You are on page 1of 10

ANALISA KASUS #1 Tajuk Kasus: Gajah TRMS (Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas) Banjarnegara Mati Mengenaskan: Tersetrum Listrik,

Ditemukan Kabel di Mulut. Sumber : Koran Sore Wawasan edisi Kamis Pahing 29 November 2012 a. Sebab Peristiwa (Latar Belakang) Terdapat adanya kemungkinan mengenai kurang memadainya pengelolaan lingkungan dalam TRMS, terutama dalam hal pengawasan margasatwa dan sarana infrastruktur di lokasi. Seekor gajah yang seharusnya menjadi koleksi satwa yang bisa meningkatkan nilai pariwisata TRMS terkesan tidak diperlakukan dalam sistem pengawasan yang memastikannya aman berkehidupan di lingkungan yang disediakan untuknya di TRMS, padahal dalam agama Islam juga tentu ditekankan pentingnya menghargai kehidupan makhluk hidup lain. Gajah tersebut sebagai makhluk hidup memiliki hak yang sama besar dengan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang tentram. Aspek pengawasan margasatwa dan infrastruktur yang perlu diperhatikan lagi antara lain adalah kinerja pawang dalam memastikan kondisi di sekitar kandang serta pengaturan infrastruktur listrik di areal TRMS pada umumnya dan di sekitar lokasi kandang margasatwa pada khusunya. b. Hikmah Peristiwa Setiap nyawa makhluk hidup adalah berharga sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT. tak terkecuali bahkan bagi binatang yang mungkin memang tidak teranugrahi oleh akal seperti halnya manusia. Meski demikian, sebagai umat Islam yang memahami ajaran cinta kasih dalam Islam dan sama-sama mengharapkan kehidupan yang harmonis kita harus menyadari pentingnya kesejahteraan makhluk hidup lain, terutama yang hidup di sekitar kita dan bahkan keberadaannya sebenarnya bisa menguntungkan kita seperti halnya gajah yang tewas ini. Kepedulian terhadap sesama tidak hanya terbatas pada kepedulian terhadap sesama manusia. Tewasnya gajah ini hendaknya juga tidak hanya mengingatkan kita akan itu, namun juga hendaknya membuat kita mengevaluasi kualitas pengelolaan pada lingkungan umum. TRMS sebagai areal yang diperuntukkan untuk umum seharusnya menjadi tempat yang teratur baik untuk bisa menarik masyarakat agar bisa berekreasi dan menghabiskan waktu luang dengan cara yang tidak perlu mahal atau sulit. Keteraturan TRMS yang tercermin baik akan terlihat dari bagaimana pengelolaan lingkungan dalam areal pengunjung maupun yang bukan. c. Pengandaian Dalam Penanganan Peristiwa Jika saya adalah salah satu pihak yang berwenang dalam menindaklanjuti kasus ini, yaitu apabila saya bertindak sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Banjarnegara, saya akan mengusahakan evaluasi dari setiap pihak yang menangani dan terkait dengan peristiwa ini. Pihak-pihak tersebut adalah pengurus dari TRMS, perwakilan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Jateng, Mapolres Banjarnegara, sampai pada dokter hewan, pawang, dan petugas infrastruktur yang bertugas di TRMS. Kejadian tewasnya gajah ini memang sudah tak terhindarkan jika memang sudah ditakdirkan, namun bukan berarti tewasnya gajah tersebut tidak mengharuskan saya sebagai Kepala Dinbudpar untuk tidak melihat persitiwa ini sebagai tanda tanya besar dalam kualitas pengelolaan lingkungan pariwisata dan sumber daya yang terkait. Terlebih dulu saya akan mengusahakan penjelasan dari perwakilan BKSDA mengenai bagaimana pengawasan dan penegasan aturan mereka terutama dalam pengelolaan sumber
1

