You are on page 1of 8

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut

jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera. Pemeriksaan Fisik a. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks. b. Kepala c. Mata : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung. : Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya. d. Hidung e. f. Mulut Telinga : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. : Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak. : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.

g. Leher h. Thorax

: Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek. : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit.

i.

Abdomen

: Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising terdapat retensi

usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering karena GI Tract belum sempurna. j. Umbilikus

: Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tandatanda infeksi pada tali pusat. : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

k. Genitalia

l.

Anus

: Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeces. : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

m. Ekstremitas

n. Refleks

: Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

9. a.

Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Darah Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.

Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.

Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct). Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.

b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik. pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. c. HCO3 (normal 24-28 mEq/L) Urine Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari : Natrium (normal 134-150 mEq/L) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

d. Foto thorax Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal

Diagnosa Keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. 2) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

3) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. 4) Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agenagen infeksius. 5) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. 6) .Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.

3. Rencana Tindakan dan Rasionalisasi Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.1. Tidak menunjukkan demam. 2. Tidak menunjukkan cemas. 3. Rata-rata repirasi dalam batas normal. 4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas. 5. Tidak ada suara Intervensi 1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction . 3. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan. 4. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction. Rasional 1. pengumpulan data untuk perawatan optimal 2. membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 3. meminimaliasi penyebaran mikroorganisme 4. untuk mengetahui efektifitas dari suction.

nafas tambahan.

Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif. Kriteria hasil : 1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif. 2. Ekspansi dada simetris. 3. Tidak ada bunyi nafas tambahan. 4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lendir. 2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan. 3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya 4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas 5) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

1. untuk membersihkan jalan nafas 2. guna meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan memperbaiki status kesehatan 3. membantu mengevaluasi keefektifan upaya 4. perubahan AGD dapat mencetuskan disritmia jantung. 5. terapi oksigen dapat membantu mencegah gelisah bila klien menjadi dispneu, dan ini juga membantu mencegahedema paru. 1. . membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 2. . membantu

penurunan ventilasi. batuk klien

Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.

pertukaran gas teratasi. Kriteria hasil : 1. Tidak sesak nafas 2. Fungsi paru dalam batas normal

2) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan. 3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien 3. perubahan AGD dapat mencetuskan disritmia jantung.

Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah. Kriteria hasil : 1. Bebas dari cidera/ komplikasi. 2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level 3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama

1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi. 2. Pakai sarung tangan steril. 3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya 4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan. 5. Berikan agen

1. untuk mencegah infeksi nosokomial 2. untuk mencegah infeksi nosokomial 3. untuk mencegah keadaan yang kebih buruk. 4. untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam deteksi awal suatu penyakit.

perkembangan anak. anomali.

imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal. Kriteria Hasil : dalam batas normal. 2. Tidak terjadi distress pernafasan. 3. Tidak gelisah. 4. Perubahan warna kulit. 5. Bilirubin dalam batas normal. vaksin hepatitis 1. Hindarkan pasien 1. untuk menjaga dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat. 2. Monitor gejala yang berhubungan misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll. 3. Monitor TTV. 4. Monitor adanya bradikardi. 5. Monitor status pernafasan. suhu tubuh agar stabil. 2. untuk mendeteksi lebih awal perubahan yang terjadi guna mencegah komplikasi 3. peningkatan suhu dapat menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi 4. penurunan frekuensi nadi menunjukkan terjadinya asidosis resporatori karena kelebihan retensi Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat. Kriteria Hasil : 1. Tentukan tipe proses keluarga. 2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga. 3. Bantu anggota CO2. 1. untuk mengetahui tindakan yang tepat untuk diberikan 2. untuk mempersiapkan psikologi keluarga 3. untuk

1. Temperatur badan dengan hipotermi,

1. Percaya dapat mengatasi masalah. 2. Kestabilan prioritas. 3. Mempunyai rencana darurat. 4. Mengatur ulang cara perawatan.

keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada. 4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi.

memanfaatkan dukungan yang ada dari keluarga. 4. untuk mengatasi situasi yang tidak terduga.

You might also like