You are on page 1of 88

Standar Nasional Indonesia

SNI 01-2782-1998/Rev.1992

Metoda pengujian susu segar

Badan Standardisasi Nasional - BSN

Berdasarkan usulan dari Departemen Pertanian standar ini disetujui oleh Badan Standardisasi Nasional menjadi Standar Nasional Indonesia dengan nomor : SNI 01-2782-1998/Rev.1992

Penerbitan standar ini dilakukan setelah memperhatikan semua data dan masukan dari berbagai pihak. Kritik dan saran untuk penyempurnaan standar ini, dapat disampaikan kepada :

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN


Gedung Manggala WanabaktiBlok IV Lantai 4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Telepon 62 - 21 - 5747043, 5747044 Fax. 62 - 21 - 5747045 E-mail : bsn-std@rad.net.id

PUSAT STANDARDISASI DAN AKREDITASI BADAN AGRIBISNIS, DEPARTEMEN PERTANIAN Kantor Pusat Departemen Pertanian Gedung D Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan - Pasar Minggu Jakarta 12550 Tlp./Fax. (021) 7815880 Edisi 1999

Metoda pengujian susu segar


Pendahuluan Standar ini merupakan Revisi SNI 01-2782-1992 mengenai Cara Uji Susu Segar untuk menyempurnakan standar serta metoda pengujian susu segar sehingga diperoleh adanya keseragaman dalam keakuratan, ketelitian, spesifisitas dan sensitifitas hasil serta keberulangan yang stabil. Standar ini disusun sebagai hasil pembahasan Rapat-rapat Teknis, Prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam Rapat Konsensus Nasional. Hadir dalam rapat-rapat tersebut wakil-wakil dari lembaga penelitian, perguruan tinggi, produsen, konsumen dan instansi yang terkait lainnya. Sebagai acuan Cara Uji Susu Segar ini diambil dari: 1) AOAC, Official Methods of Analysis (1995)

2) Compendium of Methods for the Microbiological Examination of Food (1992) 3) 4) Bundesegestzblatt, Jahrgang (1995) Hasil - hasil penelitian pengujian

Metoda pengujian susu segar

Uji penetapan berat jenis

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk mengukur berat jenis (B.J) susu segar.

Prinsip

Benda padat yang dicelupkan ke dalam suatu cairan akan mendapatkan tekanan ke atas seberat volume cairan yang dipindahkan. Berat jenis diukur di antara suhu 20 - 300C kemudian disesuaikan pada : 27,50 76 cm Hg. 27,50

BJ.

Pereaksi

Tidak diperlukan.

Peralatan

a) Satu Laktodensimeter yang ditera pada suhu 27,5oC (harus ditera ulang tiap tahun) b) c) d) Dua buah gelas piala berukuran 500 ml untuk menghomogenkan susu Satu tabung besar Termometer.

1 dari 82

5 5.1

Prosedur pengujian Pengukuran B.J dilakukan minimum 3 (tiga) jam setelah pemerahan.

5.2 Homogenkan susu dengan sempurna (dituangkan dari gelas piala satu ke gelas piala lainnya), kemudian dengan hati-hati dituangkan kedalam tabung tanpa menimbulkan buih. 5.3 Dengan hati-hati laktodensimeter dicelupkan ke dalam susu dalam tabung tadi, biarkan timbul dan tunggu sampai diam. 5.4 Baca skala yang ditunjukkan dan angka yang terbaca menunjukkan angka ke-2 dan ke-3 dibelakang koma, sedangkan desimal ke-4 dikira-kira. Contoh : Bila skala yang terbaca adalah 28, maka angka yang didapat adalah 1,0280 5.5 Lakukan pengukuran sebanyak tiga kali berturut-turut, masing-masing dilakukan setelah membenamkan kembali laktodensimeter. 5.6 Temperatur susu diukur dengan ketelitian 0,5oC dan tandon Hg dari termometer haruslah berada di dalam susu pada waktu pengukuran dilakukan.

Hasil Uji

6.1 Untuk laktodensimeter yang ditera pada 27,50C, bila temperatur susu adalah 29oC sedangkan skala rata-rata adalah 28 maka yang dicatat adalah : 290 C 27,50 C 6.2 Untuk setiap kelebihan atau kekurangan suhu sebesar 10C dilakukan penyesuaian berat jenis sebesar koefisien muai susu setiap derajat Celcius yakni 0,0002 27,50 27,5
0

BJ.

76 cm Hg = 1,0280

BJ.

76 cm Hg

= = = = 1,0280 + (29 - 27,5) x 0,0002 1,0280 + 0,0003 1,0283.

2 dari 82

6.3. Bila laktodensimeter yang digunakan ditera pada 150C, maka perhitungan harus disesuaikan sebagai berikut: 27,50 76 cm Hg 150 27,50 76 cm Hg 150

BJ.

1,0280

BJ.

1,0280 + (29-27,5) x 0,0002

= = BJ. 27,50 76 cm Hg 27,50 27,50 76 cm Hg 150 =

1,0280 + 0,003 1,0283


0 1,0283 x BJ air pada 15 C BJ air pada 27,50C

BJ.

1,0280 + (29-27,5) x 0,0002

= = 6.4

1,0280 + 0,003 1,0283

Tabel 1 memperlihatkan berat jenis dan volume air pada beberapa suhu.

3 dari 82

Tabel 1 Berat jenis dan volume air pada beberapa suhu Suhu (0C) 4 15 17,5 20 21 22 23 24 1,000000 0,999126 0,998710 0,998229 0,998017 0,997795 0,997663 0,997321 1,0000 1,0009 1,0013 1,0018 1,0020 1,0022 1,0024 1,0027 25 26 27 27,5 28 29 30 BJ Volume Suhu (0C) 0,997069 0,996808 0,996538 0,9966538 0,996258 0,995969 0,995672 1,0029 1,0032 1,0035 1,0036 1,0038 1,0040 1,0043 BJ Volume

4 dari 82

Pengukuran kadar lemak dengan metoda Gerber

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda pemeriksaan rutin penentuan kadar lemak susu penuh, susu yang sebagian lemaknya diambil, susu yang tidak dihomogenisasi dan susu yang dihomogenisasi menggunakan metoda Gerber.

Definisi

Metoda Gerber adalah prosedur empiris untuk menentukan nilai kadar lemak susu dalam satuan gram lemak per 100 ml susu.

Prinsip

Asam sulfat pekat merombak dan melarutkan kasein dan protein lainnya, sehingga menyebabkan hilangnya bentuk dispersi lemak. Pemisahan lemak dipercepat dengan penambahan amil alkohol yang akan mencairkan lemak dengan panas yang ditimbulkannya. Dengan sentrifugasi akan menyebabkan lemak terkumpul dibagian skala dari butirometer.

4 a)

Pereaksi Asam sulfat (H2SO4) 90 - 91% (BJ pada 200 C = 1.818 + 0,003 g/ml)

Penampakan: tidak berwarna atau lebih terang dari warna kuning pucat serta tidak mengandung endapan. b) Amil alkohol (BJ pada 200 C = 0,811 + 0,002 g/ml)

Penampakan: jernih dan tidak berwarna. 5 a) b) c) Peralatan Butirometer yang dilengkapi sumbatnya. Penangas air (650C + 20C). Sentrifus (1100 + 50 rpm).

5 dari 82

d)

Pipet otomat 1 ml + 0,05 ml (amil alkohol).

e) Pipet otomat 10 ml (asam sulfat pekat), dapat juga digunakan pipet biasa yang dilengkapi bola karet (untuk penghisap) pada ujungnya. f) Pipet khusus 10,75 ml.

Prosedur

6.1 Metoda ini berlaku untuk 3 jenis susu: susu penuh, susu yang sebagian lemaknya diambil dan susu yang tidak dihomogenisasi. 6.1.1 Masukkan 10 ml asam sulfat pekat ke dalam butirometer. 6.1.2 Tambahkan 10,75 ml contoh susu dan 1 ml amil alkohol. Urutan dari pemasukan bahan ke dalam butirometer harus runtut seperti cara di atas. 6.1.3 Butirometer disumbat sampai rapat, kemudian dikocok sehingga bagian-bagian di dalamnya tercampur rata. 6.1.4 Setelah terbentuk warna ungu tua sampai kecoklatan (terbentuk karamel), masukkan butirometer ke dalam sentrifus dan disentrifusi pada 1200 rpm selama 5 menit. 6.1.5 Kemudian masukkan butirometer ke dalam penangas air dengan suhu 650 C selama 5 menit. 6.1.6 Setelah itu, bacalah skala yang tertera pada butirometer. Skala tersebut menunjukkan kadar lemak. 6.2 Untuk susu yang dihomogenisasi

6.2.1 Cara pengerjaan contoh sama dengan di atas, hanya setelah pembacaan skala, butirometer kembali disentrifusi dan dimasukkan ke dalam penangas air (650 C), lalu skala dibaca kembali. 6.2.2 Ulangi cara tersebut sebanyak dua sampai tiga kali. 6.2.3 Apabila perbedaan hasil pembacaan skala antara 2 dan 3, antara 3 dan 4 lebih dari 0.05%, maka pengukuran ini dianggap salah.

Hasil Uji

Kadar lemak adalah angka yang ditunjukkan oleh skala dinyatakan dalam persen. 6 dari 82

Perhitungan kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL)

Metoda 01 : Dengan menggunakan Rumus Fleischmann

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk perhitungan kadar bahan kering tanpa lemak dalam susu segar dengan cepat.

Prinsip

Untuk tujuan ini diperlukan persentase kadar lemak dan berat jenis susu.

BK = 1,311 x L + 2,738 100 (BJ - 1) BJ dimana : BK L BJ = = = Kadar Bahan Kering Kadar Lemak susu Berat Jenis susu

Penetapan Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak berdasarkan rumus :

BKTL = BK - L

dimana :

BKTL BK L

= = =

Bahan Kering Tanpa Lemak Kadar Bahan Kering Kadar Lemak susu.

7 dari 82

Prosedur

3.1 Setelah angka kadar lemak, dan BJ didapatkan, maka angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus, kemudian dihitung secara biasa, atau 3.2 Masukkan angka-angka tersebut kedalam tabel-tabel.

Hasil Uji

Hasil uji Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak susu dinyatakan dalam persen (%).

8 dari 82

Tabel 2 Penyesuaian untuk lemak

Lemak 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,2 2,3

1,31 L 1,31 1,44 1,57 1,70 1,83 1,97 2,10 2,23 2,36 2,49 2,62 2,75 2,88 3,01

Lemak 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8

1,31 L 3,28 3,41 3,54 3,67 3,80 3,93 4,06 4,19 4,32 4,45 4,59 4,72 4,85 4,98

Lemak 4,0 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5 4,6 4,7 4,8 4,9 5,0 5,1 5,2 5,3

1,31 L 5,24 5,37 5,50 5,64 5,76 5,90 6,03 6,16 6,29 6,42 6,55 6,68 6,81 6,94

Lemak 5,4 5,5 5,6 5,7 5,8 5,9 6,0 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7

1,31 L 7,07 7,21 7,34 7,47 7,60 7,73 7,86 8,00 8,12 8,25 8,38 8,51 8,65 8,78

Lemak 6,8 6,9 7,0 7,1 7,2 7,3 7,4 7,5 7,6 7,7 7,8 7,9 8,0

1,31 L 8,91 9,04 9,17 9,30 9,43 9,56 9,69 9,83 9,96 10,09 10,22 10,35 10,48

9 dari 82

Tabel 3 Penyesuaian untuk BJ

BJ

2,738

100(B-1) B

BJ

2,738

100(B-1) B

BJ

2,738

100(B-1) B

1,0220 1,0225 1,0230 1,0235 1,0240 1,0245 1,0250 1,0255 1,0260 1,0265

5,89 6,02 6,16 6,29 6,42 6,55 6,68 6,81 6,94 7,07

1,0270 1,0275 1,0280 1,0285 1,0290 1,0295 1,0300 1,0305 1,0310 1,0315

7,20 7,33 7,46 7,59 7,72 7,85 7,97 8,10 8,23 8,36

1,0320 1,0325 1,0330 1,0335 1,0340 1,0345 1,0350 1,0355 1,0360

8,49 8,62 8,75 8,87 9,00 9,13 9,26 9,39 9,51

Metode 02: Dengan menggunakan metoda pengeringan

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk perhitungan kadar BKTL pada susu segar, krim, buttermilk dan susu kental tawar (tanpa gula).

Prinsip

Sejumlah contoh susu dikeringkan pada suhu yang tetap (konstan) sampai berat kering yang konstan tercapai. Berat setelah pengeringan adalah berat bahan kering.

10 dari 82

3 a) b) c)

Peralatan Timbangan analitik, skala 0:1 mg. Oven Eksikator

d) Cawan dari bahan anti karat (alumunium, nikel, gelas) yang dilengkapi dengan tutup, mempunyai dasar rata, tinggi sekitar 3 cm dengan garis tengah 68 cm. e) Penangas air

Prosedur

4.1 Keringkan cawan dan tutupnya dalam oven dengan suhu 102 + 20C selama 30 menit. 4.2 Setelah itu masukkan cawan beserta tutupnya ke dalam eksikator sampai suhunya sama dengan suhu kamar, kemudian timbang (G1). 4.3 Masukkan 3 ml contoh susu ke dalam cawan dan timbang kembali beserta tutupnya (G2). 4.4 Letakkan cawan di atas penangas air (mendidih) selama 30 menit. Untuk mencegah terbentuknya kulit, teteskan etanol sebanyak 5 - 10 tetes. 4.5 Masukkan kembali cawan ke dalam oven (suhu 102 + 20C) selama 1 jam dan letakkan tutup cawan disamping cawan. 4.6 Tutup kembali cawan dan masukkan ke dalam eksikator dan biarkan hingga suhu cawan sama dengan suhu kamar. 4.7 Timbang cawan beserta tutupnya (G3.1.).

