota badan sebelah kanan lalu bagian sebelah kiri. Mewudhukan jenazah sebagaimana wudhu akan shalat setelat semuanya bersih Terakhir disirami dengan larutan kapur barus dan harumharuman.

c. Yang berhak memandikan jenazah Orang Islam yang berakal sehat dan baligh Jenis kelamin sama, jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki, jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali suami istri atau mahramnya jenazah. Keluarga yang mengetahui tata cara dan mampu memandikan jenazah Dapat menjaga kerahasian jenazah (amanah)

2. Mengkafani Mengkafani jenazah yaitu membungkus jenazah dengan kain kafan dari ujung rambut sampai ujung kaki. a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkafani jenazah

Hukum dan syarat orang yang mengkafani sama dengan ketentuan memandikan jenazah Kain kafan diperoleh dengan cara halal yaitu dari harta peninggalan jenazah, ahli waris, atau diambil dari baitul mal ( jika tersedia ), atau dibebankan kepada orang Islam yang mampu. Kain kafan hendaknya bersih, berwarna putih dan sederhana ( tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah ) Kain kafan minimal satu lapis untuk menutupi seluruh tubuh. Bagi jenazah laki laki sebaiknya dibungkus tiga lapis, tanpa ditambah sorban, sarung, kopiah dan sebagainya. Sedangkan untuk jenazah perempuan, sebaiknya lima lapis ( termasuk baju bawahan dan jilbab ).

b. Tata cara mengkafani jenazah Hamparkan selembar tikar di atas lantai atau balai Rentangkan 5 utas tali diatasnya Susun lapisan kain kafan 3 lapis untuk laki laki dan 5 lapis untuk wanita Di atas kain kafan ditabur dengan kapur barus dan wangi wangian Jenazah diletakkan di atas kain kafan dengan menempelkan kapas secukupnya pada bagian lubang lubang yang ada pada tubuh

d. Terakhir tubuh jenazah dibungkus dengan kain kafan sampai rapi kemudian diikat dengan tali di bagian ujung kepala, dada, perut, lutut dan ujung kaki

3. Menshalatkan a. Syarat shalat jenazah Yang menshalatkan yakni orang Islam, suci dari hadats besar dan kecil, suci badan dan tempat dari najis, menutupi aurat dan menghadap kiblat Jenazah dishalatkan setelah dimandikan dan dikafani

Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menshalatkan, kecuali shalat di atas kubur atau shalat gaib.

b. Rukun Shalat Jenazah Niat Berdiri bagi yang mampu Takbir empat kali Membaca surat Al Fatihah Membaca Shalawat atas Nabi Saw Mendoakan jenazah Mendoakan keluarga yang ditinggalkan Mengucapkan salam

c. Sunat shalat jenazah Mengangkat tangan pada tiap tiap takbir Merendahkan suara bacaan (sirri) Membaca taawwudz Disunatkan banyak jamaahnya (makmum) Memperbanyak shaf minimal 3 shaf

d. Tata cara shalat jenazah Shalat jenazah dilaksanakan setelah dimandikan dan dikafani dengan cara sebagai berikut : Jamaah berdiri dengan niat melakukan shalat jenazah Takbiratul Ihram (takbir pertama) membaca surat Al Fatihah Takbir kedua, membaca Shalawat atas Nabi Muhammad Saw Takbir ketiga, mendoakan jenazah

Takbir keempat, membaca doaa

e. Beberapa hal yang perlu diperhatikan Bahwa doa untuk jenazah harus disesuaikan dengan jenis kelamin jenazah, yakni : Jenazah laki laki dhamirnya hu Jenazah perempuan dhamirnya ha Jenazah dua orang dhamirnya huma Jenazah yang banyak dhamirnya hum/hunna Bila jenazah laki laki, maka imam hendaknya berdiri menghadap jenazah sejajar dengan kepalanya, tetapi bila jenazahnya perempuan, maka imam berdiris sejajar dengan bagian tengah ( pinggul )

