You are on page 1of 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Menurut Barker (2005:36) paling tidak ada tiga bentuk pendekatan penelitian dalam kajian budaya, yaitu pendekatan etnografi, pendekatan tektual, serta resepsi. Dalam penelitian tentang adapatasi budaya masyarakat Bali Aga terhadap regulasi negara dalam bidang agama di Desa Cempaga Kabupaten Buleleng ini digunakan pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi mengharuskan peneliti masuk dalam kehidupan sekelompok orang dalam waktu yang lama, melihat apa yang terjadi, mendengarkan apa kata yang diucapkan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan apa yang disebut oleh Geertz (1973; Sairin, 2002: 29) sebagai pelukisan mendalam (thick description) yang menggambarkan kejamakan struktur-struktur konseptual yang kompleks, termasuk asumsi-aumsi yang terucap dan yang dianggap sebagai kewajaran mengenai kehidupan kebudayaan (Spradley, 1997: 14; Endraswara, 2003: 50-52; Barker, 2005: 36). Pendekatan ini akan sangat membantu dalam pembuatan deksripsi tentang kebudayaan masyarakat Bali Aga di desa Cempaga serta pergulatan budaya yang terjadi di dalamnya. Regulasi negara dalam bidang agama akan memunculkan beberapa konsekuensi mengingat keterkaitan antara agama dengan kebudayaan serta kehidupan sosial masyarakat. Agama di samping sebagai sebuah keyakinan juga merupakan gejala sosial. Artinya, agama yang dianut melahirkan berbagai tindakan sosial yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Kadangkadang perilaku tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Norma-norma dan

59

nilai-nilai agama diduga sangat berpengaruh terhadap tindakan individu ataupun masyarakat. Dengan kata lain, dalam penelitian ini juga digunakan logika-logika dan teori sosiologi untuk menggambarkan perkembangan fenomena sosial keagamaan serta pengaruh suatu fenomena terhadap fenomena lain (Ali, 2002: 100). Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mendeskripsikan hubungan dialektis antara berbagai kekuatan dalam masyarakat di lokasi penelitian (Sunardi, 2003: 28;Kahmad, 2000: 51). Penelitian ini terkonsentrasikan pada adaptasi budaya masyarakat Bali Aga terhadap regulasi negara dengan setting penelitian di Desa Cempaga Buleleng, Bali. Adaptasi budaya dalam penelitian ini mesti dilihat sebagai sebuah proses penyesuaian antara agama lokal dengan ajaran Hindu (mainstream) yang dapat diartikan bahwa Desa Cempaga Kabupaten Buleleng Bali, sebagai arena pertarungan makna antara Hindu (mainstream) dengan budaya etnik di Desa Cempaga Buleleng. Dengan kata lain, ia diletakkan dalam konteks

kesejarahannya, relasi kuasa, dan peta pertarungan antara kekuatan-kekuatan dominan dengan subordinasi, serta di antara yang berkehendak melakukan regulasi dengan pihak yang melakukan resistensi terhadapnya. Berdasarkan pandangan tersebut maka penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif secara umum didefinisikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, simbol, dan perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian jika mengacu pada pemikiran Triguna (1997:137) bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat humanistik dan melibatkan perasaan.

60

3.2 Lokasi Penelitian Desa Cempaga adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupate Buleleng, Propinsi Bali. Desa ini terletak di sebelah barat kota Kabupaten Buleleng dengan jarak sekitar 24 km. Sarana dan prasarana menuju lokasi kini sudah sangat memadai sebab jalan menuju lokasi kini sudah diaspal. Untuk masuk ke wilayah ini dari kota kabupaten bergerak ke arah barat mengikuti jalan yang menghubungkan kota Singaraja dengan pelabuhan Gilimanuk di wilayah Kabupaten Jembrana. Setelah sampai di daerah Lovina atau sekitar Labuhan Aji berbelok ke kiri mengikuti jalan menanjak menuju daerah pegunungan. Dari wilayah ini jika menengok ke arah utara akan tampak hamparan pantai Lovina yang indah dengan ombak yang tidak terlalu besar. Penelitian diperkirakan akan berlangsung selama setahun. Dari penjajagan awal yang dilakukan di lokasi penelitian diperoleh bahwa daerah ini sangat kaya dengan khasanah budaya seperti berbagai jenis tarian Rejang yang digunakan pada saat Upacara Sabha Kuningan, meskipun beberapa jenis tarian tersebut kini sudah mulai terlupakan. Alasan lainnya adalah bahwa Desa Cempaga kini telah menjadi desa metropolis dengan masuknya bantuan dari lembaga-lembaga internasional di daerah ini. Dengan kata lain modernisme sudah merambah wilayah ini, sudah barang tentu dengan segala konsekuensi yang ditimbulkannya antara lain munculnya gerakan ngalih soroh, munculnya sistem pemerintahan desa modern. Muncul pula gerakan-gerakan untuk menggali kembali kekayaan budaya lokal seperti menghidupkan kembali perayaan Nyepi Desa, upaya mempertahankan bangunan rumah adat.