4.8 Masukkan kembali cawan ke dalam oven selama 1 jam dan setelah itu masukkan kembali ke dalam eksikator hingga suhunya sama dengan suhu kamar, kemudian timbang lagi (G3.2.). 4.9 Lakukan prosedur tersebut sampai tercapai berat konstan (G3.1=G3.2) atau selisih hasil pengukuran sebelum dan sesudahnya tidak melebihi 0,5 mg.

Cara Perhitungan 11 dari 82

Kadar Bahan Kering (%) = 100 x (G3 - G1) G2 - G1 Dimana : G1 = berat cawan dan penutupnya G2 = berat cawan, penutupnya dan contoh G3 = berat cawan, penutupnya dan bahan kering

Beda pengukuran ulang susu = 0,05 %.

Hasil Uji

Hasil uji kadar BKTL dinyatakan dalam persen (%).

12 dari 82

Uji protein menurut Kjeldahl

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda penentuan kadar protein susu segar dengan metoda Kjeldahl.

Prinsip

Pemanasan contoh susu dalam asam sulfat pekat mengakibatkan terjadinya destruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Untuk mempercepat proses destruksi tersebut sering ditambahkan kalium sulfat bersamaan dengan cupri sulfat (sebagai indikator) sehingga gugusan N (organik) akan berubah menjadi gugusan amonium sulfat. Melalui penambahan natrium hidroksida dan pemanasan terjadilah proses destilasi dimana amonium sulfat akan dipecah menjadi amonia. Selanjutnya amonium yang dibebaskan akan ditangkap oleh asam borat, sedangkan sisa asam borat yang tidak bereaksi dengan amonia akan dititrasi dengan asam klorida o,1 N. Selisih jumlah titrasi contoh dengan blanko merupakan jumlah ekivalen nitrogen.

3 a) b) c)

Pereaksi Asam sulfat pekat (H2SO4) (BJ 1,84 pada 20o C) Cupri sulfat (CuSO4.5H2O) Kalium sulfat (K2SO4)

d) Larutan natrium hidroksida (NaOH) 33% (500 gram NaOH dilarutkan dalam 1.000 ml aquades) e) Larutan asam klorida (HCl) 0,1 N

f) Asam borat 4% (40 gram asam borat dilarutkan dalam 1.000 ml aquades) g) Larutan indikator Kjeldahl (2 gram methyl red dan 1 gram methylen blue dilarutkan dalam 1.000 ml etanol 96%).

13 dari 82

4 a) b) c) d)

Peralatan Labu Kjeldahl 500 ml Timbangan skala 0,1 mg Labu erlenmeyer 500 ml Buret skala 0,05 ml

e) Alat pelengkap lain untuk analisa protein (pemanas, alat destilasi, sumbat penghubung) f) g) h) Pendingin Liebig Gelas ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml Butir gelas, batu didih

Prosedur

5.1 Masukkan ke dalam labu Kjeldahl 5 gram contoh susu, batu didih, 10 gram K2SO4 dan 0,25 gram CuSO4. Kemudian tambahkan 20 ml H2SO4 dan campur dengan baik. 5.2. Panaskan hingga tidak ada uap, teruskan pemanasan sampai mendidih dan sekali-sekali labu diputar. 5.3. Setelah cairan dalam labu terlihat jernih dan tak berwarna, teruskan pemanasan selama 90 menit, kemudian didinginkan. 5.4 Setelah mencapai suhu kamar, tambahkan 150 ml aquades serta beberapa butir batu gelas, campur dan biarkan hingga dingin. 5.5. Di dalam erlenmeyer terpisah masukkan 50 ml asam borat, 4 tetes indikator dan campurkan. Kemudian tempatkan di bawah pendingin (Leibig) sehingga ujung pipa mengenai asam borat. 5.6. Melalui dinding, masukkan secara perlahan-lahan dan hati-hati 80 ml larutan NaOH ke dalam labu Kjeldahl sehingga NaOH tidak tercampur dengan isi dari labu tersebut. 5.7. Pasanglah labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan labu Kjeldahl, mula-mula secara perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan tercampur, kemudian panaskan dengan cepat sampai mendidih. Atur panasnya sampai terjadi proses destilasi (waktu pemanasan minimum 20 menit).

14 dari 82

5.8. Menjelang berakhirnya proses destilasi letakkan erlenmeyer pada tempat yang lebih rendah sehingga ujung pipa tidak menyentuh larutan asam borat lagi. 5.9. Dinginkan hasil destilasi (destilat) dan jaga agar larutan asam borat tidak turut panas. 5.10. 5.11. Titrasi destilat dengan HCl 0,1 N. Lakukan prosedur diatas terhadap 5 ml aquades sebagai blanko/kontrol.

Cara Penghitungan 1,4 x N x (A - B) x 6,38 C

Kandungan protein (%) =

Keterangan

N A B 1,4 C

= = = = =

Normal HCl Jumlah HCl yang digunakan untuk titrasi contoh (ml) Jumlah HCl yang digunakan untuk titrasi blanko (ml) berat dari N (secara analitik), ekivalen untuk 1 ml HCl 0,1 N Berat contoh susu yang digunakan (gram)

Hasil Uji

Hasil uji kadar protein dinyatakan dalam persen (%).

15 dari 82

Uji warna, bau, rasa dan kekentalan

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda uji warna, bau, rasa dan kekentalan pada susu segar secara organoleptik.

Definisi

Uji organoleptik adalah pengujian warna, bau, rasa dan kekentalan suatu produk makanan dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk mengetahui kelainan-kelainan pada produk makanan tersebut.

Prinsip

Susu dapat berubah warna, bau, rasa, dan kekentalannya oleh sebab-sebab di bawah ini: 3.1 Warna

3.1.1 Menjadi kebiruan bila ditambah dengan air ataupun dikurangi lemaknya. 3.1.2 Menjadi kemerahan bila mengandung darah dari sapi yang menderita mastitis. 3.2 Bau

Lemak susu amat mudah menyerap bau dari sekitarnya. 3.3 Rasa

3.3.1 Susu menjadi terasa pahit oleh kuman pembentuk pepton. 3.3.2 Susu memiliki rasa lobak disebabkan oleh kuman coli. 3.3.3 Susu memiliki rasa sabun disebabkan oleh Bacillus lactis saponacei. 3.3.4 Susu memiliki rasa tengik disebabkan oleh kuman-kuman asam mentega. 3.3.5 Susu memiliki rasa anyir oleh kuman-kuman tertentu lainnya.

16 dari 82

3.4

Kekentalan

Susu akan berlendir bila terkontaminasi oleh kuman-kuman kokki yang berasal dari air, sisa makanan atau dari alat-alat susu.

Pereaksi

Tidak diperlukan.

5 a) b)

Peralatan Tabung reaksi Kertas putih sebagai latar belakang.

6 6.1. 6.1.1 6.1.2 6.2.

Prosedur Uji warna Masukkan kurang lebih 5 ml susu ke dalam tabung reaksi. Dengan latar belakang putih amati kelainan pada warna susu. Uji bau

6.2.1 Masukkan ke dalam tabung reaksi kurang lebih 5 ml susu, atau dapat pula dipakai susu dalam tabung yang telah diuji warnanya pada butir 5.1. di atas, kemudian dicium baunya. 6.2.2 6.3. Dipanaskan sampai mendidih, kemudian dicium baunya lagi. Uji rasa

6.3.1 Untuk pertimbangan kesehatan pemeriksa, maka susu harus dididihkan dahulu sebelum dilakukan uji rasa. 6.3.2 Tuangkan sejumlah susu di telapak tangan kemudian dicicipi dan rasakan adanya perubahan rasa susu. 6.4. Uji kekentalan

17 dari 82

6.4.1 Masukkan kurang lebih 5 ml susu ke dalam tabung reaksi. 6.4.2 Miringkan tabung, kemudian tegakkan kembali. 6.4.3 Pada saat menegakkan tabung kembali perhatikan bagian susu yang membasahi dinding terhadap kecepatan turunnya susu serta adanya butiran, lendir dan sebagainya.

Hasil uji

Susu dianggap baik bila tidak dijumpai perubahan atau penyimpangan dalam warna, bau, rasa maupun kekentalannya.

18 dari 82

Uji titrasi keasaman Soxhlet Henkel

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda pengukuran derajat asam susu dengan cara titrasi.

Definisi

Yang dimaksud dengan derajat asam Soxhlet Henkel adalah jumlah ml NaOH 0,25 N yang diperlukan untuk menetralisasi asam yang berada dalam 100 ml susu dengan phenolphthalein sebagai indikator.

3 a)

Pereaksi Larutan 0,25 N NaOH.

b) Larutan Phenolphthalein 2% (2 g phenolphtalein dilarutkan dalam 100 ml ethanol 96%). c). Larutan Cobalt Sulfat (5 gram CoSO4. 7H2O, dilarutkan dalam aquadest sampai 100 ml) sebagai zat warna standar (kontrol) untuk memastikan bahwa reaksi pengikatan asam dalam susu oleh NaOH telah mencapai titik netral.

4 a) b) c)

Peralatan Buret dengan skala 0,05 - 0,1 ml. Dua buah labu erlenmeyer 50 ml. Pipet berskala.

5 5.1. 5.2.

Prosedur Ke dalam labu erlenmeyer masing-masing diisikan 50 ml susu. Tambahkan 2 ml phenolphthalein.

19 dari 82

5.3. Salah satu dari labu erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan 0,25 N NaOH hingga terbentuk warna merah muda yang tetap bila dikocok. 5.4. Sebagai warna pembanding, susu di dalam labu erlenmeyer kedua ditambah dengan 1 ml larutan cobalt sulfat (CoSO4. 7H2O). Warna standar ini hanya dapat dipakai maksimum 3 jam. Setelah 3 jam harus diganti yang baru.

Cara Penghitungan

Derajat Soxhlet (0SH) adalah jumlah 0,25 N NaOH yang digunakan dikalikan nilai dua. Misalnya dalam titrasi diperlukan 3,5 cc 0,25 N NaOH untuk menetralkan 50 ml susu, maka derajat keasamannya adalah:

3,5 x 100 ml = 70 SH 50ml

Hasil Uji

Hasil uji titrasi keasaman susu segar dinyatakan dalam derajat Soxhlet (0SH).

20 dari 82

Uji alkohol

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk memeriksa dengan cepat derajat keasaman susu segar.

Prinsip

Kestabilan sifat koloidal protein-protein susu tergantung pada selubung air yang menyelimutinya. Hal ini terutama pada kasein. Bila susu dicampur dengan alkohol yang mempunyai sifat dehidrasi maka protein tersebut akan terkoagulasi sehingga susu tersebut akan pecah. Semakin tinggi derajat keasaman susu yang diperiksa, maka akan semakin rendah jumlah alkohol dengan kepekatan tertentu yang diperlukan untuk memecahkan susu dengan volume yang sama. Percobaan mulai positif pada derajat asam 8 - 90 SH.

Pereaksi

Alkohol 70% (tambahkan 74 ml alkohol 96% dengan 26 ml aquadest)

4 a) b)

Peralatan Tabung reaksi. Gelas ukur 10 ml.

5 5.1. 5.2.

Prosedur Masukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi. Tambahkan alkohol 70% dalam jumlah yang sama.

5.3. Amati terhadap adanya gumpalan dan atau pemisahan bagian-bagian protein susu.

21 dari 82

Hasil uji

Adanya butiran atau gumpalan susu menunjukkan reaksi positif.

22 dari 82

Uji katalase

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk menentukan adanya sel-sel radang (leukosit), kuman dan adanya bahan organis seperti santan di dalam susu segar.

Prinsip

Di dalam susu terdapat enzim katalase yang dibentuk oleh sel-sel leukosit, kuman-kuman, reruntuhan sel ambing dan zat organis yang membebaskan oksigen (O2) dari larutan peroksidanya (H2O2).

Pereaksi

Larutan H2O2 0,5 % (larutkan 1 ml H202 35% dengan 69 ml aquadest).

4 a) b) c)

Peralatan Pipet steril 5 , 10 ml Tabung katalase Inkubator dengan suhu 37oC.

5 5.1. 5.2.

Prosedur Isi tabung katalase steril dengan 10 ml susu. Tambahkan 5 ml larutan H2O2 0,5 % ke dalamnya.

5.3. Aduk dengan cara membalik-balikkan tabung, kemudian tempatkan campuran susu tersebut di bagian tabung yang vertikal dan berskala dan jaga agar jangan ada gelembung udara di puncaknya. 5.4. Sumbat tabung dengan kapas, kemudian masukkan ke dalam inkubator 370 C.

23 dari 82

5.5. Tetapkan volume gas O2 yang terkumpul di dalam puncak tabung setelah 3 jam.

Hasil Uji

Angka katalase adalah jumlah cc gas oksigen yang terkumpul di dalam puncak tabung. Angka katalase maksimum adalah 3,0.