4. Menguburan Tata cara menguburkan : a) Waktunya Menguburkan jenazah boleh kapan saja (pagi, siang, sore atau malam), kecuali: Di saat matahari terbit Di saat matahari berada di tengah tengah Di saat matahari tenggelam

b) Kaifiatnya Memasukkan jenazah ke dalam kubur hendaknya dimulai dari kepala terlebih dahulu dan dilakukan lewat arah kaki Di dalam liat lahat, jenazah diletakkan dalam posisi miring di atas lambung kanan bagian bawah menghadap kiblat atau dengan memakai ganjal ( gelu dari tanah/batu )

Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah dengan membuka kain kafannya. Begitu pula tali tali pengikat dilepas. Waktu menurunkan jenazah ke liang kubur hendaknya membaca doa Tidak ada tuntutan Nabi Saw dalam mengubur jenazah dilakukan adzan dan iqomah Setelah liang lahat ditutup, dianjurkan kepada pengantar untuk memulai menimbun kubur dengan memasukkan tanah 3 kali ke dalam kubur kemuddian dilanjutkan penimbunan. Setelah selesai penguburan diakhiri dengan doa yang isinya memohon ampunan dan keteguhan.

c) Bentuk kuburan Kuburan harus digali cukup dalam agar aman dari gangguan binatang buas. Sedang luasnya disesuaikan dengan keadaan (untuk 1 orang saja atau lebih) Liang kuburan dapat dibentuk lahat dan dapat pula dibentuk seperti dharhu Tanah di atas kubur sebaiknya diratakan tetapi dapat dibentuk seperti punggung unta Meletakkan nisan di atas kubur dibolehkan asal hanya sebagai tanda pengenal Jenazah yang jauh dari daratan (meningga di kapal) maka kuburannya dilakukan dengan jalan membenamkan di laut Rasulullah Saw melarang didirikan sesuatu di atas kuburan atau ditambah atasnya.

d)

5. Taziah

Taziah berarti menghibur, yaitu mengunjungi dan menghibur keluarga yang di tinggalkan sebelum jenazah dikuburkan atau dalam waktu tiga hari sesudahnya, tujuannya adalah:

1) Memberikan bantuan moril dan materil untuk mengurangi kesulitan bagi ahli mayit. 2) Memberi hiburan dan nasehat agar ahli mayit sabar dan tabah menerima musibah. 3) Mendoakan yang meninggal agar diampuni segala dosanya. 4) Sebagai pelajaran dan koreksi diri bahwa setiap yang bernyawa pasti mati ( QS. Ali Imran {3}: 185 ). Taziah hukumnya sunnah.

6. Ziarah Kubur

Ziarah kubur adalah mengunjungi kuburan kaum muslimin/muslimat dengan tujuan dapat melihat, membersihkan kubur, dan mendokan ahli kubur.

A. Deskripsi Materi

Shalat jumat adalah shalat dua rakaat dengan berjamaah, didahului dua khutbah dan dilaksanakan pada waktu Dhuhur. Shalat Jumat hukumnya wajib tau fardhuain, artinya wajib dilaksanakan oleh setiap orang beriman, muslim, laki laki, sehat dan merdeka, tidak wajib atas hamba sahaya, perempuan, anak anak dan orang sakit.

a. Khutbah

1) Pengertian

Khutbah Jumat ialah ceramah yang dilakukan sebelum pelaksanaan Jumat yang memiliki syarat dan rukun tertentu dan dilakukan oleh seorang laki laki dengan syarat syarat tertentu yang disebut khatib.