61

3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang adaptasi budaya masyarakat Bali Aga di Desa Cempaga Kabupaten Buleleng sehubungan dengan regulasi negara dalam bidang agama. Data ini diperoleh dengan mencermati dan memahami adaptasi budaya yang terjadi di lokasi penelitian yang terekspresikan melalui perilaku masyarakat di lokasi penelitian; jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data ini bisa diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian. Untuk menunjang data kualitatif tersebut diperlukan juga data

kuantitatif seperti data demografi yang akan tergambar dalam bentuk tabel-tabel diagram-diagram. Berkaitan dengan sumber data, mengingat penelitian ini adalah penelitian kancah yang bersifat kualitatif maka pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan cara mengamati kehidupan sosial masyarakat serta mewawancarai informan di Desa Cempaga Kabupaten Buleleng. Data yang bersumber pada pengalaman empiris dalam kehidupan kehidupan masyarakat serta keteranganketerangan yang diberikan informan tersebut digolongkan sebagai sumber data primer. Untuk mempertajam hasil analisis tentu diperlukan sumber-sumber data dari pandangan para ahli yang bisa diperoleh lewat tulisan-tulisan ilmiah, jurnal maupun buku-buku. Data tersebut dapat diketegorikan sebagai data sekunder dalam penelitian ini.

62

3.4 Teknik Penentuan Informan Dalam penelitian kancah, pengumpulan data berupa informasi yang diberikan oleh para informan sangat menentukan keberhasilan penelitian dimaksud. Oleh karena itu, kejelian menentukan informan menjadi salah satu kunci penting dalam penelitian kualitatif. Informan kunci yang baik adalah orang yang bisa diajak bicara dengan mudah, yang mengerti tentang informasi yang dibutuhkan peneliti, dan senang diajak bekerjasama (Endraswara, 2006:121). Dalam penelitian budaya populasi tidak diperlukan, karena konteks lebih

dipentingkan daripada jumlah. Dalam penelitian ini penentuan informan teknik snowball sampling. Sebagai informan kunci adalah I Made Juwika, dengan pertimbangan-pertimbangan yang merujuk pada pandangan Spradley (1997:61) yaitu (1) enkulturasi penuh, artinya informan mengetahui dan memahami budayanya dengan baik; (2) keterlibatan langsung, artinya informan terlibat dalam suasana budaya, menggunakan pengetahuannya untuk membimbing tindakannya, meninjau hal-hal yang mereka ketahui; (3) suasana budaya yang tidak dikenal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah peneliti menentukan informan yang bukan berasal dari wilayah yang sama dengan peneliti; (4) waktu yang cukup, maksudnya harus dipilih informan yang memiliki cukup waktu untuk diwawancarai, atau dengan kata lain dipilih informan yang tidak terlalu sibuk; (5) non-analitis artinya sebaiknya dipilih informan yang tidak melakukan analisis mengenai arti atau signifikasnsi dari kejadian dan tindakan itu. Baik juga memilih informan yang bisa memberikan analisis dan interpretasi dengan penuh pengertian

63

mengenai berbagai kejadian itu dari perspektif teori penduduk asli (folk theory) (Spradley, 1997:59-70; Endraswara, 2003: 206-207). 3.5 Instrumen Penelitian Peneliti ini adalah instrumen utama dan terpenting dalam penelitian kancah, karena data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat kualitatif yang bersumber dari kata-kata atau ungkapan-ungkapan tentang adaptasi budaya. Hal ini diperoleh peneliti dengan melihat, mendengar, ataupun bertanya yang mengharuskan peneliti tanggap terhadap situasi dan kondisi lingkungan; mudah menyesuaikan diri; mendasarkan diri atas keluasan wawasan pengetahuan, serta mampu memproses data secepatnya (Moleong, 1998: 121-123). Untuk menunjang kegiatan penelitian diperlukan pula instrumen penelitian yang lain seperti berikut. (a) Pedoman wawancara, yang berisi beberapa pertanyaan yang nantinya bisa dikembangkan pada waktu mengadakan penelitian. Pedoman wawancara ini diperlukan sebagai pemandu dalam melakukan wawancara sehingga pertanyaan-pertanyaan bisa lebih terarah dan efektif untuk menggali data, sesuai dengan kebutuhan penelitian sebagaimana dinyatakan dalam rumusan masalah. (b) Alat perekam suara (tape recorder) Alat perekam suara ini diperlukan untuk merekam dan menyimpan data ketika melakukan wawancara. Penggunaan alat perekan ketika wawancara harus mendapat persetujuan dari informan, oleh karenanya diperlukan pendekatan terlebih dahulu kepada informan sehingga

