You are on page 1of 4

Pasien anemia aplastik mengalami defisit sel darah baik itu sel daraah merah, trombosit maupun sel

darah putih. Ini menyebabkan pasien anemia aplastik mengalami aneia (kurang sel darah merah), cenderung mengalami perdarahan (kurang trombosit) dan rentan terhadap infeksi (kurang sel darah putih)

APA ITU ANEMIA APLASTIK?


Anemia aplastik merupakan salah satu jenis anemia yang ditandai dengan adanya pansitopenia (defisit sel darah pada jaringan tubuh). Anemia aplastik berbeda dengan anemia biasanya. Anemia yang biasa hanya kekurangan sel darah darah merah saja, sedangkan anemia aplastik mengalami defisit sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Defisit sel darah pada sumsum tulang ini disebabkan karena kurangnya sel induk pluripoten sehingga sumsum tulang gagal membentuk sel-sel darah. Kegagalan sumsum tulang ini disebabkan banyak faktor. Mulai dari induksi obat, virus, sampai paparan bahan kimia. Istilah-istilah lain dari anemia aplastik yang sering digunakan antara lain anemia hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia aregeneratif, aleukia hemoragika, panmielofisis dan anemia paralitik toksik. Kasus anemia aplastik ini sangat rendah pertahunnya. Kira-kira 2-5 kasus/juta penduduk/tahun. Dan umumnya penyakit ini bisa diderita semua umur. Meski termasuk jarang, tetapi penyakit ini tergolong penyakit yang berpotensi mengancam jiwa dan biasanya dapat menyebabkan kematian. Pada pria penyakit anemia aplastik ini lebih berat dibnding wanita walaupun sebenarnya perbandingan jumlah antar pria dan wanita hampir sama. Siapa saja berpeluang mendapatkan anemia aplastik ini.

APA SAJA YANG MENJADI TANDA DAN GEJALA PENYAKIT ANEMIA APLASTIK?
Pada penderita anemia aplastik dapat ditemukan gejala utama yaitu : 1. Anemia (kurang sel darah merah) 2. Trombositopenia (kurang trombosit) 3. Leukopenia (kurang leukosit) Ketiga gejala ini disertaii dengan gejala-gejala lain yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Anemia biasanya ditandai dengan pucat, mudah lelah, lemah, hilang selera makan, dan palpitasi 2. Trombositopenia ditandai dengan perdarahan gusi, epistaksis, ekimosa dan lain lain 3. Leukopenia ditandai dengan infesi Selain itu, hepatosplenomegali dan limfadenopati juga dapat ditemukan pada penderita anemia aplastik ini meski jarang terjadi

APA SAJA PENYEBAB DARI PENYAKIT INI?


Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit anemia aplastik ini. Faktor faktor penyebab yang dimaksud antara lain: Penyakit kongenital atau menurun seperti anemia fanconi, dyskeratosis congenita, sindrom Pearson, sindrom Dubowiitz dan lain-lain. Diduga penyakit-penyakit ini memiliki kaitan dengan kegagalan sumsum tulang yang mengakibatkan terjadinya pansitopenia (defisit sel darah). Menurut sumber referensi yang lain, penyakit-penyakit yang baru saja disebutkan merpakan bentuk lain dari anemia aplastik (Hematologi Klinik Ringkas; Prof.Dr. I Made Bakta) Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benzen,arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat kimia tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara kontak kulit) terhadap seseorang Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya pemberian kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2-3 bulan akan menyebabkan anemia aplastik setelah berumur 6 tahun. America Medical Association juga telah membuat daftar obat-obat yang dapat menimbulkan anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara lain : Azathioprine, Karbamazepine, Inhibitor carbonic anhydrase, kloramfenikol, ethosukimide, indomethasin, imunoglobulin limfosit, peisilamine, probenesid, quinacrine, obat-obat sulfomide, sulfonilurea, obat-obat thiazide, trimethadione. Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik ini karena dapat mengakibatkan kerusakan pada sel induk ataupun menyebabkan kerusakan pada lingkungan sel induk. Contoh radiasi yang dimaksud antara lain pejanan sinar X yang berlebih ataupun jatuhan radioaktif (misalnya dari ledakan bom nuklir). Paparan oleh radiasi berenergi tinggi ataupun sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang akut dan kronis maupun anemia aplastik, Selain radiasi, infeksi jufa dapat menyebabkan anemia aplastik. Misalnya seperti infeksi virus Hepatitis C, EBV, CMV, parvovirus, HIV, dengue dan lain-lain