2) Syarat Khatib

Salah satu syarat sahnya mendirikan shalat Jumat ialah harus didahului dua khutbah oleh khotib dengan ketentuan:

a). b).

muslim yang telah baligh, berakal sehat dan taat beribadah. mengetahui syarat, rukun dan sunnah khutbah.

c). suci dari hadats baik badan maupun pakain serta tertutup auratnya. d). e). memiliki akhlak yang baik, tidak tercela di mata masyarakat dan tidak terbiasa melakukan dosa. berpenampilan baik, rapi dan sopan.

3) Syarat syarat Dua Khutbah

a) b) c)

Disampaikan sesudah masuk waktu Dhuhur. Berdiri bila mampu. Duduk sebentar antara dua khutbah.

d) Suara khutbah harus jelas, keras dan dapat didengar oleh jemaah agar mendengar nasihat dan wasiatnya. Untuk masa sekarang menggunakan pengeras, televisi, atau monitor merupakan hal yang tidak bisa dihindari ( sehingga jamaah yang berada jauh atau di ruangan lain dapat mendengar atau melihat khatib ).

e) Tertib, yakni berturut turut antara khutbah pertama dan khutbah kedua.

4) Rukun Khutbah a) Membaca hamdalah pada kedua khutbah. b) Membaca syhadatain. c) Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

5) Sunnat Khutbah

a) Khutbah disampaikan di tempat yang lebih tinggi atau di atas mimbar. b) Khutbah disampaikan dengan kalimat yang jelas, sistimatik dan temanya sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi. c) Khatib membaca QS. Al Ikhlas ketika duduk antara dua khutbah. d) Khatib hendaklah menertibkan rukun rukun khutbah, yaitu dari membaca hamdalah sampai rukun yang terakhir berdoa untuk kaum muslimin.

6) Adab Shalat Jumaat

a) Hendaklah berangkat ke masjid lebih awal, Hindari datang sesudah imam menyampaikan khutbahnya, karena shalat anda tidak tercatat ( malaikat ). b) Mengisi shaf yang kosong, kemudian mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid sebanyak dua rakaat. c) Memperbanyak dzikir, berdoa, membaca shalawat Nabi Saw atau membaca Al Quran dengan suara pelan sebelum imam naik mimbar.

d) Mendengarkan khutbah, tidak boleh berbicara, menegur jamaah, mengantuk atau tidur sehingga tidak mengetahui isi khutbah.

7) Praktek Khutbah Jumat

a) Membuat makalah atau naskah praktek khutbah jumat. Sebelumnya Perhatikan sebagai berikut:

Di daerah mana kita akan berkhutbah. Waktu yang diperlukan 20 menit. Materi disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi yang terjadi di masyarakat. Susunlah makalah khutbah pertama dan kedua. Siswa siswi semuanya wajib membuat makalah.

b) Makalah Jumat sebaiknyadiperiksa terlebih dahulu oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk saran dan perbaikan. c) Siswa siswi tampil mendemondtasikan diri sebagai khatib secara bergiliran sedang yang lain jadi jamaah. d) Di antara siswa siswi maengadakan evaluasi dan mendiskusikan tentang penampilan khatib. e) Siswa yang berpenampilan terbaik ditinjau dari gaya dan materinya dapat diajukan menjadi khatib sungguhan di mushalla sekolah atau masjid sekitar. f) Contoh kerangka makalah khutbah Jumat.

8) Khutbah I ( pertama ):

a) Khatib bediri di mimbar sambil mengucapkan salam.

b) Duduk tatkala dikumandangkan adzan. c) Selesai adzan khatib berdiri dan membaca rangkaian rukun khutbah. d) Memberi wasiat, hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dalam memberi wasiat ini hendaklah membaca Al Quran dan Hadits sebagai dasar wasiat dalam menyampaikan.

b. Dakwah Menurut bahasa dakwah berasal dari bahasa Arab. Yang mempunyai arti memanggil, menyeru dan mengajak. Orang yang melakukan pekerjaan dakwah disebut dai / daiyah. Senada dengan kata dakwah di dalam Al Quran dan hadits sering dipakai kata tabligh dari kata balagh ( menyampaikan ).