64

suasana wawancara tidak berlangsung kaku atau menegangkan dengan hadirnya alat perekan dimaksud. (c) Alat perekam gambar (kamera photo) Alat ini digunakan untuk merekam dan menyimpan data peristiwa atau tindakan yang dipandang penting sesuai dengan kebutuhan penelitian. (d) Alat tulis menulis. Alat tulis menulis diperlukan untuk mencatat data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, pengamatan di lapangan, serta data-data yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan dan analisis dokumen.

3.6 Teknik Pengumpulan Data Fokus penelitian ini adalah adaptasi budaya maasyarakat Bali Aga di Desa Cempaga Kabupaten Buleleng dalam hubungannya dengan regulasi negara dalam bidang agama. Berkenaan dengan hal itu maka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dituntut agar melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi di lokasi penelitian serta melakukan wawancara mendalam kepada beberapa orang informan, serta didukung oleh teknik studi kepustakaan dan analisis dokumen. Paparan masing-masing teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut. 3.6.1 Observasi Menurut Suparlan sebagaimana dikutip Sudikan (2001:87) dalam melakukan pengamatan, ada 8 (delapan) hal yang harus diperhatikan yaitu (1) ruang dan waktu, (2) pelaku, (3) kegiatan, (4) benda-benda atau alat-alat, (5) waktu, (6) peristiwa, (7) tujuan, (8) perasaan. Kedelapan hal tersebut saling

65

mengait sehingga dibutuhkan perhatian secara total terhadap sesuatu yang diamati, dan dilakukan secara intens dalam kurun waktu yang cukup lama. Observasi dilakukan untuk dapat mengamati secara langsung aktivitas budaya serta perilaku masyarakat desa Cempaga. Dengan melakukan pengamatan di lapangan dalam waktu yang cukup lama diharapkan dapat diperoleh data yang lebih bersifat natural, maksudnya data atau perilaku yang tidak dibuat-buat karena diketahui ada kegiatan penelitian. Observasi dilakukan baik menyangkut aktivitas kesehariannya maupun dalam hubungannya dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan mengarahkan perhatian kepada halhal seperti bentuk kegiatan yang dilakukan, keadaan tata ruang dan tata kegiatan sosial, peralatan yang digunakan, urutan serta waktu kegiatan, luapan emosinya pada waktu melaksanakan kegiatan serta tujuan yang ingin dicapai oleh kegiatan tersebut. Hasil observasi ini akan dipilah dan dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.6.2 Wawancara Mendalam Menurut Endraswara tujuan utama wawancara antara lain (a) untuk menggali pemikiran konstruktif seorang informan, yang menyangkut peristiwa, organisasi, perasaan, perhatian, dan sebagainya yang terkait dengan aktivitas budaya, (b) untuk merekonstruksi pemikiran ulang tentang hal ikhwal yang dialami informan masa lalu atau sebelumnya, (c) untuk mengungkap proyeksi pemikiran informan tentang kemungkinan budaya miliknya dimasa datang (Endraswara, 2006: 151).

66

Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini adalah I Made Juwika, seorang penduduk desa Cempaga Buleleng yang sehariharinya bertugas sebagai pengawas Sekolah Dasar di Kecamatan Banjar Buleleng. Tokoh yang dijadikan informan kunci bertugas sebagai Tim Penyuluh Lapangan Agama Hindu di desa Cempaga. Melaluinyalah akan digali informasi-informasi yang diperlukan, bila terdapat hal-hal yang tidak diketahui maka melalui informan kunci ini diharapkan diperoleh informan lain yang ditunjuknya (snowball). Melalui wawancara mendalam diharapkan diperoleh data terutama menyangkut proses adaptasi budaya di desa Cempaga. Data lain yang diharapkan bisa diperoleh dari wawancara mendalam adalah tentang proses adaptasi budaya serta implikasi-implikasi yang muncul dari adaptasi budaya tersebut. Untuk menuntun wawancara dibuatkan pedoman wawancara.