daya alam di Banjarnegara, dan saya akan meminta agar setelah peristiwa ini perlu dilakukan pengawasan dan pengurusan yang lebih terintegrasi dengan pihak TRMS dan tempat-tempat lain. Hasil autopsi dari gajah yang tewas itu juga akan saya minta untuk dievaluasi apakah barangkali terdapat kemungkinan kelalaian lain yang menjadi penyebab dan berhubungan dengan masalah pengurusan SDA (seperti kondisi keamanan di sekitar kandang, contohnya) yang jika benar demikian berarti harus dilakukan evaluasi tegas. Selanjutnya, dari pengurus TRMS termasuk pemimpin pengurus TRMS, dokter hewan, pawang, dan petugas infrastruktur akan saya berikan evaluasi baik itu tertulis ataupun lisan mengenai pentingnya mengintrospeksi kinerja mereka di bidang masing-masing. Alangkah baiknya jika mereka bisa bekerja sama mengusahakan lingkungan TRMS menjadi lebih kondusif dengan menggabungkan kemampuan mereka dan bekerjasama. Setiap dari mereka saling mengawasi agar tugas masing-masing dalam memastikan kekondusifan TRMS bagi pengunjung ataupun margasatwa tetap berjalan dan tidak meninggalkan celah yang membahayakan. Setiap evaluasi akan saya lakukan dengan alasan pentingnya kesadaran akan pentingnya kepastian kondisi areal pariwisata yang harus selalu terjaga, dan peran komunikasi dan kerjasama dengan demikian menjadi sangat penting untuk mewujudkannya. d. Solusi Mengusahakan terjaganya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama dalam kepengurusan TRMS antara pengurus dari TRMS itu sendiri dan pengawasan dari BKSDA. Pawang beserta dokter hewan harus senantiasa memastikan koleksi satwa aman, terjaga di arealnya, termasuk juga memerhatikan pengorganisasian infrastruktur di sekitar areal koleksi satwa agar tidak mengganggu kehidupan satwa maupun pengunjung. Tentunya dokter hewan dan pawang sudah cukup berpengetahuan untuk bisa menegaskan batas tertentu akan apa saja yang ada di sekitar lokasi koleksi satwa dan pengunjung. BKSDA sebaiknya mengusahakan pengecekan teratur terhadap pengelolaan SDA di TRMS sebagai pihak yang mengetahui ketentuan perundang-undangan dalam hal ini agar kejadian serupa bahkan lebih buruk seperti ini tidak terjadi kembali.

ANALISA KASUS #2 Tajuk Kasus: Seusai Jajan Roti di Warung Dekat Sekolahan: 5 Siswa SD Keracunan. Sumber : Koran Sore Wawasan edisi Kamis Pahing 29 November 2012 a. Sebab Peristiwa (Latar Belakang) Selama ini bagaimana pentingnya perhatian dan pengawasan terhadap apa yang dikonsumsi anak baik di sekolah atau di rumah bukan lagi merupakan hal yang tidak kita tahu, namun peristiwa keracunan seperti ini ternyata masih terjadi. Sebagai orangtua dan guru akan diterima suatu tanggungjawab tak terhindarkan untuk selalu membimbing dan mengawasi anak-anak mereka dengan segala kendala. Untuk peristiwa ini, terdapat kemungkinan masih kurang kuatnya penegasan pada anak-anak tersebut akan pentingnya berhati-hati dalam membeli jajanan di luar rumah. Meski demikian, setiap orang yang sudah berupaya juga hanya bisa berserah diri pada Allah SWT, mengenai kelanjutan dari upaya mereka. Di sisi lain, dorongan hati nurani mulia seorang guru dan orangtua tidak akan membuat mereka harus diperintah atau diberitahu untuk selalu mengingatkan dan mengawasi anak-anaknya tentang bagaimana mereka bisa beraktivitas di luar, seperti membali makanan bersama teman-teman, contohnya seperti dalam peristiwa ini. Terdapat juga kemungkinan dari betapa peringatan dan nasihat orangtua dan guru bisa datang tak henti-henti dan karenanya mungkin lama-kelamaan tidak benar-benar diperhatikan oleh ketidaktahuan anak-anak tersebut sampai akhirnya mereka mengalami kejadian tak menyenangkan yang mengingatkan mereka atas nasihat yang selalu diberitahukan pada mereka. Sementara jika