24 dari 82

Penentuan titik beku

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda penentuan titik beku susu segar untuk mengetahui kemungkinan adanya pemalsuan susu dengan air.

Prinsip

Kenaikan atau penurunan titik beku susu adalah selisih antara titik beku air dengan standar titik beku susu. Kenaikan titik beku menyatakan adanya indikasi penambahan air, sedangkan penurunan titik beku menyatakan adanya indikasi penambahan susu bubuk atau tepung.

Pereaksi

4.1. Cairan pendingin dengan suhu kira-kira -40 C yang terbuat dari 2 gr NaCl yang telah ditumbuk halus di dalam 200 cc air dan kemudian dimasukkan kedalamnya 400 gr es.

Peralatan

a) Kryoskop yang dilengkapi thermometer Beckmann dengan pembagian skala hingga 0,0010 C. b) c) d) e) Tabung gelas yang kedua ujungnya terbuka. Tabung reaksi yang berdiameter 2,5 cm. Tabung reaksi berdiameter 5 cm. Bak cairan pendingin.

f) Batang pengaduk terbuat dari logam yang tidak bereaksi terhadap susu, berdiameter antara 1 - 1,5 mm.

25 dari 82

Prosedur

6.1 Dalam tabung reaksi berdiameter 2,5 cm dimasukkan 30 cc aquadestilata yang telah dimasak dan didinginkan, kemudian tabung disumbat dengan gabus yang mempunyai dua lubang. 6.2 Pada lubang pertama masukkan/tanamkan kristal es dan aduk cairan dengan alat pengaduk, sedang lubang yang satu lagi dimasukkan thermometer Beckmann dengan ujungnya tepat berada di pertengahan cairan. 6.3 Masukkan tabung ini ke dalam cairan pendingin berisolasi dengan suhu -2 sampai -60 C sambil diaduk terus secara teratur dan perlahan-lahan sampai suhu dalam tabung mencapai 10 C dibawah titik beku air. 6.4 Masukkan tabung ke dalam tabung reaksi berdiameter 5 cm sehingga mantel pendingin dan tabung pembeku tidak bersentuhan. 6.5 Kemudian masukkan keduanya ke dalam cairan pendingin kembali dimana cairan pendingin harus kira-kira 4 cm lebih tinggi dari permukaan air di dalam tabung pertama. 6.6 Ke dalam cairan pendingin dimasukkan kristal es murni kecil dan diaduk secara merata. Penaikan tiang raksa harus diperhatikan hingga kira-kira selama 1 menit tiang raksa tidak bergerak lagi. 6.7 Bila hal ini sudah tercapai, ketuk thermometer perlahan-lahan dan tingginya tiang air raksa diperiksa dengan loupe hingga 0,0010 C. Bila es yang terbentuk sudah meleleh lagi, ulangi lagi cara kerja ini dengan catatan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,0050 C. 6.8 Dengan cara yang serupa dilakukan perlakuan terhadap 30 cc susu. Akan tetapi cairan hanya didinginkan sampai 1,50 C dibawah titik beku air dan yang dimasukkan/ditanamkan adalah sepotong kecil susu beku. Perbedaan antara dua kali penentuan tidak boleh lebih dari 0,0050 C. 6.9 Bila menggunakan thermometer yang tidak ditera lebih dahulu, hendaknya dengan thermometer ini kita menentukan titik beku larutan 10 gr NaCl murni dalam 1 liter air, dimana titik ini harus -0,6030 C.

Hasil uji

Hasil uji titik beku susu dinyatakan dalam derajat Celcius (0 C). Titik beku susu yang memenuhi syarat mutu adalah -0,5200 C sampai -0,5600 C.

26 dari 82

Pengukuran angka refraksi metoda Ackermann

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap susu.

Prinsip

Angka refraksi ditetapkan dari serum kalsium khlorida (CaCl2) susu yang disesuaikan pada suhu 27,5o C, dan dihitung angka refraksinya.

Pereaksi

Serum CaCl2 20% (20 gr CaCl2 dilarutkan dalam 100 ml aquades) dengan BJ = 1,1375. Bila larutan CaCl2 diencerkan dengan aquades (1:10) pada suhu 17,50C, maka refraktometer harus menunjukkan angka 26.

4 a) b) c) d)

Peralatan Refraktometer celup (Zeiss) Penangas air Corong Kertas saring

e) Labu Erlenmeyer 50 ml/100 ml dilengkapi sumbat karet dengan pipa gelas yang panjangnya + 22 cm.

5 5.1. 5.2.

Prosedur Masukkan 30 ml contoh susu ke dalam labu Erlenmeyer. Tambahkan 0,25 ml larutan CaCl2 20%.

27 dari 82

5.3. Labu Erlenmeyer disumbat dengan sumbat yang dilengkapi gelas untuk menghindari kehilangan cairan akibat penguapan. 5.4. Letakkan labu Erlenmeyer dalam penangas air (mendidih) selama 15 menit. 5.5. 5.6. 5.7. Dinginkan sampai terlihat ada pemisahan serum dengan endapan. Pisahkan serum dengan endapan melalui saringan. Serum dituang ke dalam cuvet sampai batas yang tertera.

5.8. Celupkan refraktometer ke dalam cuvet dan baca skala yang tertera. Setelah itu ukur suhu serum tersebut dengan termometer. 5.9. Koreksi suhu serum yang didapat ke 27,50 C yang merupakan rata-rata suhu kamar di Indonesia (Tabel 4).

Cara pengukuran

Cara pengukuran angka refraksi adalah seperti contoh di bawah ini: 6.1 Jika pada suhu 30o C didapatkan angka 18,0, maka kalau dikembalikan pada 27,5o C akan menjadi : 18,0 + 0,75 = 18,75. 6.2 Jika pada suhu 20o C didapatkan angka 45,0, maka kalau dikembalikan pada 27,5o C akan menjadi : 45,0 - 2,55 = 42,45.

28 dari 82

Tabel 4 Tabel Koreksi Untuk Pembacaan Refraktometer yang dicelupkan pada suhu antara 20o C - 30o C terhadap suhu koreksi 27,5o C

12,55 300 290 280 +0,75 +0,40 +0,10

17,6 +0,75 +0,40 +0,10

22,5 +0,75 +0,45 +0,15

27,35 +0,75 +0,45 +0,15

32,2 +0,75 +0,45 +0,15

37,1 +0,75 +0,45 +0,15

41,9 +0,80 +0,45 +0,15

46,7 +0,80 +0,45 +0,15

27,50 270 260 250 240 230 220 210 200

0,00 -0,15 -0,45 -0,70 -0,90 -1,20 -1,45 -1,65 -1,90

0,00 -0,15 -0,45 -0,70 -0,95 -1,20 -1,45 -1,65 -1,90

0,00 -0,15 -0,45 -0,70 -0,95 -1,20 -1,45 -1,70 -1,95

0,00 -0,15 -0,45 -0,75 -1,05 -1,30 -1,55 -1,80 -2,05

0,00 -0,15 -0,45 -0,75 -1,05 -1,35 -1,65 -1,90 -2,15

0,00 -0,15 -0,45 -0,75 -1,05 -1,35 -1,65 -1,95 -2,25

0,00 -0,15 -0,50 -0,85 -1,15 -1,45 -1,80 -2,05 -2,35

0,00 -0,15 -0,50 -0,55 -1,20 -1,55 -1,0 -2,25 -2,55

29 dari 82

Uji reduktase

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk menentukan adanya kuman-kuman di dalam susu segar dalam waktu cepat dengan menggunakan pereaksi warna indikator.

Prinsip

Di dalam susu segar terdapat enzim reduktase yang dibentuk oleh kuman yang mereduksi zat warna indikator menjadi larutan yang tidak berwarna.

Metoda 01 : Uji reduksi biru metilen (Methylen blue reduction test)

Pereaksi

Larutan biru metilen yang dibuat dengan cara : a) b) Masukkan 10 mg methylen blue DAB7 ke dalam labu erlenmeyer steril. Tambahkan 100 ml aquades steril.

c) Campur dengan baik dan simpan dalam temperatur 4-80 C dan terlindung dari cahaya. Larutan ini dapat bertahan selama 4 minggu.

4 a)

Peralatan Pipet steril 1, 25 ml.

b) Tabung reduktase dengan batas melingkar pada 21 ml dilengkapi penyumbat karet atau parafin untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi. c) Labu erlenmeyer.

d) Inkubator atau penangas air dengan suhu 37o C yang terlindung dari cahaya.

30 dari 82

5 5.1. 5.2.

Prosedur Masukkan ke dalam tabung reduktase steril 1 ml larutan biru metilen. Tambahkan contoh susu sampai batas lingkar.

5.3. Tutup tabung tersebut dengan sumbat, lalu campurkan biru metilen dengan contoh susu dengan cara membolak-balikkan tabung (+ 3 kali) sampai warna biru tersebar merata. 5.4. Masukkan tabung ke dalam penangas air (37 + 10 C) selama 4 - 4,5 jam. Letakkan penangas air di tempat yang terlindung dari cahaya. Bila menggunakan inkubator, masukkan dulu tabung dalam penangas air (37 + 10 C) selama 5 menit untuk menghangatkan baru dimasukkan ke dalam inkubator.

Cara Membaca Hasil

Pembacaan hasil dapat dimulai minimal setelah 2/3 dari warna sudah berubah menjadi putih. Sebaiknya reaksi ditunggu sampai seluruh warna biru hilang.

Hasil Uji

Hasil uji dinyatakan dalam satuan waktu, dimana waktu reduksi (angka reduktase) menunjukkan waktu yang dibutuhkan sejak saat memasukkan tabung kedalam inkubator/penangas air bersuhu 37o C sampai seluruh warna biru hilang.

31 dari 82

Tabel 5 Kualitas susu segar berdasarkan lamanya waktu reduksi

Waktu Reduksi 0 menit - 20 menit 20 menit - 2 jam 2 jam - 4,5 jam 4,5 jam - 5,5 jam lebih dari 6 jam

Kualitas Susu Jelek Kelas III Kelas II Kelas I Susu dicurigai telah mengalami perlakuan (dididihkan, ditambah atau mengandung antibiotika, ditambah desinfektan).

32 dari 82

Metoda 02 : Uji resazurin

Pereaksi

Larutan resazurin yang dibuat dengan cara : 1.1 Masukkan 1 ampul resazurin (Fa. Retorte) ke dalam labu erlenmeyer steril. 1.2 Larutkan dengan air panas, kemudian dengan aquades bersuhu 600 C. Setiap ampul dapat dilarutkan dengan 250, 500 atau 1000 ml. 1.3 Larutan disimpan dalam tempat yang terlindung dari cahaya. Pembuatan larutan jangan lebih dari 3 jam sebelum pemeriksaan dilaksanakan.

2 a)

Peralatan Tabung reduktasi dengan batas lingkar 11 ml steril.

Sterilisasi tabung tidak boleh lebih dari 48 jam sebelum uji dilaksanakan. b) Sumbat karet steril.

Sterilisasi sumbat karet dilakukan dalam autoklaf selama 10 menit atau dalam air mendidih selama 0,5 jam. c) d) e) Pipet steril 1, 10 ml Inkubator atau penangas air dengan suhu 37 + 1o C. Kartu standar warna.

Prosedur

3.1 Masukkan 1 ml zat warna dalam tabung reduktasi steril dan tambahkan 10 ml susu. 3.2 Tutuplah tabung dengan sumbat karet dan dibolak-balik minimal 3 kali.

3.3 Masukkan tabung ke dalam penangas air (37 + 10 C) selama 1 jam. Bila akan menggunakan inkubator, maka tabung terlebih dahulu harus dimasukkan ke dalam penangas air (37 + 10 C) selama 5 menit kemudian dimasukkan ke dalam inkubator selama 55 menit.

33 dari 82

3.4 Pembacaan dapat dilakukan 1 jam setelah tabung reduktase tadi dikeluarkan dari penangas air atau inkubator dan sebelum pembacaan dimulai hendaknya tabung dimiringkan atau dibalikkan dahulu 1 kali.

Hasil uji

Cocokkan warna yang terbentuk dengan standar warna yang tersedia setelah lewat waktu yang ditetapkan.

34 dari 82

Uji sedimen

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk mengetahui adanya kemungkinan penanganan susu yang tidak higienis.

Prinsip

Kadar sedimen susu ditentukan dengan cara memusingkan susu dengan kecepatan tinggi.

Pereaksi

Tidak diperlukan

4 a) b)

Peralatan Tabung sentrifus Tromsdorf. Sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm/menit.

5 5.1

Prosedur Susu yang belum disaring dipanaskan hingga 60o C selama 5 menit.

5.2 Isi tabung Tromsdorf dengan susu yang telah dipanaskan tadi sampai garis 10 ml. 5.3 Susu tersebut disentrifusi selama 10 menit dengan putaran 3000 rpm/ menit. 5.4 Tabung dikosongkan dan dicuci dengan aquades steril.

5.5 Letakkan tabung terbalik diatas rak untuk beberapa waktu kemudian kadar sedimen dibaca. 6 Hasil Uji

Hasil uji sedimen dinayatakan dalam persen (%). 35 dari 82

Pengujian cemaran mikroba

Pendahuluan

Pengujian cemaran mikroba dalam susu segar adalah bertujuan sebagai indikator sanitasi dalam roses produksi atau penanganan susu serta sebagai indikator kesehatan dan keamanan susu. Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan kualitas, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi susu tersebut.