Tujuan Dakwah Islamiyah sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nur (24):55 yaitu mengajak segenap manusia untuk senantiasa :

a. Beriman benar benar hanya kepada Allah SWT ( bertauhid ) b. Menyembah hanya kepada Allah SWT ( Ikhlas ) c. Sama sekali tidak persekutu Allah SWT dengan siapa saja dan barang apa saja d. Mengerjakan amal shaleh dalam arti yang seluas luasnya e. Berakhlak mulia dengan tolak ukur akhlak Rasulullah Saw. 3. Syarat dan Metode Dakwah Syarat Dakwah a) Perbuatan dan ucapan harus benar benar menjadi contoh ( Uswatun Hasanah ). b) Memahami obyek dakwahnya, sehingga tidak akan terjadi salah sasaran c) Mempunyai keberanian dalam menyampaikan dakwahnya, yang benar dikatakan benar, yang salah dikatakan salah dan berani menghadapi resiko dari akibat dakwahnya

d) Mempunyai ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan yang mungkin timbul dari dakwahnya e) Menyadari bahwa segala tugasnya hanyalah menyampaikan, masalah hasil diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT Metode Dakwah a) Berdakwah harus di jalan Allah SWT, bukan untuk kepentingan siapa pun, tetapi semata-mata hanya mencari dan melaksanakan perintah-Nya b) Dalam menyampaikan dakwah harus dengan hikmah ( kebijaksanaan ) dengan memperhatikan keadaan orang orang yang didakwahi, lingkungannya dan menggariskan materi dakwah yang disampaikan. c) Maudhah Hasanah. Yaitu memberi nasehat dengan cara yang indah dan menyenangkan, sehingga dapat masuk dalam hati dengan lembut. Bukan cara kekerasan dan membosankan d) Dalam berdakwah perlu dialog, diskusi bahkan berdebat tetapi semuanya harus dilakukan dengan cara-cara yang baik, tidak debat kusir atau mau menang sendiri 4. Media Dakwah media dakwah yang dipakai ketika itu masih sangat sederhana yaitu media lisan dan tulisan, bahkan tulisan pun masih terbatas, dengan semakin majunya ilmu pengetahuan teknologi, media dakwah semakin sempurna dan daya jangkaunya semakin luas. Dakwah pada masa sekarang dapat menggunakan : a) Media elektronik, meliputi radio, TV dan internet b) Media cetak meliputi buku-buku, surat kabar, majalah, spanduk, brosur, dll 5. Manajemen Dakwah Manajemen yang dilakukan Rasulullah Saw dalam berdakwah dimulai dari diri sendiri dengan prilaku / akhlak yang sempurna QS. Al-Fath (48):8 dan QS. At-Taubah (9):128, dalam berdakwah Rasulullah Saw menerapkan : a) Lemah lembut dalam menjalankan dakwah b) Bermusyawarah dalam segala urusan termasuk urusan dakwah c) Kebulatan tekad

d) Meyampaikan dakwah sesuai dengan obyek dakwah e) Lapang dada dan sabar f) Bertawakal

6. Strategi Dakwah Pada prinsipnya, dakwah itu strateginya beraneka ragam, sesuai obyek dakwah. Dalam berdakwah harus berpatokan kepada Qs. An-Nahl (16):125, adapun dakwah secara formal menggunakan aturan aturan : a) Pembukaan, terdiri dari : Hamdalah Shalawat Nabi Saw b) Isi, terdiri dari : Maksud dan tujuan dakwah Sasaran dakwah Materi dakwah Al Quran Al - Hadits

Penutup

7. persamaan dan perbedaan Khutbah dan dakwah a) Persamaan Khutbah dan Dakwah Sama - sama mengajak manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT Sama sama mengajak manusia untuk menjalankan syariat Agama Islam Sama sama memberi kabar gembira kepada yang bertaqwa dan ancaman kepada yang ingkar ( basyiran wa nadziran ) b) Perbedaan Khutbah dan Dakwah

Khutbah terikat oleh syarat dan rukun sedang dakwah tidak Khutbah tempatnya di masjid atau tempat shalat Jumat, sedang dakwah dapat dilakukan di mana saja Khutbah hanya wajib untuk kaum laki laki sedang dakwah untuk siapa saja Khutbah medianya terbatas pada mimbar dan sound system sedang dakwah dapat menggunakan media apa saja.