meninjau dari keadaan di luar, sekarang ini memang sulit untuk melakukan kontrol terhadap peredaran dan pengonsumsian jajanan yang merajalela di kalangan umum. Semakin banyak produk ditawarkan dalam berbagai bentuk dan variasi, bukan pekerjaan mudah untuk bisa menyaring mana yang baik untuk diperjuabelikan ataupun tidak. b. Hikmah Peristiwa Kasih sayang dari seorang orangtua dan anak hendaknya selalu dilandasi saling pengertian, karena seringkali bentuk dari kasih sayang tidaklah dalam sesuatu yang senantiasa manis. Kadangkala perhatian besar dari orangtua dan guru lama kelamaan hanyalah menjadi angin lalu dan sumber kejemuan, inilah yang harus dipetik menjadi hikmah dan introspeksi baik bagi orangtua maupun anak akan pentingnya saling pemahaman dan pengertian dalam pengekspresian kasih sayang. Islam juga mengajarkan kelemahlembutan dalam berperilaku, dan dalam mengingatkan anak-anak juga sekehendaknya pun demikian. Hikmah lainnya adalah betapa pentingnya kehati-hatian kita menghadapi ramainya arus sirkulasi bermacam-macam hal di lingkungan luar, ketika sebaiknya kita jangan hanya mengharapkan penanganan dari tempat yang paling tinggi namun selalu mengusahakan kewaspadaan dan pencegahan dimulai dari yang terdekat. c. Pengandaian Dalam Penanganan Peristiwa Posisi yang dijadikan dalam pengandaian saya mengenai penanganan kasus ini adalah sebagai Kepala Sekolah Dasar yang bersangkutan. Kelangsungan kondisi kesehatan murid dalam sekolah saya tidak kalah penting dengan kelangsungan anak saya sendiri, jika diumpamakan. Bagaimana kelima siswa dari SD yang saya kepalai keracunan sudah di luar kekuasaan saya untuk bisa mencegahnya, maka saya akan menekankan pada penanganan pada penyelesaian masalah, evaluasi, dan tindakan pencegahan. Saya akan menggunakan komunikasi antara saya, guru, dan orangtua sebagai medianya.

Supaya lebih transparan saya akan mengusahakan adanya pertemuan antara saya, rekan guru/karyawan beserta orangtua siswa untuk membicarakan masalah pengaturan pengawasan terhadap anak di lingkungan yang dipegang masing-masing (guru di sekolah, orangtua di rumah). Evaluasi tentunya tak akan terhindarkan dalam hal ini, dimana hal yang dibahas adalah bagaimana cara pengawasan selama ini terhadap anak apakah sudah cukup efektif atau tidak sampai peristiwa sedemikian terjadi. Selanjutnya akan dibahas mengenai langkah selanjutnya setelah persitiwa ini agar keefektifan pengawasan bisa lebih meningkat. Penanganan saya akan lebih pada aspek evaluatif dan preventif terhadap kejadian serupa dengan menekankan pentingnya koordinasi, komunikasi, dan kerjasama. Itulah alasan dari penjabaran dalam penanganan persitiwa ini. d. Solusi Pengupayaan kerjasama antara guru dan orangtua terhadap pengawasan pada anak, terutama dalam jajanan apa yang mereka konsumsi. Orangtua bisa dibilang mempunyai rentang kontinuitas yang lebih ketat dibanding dengan guru dalam bagaimana mereka harus senantiasa mengawasi anak dengan cara yang baik dan tidak disalahartikan. Penting agar orangtua sadar bahwa kesehatan adalah nomor satu bagi anak mereka untuk kehidupan baik yang mereka harapkan sehingga sebenarnya akan paling baik jika orangtua bisa mengomunikasikan kepada anak-anaknya tentang betapa jauh lebih baik untuk tidak jajan di luar. Dalam masalah ini guru di sekolah akan mendukung dengan melakukan sosialisasi tentang bahaya jajan di luar di antara kegiatan belajar mengajar, tentu juga dengan cara yang baik; guru BK bisa membantu mengajarkan guru lainnya mengenai bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak SD itu.