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda pengujian kuantitatif

Peralatan Umum

Catatan: Seluruh peralatan yang mengalami kontak langsung dengan contoh susu yang diuji, pelarut maupun media biakan harus steril. a) ml. b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) Pipet yang disumbat dengan kapas dengan ukuran 1 ml, 5 ml atau 10 Cawan petri, terbuat dari gelas atau plastik, berdiameter 90 - 100 mm. Tabung reaksi dengan kapasitas 20, 50 ml. Labu erlenmeyer. Inkubator. Pembakar Bunsen. Penangas air. Tube shaker/pengocok mekanis. Rak tabung reaksi. Penghitung koloni atau Hand Tally Counter. Ose. 36 dari 82

l) m)

Timbangan Spreader dari batang gelas/logam bengkok (hockey stick, spatel)

01- Penentuan Angka Lempeng Total pada 350C

Prinsip

Angka lempeng total (Total Plate Count) dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah mikroorganisma yang terdapat dalam susu dengan metoda hitungan cawan. Jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.

Media

Plate Count Agar (Standard Method Agar).

Prosedur

Umum : selama pengerjaan penuangan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a) Jaga agar tutup cawan tetap berada pada tempatnya kecuali pada saat akan menambahkan larutan contoh atau media PCA tutup cawan jangan dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi dari luar. b) Jarak waktu antara memipet larutan contoh hingga penuangan media PCA ke cawan petri dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 10 menit. c) Waktu antara dimulainya pengenceran sampai penuangan media pada cawan petri terakhir tidak boleh lebih dari 20 menit. d) Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, maka semua pekerjaan dilakukan di dekat nyala api Bunsen dan mulut segala bejana harus disterilkan sebelumnya dengan nyala api Bunsen.

3.1

Pemupukan dan penuangan media pada cawan 37 dari 82

3.1.1 Siapkan contoh susu secara aseptis. 3.1.2 Lakukan pengenceran contoh susu secara pengenceran 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya). desimal (menjadi

3.1.3 Letakkan labu erlenmeyer secara berderet dan masing-masing diberi tanda 1:10, 1:100, 1:1.000, dan seterusnya serta 1 (satu) labu erlenmeyer lainnya dengan tanda K (Kontrol). 3.1.4 Deretkan pula cawan petri di depan labu erlenmeyer seperti dimaksud pada butir 3.1.3 disesuaikan dengan pengencerannya. Untuk meningkatkan ketepatan pengujian, sebaiknya pemupukan dilakukan secara duplo. Dengan mengetahui sejarah contoh susu serta berdasarkan pengalaman, maka cemaran mikroba dalam susu dapat diperkirakan jumlahnya secara kasar, sehingga pemupukan pada cawan petri dapat diambil dari 3 atau 4 konsentrasi tertentu yang berurutan. 3.1.5 Bila diharapkan jumlah cemaran susu adalah 105, maka contoh susu dikocok dengan shaker/pengocok mekanis dan dengan menggunakan pipet steril pindahkan 0,1 ml ke dalam cawan petri bertanda 10-1 dan sebanyak 1 ml ke dalam Buffered Peptone Water 0,1% dalam labu erlenmeyer I bertanda 1 : 10. 3.1.6 Kocok labu erlenmeyer (I) ini dengan shaker/pengocok mekanis, kemudian dengan pipet steril dipindahkan 0,1 ml ke dalam cawan petri bertanda 10-2, dan 1 ml ke dalam labu Erlenmeyer II bertanda 1:100. 3.1.7 Lakukan prosedur yang sama untuk mempersiapkan pemupukan selanjutnya. 3.1.8 Dengan pipet steril, pindahkan 1 ml Buffered Peptone Water dari labu Erlenmeyer bertanda K ke dalam cawan petri bertanda K. 3.1.9 Sementara itu tabung reaksi yang berisi 12 - 15 ml PCA dipanaskan dalam penangas air sampai mencair, kemudian didinginkan sampai suhunya mencapai 40 - 50oC. 3.1.10 Tuangkan tiap 12 - 15 ml PCA tadi ke masing-masing cawan petri yang sudah berisi larutan contoh. 3.1.11 Supaya larutan contoh dan media PCA dapat tercampur dengan baik, maka lakukan gerakan searah gerakan jarum jam yang dilanjutkan dengan gerakan berlawanan dengan arah jarum jam, atau dengan gerakan seperti angka delapan, masing-masing sebanyak 5 kali. Selama pencampuran, jaga jangan sampai tutup cawan terkena campuran larutan contoh dan media tersebut. Biarkan cawan-cawan tersebut pada posisi horisontal sampai mengeras. 38 dari 82

3.2.

Inkubasi

3.2.1 Segera setelah media mengeras, cawan-cawan petri tersebut dibalik hingga posisi tutupnya berada di bawah, dan masukkan ke dalam inkubator 35oC selama 48 jam 3.2.2 Cawan-cawan harus diatur sedemikian rupa sehingga inkubator tidak terlalu penuh, dan tidak ada cawan yang menyentuh dinding inkubator. Cawan boleh diatur bersusun yang tingginya tidak lebih dari 6 cawan.

Penghitungan koloni

4.1 Pilihlah cawan yang ditumbuhi oleh koloni yang jumlahnya antara 25 250. Bila cawan dari tingkat pengenceran berbeda memiliki jumlah koloni pada kisaran tersebut di atas, maka pilihlah cawan dengan koloni yang lebih banyak. 4.2 Gunakanlah tally counter untuk menghitung koloni, dan berilah tanda koloni yang sudah dihitung untuk menghindari penghitungan ulang. 4.3 Bila ada koloni yang menyebar, maka dihitung sebagai satu koloni. Akan tetapi bila lebih dari 25% koloni yang tumbuh pada suatu cawan adalah koloni yang menyebar, maka cawan tersebut tidak perlu dihitung.

Interpretasi Hasil/Perhitungan

Jumlah koloni per ml susu dihitung dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni dari pengenceran yang dipilih dengan kebalikan dari faktor pengenceran Contoh: Misalnya, jika setelah diinkubasi diperoleh 60 dan 64 koloni pada masingmasing cawan duplo yang mengandung pengenceran 10-4, maka jumlah koloni dapat dihitung sebagai berikut (1 ml larutan pengencer dianggap mempunyai berat 1 gram): Faktor pengenceran = = = Jumlah koloni = = Pengenceran x Jumlah yang ditumbuhkan 10-4 x 1,0 10-4

Jumlah koloni x 1/faktor pengenceran per cawan (60 + 64)/2 x 1/10-4 39 dari 82

6.2 x 105

Pelaporan

6.1 Untuk melaporkan hasil analisa mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Count (SPC) dengan satuan colony-forming units (CFU) per mililiter atau per gram, dan hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama di depan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, maka dilakukan pembulatan satu angka lebih tinggi dari angka kedua. 6.2 Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan angka kurang dari 25 koloni, maka hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 25 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.

Jumlah koloni per pengenceran

SPC

Keterangan

10-2 16

10-3 1

10-4 0 < 2,5 x 103 (1,6 x 103 Hitung pengenceran 10-2

6.3 Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan lebih dari 250 koloni, maka hanya jumlah koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlahnya pada 1/4 bagian cawan petri, kemudian hasilnya dikalikan empat. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 250 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.

Jumlah koloni per pengenceran

SPC

Keterangan

40 dari 82

10-2 TBUD*)

10-3 TBUD

10-4 355 < 2,5 x 106 (1,6 x 106 Hitung pengenceran 10-4 Hitung pengenceran 10-3

TBUD

325

20

< 2,5 x 105 (1,6 x 105

*) TBUD = Terlalu banyak untuk dihitung

6.4 Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh hanya dari salah satunya, meskipun salah satu dari cawan duplo tersebut.

Hasil Uji

Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan dengan Colony Forming Units (CFU) per ml.

02- Penghitungan Coliform dan Escherichia coli

Prinsip

Kristal violet dan garam empedu yang ada di media akan menghambat bakteri Gram positif lainnya sehingga hanya organisme coliform yang tumbuh. Selama pertumbuhannya, coliform akan mengubah laktosa menjadi asam dan perubahan ini akan dideteksi oleh indikator neutral red yang akan berubah warnanya menjadi merah. Selain itu keadaan asam akan menyebabkan presipitasi asam empedu.

2 a)

Media, pereaksi dan kuman uji Peptone Water (PW) 0,1%

41 dari 82

b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m)

Violet Red Bile Agar (VRBA) Violet Red Bile Dextrose Agar (VRBDA) Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) Lauryl tryptose (LST) broth EC broth Levine's eosin-methylene blue (L-EMB) agar Tryptone (tryptophane) broth MR-VP broth Koser's citrate broth Plate count agar (PCA) (standard method) Reagen Kovac Reagent Voges-Proskaeur (VP)

3 a)

Peralatan Tabung reaksi berkapasitas 20 ml dilengkapi tabung Durham

Prosedur

4.1. Penghitungan Jumlah Presumtif Coliform Dengan Metoda Hitungan Cawan 4.1.1 Lakukan pengenceran contoh secara desimal seperti metoda hitungan cawan. Untuk pengenceran pertama dianjurkan mengambil 25 ml contoh yang dimasukkan ke dalam 225 ml larutan PW 0,1% steril. 4.1.2 Masukkan 0,1 ml atau 1,0 ml contoh ke dalam cawan petri steril. Pengujian sebaiknya dilakukan secara duplo. Kemudian tuangkan 10 - 15 ml media VRBA (suhu antara 45 - 480C). Supaya larutan contoh dan media agar dapat tercampur dengan baik, maka putarlah cawan dengan gerakan searah gerakan jarum jam yang dilanjutkan dengan gerakan berlawanan dengan arah jarum jam, atau dengan gerakan seperti angka delapan, masing-masing sebanyak 5 kali. Selama pencampuran, jaga jangan sampai tutup cawan terkena campuran larutan contoh dan media tersebut.

42 dari 82

4.1.3 Setelah memadat tuangkan kembali 3-4 ml VRBA cair (overlay) di atas permukaan agar. 4.1.4 Segera setelah media mengeras, cawan-cawan petri tersebut dibalik hingga posisi tutupnya berada di bawah, dan masukkan ke dalam inkubator 350C selama 18-24 jam. 4.1.5 Cawan-cawan harus diatur sedemikian rupa sehingga inkubator tidak terlalu penuh, dan tidak ada cawan yang menyentuh dinding inkubator. Cawan boleh diatur bersusun yang tingginya tidak lebih dari 6 cawan. 4.1.6 Hitung semua koloni berwarna merah keunguan yang dikelilingi zona merah (diameter koloni pada umumnya 0,5 mm atau lebih). Pilihlah cawan yang ditumbuhi oleh koloni yang jumlahnya antara 25 - 250. Bila cawan dari tingkat pengenceran berbeda memiliki jumlah koloni pada kisaran tersebut di atas, maka pilihlah cawan dengan koloni yang lebih banyak. Gunakanlah tally counter untuk menghitung koloni, dan berilah tanda koloni yang sudah dihitung untuk menghindari penghitungan ulang. 4.1.7 Hasil yang diperoleh adalah jumlah presumtif coliform per ml/gram contoh. Untuk mendapatkan jumlah coliform sebenarnya perlu dilanjutkan ke uji konfirmasi coliform.

4.2

Konfirmasi Coliform

4.2.1 Pilihlah koloni-koloni yang mewakili semua jenis koloni yang tumbuh. Ambillah 10 koloni dengan ose steril, dan pindahkan masing-masing ke dalam 10 ml BGLBB steril dalam tabung-tabung reaksi yang telah dilengkapi dengan tabung durham. 4.2.2 Inkubasikan tabung-tabung reaksi tersebut pada suhu 350C selama 2448 jam, amati terbentuknya gas dalam tabung durham sebagai reaksi positif. 4.2.3 Hitunglah tabung yang berisi gas. Untuk meyakinkan pertumbuhan coliform, buatlah preparat ulas dari tabung positif yang diwarnai pewarnaan Gram.

4.3

Interpretasi Hasil

43 dari 82

Tabung positif (%) = Jumlah tabung positif x 100 % 10

Jumlah coliform per ml/gram = % tabung positif x jumlah (seluruh) koloni dalam cawan petri x faktor pengenceran cawan petri tersebut.

4.4 Uji konfirmasi Escherichia coli dengan metoda the Most Probable Number (MPN) 4.4.1 Siapkan beberapa seri (seri 3 atau 5) tabung yang berisi EC broth yang dilengkapi dengan tabung Durham. 4.4.2 Pilihlah tabung BGLB positif sedikitnya dari tiga pengenceran yang berurutan. Goyangkan secara hati-hati tabung positif tersebut dan dengan ose steril pindahkan suspensi ke masing-masing seri tabung reaksi berisi EC broth, disesuaikan dengan pengencerannya. 4.4.3 Inkubasikan tabung rekasi tersebut pada suhu 45,50C selama 48 jam. Amati terbentuknya gas sebagai reaksi positif setelah diinkubasikan selama 24 jam. Bila belum terbentuk gas, inkubasi dilanjutkan dan amati reaksi positif pada 48 jam. 4.4.4 Jumlah tabung yang positif dari masing-masing seri dicocokkan dengan tabel statistik untuk mengetahui jumlah fecal coliform, dan dinyatakan dengan MPN per unit sampel. 4.4.5 Dengan ose steril pindahkan suspensi dari masing-masing tabung positif ke Levine's eosin-methylen blue (L-EMB) agar dan goreskan ke permukaan agar beberapa kali agar dapat diperoleh koloni tunggal. Inkubasikan cawan pada suhu 350C selama 18-24 jam dan amati adanya koloni berwarna gelap dan datar dengan atau tanpa warna metal. 4.4.6 Pindahkan 2 koloni yang dicurigai dari tiap cawan L-EMB ke agar miring PCA untuk pengujian morfologi dan biokimia, kemudian inkubasikanh pada suhu 350C selama 18-24 jam.