Bab XVII JINAYAT DAN HUDUD

Jinayat dan Hudud yang dikenal juga dengan istilah hukum pidana pada saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh negara negara yang memakai istilah negara Republik Islam dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Indonesia. Padahal ancaman Allah SWT sangat berat bagi mereka yan tidak berhukum dengan yang telah diterapkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya QS. Al-Maidah {5}: 47-51. a. Jinayat

1) Pengertian Jinayat

Pengertian jinayat secara bahasa adalah. nama bagi sesuatu yang dilakukan oleh seseorang menyangkut suatu kejahatan yang ia perbuat. Adapun pengertian istilah adalah: perbuatan yang diharamkan oleh syara terbatas pada tindakan kejahatan yang berkenan dengan jiwa ( nyawa ) dan anggota tubuh manusia ( membunuh, melukai, memukul, memotong anggota tubuh dan menghilangkan manfaat badan, misalnya menghilangkan salah satu panca indra ).

2) Pelanggaran Hukum Jinayat

a) Larangan Membunuh

Membunuh orang adalah dosa besar karena kejinya perbuatan itu. Salah satu upaya menjaga keselamatan dan ketentraman, Allah SWT Yang Maha Adil memberikan balasan yang layak ( setimpal ) dengan kesalahan yang besar itu, yaitu hukuman yang berat di dunia atau dimasukan ke dalam neraka di akhirat nanti.

Hak bagi yang membunuh

Bagi yang membunuh tergantung tiga macam hak:

a) Hak Allah SWT, apabila dia bertaubat dan menyerahkan diri kepada ahli waris ( keluarga yang dibunuh ). b) Hak ahli waris, mereka melakukan qishash atau mengampuninya dengan membayar diyat ( denda ) atau tidak. c) Hak yang dibunuh, nanti akan diganti oleh Allah SWT dengan di akhirat.

Sangsi Pembunuh

Sangsi pembunuhan ada tiga:

a) Hukuman bagi pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja yaitu qishash, artinya si pembunuh dihukum mati, kecuali pihak keluarga korban memaafkan dengan cara membayar diyat ( denda ) berat secara tunai kepada keluarga terbunuh berupa unta 100 ekor atau berupa uang seharga unta tersebut ( QS. Al-Baqarah {2} 178 dan QS. Al-Maidah {5}: 45). b) Hukuman bagi pembunuhan seperti sengaja tidak wajib diqishash, hanya diwjibkan membayar diyat (denda) berat berupa 100 ekor unta atau uang seharga unta tersebut kepada keluarga terbunuh, dan bayar kontan seketika itu juga. c) Hukuman bagi pembunuhan tidak sengaja, dalam hal ini hanya wajib membayar diyat ( denda ) ringan kepada keluarga yang dibunuh berupa 100 ekor unta atau uang seharga unta itu dan dibayar secara berangsur angsur selama tiga tahun

juga memerdekakan budak atau berpuasa dua bulan berturut turut. b. Melukai atau menghilangkan anggota badan atau menghilangkan manfaat badan misalnya menghilangkan salah satu panca indram maka berlaku hukum qishash.