TERAPI APA YANG TEPAT UNTUK PENYAKIT ANEMIA APLASTIK??


Terapi yang dapat dilakukan pada penderita anemiia aplastik cukup banyak. Terapi suportif Transfusi sel darah merah dan trombosit sangat bermanfaat. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kekurangan sel darah merah dan trombosit Faktor-faktor pertumbuan hematopoietik Terapi dengan faktor pertumbuhan sebenarnya tidak dapat memperbaiki kerusakan sel induk. Namun terapi ini masih dapat dijadikan pilihan terutama untuk pasien dengan infeksi berat.

Transplatasi sumsum Tulang Transplatasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara kembar atau pun saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien yang masih anak-anak. Transplatasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka keberhasilan lebih dari 80% jika memiliki donor yang HLA-nya cocok. Namun angka ini dapat menurun bila pasien yang mendapatkan terapi semakin tua. Artinya, semakin meningkat umur, makin meningkat pula reaksi penolakan sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graftversus-host disease. Kondisi pasien akan terus memburuk Terapi imunosupresif Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang menderita anemia aplastik. Terapi ini dilakukan dengan konsumsi obat-obatan. Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif ini antara lain antithymocyte globulin (ATG) atau antiliphocyte globulin (ALG), siklisporin A (CsA) dan oxymethalone. Oxymethalone juga memiliki efek samping diantaranya, retensi garam dan kerusakan hati. Orang dewasa yang tidak mungkin lagi melakukan terapi transplatasi sumsum tulang, dapat melakukan terapi imunosupresif ini

APA SAJA KOMPLIKASI DARI ANEMIA APLASTIK?


Komplikasi yang paling sering terjadi dari anemia aplastik ini adalah perdarahan dan rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya trombosit dan kurangnya kadar leukosit.seperti yang sudah dijelaskan di atas, kadar leukosit dan trombosit ini menurun diakibatkan kegagalan sumsum tulang. Terapi anemia aplastik juga dapat menyebabkan komplikasi pada penderita anemia aplastik ini. Komplikasi yang dimaksud adalah GVHD 9Graft Versus Host Disease). Hal ini menerapkan kegagalan dari terapi transplatasi sumsum tulang Maksudnya begini, transplatasi sumsum tulang merupakan salah satu terapi untuk penderita anemia aplastik. Terapi ini dapat dilakukan jika si pasien masih muda dan HLA si pendonor cocok dengan si penderita. HLA yang cocok biasanya jika berasal dari saudara kandung atau keluarga si penderita. GVHD terjadi sebagai bukti bahwa terapi yang dilakukan gagal.

APA SAJA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH ANEMIA APLASTIK??


Usaha pertama untuk mencegah anemia aplastik ini adalah: Menghindari paparan kimia (seperti benzena juga diduga dapat menyebabkan anemia aplastik) Hindari konsumsi obat-obat yang memcu anemia aplastik (jika harus mengonsumsi obat-obat yang demikian, sebisa mungkin jangan mengonsumsinya secara berlebihan) Jauhii radiasi sinar X dan radiasi lainnya

SUMBER REFERENSI:
Bakhshi, Sameer, MD. (October 2009). Aplastic Anemia, http://www.emedicine.com Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit IPD FKUI Pusat. Jakarta. 2007: 627-633 Bakta, I Made, Prof.Dr. hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006: 98-110

You might also like