3.6.3 Studi Dokumen Studi dokumen dalam hal ini difokuskan kepada tulisan-tulisan yang menyangkut masyrakat Bali Aga khususnya yang terdapat di Desa Cempaga, serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan itu. Untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitas masyarakat Cempaga yang telah dilakukan sebelum masa kemerdekaan akan digali melalui buku yang berupa catatan-catatan yang dilakukan oleh Prebekel desa Cempaga pada tahun 1930 an. Dokumen penting ini diperoleh melalui Sdr. I Made Juwika. Walaupun kondisi bukunya sudah sangat lapuk tetapi masih bisa dibaca. Catatan-catatan ini ditulis menggunakan huruf Bali berbahasa Bali.

67

Untuk memudahkan pemahaman terhadap isi catatan tersebut, dilakukan transliterasi dari huruf Bali ke huruf Latin. Selanjutnya dari catatan tersebut dipilah-pilah berdasarkan jenis kegiatan yang ada. Data dari catatan tersebut yang diperlukan dalam penelitian, dipilah-pilah agar memudahkan penggunaannya dalam analisis. Untuk menganalisis data dimaksud selalu akan dicocokkan dengan keadaan pada waktu melakukan penelitian. Untuk membantu proses analisis data diperlukan dukungan dari sumber-sumber lain seperti wawancara, observasi, serta buku-buku lain yang terkait dengan penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data Berbagai sumber data dan teknik pengumpulan data tersebut di atas dapat digunakan secara simultan atau yang satu mendahului yang lainnya dalam konteks triangulasi agar kesahihan data menjadi lebih terjamin. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan proses seperti diagram yang digambarkan oleh Huberman dan Miles (dalam Bungin,ed., 2003: 69; Atmaja, 2002: 13). Diagram ini menggambarkan bahwa pengumpulan data dan analisis data yang terdiri dari tiga kegiatan utama, yakni penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan rangkaian kegiatan yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier.

68

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Data Colection Data Display

Data Reduction

Conclution Drawing & Verifying


Tanda panah dua arah menunjukkan alur analisis data bersifat timbal balik. Tanda panah satu arah menunjukkan alur proses analisis data

(Sumber : Huberman dan Miles sebagaimana dikutip Faisal dalam Bungin ed., 2003: 69)

Diagram di atas menunjukkan bahwa antara kegiatan pengumpulan dan pengolahan data tidak dapat dipisahkan satu sama lain, keduanya berlangsung simultan. Prosesnya berbentuk siklus. Hasil pengumpulan data (data colection) perlu direduksi (data reduction). Hasil reduksi data ini juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Pengorganisasian data ini bisa berbentuk sketsa, sinopsis, matrik, atau bentuk-bentuk lain, yang diperlukan sehingga mempermudah upaya pemaparan dan penegasan simpulan (conclution drawing and verification)

69

Sesuai dengan diagram siklus analisis data di atas, menurut Faisal ( Bungin,ed., 2003:70) prosesnya tidaklah sekali jadi, melainkan berinteraktif secara bolak balik. Perkembangannya bersifat sikuensial dan interaktif, yang pada dasarnya melingkar seperti diagram 2 berikut ini.

Gambar 2. Putaran dari Pengumpulan Data menuju Deskripsi dan Teori.

Penjelajahan, Pelacakan Kenyataan Lapangan

Ikhtisar dan Pilihan Data Pemahaman Teoretis Deskripsi

Pola-pola Tema-tema Konsep-konsep Kategorikategori

Tanda panah menunjukkan alur pengolahan data yang berlangsung secara siklus

Diambil dari tulisan Sanafiah Faisal dalam Bungin, ed.,2003:71.

Seberapa banyak proses perputaran tersebut sangat tergantung pada kompleksitas permasalahan yang hendak dijawab. Juga tergantung pada seberapa tajam pisau analisis yang dipakai saat mengumpulkan data. Pisau analisis yang dimaksud menurut Sanafiah (2003,71) adalah kepekaan dan ketajaman daya lacak

70

si peneliti dalam melakukan komparasi pada saat si peneliti melakukan proses pengumpulan data di lapangan.

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis disajikan dengan menggabungkan teknik informal dan teknik formal. Teknik penyajian informal adalah penyajian hasil analisis data secara deskripsi naratif dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Penyajian hasil analisis data akan dibagi menjadi delapan bab dengan berpedoman pada teknik penulisan karya ilmiah yang lazim berlaku di kalangan akademik. Teknik formal adalah penyajian hasil analisis data dalam bentuk gambar, diagram, tabel, foto-foto, dan sejenisnya. Teknik penyajian secara formal ini sebagai pendukung dari teknik penyajian secara informal.

You might also like