ANALISA KASUS #3 Tajuk Kasus: 15 Warga Terancam Kehilangan Rumah Sumber : Koran Sore Wawasan edisi Kamis Pahing 29 November 2012 a. Sebab Peristiwa (Latar Belakang) Penduduk Kampung Kebonsari Kecamatan Semarang Tengah terancam kehilangan tanah dan rumah yang selama ini sudah mereka tempati karena telah terbukti bahwa tanah tersebut sebenarnya adalah milik perseorangan, dan warga tidak memiliki sertifikat atas tanah tersebut. Selama ini warga membayar sewa tanah kepada pemilik tanah sampai akhirnya membentuk perkampungan sendiri di atas tanah tersebut. Warga memang menyewa tanah tersebut, namun ternyata mereka mendirikan rumah dan perkampungan dalam posisi sebagai penyewa, lalu kemudian pemilik asli tanah tersebut menggugat. Dalam peristiwa ini bisa terdapat kemungkinan adanya hal yang harus dikaji mengenai pengaturan kesepakatan penggunaan, kepemilikan, dan sewa tanah yang seharusnya mengikuti hukum Islam. b. Hikmah Peristiwa Dalam permasalahan mengenai hak milik seseorang, terutama yang bernilai tinggi seperti harta berupa tanah akan diperlukan penanganan yang paling baik berdasarkan hukum, terutamanya hukum negara dan hukum Islam agar tidak memberikan kerugian pada tiap pihak. Masing-masing tentu punya alasan sendiri atas tindakannya demi kesejahteraan masing-masing dan itu perlu evaluasi dari sudut pandang agama dan hukum. c. Pengandaian Dalam Penanganan Persitiwa Posisi yang akan saya gunakan dalam pengandaian penanganan peristiwa ini adalah Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang, dimana kemungkinan saya untuk bertindak berdasarkan hukum negara dan agama bisa menjadi lebih luas dalam menyelesaikan kasus ini. Saya akan memertimbangkan setiap banding, gugatan, dst. dari setiap pihak dan mencocokkannya dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh negara dan agama, maka sudut pandang yang saya ikuti hendaknya tidak bias memihak pada penggugat maupun pada tergugat. Banyak yang harus dikaji lagi dalam proses-proses hukum selanjutnya, antara lain mengenai bagaimana jalannya proses penyewaan tanah tersebut selama ini terhadap warga, apa saja yang disepakati sejak dulu mengenai bagaimana tanah tersebut dimiliki dan dipakai, dan masih banyak lagi. Apakah terdapat kesalahan dan ketidaksesuaian? Jika ternyata memang ada, maka kesalahan adalah suatu kesalahan dan siapa yang melakukannya harus menanggung konsekuensinya sesuai hukum dan ajaran agama, bahwa setiap kesalahan pasti harus dibayar jika masih mengaku sebagai umat yang berkeyakinan. Saya juga sebisa mungkin akan tetap mementingkan aspek saling memahami di antara kedua pihak meskipun mereka dalam posisi yang berlawanan, barangkali dengan kewenangan saya, saya akan bisa memaksa mereka untuk akan tetap memerlakukan satu sama lain dengan hormat dan tidak saling menjatuhkan atau berorientasi mengambil keuntungan mutlak. Meski demikian, apa yang menjadi hak dan kewajiban dari setiap pihak juga tidak bisa diabaikan, bahkan bagi pihak yang nantinya terputuskan sebagai yang harus memberikan kompensasi. Apa yang saya usahakan adalah proses pengadilan yang sejelas dan setegas mungkin, sebagai aparat hukum dan umat yang beragama. d. Solusi

Proses hukum yang sesuai prosedur harus diberikan tanpa memberikan pemberatan pada satu pihak, dan semuanya didasarkan pada hukum negara dan agama. Pengajuan dari tiap pihak akan sama-sama melewati pembahasan dari sudut pandang hukum dan agama, dilihat darimana dasarnya dan kemudian akan ditarik jalan tengah berdasarkan hukum dan agama. Meskipun barangkali nantinya terdapat kemungkinan adanya tindak tegas, pihak yang bertanggungjawab akan dipastikan tetap memiliki kesempatan untuk memersiapkan pertanggungjawaban mereka sesuai kesepakatan resmi yang bisa diatur setelahnya. Pada akhirnya, memang tidak bisa dipungkiri bahwa tiada yang bisa memberikan keadilan sejati selain Allah SWT, namun sudah sekehendaknya sebagai umat Islam yang beriman kita tetap berupaya adil dalam memecahkan permasalahan.