4.4.7 Lakukan pewarnaan Gram, amati adanya bakteri coccus atau cocoid, Gram negatif. Uji konfirmasi E. coli dilanjutkan ke uji biokimia IMViC (IndolVoges Proskauer-Methyl red-Citrat) sebagai berikut: a) Produksi Indole.

44 dari 82

Inokulasi tabung berisi tryptone broth dan inkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam. Tambahkan 0,2 - 0,3 reagent Kovacs untuk menguji adanya pembentukan indole yang ditunjukkan dengan adanya warna merah yang jelas di bagian atas. b) Voges-Proskauer.

Inokulasi tabung berisi MRVP broth dan inkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam. Pindahkan 1 ml suspensi ke dalam tabung berukuran 13 x 100 mm. Tambahkan 0,6 larutan alpha-naphthol dan 0,2 ml KOH 40%, kemudian kocok. Setelah itu tambahkan beberapa kristal kreatin, kocok lagi dan diamkan selama 2 jam. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna pink eosin. c) Methyl red.

Setelah test VP, inkubasikan lagi tabung MRVP pada suhu 350C selama 48 jam. Tambahkan 5 tetes larutan methyl red ke masing-masing tabung. Positif test ditunjukkan dengan adanya warna merah yang jelas. Sedangkan reaksi negatif ditunjukkan dengan adanya warna kuning. d) Citrate.

Inokulasi secara ringan tabung yang berisi Koser citrate broth; hindari adanya kekeruhan yang dapat terdeteksi dengan jelas. Inkubasikan pada suhu 350C selama 9 jam. Adanya kekeruhan yang jelas menunjukkan reaksi positif. e) Pembentukan gas dari fermentasi laktosa.

Inokulasi tabung berisi LST broth dan inkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam. Reaksi positif ditunjukkan dengan berpindahnya media dari tabung bagian dalam atau timbulnya busa setelah dilakukan agitasi secara halus. f) Interpretasi.

Semua kultur yang 1) memfermentasikan laktosa dengan produksi gas pada suhu 350C dalam 48 jam, 2) muncul sebagai bakteri coccus, Gram negatif, dan 3) mempunyai pola ++-- (biotipe 1) atau -+-- (biotipe 2) pada uji IMViC dinyatakan sebagai E. coli. Hitung MPN E. coli berdasarkan tabung-tabung EC yang mengandung E. coli yang berasal dari 3 konsentrasi yang berurutan.

45 dari 82

03. Penghitungan Staphylococcus aureus dengan metoda hitungan cawan

Metoda ini digunakan untuk menghitung jumlah S. aureus lebih besar dari 100 sel S. aureus per ml/gram contoh. Metoda yang biasa digunakan adalah metoda sebar/permukaan.

Prinsip

Manitol akan diubah oleh Staphylococcus yang tumbuh menjadi asam dan susuana asam ini akan mengubah indikator phenol red menjadi kuning. Tellurite yang ada akan menjadi tellurite yang berwarna hitam.

Media, pereaksi

a) Baird Parker Agar (BPA) (tambahkan 5 ml egg yolk tellurite ke dalam 95 ml agar cair b) c) d) e) Trypticase Soy Agar (TSA) Brain Heart Infusion (BHI) broth Coagulase plasma kelinci mengandung EDTA 0,1% Buffered Peptone Water (BPW) 0,1%

3 3.1

Prosedur Isolasi dan enumerasi S. aureus

a) Buat pengenceran desimal terhadap contoh seperti metoda hitungan cawan. b) Pindahkan 0,1 ml suspensi contoh dari masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri berisi BPA. c) Dengan spreader sebarkan suspensi contoh di atas permukan agar secara merata dan biarkan suspensi contoh terserap ke dalam media agar dengan mendiamkan cawan-cawan tersebut sekitar 10 menit.

46 dari 82

3.2

Inkubasi

3.2.1 Inkubasikan cawan-cawan tersebut dengan posisi tutup berada di bawah pada suhu 35-370C selama 45-48 jam. 3.2.2 Cawan-cawan harus diatur sedemikian rupa sehingga inkubator tidak terlalu penuh, dan tidak ada cawan yang menyentuh dinding inkubator. Cawan boleh diatur bersusun yang tingginya tidak lebih dari 6 cawan.

3.3

Penghitungan jumlah presumtif S. aureus

3.3.1 Pilihlah cawan yang ditumbuhi oleh koloni tipikal S. aureus yang jumlahnya antara 20 - 200 koloni. Bila cawan dari tingkat pengenceran berbeda memiliki jumlah koloni pada kisaran tersebut di atas, maka pilihlah cawan dengan koloni yang lebih banyak. Koloni khas S. aureus adalah bulat, licin halus, cembung, basah dan berdiameter 2-3 mm jika koloni tidak padat, berwarna abu-abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona opak, dengan atau tanpa zona luar yang jelas. 3.3.2 Gunakanlah tally counter untuk menghitung tipikal koloni, dan berilah tanda koloni yang sudah dihitung untuk menghindari penghitungan ulang. Bila ditemukan adanya beberapa jenis koloni, hitung dan catat jenis koloni. Uji konfirmasi dapat dilakukan dengan uji koagulase, clumping faktor dan pewarnaan Gram.

3.4

Uji konfirmasi S. aureus dengan uji koagulase

3.4.1 Pindahkan koloni yang diduga S. aureus ke dalam tabung berisi 0,2-0,3 ml BHI broth dan larutkan dengan seksama. 3.4.2 Tambahkan 0,5 ml coagulase plasma yang mengandung 0,1 5 EDTA ke dalam kultur BHI dan campur dengan seksama. Kemudian inkubasikan pada suhu 350C dan periksa secara periodik adanya penggumpalan setiap 6 jam sekali. Reaksi positif S. aureus ditunjukkan bila terjadi gumpalan yang kokoh dan lengkap dan apabila tabung dijentikkan atau dibalik, gumpalan tadi akan tetap berada ditempat semula. Penggumpalan parsial, dinyatakan dengan reaksi koagulase 2+ dan 3+, harus dilanjutkan dengan uji lebih lanjut. 3.4.3 Bila reaksi koagulase dari kultur yang diduga tidak dapat dipastikan berasal dari S. aureus, maka inokulasikan kultur tersebut pada kultur yang sudah diketahui positif dilanjutkan pada kultur yang sudah diketahui negatif S. aureus.

47 dari 82

3.4.4 Lakukan pewarnaan Gram terhadap semua kultur yang diduga S. aureus dan periksa di bawah mikroskop.

Interpretasi Hasil/Perhitungan

Jumlah S. aureus per ml susu dihitung dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni dari pengenceran yang dipilih dengan kebalikan dari faktor pengenceran

04

Pengujian Salmonellae

Prinsip

Dalam metoda ini dilakukan penggunaan gabungan larutan untuk pemulihan/resusitasi (liquid resuscitation), larutan pre-enrichment dan media solid selektif untuk mengisolasi presumtif salmonellae, sedangkan konfirmasi salmonellae harus dilanjutkan dengan uji konfirmasi secara biologi dan serologi.

2 2.1

Media, pereaksi, antiserum dan uji Media dan pereaksi

2.1.1 Buffered Peptone Water (BPW) (0,1%) 2.1.2 Mannitol selenite cystine broth (MSCB) 2.1.3 Rappaport-Vassiliadis (RV) media 2.1.4 Xylose Lysine desoxycholate (XLD) agar 2.1.5 Bismuth sulfite (BS) agar 2.1.6 Lysine decarboxylase broth 2.1.7 ONPG broth

2.2

Kuman uji

48 dari 82

2.2.1 2.2.2

Kultur dari Salmonella hadar Kultur dari Citrobacter freundii

3 3.1

Prosedur Resusitasi (Pre-enrichment)

3.1.1 Masukkan 25 ml contoh susu ke dalam 225 ml BPW dan campur hingga benar-benar merata, kemudian inkubasikan pada suhu 370 C selama 24 jam. 3.1.2 Sebagai kontrol, inokulasi BPW dalam 2 tabung reaksi dengan masingmasing kuman uji dan inkubasikan pada suhu 370 C selama 24 jam. 3.2 Enrichment pada media selektif

3.2.1 Inokulasikan 1 ml suspensi dari masing-masing larutan resusitasi ke 10 ml MSCB dan inkubasikan pada suhu 370 C selama 18-24 jam., serta 0,1 ml lainnya ke 10 ml RV media dan kemudian diinkubasikan pada suhu 420C selama 18-24 jam.

3.3

Isolasi presumtif Salmonellae pada media agar selektif

3.3.1 Dengan menggunakan ose steril inokulasikan suspensi dari masingmasing media enrichment ke cawan yang berisi XLD agar dan BS agar dengan cara goresan kuadran, kemudian inkubasikan pada suhu 370 C selama 18-24 jam untuk cawan XLD serta 24-48 jam untuk cawan BS. Amati terbentuknya koloni-koloni yang diduga sebagai Salmonellae. 3.3.2 Pada XLD agar, koloni Salmonellae berbentuk bulat dan berwarna hitam mengkilat, sedangkan pada media BS koloni Salmonellae berwarna hitam. 3.3.3 Pilihlah tiga koloni tipikal Salmonellae dari tiap cawan dan inokulasikan masing-masing koloni ke tabung reaksi berisi 2,5 ml larutan pepton 1% kemudian inkubasikan pada suhu 370 C selama 4 jam atau hingga terjadi adanya kekeruhan. 3.4 Konfirmasi biokimia

49 dari 82

3.4.1 Dengan ose steril inokulasikan suspensi dari masing-masing tabung reaksi berisi larutan pepton ke Lysine-Decarboxylase broth (sebagai kontrol), ONPG broth dan media agar CLED. 3.4.2 Interpretasi hasil. Suspensi dipastikan mengandung Salmonellae apabila pada media Lysine-Decarboxylase terjadi reaksi positif dengan adanya perubahan warna menjadi kuning, pada media ONPG terjadi reaksi negatif ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna.

50 dari 82

Penghitungan jumlah sel radang

Metoda langsung 1 Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metoda langsung penghitungan jumlah sel radang dalam susu segar dengan menggunakan metoda Breed.

Prinsip

Untuk menetapkan jumlah sel radang dalam susu, maka dihitung jumlah sel radang dalam 0,01 ml susu yang disebarkan di atas gelas objek hingga mencapai luas 1 cm2 dan kemudian diwarnai.

3 a) b) c)

Pereaksi Larutan alkohol ether (ana) Larutan alkohol 96% Larutan methylen blue Loeffler

4 a) b) c) d) e)

Peralatan Gelas objek bersih yang bebas dari lemak Pipet Breed steril Bunsen Mikroskop Ose siku

Prosedur

5.1 Siapkan sebuah gelas objek yang telah dibersihkan dan bebas dari lemak, kemudian diberi tanda yang menunjukkan asal contoh susu.

51 dari 82

5.2 Letakkan gelas objek tersebut di atas kertas yang sudah berisi gambar kotak seluas 1 cm2. 5.3 Pipet sejumlah 0,01 ml contoh susu dengan pipet Breed ke daerah yang dibatasi kotak, dan dengan bantuan ose siku contoh susu tadi disebarkan sehingga menutupi seluruh gambar kotak (luas 1 cm2). 5.4 Keringkan di udara sampai kering (sekitar 5 - 10 menit), kemudian difiksasi di atas nyala api. 5.5 Lakukan pewarnaan dengan cara:

a) Celupkan preparat tadi ke dalam larutan alkohol-ether (ana) selama 2 menit, b) Masukkan preparat tadi ke dalam larutan methylen blue Lffler selama 1 menit, c) Bilas secara hati-hati dengan air,

d) Celupkan ke dalam alkohol 96% (untuk membersihkan bahan pulasan yang tidak terikat), e) Preparat dikeringkan di udara atau dengan kertas pengisap.

5.6 Penetapan jumlah sel radang dilakukan dengan bantuan mikroskop (pembesaran 100x) dengan menggunakan lensa minyak imersa. 5.7 Hitung jumlah sel radang dalam 20 lapangan pandang, kemudian dirataratakan. 6 Cara Perhitungan

Tentukan luas lapang penglihatan dengan cara menghitung diameter lapangan penglihatan dari mikroskop yang digunakan dengan rumus: r2. Diketahui pada bidang 1 cm2 disebarkan 0,01 ml susu, maka jumlah sel radang pada luas lapang penglihatan adalah: r2 100 7 Hasil Uji X 0,01 ml

Hasil uji dinyatakan dengan jumlah sel per ml.

52 dari 82

Pengujian residu antibiotik

Skrining residu antibiotika

Pendahuluan Pada dasarnya cara pengujian residu antibiotika dibedakan antara uji skrining dan uji konfirmasi. Tujuan dilakukannya skrining residu antibiotika pada susu segar adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya residu antibiotika dalam susu secara kualitatif atau semi kuantitatif. Dengan demikian dengan cara ini hanya dapat diketahui ada/tidak adanya suatu residu antibiotika serta golongan dari antibiotika yang ditemukan dari contoh susu yang diperiksa, sedangkan untuk mengetahui jenis dan konsentrasi residu antibiotika secara pasti harus dilanjutkan dengan uji konfirmasi.