B. Hudud 1. Pengertian Hudud Hudud adalah bentuk jama dari kata Had yang berarti batasan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT dalam Al Quran. Hudud adalah hukuman tertentu yang diwajibkan atas orang yang melanggar larangan larangan tertentu. 2. Pelanggaran Hukum Hudud a) Larangan berzina dan hukumannya Zina adalah bertemunya kelamin pria dan wanita di luar pernikahan layaknya sebagai suami istri. Terkecuali bercampur dengan istri sewaktu haid. Perbuatan itu tidak mewajibkan hukuman zina meskipun perbuatan itu haram, begitu juga mencampuri binatang. Orang berzina ada dua macam : 1) Pezina mushon, yaitu orang yang sudah baligh, berakal, merdeka, sudah pernah bercampur dengan jalan yang sah ( nikah ). Hukuman terhadap muhsan adalah rajam (dilontar dengan batu yang sederhana sampai mati ). 2) Pezina yang tidak mushon ( yang tidak mencukupi syarat syarat di atas ) yaitu gadis dengan bujang. Hukuman terhadap mereka adalah didera seratus kali dan diasingkan ke luar daerah selama satu tahun. b) Larangan menuduh orang berzina Menuduh orang berbuat zina termasuk dosa besar, dan mewajibkan hukuman dera. Orang merdeka didera delapan puluh kali, sedangkan hamba empat puluh kali dera. Syarat tuduhan yang mewajibkan dera 80 kali yaitu :

1) Orang yang menuduh itu sudah baligh, berakal, dan bukan ibu, bapak atau nenek dan seterusnya yang dituduh. 2) Orang yang dituduh adalah orang Islam, sudah baligh, berakal, merdeka dan terpelihara (orang baik) Gugurnya hukum dera menuduh Hukum tuduhan dari yang menuduh gugur dengan tiga jalan 1) Mengemukakan saksi empat orang, menerangkan bahwa yang tertuduh itu betul betul berzina (QS. AnNur (24):4) 2) Dimaafkan oleh yang tertuduh 3) Orang yang menuduh istrinya berzina dapat terlepas dari hukuman dengan jalan lian (QS. An-Nur (24):6-7) c) Larangan mencuri dan hukumannya Mencuri ialah mengambil harta orang lain dengan jalan diam diam diambil dari tempat penyimpanan yang layak. Mencuri adalah bagian dosa besar, orang yang mencuri wajib dihukum yaitu dipotong tangannya. syarat hukum potong tangan : 1) Pencuri tersebut sudah baligh, berakal, dan melakukan pencurian itu dengan kehendaknya. Anak-anak, orang gila dan orang yang dipaksa orang lain tidak dipotong tangannya. 2) Barang yang dicuri itu sedikitnya sampai satu nisab (kira-kira seberat 93,6 gram emas) 3) Barang tersebut diambil dari tempat simpanannya yang sesuai 4) Barang tersebut jelas-jelas bukan milik pencuri baik sebagian atau seluruhnya. Oleh karena itu seorang suami yang mengambil barang istrinya atau sebaliknya, atau seorang ayah mengambil barang anaknya atau sebaliknya tidak dapat dihukumi sebagai pencuri d) Hukuman bagi perampok

Merampok adalah mengambil harta orang lain dengan kekerasan atau ancaman senjata dan kadang kadang disertai pembunuhan terhadap korbannya. Perampok ada lima macam : 1) Jika dirampas harta dan membunuh korbannya, balasannya dihukum mati lalu disalib ( dijemur ) 2) Jika hanya membunuh korbannya, tetapi hartanya tidak diambil, hukumannya hanya wajib dibunuh saja. 3) Jika hanya mengambil hartanya saja, tanpa membunuh korbannya, hukumannya dipotong tangannya yang kanan dan kakinya yang kiri 4) Perampok yang menaku nakuti saja, tidak membunuh dan tidak mengambil harta benda. Hukumannya hendaklah diberi hukuman penjara atau hukuman lainnya yang dapat menjadi pelajaran kepadanya, agar ia jangan mengulangi perbuatannya yang tidak baik. 5) Perampok yang tertangkap sebelum melakukan perampokan, hukumannya dibunuh. e) Larangan meminum minuman keras (Khamar) dan hukumannya Khamar atau minuman keras adalah minuman beralkohol. Sebenarnya arti khamar adalah minuman keras yang terbuat dari perasan anggur. Namun menurut syara khamar adalah segala macam minuman yang memabukkan, baik yang dibuat dari anggur maupun lainnya.