ANALISA KASUS #4 Tajuk Kasus: 16 Motor Curian Ditemukan di Kebun Sumber : Koran Sore Wawasan edisi Kamis Pahing 29 November 2012 a. Sebab Peristiwa (Latar Belakang) Maraknya kasus curanmor (pencurian kendaraan bermotor) memang merupakan salah satu hal yang meresahkan masyarakat, seiring dengan kebutuhan akan alat transportasi yang semakin meningkat namun ternyata juga diikuti angka kriminalitas. Aparat kepolisian sudah berupaya sebisanya melakukan penggrebekan seperti dalam kejadian ini, dan seperti dalam kejadian ini pula ternyata jumlah kejadian curanmor tidaklah sedikit. Maka barangkali hal yang bisa disorot sebagai penyebab persitiwa ini adalah kualitas moral-keimanan masyarakat yang tidak bisa mendengarkan hati nurani mereka bahwa mengambil milik orang lain adalah dosa dalam Islam, dan sekehendaknya apabila menginginkan sesuatu (misalnya motor, dalam kasus ini) maka yang seharusnya dilakukan adalah berusaha bekerja berdoa agar bisa memerolehnya dengan halal bukan dengan mengambil jalan pintas dengan mencuri. Mencuri di sini juga bisa dibilang merupakan wujud ketidakmampuan untuk mengendalikan hawa nafsu materi untuk memiliki kendaraan bermotor yang bisa dibilang sangat lumrah dibutuhkan. Namun maraknya curanmor juga tidak lepas dari faktor kesadaran dan kepekaan masyarakat untuk menjaga keamanan milik pribadi dan kemanan lingkungan. Bisa juga dinyatakan bahwa banyaknya penemuan motor curian ini mengindikasikan rapuhnya kerjasama warga setempat untuk menjaga keamanan lingkungan sekitar, juga kesadaran dari sendiri untuk menjaga apa yang sudah dikaruniakan (menjadi rejeki kita yang belum tentu dimiliki orang lain seperti para pelaku curanmor) dengan baik. b. Hikmah Peristiwa Jadilah senantiasa bersyukur atas apa yang dimiliki, jika pemahaman itu bisa disadari, maka mungkin akan sangat berkurang jumlah dari orang-orang yang lebih memilih mencuri dan orang-orang yang tidak menjaga kepunyaannya dengan baik/ceroboh. Sebagai umat yang beriman dan dibekali hati nurani, kita harus mempu melihat dan menghadapi sesuatu bukan berdasarkan cara nafsu kita menghadapinya. Jika ingin sukses memiliki motor sendiri atau berjualan motor maka berikhtiarlah bukannya mencuri agar lebih cepat, dan jika sangat menyayangi motornya maka jagalah motor itu dengan baik, jangan pamer dan bersikap cuek di lingkungan yang ditinggali, ingatkan juga tetangga dan sekitar untuk saling menjaga kekondusifan lingkungan, karena siapa yang tidak ingin hidup di lingkungan yang bebas ancaman pencurian? c. Pengandaian Dalam Penanganan Peristiwa Posisi berwenang yang akan saya ambil dalam penanganan persitiwa ini adalah Kapolsek setempat yaitu Kapolsek Tembalang. Saya akan menggunakan kewenangan yang saya miliki untuk mengingatkan dan mengomunikasikan pada warga Tembalang melalui Ketua RT atau pihak mana saja yang sesuai mengenai betapa peran kepolisian saja tidak akan cukup untuk memastikan keamanan suatu daerah. Tentu setelah pelaku curanmor juga saya kenai proses pengadilan baik moral maupun hukum, selanjutnya saya akan mengarahkan perhatian pada peran masyarakat yang bersedia bekerjasama demi kehidupan yang lebih tenteram akan berdampak lebih baik bagi semua. Terlebih di daerah seperti Tembalang yang ramai dengan mahasiswa pula, usia muda yang diikuti kenekatan yang tidak benar bisa meningkatkan resiko, maka barangkali mungkin saya juga akan memberikan semacam instruksi kepada petugas yang saya bawahi agar dari mulai petugas siskamling sampai pemuda penghuni kos-kosan bisa diberikan pengertian dan
7

peringatan betapa pentingnya bekerjasama membangun keamanan di lingkungan hidupnya sendiri. Pertanyaannya pun kembali lagi pada siapa lagi yang sebenarnya dirugikan karena curanmor kalau bukan warga sendiri? Di sinilah inti yang saya maksud yang berupa gabungan dari kesadaran, kerjasama, dan komunikasi sebagai bentuk penanganan persitiwa dan pencegahan peristiwa serupa agar tidak terjadi dan semoga bisa menjadi solusi yang bisa berjalan baik. d. Solusi Sosialisasi dengan pihak petugas kepolisian, ketua RT di lingkungan sekitar (atau siapa saja yang sesuai untuk mewakili suatu lingkungan dan bisa dipercaya untuk meneruskan instruksi sampai ke lapisan paling bawah), serta pada masyarakat mengenai pentingnya kesadaran moralitas dan iman dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Sosialisasi bisa dilakukan setelah atau beriringan dengan proses edukasi pemasyarakatan yang diterapkan pada pelaku yang berhasil terjaring karena sifatnya yang fleksibel. Metode sosialisasi juga tidak melulu harus melalui suatu forum tersendiri, misalnya dengan melakukan kunjungan ke mesjid setempat dan berkomunikasi dengan ulama setempat untuk bersama-sama menyampaikan kesadaran iman dan moral pada generasi muda di sekitar pun sosialisasi bisa dilakukan.