Metoda -1

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metode untuk skrining residu antibiotika pada air susu dengan batas kepekaan adalah antara konsentrasi 0.04 g/ml sampai 1 g/ml tergantung dari jenis antibiotika, sedangkan angka perolehan kembali antara 75% - 95%.

Prinsip

Sampel susu dihomogenisasi. Tetesi kertas cakram dengan sampel susu, lalu letakkan kertas cakram tersebut di atas permukaan media agar yang telah dicampur dengan biakan bakteri uji dan diinkubasikan pada suhu 370 C selama 16-18 jam. Contoh susu dinyatakan positif mengandung residu antibiotika bila terbentuk zone hambatan di sekitar kertas cakram.

3 a) b)

Bahan Media Agar NV- 4, NV-8, MX. Larutan dapar fosfat pH 7,0 0,1 dan pH 8,0 0,1. 53 dari 82

c) 1) 2) 3) 4)

Kuman uji : Micrococcus luteus ATCC 9341 - untuk golongan Makrolida. Bacilus subtilis ATCC 6633 - untuk golongan Amino-glikosida. Bacillus cereus ATCC 11778 - untuk golongan Tetrasiklin. Bacillus calidolactis - untuk golongan Penisilin.

d) Larutan stok baku pembanding untuk antibiotika penisilin (PC), kanamisin (KM), tilosin (TS) dan oksitetrasiklin (OTC). e) Larutan baku kerja.

f) Kultur media (inokulasikan sebanyak 1% kuman uji pada media agar: Bacillus subtilis pada media NV-4, Micrococcus luteus pada media NV-8 dan Bacillus cereus pada media MX). g) Kurva baku

4 a) b) c) d) e) f) g)

Peralatan Cawan petri steril 100 x 12 mm Inkubator 370 C dan 300 C Tabung sentrifus 50 ml, tabung reaksi 50 ml. Kertas cakram steril berdiameter 8-10 mm, silinder cakram 0,3 ml. Ultra turax. Sentrifus. Mikro pipet.

5 5.1

Prosedur Persiapan media agar

5.1.1 Media NV-4 : Larutkan 5 gr pepton, 3 gr beef extract dan 16 gr agar dalam 1.000 ml air suling, lalu ukur pH 8,5 0.1, dan kemudian didihkan. Media disterilisasi dengan memasukkannya ke dalam otoklaf pada suhu 1210C, 15 psi selama 15 menit.

54 dari 82

5.1.2 Medium NV-8: Larutkan 6 gr pepton, 1,5 gr beef extract, 3 gr yeast extract, 1 gr D(+) Glucose dan 16 gr agar dalam 1.000 ml air suling, ukur pH 8.5 0.1, didihkan, kemudian sterilisasi dengan otoklaf pada suhu 1210C, 15 psi selama 15 menit. 5.1.3 Medium MX: Larutkan 6 gr pepton, 1,5 gr beef extract, 3 gr Yeast extract, 1,35 gr kalium dihidrogen fosfat dan 15 gr agar dalam 1.000 ml air suling dengan pH 5,7 0.1, didihkan dan dilakukan sterilisasi dengan otoklaf pada suhu 1210 C, 15 psi selama 15 menit

5.2.

Persiapan larutan dapar fosfat

5.2.1 Dapar fosfat pH 7.0 0.1: Campuran 6,4 gr kalium dihidrogen fosfat, 18,9 gr dinatrium hidrogen fosfat dalam 1.000 ml air suling, otoklaf pada suhu 1210C, 15 psi selama 15 menit 5.2.2 Dapar fosfat pH 8.00.1: Campuran 13,3 gr kalium dihidrogen fosfat dan 6,2 gr kalium hidroksida dalam 1.000 ml air suling, otoklaf pada suhu 1210C, 15 psi selama 15 menit.

5.3 Larutan stok baku pembanding : Timbang 20 mg masing-masing baku pembanding penisilin (PC), kanamisin (KM), tilosin (TS) dan oksitetrasiklin (OTC), kemudian larutkan masing-masing dengan larutan dapar fosfat pH 7.0.

5.4 Larutan baku kerja : Untuk masing-masing antibiotika buat 6 serial pengenceran larutan stok baku kerja dengan air atau larutan dapar fosfat hingga konsentrasi 0,05 IU/ml atau 1 g/ml.

5.5

Kultur media :

5.5.1 Cairkan media agar (NV-4, NV-8, MX) dengan pemanasan pada suhu 1000 C, kemudian dinginkan dan simpan dalam penangas air bersuhu 560 C. 5.5.2 Inokulasikan 1% kuman uji Bacillus subtilis pada media agar NV-4, Micrococcus luteus pada media NV-8 dan Bacillus cereus pada media MX dan campur secara seksama sehingga kuman uji dan media dapat tercampur rata. Tuangkan sebanyak 7 ml masing-masing kultur media tersebut ke dalam cawan petri steril dan biarkan menjadi beku.

55 dari 82

5.6

Kurva baku

5.6.1 Siapkan tabung reaksi berisi 9 ml susu 5.6.2 Tambahkan masing-masing larutan baku kerja dari tiap konsentrasi ke dalam susu (hitung konsentrasi akhir dalam susu). 5.6.3 Siapkan media agar NV-4, NV-8 dan MX masing-masing sebanyak 5 cawan petri untuk setiap konsentrasi pengenceran. 5.6.4 Ambil kertas cakram steril dengan pinset steril dan letakkan masingmasing 4 buah kertas cakram di atas permukaan media agar. 5.6.5 Teteskan 30 l setiap pengenceran ke kertas cakram. Inkubasikan 35370 C selama 16-18 jam. Ukur diameter zona hambatan. 5.6.6 Buat kurva semilogaritmik dari rata-rata diameter zona hambatan yang terbentuk dengan konsentrasi antibiotika. Respon point (RP) diambil darimasing-masing antibiotika dengan zona hambatan berdiameter antara 1,2 1,5 mm.

5.7

Pengujian contoh susu

5.7.1 Siapkan kultur media untuk masing-masing kelompok antibiotika. Pengujian contoh susu dilakukan secara triplet. 5.7.2 Letakkan kertas cakram steril di atas permukaan kultur media. Tiap cawan petri kultur media berisi 4 buah kertas cakram. Dengan menggunakan pipet steril, tetesi kertas cakram steril dengan contoh susu. 5.7.3 Inkubasikan pada suhu 37o C selama 16-18 jam. Ukur diameter zona hambatan dengan kaliper atau jangka sorong. 5.7.4 Sesuaikan dengan kurva baku

Cara menyatakan hasil

Sampel susu dinyatakan positif mengandung residu apabila terbentuk zona hambatan di sekitar kertas cakram, minimal 1 mm lebih besar dari diameter kertas cakram.

56 dari 82

Metode-2

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda skrining residu antibiotika dari susu segar, terutama residu antibiotika golongan penisilin dan golongan tetrasiklin. Batas kepekaan antara 0,1 g/ml sampai 20 g/ml tergantung jenis antibiotika.

Prinsip

Kultur Bacillus stearothermophillus var calidolactis diinokulasi pada media agar. Teteskan contoh susu pada kertas cakram, letakkan pada media agar, kemudian diinkubasikan pada 550 C selama 2 jam 30 menit. Untuk memastikan adanya residu golongan penisilin, maka penisilinase ditambahkan pada contoh susu sebelum diteteskan pada kertas cakram. Tidak terbentuknya zona hambatan menunjukkan indikasi adanya penisilin karena antibiotika tersebut telah diinaktifkan oleh penisilinase.

Bahan Media

a) Skim Milk: Larutkan 100 gr skim milk dalam 1.000 ml air dengan suhu 0 45-50 C, bagikan ke dalam tabung-tabung reaksi 50 ml, tutup dan otoklaf selama 20 menit pada suhu 1150 C, simpan dalam lemari pendingin hingga saat akan digunakan. b) Nutrient broth: Larutkan 20 gr tryptone, 10 gr yeast extract, 0,5 gr dextrose dalam air 1.000 ml dengan suhu 45-500 C, masukan ke dalam tabung masing-masing 15 ml, tutup dan otoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit. c) Stok kultur media : Larutkan masing-masing 5 gr pepton, 2 gr yeast extract dehydrated, 1 gr beef extract, 5 gr natrium klorid dan 12,18 gr agar dalam 1.000 ml air, ukur agar pH 7,4 kemudian didihkan. Masukkan sejumlah 10 ml kultur media ke dalam tabung, tutup dan otoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit. d) Media agar difusi : Larutkan masing-masing 5 gr tryptone, 2,5 gr yeast extract dehydrated, 1 gr dextrose dan 12,18 gr agar dalam 1.000 ml air, ukur agar pH 7,0. Otoklaf dengan suhu 1210 C selama 15 menit.

57 dari 82

e)

Larutan stok baku pembanding :

1) Larutan baku penisilin : Larutkan 100 mg benzil-penisilin dengan 100 ml dapar fosfat pH 6 + 0,1. Simpan dalam lemari pendingin (Tahan 2 minggu) 2) Larutan baku penisilin dalam air susu: Encerkan stok baku penisilin dengan air susu sampai konsentrasi 0.006 g/ml, setara dengan 0,01 IU/ml.

4 a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l)

Peralatan Cawan petri 100 mm x 12 mm Labu erlenmeyer 125 ml Glass beads 5 mm Inkubator 37-65 oC Labu ukur 125 ml dengan tutup Gelas piala 100 ml dan 1000 ml Otoklaf Kertas cakram 8-10 mm Wire-loop Tabung pembiak 5 ml, 10 ml, 20 ml Tangas air 45-100 oC Vortex - mixer

5 5.1

Prosedur Persiapan biakan Bacillus stearothermophillus var calidolactis C 953

5.1.1 Aktivasi ulang biakan (Reactivation culture). Dengan menggunakan wire loop, tambahkan biakan dalam bentuk freeze dried ke dalam 3 tabung nutrient broth yang masing-masing berisi 10 ml, inkubasikan pada suhu 550 C selama 16 jam.

58 dari 82

5.1.2

Stok biakan.

Inokulasikan biakan yang telah diaktivasi ulang tadi ke atas permukaan media, inkubasikan pada suhu 550 C selama 48 jam. Simpan di lemari pendingin (0 50 C). 5.1.3 Biakan uji.

Inokulasikan stok biakan menggunakan wire loop ke dalam 10 ml nutrient broth, inkubasikan pada suhu 550 C selama 6-16 jam .

5.2

Persiapan kultur media agar

5.2.1 Inokulasikan biakan uji ke dalam 5 bagian media agar pada suhu 550 C. Pindahkan 6 ml media agar ke dalam cawan petri, dinginkan. 5.2.2 5.3 Persiapan kultur media agar dilakukan pada hari akan dilakukan uji. Persiapan cuplikan

5.3.1 Pindahkan 2 ml contoh susu ke dalam tabung 10 ml, masukkan ke dalam penangas air yang bersuhu 800 C selama 10 menit, kemudian dinginkan sampai 400 C. 5.3.2 Celupkan kertas cakram ke dalam contoh susu, letakkan di atas permukaan media agar. Inkubasikan pada suhu 550 C selama 2 jam 30 menit, amati zona hambatan yang terbentuk. 5.3.3 Proses yang sama lakukan terhadap kontrol negatif dan kontrol posistif (Air susu standar tidak dipanaskan ).

5.4

Penetapan

Diameter zona hambatan yang terbentuk tidak boleh kurang dari 12 mm untuk konsentrasi 0.01 IU/ml.

Cara menyatakan hasil

Contoh susu dinyatakan positif mengandung residu, bila rata-rata diameter zona hambatan tidak kurang dari 12 mm.

Metoda -3 59 dari 82

Ruang lingkup

Metode ini digunakan untuk skrining residu kloramphenikol, nitrofuran dan sulfonamida dengan batas kepekaan berturut-turut 10, 5 dan 100 g/kg.

Prinsip

Cuplikan dihomogenisasi dengan etil asetat, supernatan dimurnikan pada kolom silika. Ekstrak ditotolkan pada lempeng kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (KLKT), dan setelah dikembangkan maka adanya golongan nitrofuran dapat diketahui dengan pewarna pyridin di bawah UV 366 nm, sedangkan adanya golongan sulfonamida dan khloramfenikol dapat diketahui dengan pewarna stannum klorida dan fluoresamina.