Perilaku menghindari perbuatan jahat ( jinayat & Hudud ) 1) Menghargai dan menghormati hak orang lain, karena setiap pribadi menginginkan ketentraman dan kebahagian dalam hidupnya. 2) Keadilan adalah kunci hukum Islam. Sehingga setiap kejahatan yang menimpa orang lain, harus dibalas setimpal dan sebanding dengan kejahatan yang dilakukan 3) Nyawa adalah hak Allah SWT, maka tidak seorang pun diperkenankan mencabutnya, baik dengan dalih pribadi, keluarga atau alasan apa pun kecuali yang dibenarkan agama.

4) Sangat berhati-hati dalam menempuh hidup ini, terutama yang berkaitan dengan hak orang lian. Karena boleh jadi kita bisa lepas dari pengadilan dunia, tetapi mahkamah Ilahi rabbi kita tidak bisa mengelak 5) Banyak memahami hukuman Islam, karena di samping kita jadi mengerti makna di balik hukum itu, kita pun akan memiliki rambu rambu dalam menjaliani kehidupan yang fana ini.

Bab XVIII Akhlak Madzmumah

a. Merampok 1. Pengertian Merampok adalah istilah yang digunakan untuk pengertian :Mengambil harta orang lain dengan kekeransan/ancaman senjata dan kadang-kadang disetai pembunuhan terhadap korbannya.

2. Bahaya merampok Perbuatan merampok jelas sangat berbahaya, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain atau masyarakat. Terhadap diri sendiri yaitu bagi pelaku perampokan. Hidupnya pasti tidak akan merasa tenang. Jiwanya akan merasa dikejar-kejar oleh bayangan dosa, bahkan lama-kelamaan keimanan dan ke-Islamannya akan terlepas dari dirinya.

b. Membunuh 1) Pengertian Membunuh ialah menghilangkan nyawa seseorang baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dengan alat mematikan. Membunuh sangat dilarang dalam Islam dan termasuk dossa besaar, karena Islam menghormati hak hidup setiap manusia dan melindunginya ( QS. Al-Baqarah {2}: 179 dan QS. Al-Maidah {5}: 32). Allah SWT mengutuk dan murka serta menyediakan siksa yang berat yaitu Neraka Jahanam ( QS. An-Nisa {4}: 93 ). 2). Bahaya Membunuh Membunuh adalah perbuatan yang membahayakan ketentraman dan ketenagan hidup manusia. 3) Macam macam Pembunuhan

(a) Pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja yaitu suatu pembunuhan yang sudah direncanakan, dengan memakai alat senjata yang biasanya mematikan. Seseorang dikatakan membunuh dengan sengaja apabila orang tersebut berakal sehat,baligh, dan berniat atau berencana untuk melakukan pembunuhan, memakai alat yang bisa mematikan dan yang terbunuh adalah orang baik. (b) Pembunuhan seperti sengaja, yaitu terbunuhnya seseorang tanpa sengaja, dilakukan oleh seorang mukallaf dengan alat yang biasanya tidak mematikan. Misalnya sengaja memukul dengan sapu lidi, tetapi orang yang dipukul itu meninggal. (c) Pembunuhan tidak sengaja, yaitu pembunuhan karena kesalahan semata tanpa direncanakan dan tidak ada maksud membunuh sama sekali. Misalnya seseorang menembak ( keterangan lebih lanjut, pada modul Jinayat ).

c. Asusila

1)Asusila

A artinya tidak, sedang Susila menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern artinya sopan, beradab

You might also like