3 a) b) c) d)

Pereaksi Asam asetat, asam borat. Asetonitril, dimetilformamid, dioksana, etil asetat, heksana, metanol. Fenolftalein. Piridin, fluoresamina. klorida, stannum klorida, natrium sulfat

e) Kalium klorida, natrium anhidrat.

f) Larutan pereduksi khloramfenikol : Larutkan 0,4 gr stannum klorida dengan 10 ml asam asetat (5%, v/v), tambahkan 1 ml larutan 5% fenolftalein dalam dioksan. Larutan ini tidak stabil sehingga harus dibuat segar setiap kali hendak dipergunakan. g) Larutan dapar pH 8,3 : Larutkan 19 gr asam borat dan 19,75 gr kalium klorida dalam 800 ml air. Tepatkan pH dengan larutan natrium hidroksida pekat dan himpitkan hingga volume 1.000 ml. h) Larutan pewarna (pendeteksi): Larutkan 50 mg fluoresamina dalam 500 ml aseton. Larutan akan dapat stabil selama 12 bulan apabila disimpan pada suhu -180C. i) j) Gas nitrogen. Larutan baku pembanding : 60 dari 82

1) Larutan stok baku kloramfenikol (CP) : Larutkan 10 mg khloramfenikol baku dalam 10 ml metanol, simpan dalam lemari pendingin. 2) Larutan baku kerja khloramfenikol : Buat seri pengenceran dengan metanol dari larutan stok baku hingga konsentrasi 10 ng/ml. 3) Larutan stok baku nitrofuran (furazolidon, furaltaldon, nitrofurazon atau nitrofurantoin): larutkan 10 mg baku nitrofuran dalam 10 ml dimetilformamida, kemudian himpit hingga volume menjadi 100 ml dengan penambahan metanol. Simpan pada suhu -180 C. 4) Larutan baku kerja nitrofuran : Buat seri pengenceran dengan metanol dari larutan stok baku hingga konsentrasi 0,5 ug/ml. Catatan: Golongan nitrofuran sangat sensitif terhadap sinar, sehingga harus dihindari kontak langsung dengan sinar. Oleh karena itu semua larutan baku harus dipersiapkan dalam botol berwarna coklat. Seandainya dipergunakan botol berwarna putih, maka botol itu harus dibungkus dengan alumunium foil. 5) Larutan stok baku sulfonamida (sulfametasin, sulfadimetoksin, sulfamonometoksin, sulfonamida atau sulfadiasin): Larutkan 10 mg baku sulfonamida dalam 100 ml metanol. Simpan pada suhu -180 C. 6) Larutan baku kerja sulfonamida : Buat seri pengenceran dengan metanol dari larutan stok baku hingga konsentrasi 1 g/ml. k) Kontrol positif: Tambahkan masing-masing 1 ml larutan baku kerja kedalam 1 gram bahan asal hewan. l) m) Cartridge Silika Sep Pak Vac 1 ml. Larutan pengembang : campuran etil asetat dan heksana (2:1)

4 a) b)

Peralatan Pipet otomatis (Finpipette). Bejana kromatograf dan alat penyemprot.

c) Lempeng Si-60 kromatograf lapis tipis kinerja tinggi (KLTKT), tanpa fluorescen 10 x 10 cm atau 20 x 10 cm (Merck). d) e) f) Kotak lampu UV. Catridge Seppak Sil(Waters). Syringe 50 mikroliter untuk KLT (Hamilton) atau pipa kapiler. 61 dari 82

g) h). i) j)

Sentrifus berpendingin. Tabung sentrifus 20 ml. Oven. Vortex-mixer.

5 5.1

Prosedur Persiapan cuplikan

5.1.1 Masukkan 1 ml susu kedalam tabung sentrifuse 10 ml. 5.1.2 Tambah 0,25 ml etil asetat, campur selama 1 menit diatas vortex / mixer. Tambah secara perlahan-lahan 1,75 ml etil asetat, sonikasi selama 10 menit. 5.1.3 Sentrifus 3500 rpm selama 10 menit, buang sedimen dan tambahkan 15 ml heksana pada fase etil asetat. Sentrifuse 3500 rpm selama 10 menit. pindahkan fase etil asetat ke dalam tabung 5 ml dan buang sedimen. 5.1.4 Alirkan fasa etil asetat-heksana kedalam Catridge Seppak Sil. Cuci cartridge dengan 2 ml campuran etil asetat dan heksana (3:1). Cuci kembali dengan 2 ml campuran 95 bagian asetonitril dan 5 bagian metanol. 5.1.5 Elusi cartridge dengan 2 ml campuran aseton dan heksana (2:1). Tampung eluat pada labu pemekat (labu evaporator) 5.1.6 Keringkan eluat dan larutkan residu dengan 50 l metanol. 5.2 Penetapan

Totolkan 10 l ekstraks dengan syringe pada KLT. Teteskan juga setiap larutan baku kerja pada lempeng yang sama. Keringkan pada suhu kamar. Masukkan ke dalam larutan pengembang dalam bejana kromatograf yang telah dipersiapkan sebelumnya. Biarkan larutan pengembang naik hingga sekitar 2 cm dari sisi atas lempeng. Keringkan lempeng pada suhu kamar. 6 6.1 Cara menyatakan hasil Untuk mengetahui adanya nitrofuran

Semprot lempeng dengan piridin, amati di bawah lampu UV 366 nm. Adanya nitrofuran akan terlihat sebagai bercak atau noda berwarna kuning dengan latar belakang warna ungu. Pada konsentrasi rendah, noda akan terlihat berwarna

62 dari 82

biru. Bandingkan dengan noda dari larutan baku kerja. Waktu tambat (retention time/RF) dari golongan nitrofuran sekitar 0,2. 6.2 Untuk mengetahui adanya sulfonamida atau khloramphenikol

6.2.1 Masukkan lempeng tersebut di atas ke dalam oven selama 10 menit untuk menghilangkan piridin, lalu dinginkan. 6.2.2 Setelah itu semprot dengan larutan stannum klorida hingga lempeng berwarna abu-abu. Biarkan 15 menit dalam ruang gelap, kemudian masukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 1100C, dinginkan. 6.2.3 Secara hati-hati semprot dengan larutan natrium hidroksida hingga lempeng berwarna sedikit merah muda. 6.2.4 Semprot dengan larutan dapar borat hingga lempeng sedikit keabuabuan. Keringkan dalam oven, dinginkan. 6.2.5 Semprot dengan larutan fluoresamina.

6.2.6 Adanya khloramfenikol atau sulfonamida akan terlihat sebagai noda berwarna kuning dengan latar belakang ungu di bawah UV 366 nm. Bandingklan dengan noda dari larutan baku kerja. Waktu tambat khloramfenikol adalah sekitar 0,4 sedangkan sulfonamida adalah sekitar 0,7.

II

Identifikasi dan Kuantifikasi Residu Antibiotika

Pendahuluan Identifikasi dan kuantifikasi residu antibiotika dilakukan untuk mengetahui adanya residu secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif dapat mengetahui jenis residu antibiotika dan secara kuantitatif dapat diketahui tingkat kandungan (konsentrasi) residu antibiotika dengan menggunakan standar pembanding.

Residu Khloramfenikol

Ruang lingkup

Metode ini digunakan untuk identifikasi dan kuantifikasi residu kloramfenikol dalam air susu dengan batas kepekaan 0,01 mg/kg. 63 dari 82

Prinsip

Cuplikan diekstraksi, dihilangkan kandungan lemak, protein dan airnya. Dimurnikan melalui kolom silika dan dianalisa mempergunakan Kromatograf Kinerja Tinggi (KCKT) dengan UV detektor pada panjang gelombang 270 nm.

3 a) air. b)

Pereaksi Asam asetat 0,2 M: larutkan 11,5 ml asam asetat glasial dalam 1 liter Asetonitril, etil asetat, heksana, kloroform dan metanol.

c) Larutan dapar asetat pH 4,6: atur pH dengan penambahan natrium asetat. d) e). Natrium sulfat anhidrat. Eluen untuk kolom silika : campuran khloroform dan metanol (9:1).

f) Larutan stok baku: larutkan 10 mg khloramfenikol baku pembanding dengan 10 ml air. g) Larutan baku kerja: buat seri pengenceran larutan stok baku sampai konsentrasi 1 g/ml. h) Fase gerak untuk KCKT: campuran asetonitril dan air (3:7).

4 a) b). c)

Peralatan Silika kolom: Catridge Seppak Sil (Waters) Wol kaca Homogeniser

d) Kromatograf Cair kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor UV-Vis, kolom fase terbalik C-18. e) f) g) Kertas saring Whatman no.4 dan kertas saring 0,45 Fm. Rotavapor dan labu rotavapor 50 ml. Labu pisah. 64 dari 82

h) i)

Sentrifus dan tabung sentrifus 100 ml. Tangas ultra sonnnik.

5 5.1

Prosedur Persiapan cuplikan

5.1.1 Timbang 10 gram cuplikan, masukan ke dalam tabung sentrifus 100 ml, tambah 100 ml etil asetat dan homogenisasi. Sentrifus 300 rpm selama 10 menit. 5.1.2 Ambil 50 ml supernatan dan keringkan melalui natrium sulfat anhidrat

5.1.3 Keringkan dan larutkan ekstraks dengan 50 ml larutan asam asetat 0,2 M Pindahkan ke dalam labu pisah 300 ml. Ekstraksi dengan 100 ml nheksana. Buang lapisan n-heksana. 5.1.4 Ekstraksi fase dengan 2 x 40 ml etil asetat, kocok, biarkan terpisah. Tampung lapisan etil asetat dan evaporasi sampai kering. Larutkan residu dengan 10 ml kloroform. Alirkan ke silika kolom. Cuci cartridge dengan 10 ml kloroform. Elusi dengan eluen dan tampung eluat pada labu rotavapor. 5.1.5 Keringkan dengan rotavapor di atas penangas air, larutkan ekstraks dalam 0,5 ml fase gerak dan saring. 5.2 Penetapan

5.2.1 Suntikkan 50 l ke dalam KCKT yang dilengkapi dengan kolom analitik C-18, menggunakan fase gerak campuran asetonitril dan air (3:7), laju aliran 1 ml/menit, detektor UV 270 nm. 5.2.2 Amati waktu tambat dan puncak atau area kromatogram cuplikan dan larutan baku.

Cara menyatakan hasil

6.1 Secara kualitatif: adanya puncak dalam kromatogram yang mempunyai waktu tambat (waktu retensi/retention time) yang sama dengan baku (standar) antibiotika menunjukkan adanya residu.

65 dari 82

6.2

Secara kuantitatif:

6.2.1 Dengan membandingkan tinggi puncak atau luas area di bawah puncak dari larutan ekstrak cuplikan dengan larutan baku standar. 6.2.2 Menggunakan kurva kalibrasi larutan baku kerja: a) Buat minimal 6 konsentrasi larutan baku kerja.

b) Buat kurva kalibrasi atau persamaan linear dari tinggi puncak atau luas area di bawah puncak terhadap konsentrasi pada kertas semilogaritma. c) Hitung konsentrasi cuplikan dari tinggi puncak cuplikan atau luas area di bawah puncak ke dalam kurva kalibrasi atau persamaan yang diperoleh. Catatan : Tinggi puncak atau luas area di bawah puncak dalam kromatogram dapat diukur secara otomatis dengan mempergunakan integrator/komputer atau secara manual.

B Residu tetrasiklin (TC)

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk identifikasi dan kuantifikasi residu tetrasiklin dalam susu dengan batas kepekaan 0,01 - 0,05 mg/kg.

Prinsip

Cuplikan diekstraksi, dipisahkan dari lemak, protein dan air. Ekstrak yang diperoleh dianalisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan UV detektor pada panjang gelombang 350 nm.

3 a) b)

Pereaksi Etylen diamine tetraacetic acid (EDTA). Asetonitril

66 dari 82

c) d) e) f)

Hexana Etylacetat Natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat Natrium dihidrogen fosfat

g) Larutan stok baku: larutkan 20 mg dari masing-masing baku oksitetrasiklin, klortetrasiklin dan doksisiklin dalam 20 ml metanol h) Larutan baku kerja: buat seri pengenceran larutan stok baku hingga konsentrasi 10 g/ml i) Fase gerak untuk KCKT yaitu campuran metanol, asetonitril dan asam oksalat 0,02 M (1:1:8)

4 a) b) c)

Peralatan Labu erlenmeyer 250 ml Corong pisah 250 ml Rotavapor dan labu rotavapor 100 ml

d) Kromatograf Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan kolom U Bondapak, detektor UV e) f) g) Corong Kertas saring Whatman no. 41 Sentrifuse

5 5.1 5.1.1 5.1.2 5.1.3

Prosedur Persiapan cuplikan Masukkan 20 ml contoh susu ke dalam erlenmeyer 250 ml Tambahkan 2 gr EDTA, kocok Saring dengan kertas saring hingga diperoleh 10 ml filtrat

67 dari 82

5.1.4 Masukkan filtrat ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, tambahkan 15 ml hexana dan kocok. Buanglah lapisan hexana dan ambillah lapisan air. Lakukan penambahan hexana sebanyak 2 kali. 5.1.5 Tambahkan 20 ml etilasetat pada lapisan air lalu kocok. Buang lapisan air dan kumpulkan lapisan etilasetat. Lakukan penambahan etilasetat sebanyak 2 kali. 5.1.6 Tambahkan natrium sulfat anhydrat pada lapisan etilasetat, kemudian saring dengan kertas saring. 5.1.7 Uapkan filtrat dengan rotavapor hingga kering, kemudian tambahkan 1 ml fase gerak pada sisa penguapan, lalu kocok. 5.1.8 Sentrifus pada kecepatan tinggi (10.000 rpm). Pisahkan larutan yang jernih dari kotoran. 5.1.9 Larutan siap dianalisa pada KCKT.

5.2

Penetapan

5.2.1 Suntikkan 50 I larutan ke dalam KCKT dengan mempergunakan kolom fase terbalik C-18. Fase gerak campuran metanol, asetonitril dan asam oksalat 0,02 M (1:1:8), kecepatan aliran 1 ml/menit. Dengan UV detektor pada panjang gelombang 350 nm. 5.2.2 Amati waktu tambat dan puncak atau area kromatogram cuplikan dan larutan baku.

Cara menyatakan hasil

Lihat cara menyatakan hasil dalam residu khloramfenikol.

Residu penisilin (PC)

68 dari 82

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda untuk identifikasi dan kuantifikasi residu penisilin dalam susu dengan batas kepekaan 0,01 - 0,05 mg/kg.

Prinsip

Cuplikan diekstraksi, dipisahkan dari lemak, protein dan air. Ekstrak yang diperoleh dianalisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan UV detektor pada panjang gelombang 350 nm.

3 a) b) c) d)

Pereaksi Asam fosfat (H3PO4) pekat Acetonitril NaCl Dichlorometana (CH2Cl2)

e) Fase gerak untuk KCKT yaitu: KH2PO4 0.01M : Metanol : CH3CN (50:20:30)

4 a) b) c) d) e) f). g)

Peralatan Labu erlenmeyer 250 ml Corong pisah 250 ml Labu florentine 100 ml Corong Glasswool Kertas saring Whatman no. 41 Rotavapor

h). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan kolom U Bondapak, Detektor UV

69 dari 82

5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5

Prosedur Masukkan 20 ml contoh susu ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 7 tetes asam fosfat (H3PO4) pekat, lalu kocok. Tambahkan 40 ml acetonitril dan kocok selama 30 menit. Saring dengan glasswool dan ambil 30 ml filtrat. Masukkan filtrat ke dalam labu kocok 250 ml.

5.6 Tambahkan 3 gram NaCl dan ekstrak 2 kali dengan dichlorometan (CH2Cl2) kemudian kocok. 5.7 Kumpulkan fase CH2Cl2 ke dalam labu florentine, kemudian uapkan dengan rotavapor hingga hampir kering. 5.8 5.9 Tambahkan 1 ml fase gerak pada sisa penguapan. Larutan siap diinjeksikan pada KCKT.

70 dari 82

Uji kebersihan

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metode pengujian kebersihan penanganan susu di perusahaan atau di tempat produksinya apakah telah dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

Prinsip

Kotoran dan benda asing yang terdapat di dalam susu akan tertinggal di kertas saring atau saringan yang akan tampak dengan mata telanjang.

Perekasi

Tidak diperlukan.

Peralatan

a) Botol susu khusus (tidak memiliki dasar) berkapasitas 500 ml yang dilengkapi dengan alat penjepit penyaring pada bagian leher botol. b) c) d) Labu erlenmeyer. Corong berdiameter 15 cm. Kapas penyaring khusus.

Prosedur

Catatan: untuk pengujian ini diperlukan minimal 500 ml susu dan jumlah ini harus seragam dalam satu seri pemeriksaaan. 5.1 Atur posisi botol susu dengan bagian leher yang dilengkapi kapas penyaring berada di bawah. Letakkan corong pada dasar botol susu. 5.2 Tuangkan contoh susu ke dalam botol susu secara perlahan-lahan melalui dinding dengan bantuan corong dan hasil penyaringan tersebut ditampung dalam labu erlenmeyer.

71 dari 82

5.3 Setelah semua susu melalui saringan, saringan diambil dan dikeringkan di udara atau diinkubasikan kemudian dibandingkan dengan kapas penyaring khusus yang belum dipakai.

Hasil uji

Hasil positif ditunjukkan dengan adanya kotoran yang tersangkut dalam saringan, dan dapat berupa bulu sapi, rumput, sisa makanan, tinja dan lain-lain.

72 dari 82

Uji pemalsuan

Uji terhadap penambahan susu masak

1.1

Ruang Lingkup

Standar ini menetapkan metode pengujian kemungkinan adanya pemalsuan pada susu segar berupa penambahan susu yang telah mengalami pemanasan dengan uji Storch.

1.2

Prinsip

Di dalam susu segar terdapatenzim peroksidase yang akan terurai/musnah oleh pemanasan di atas 750C. Enzim ini akan membebaskan oksigen dari larutan peroksida yang ditambahkan ke dalam susu. Oksigen akan bersenyawa dengan zat pemulas sehingga warnanya berubah.

1.3 a) b)

Pereaksi Larutan paraphenildiamin 2% dalam air Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 0,2 - 1 %

1.4

Peralatan

Tabung reaksi

1.5

Prosedur

1.5.1 Masukkan 5 ml contoh susu ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamin 2%. 1.5.2 Tambahkan 1-4 tetes larutan H2O2 (0,2 - 1 %) dan amati terjadinya perubahan warna.

73 dari 82

1.6

Hasil uji

Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru.

Uji terhadap penambahan gula

2.1

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda pengujian kemungkinan adanya pemalsuan susu dengan penambahan gula yang bisa berasal dari gula pasir, sakarin, air kelapa atau susu kental manis dengan cara uji Conradi.

2.2

Prinsip

Uji ini digunakan untuk membuktikan adanya sakarosa. Gula akan terhidrolisa oleh HCl pekat menjadi 4-hidroksi metil furfural. Furfural dan turunannya akan bereaksi dengan resorsin membentuk warna merah jambu.

2.3 a). b)

Pereaksi Resorsin Asam khlorida (HCl) pekat (min. 37%).

2.4 a) b) c). d).

Peralatan Cawan porselin Pengaduk kaca Bunsen dan kawat asbes Gelas ukur10 ml.

2.5

Prosedur

2.5.1 Masukkan 100 mg resorsin ke dalam cawan porselin.

74 dari 82

2.5.2 Tambahkan 25 ml contoh susu, kemudian dengan menggunakan gelas ukur tambahkan 2,5 ml HCl pekat. 2.5.3 Panaskan campuran tersebut sampai mendidih di atas bunsen dengan dialasi asbes sambil terus diaduk dengan pengaduk gelas. 2.5.4 2.5.5 Angkat cawan porselin dari pemanas dan tunggu selama 5 menit. Amati terbentuknya warna merah jambu.

2.6

Hasil uji

Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah jambu.

Uji terhadap penambahan pati

3.1

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda pengujian kemungkinan adanya pemalsuan susu dengan penambahan pati yang bisa berasal dari penambahan tepung kanji, air pencuci beras dan larutan tepung beras.

Metoda 01: Pemeriksaan secara kimiawi

3.2

Prinsip

Dengan penambahan larutan lugol, adanya pati/amilum di dalam contoh susu akan dibuktikan dengan terbentuknya warna biru.

3.3 a) b)

Pereaksi Larutan asam asetat Larutan lugol.

75 dari 82

3.4 a) b) c) d) e)

Peralatan Tabung reaksi Corong Kertas saring Pipet 1 ml, 10 ml Bunsen.

3.5 a) b) c)

Prosedur Masukkan 10 ml contoh susu ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml asam asetat. Panaskan tabung kemudian contoh susu disaring.

d) Teteskan 4 tetes lugol ke filtrat yang diperoleh dan amati terjadinya perubahan warna.

3.6

Hasil Uji

Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru.

4 4.1

Uji terhadap penambahan bahan pengawet Formaldehida (formalin)

4.1.1 Pereaksi Larutan asam klorida (HCl) mengandung besi Cara membuat: campurkan 100 ml HCl (BJ = 1.124 - 1.126 g/ml pada suhu 200C) dengan 0,2 ml larutan FeCl3 10%.

76 dari 82

4.1.2 a) b) c)

Peralatan Tabung reaksi Penangas air Pipet.

4.1.3 a)

Prosedur Masukkan 2 ml contoh susu ke dalam tabung reaksi.

b) Tambahkan 10 ml larutan asam klorida mengandung besi, kemudian panaskan. c) Biarkan mendidih selama 1 menit dan amati perubahan warna yang terjadi.

4.1.4

Hasil Uji

Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu.

4.2

Hidrogen peroksida

Metoda 01

4.2.1

Pereaksi

Larutan titanil sulfat Cara membuat : larutkan 2 gram titandioksida dalam 100 ml asam sulfat yang diperoleh dari pengenceran asam sulfat pekat dengan aquades (1:3).

4.2.2 a). b)

Peralatan Pipet tetes Tabung reaksi. 77 dari 82

4.2.3 Prosedur a) b) Ke dalam 10 ml susu ditambahkan 10 tetes larutan titanilsulfat. Amati perubahan warna yang terjadi.

4.2.4 Hasil Uji Hasil uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning hingga merah jingga.

Metoda 02

4.2.1 Pereaksi a) b) c) Asam sulfat pekat (d=1.19) Kertas Jodkalium (KI) Larutan formalin.

4.2.2 Peralatan a) b) c) Pipet tetes Tabung reaksi. Penangas air.

4.2.3 Prosedur a) Masukkan contoh susu dan asam sulfat pekat dengan perbandingan yang sama ke dalam tabung reaksi. b) Tambahkan 1 tetes larutan formalin encer, kocok dan hangatkan pada suhu 600C. c) Celupkan kertas Jodkalium dan amati terbentuknya warna yang terjadi pada kertas Jodkalium.

78 dari 82

4.2.4

Hasil Uji

Hasil uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru keunguan atau biru pada kertas Jodkalium.

4.3

Sublimat

4.3.1

Pereaksi

Amoniak

4.3.2

Peralatan

Labu erlenmeyer

4.3.3

Prosedur

a) Msukkan 100 ml contoh susu ke dalam labu erlenmeyer, kemudian tambahkan 100 ml amoniak. b) Amati perubahan warna yang terjadi.

4,3.4

Hasil Uji

Hasil uji dinyatakan dalam hasil positif atau negatif. Hasil uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna abu-abu.

79 dari 82

Uji residu desinfektan dalam susu

5.1

Uji Quartenarium Amonium Sulfat (QAS)

5.1.1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan metoda pengujian dengan cara biologis adanya residu quartenarium amonium sulfat (QAS) pada susu segar dengan metoda Kluyver.

5.1.2 Prinsip Mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae akan memfermentasi glukosa dan membentuk gas. Adanya desinfektan akan menghambat proses fermentasi dan proses pembentukan gas.

5.1.3 Bahan a) b) Glukosa Biakan Saccharomyces cerevisiae atau ragi roti.

5.1.4 Peralatan a) b) Tabung reaksi Inkubator

5.1.3 Prosedur a) Tambahkan 2-2,5% glukosa ke dalam contoh susu.

80 dari 82

Uji peroksidase dengan metoda Storch

Ruang lingkup

Standar ini menetapkan metoda pengujian enzim peroksidase yang terdapat dalam susu segar untuk mengetahui adanya indikasi susu telah mengalami pemanasan atau terjadi penambahan susu yang telah dipanaskan di atas 800C.

Prinsip

Enzim peroksidase yang terdapat dalam susu segar/mentah akan terurai dan menjadi tidak aktif apabila susu tersebut dipanaskan pada suhu 70 - 800C. Enzim akan membebaskan oksigen dari larutan H2O2 yang akan dibubuhkan ke dalam susu. Oksigen akan bereaksi dengan zat pemulas dan menyebabkan perubahan warna.

3 a) b)

Pereaksi Larutan H2O2 0,2 - 1%. Larutan paraphenildiamide 2%.

Peralatan

Tabung reaksi.

5 5.1 5.2 5.3 5.4

Prosedur Masukkan 5 ml contoh susu ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes larutan paraphenildiamide 2%. Tambahkan 1 - 4 tetes larutan H2O2 0,2 - 1%. Amati perubahan warna yang terjadi.

81 dari 82

Hasil Uji

Hasil uji dinyatakan dengan hasil positif atau negatif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru. Sedangkan hasil negatif apabila susu tetap berwarna putih, menunjukkan adanya indikasi susu telah mengalami pemanasan atau dicampur dengan susu yang telah dipanaskan di atas suhu 800C.

82 dari 82

Daftar isi

Halaman

Pendahuluan Daftar isi Judul Uji penetapan berat jenis Pengukuran kadar lemak dengan metoda Gerber Perhitungan kadar bahankering tanpa lemak (BKTL) Metoda : 01 Dengan menggunakan rumus Fleischmann Metoda : 02 Dengan menggunakan metoda pengeringan Uji protein menurut Kjeldahl Uji warna, bau, rasa dan kekentalan Uji titrasi keasaman Soxhlet Henkel Uji alkohol Uji katalase Penentuan titik beku Pengukuran angka refraksi metoda Ackermann Uji reduktase Metoda : 01 Uji reduksi biru metilin (Methylen blue reduction tes) Metoda : 02 Uji resazurin Uji sedimen Pengujian cemaran mikroba i 1 1 5 7 7 10 13 16 19 21 23 25 27 30 30 33 35 36

01 - Penentuan angka lempeng total pada 350 C 02 - Perhitungan Coliform dan Escherichia coli 03 - Perhitungan Staphylococcus aureus dengan metoda hitungan cawan 04 - Pengujian Salmonellae Perhitungan jumlah sel radang Metoda langsung Pengujian residu antibiotik I Skrining residu antibiotika Metoda - 1 Metoda - 2 Metoda - 3 II Identifikasi dan kuantifikasi residu antibiotika A Residu Khloramfenikol B Residu tetrasiklin (TC) C Residu Peniciline Uji kebersihan Uji pemalsuan 1 2 3 4 5 Uji terhadap penambahan susu masak Uji terhadap penambahan gula Uji terhadap penambahan pati Uji terhadap penambahan bahan pengawet Uji residu desinfektan dalam susu

37 41 46 48 51 51 53 53 53 57 60 63 64 66 69 71 73 73 74 75 76 80 81

Uji peroksidase dengan metoda Storch

ii

You might also like