ANALISA KASUS #5 Tajuk Kasus: Motor Vs Motor, 1 Tewas 1 Kritis Sumber : Koran Sore Wawasan edisi Kamis Pahing 29 November 2012 a. Sebab Peristiwa (Latar Belakang) Tabrakan antara dua motor tak bisa dihindari terjadi di suatu daerah di Purbalingga, Jawa Tengah dan menewaskan seorang pemuda yang masih berusia enam belas tahun, dan itu bermula dari upaya korban untuk menyalip motor lain dengan cara yang barangkali tidak berhati-hati dan berakhir mencelakai jiwanya hingga melayang. Tak bisa dipungkiri bahwa maraknya penggunaan sepeda motor sudah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan, karena bahkan tanpa SIM dan atau masih di bawah umur pun sudah banyak yang berani melaju di jalan raya dengan motor kebanggan, entah atas nama ingin bisa kemana-mana sendiri dengan cepat atau alasan lainnya. Apapun itu, peristiwa ini menjadi sebuah refleksi dari kondisi moral masyarakat kita dalam menyadari peraturan berlalu lintas yang berlaku, serta pada kondisi pemahaman dalam keimanan mengenai sikap berhati-hati di luar agar tidak mencelakai diri sendiri dan sesama umat yang hidup bersama dan berdampingan. b. Hikmah Peristiwa Kesadaran mengenai bagaimana sebagai sebuah umat, masyarakat akan selalu dibutuhkan perhatian mengenai pentingnya mengikuti peraturan umum yang berlaku adalah sangat penting, khususnya peraturan dalam berlalu-lintas sebagai pengguna jalan raya, sebagai pengendara yang melaju di jalan raya bersama orang-orang lain yang berhak sama; yaitu aman dan selamat di jalan. Bukankah Islam mengajarkan dan menghendaki ketertiban dan kehidupan yang langgeng di tengah-tengah umatnya dengan dimulai dengan usaha tiaptiap orang beriman untuk bisa mewujudkannya bersama dalam kehidupan masyarakat. c. Pengandaian Dalam Penanganan Peristiwa Posisi berwenang yang akan diambil dalam pengandaian penanganan peristiwa ini adalah sebagai Kasatlantas (Kepala Satuan Lalu-Lintas) Purbalingga. Tindakan yang saya usahakan adalah salah satunya mengevaluasi kinerja bawahan saya terlebih dahulu dalam bagaimana kami sudah mengawasi keteraturan lalu-lintas di jalan, karena bisa dibilang bahwa kecelakaan ini adalah tanda bahwa pengawasan kami terhadap pemastian terlaksananya peraturan berlalu-lintas masih kurang. Bukan pekerjaan mudah untuk bisa menjamin setiap pengguna jalan mematuhi aturan marka jalan, lampu merah, dan lain sebagainya meski sebenarnya sudah cukup banyak ada usaha untuk membuat pengguna jalan memahami arti rambu-rambu lalu lintas di jalan. Kecelakaan lalu-lintas angkanya masih selalu tinggi, dan sebagai aparat yang juga bukan Tuhan Yang Maha Mengatur Segalanya saya pun ada dalam posisi yang tidak mudah. Tingginya angka kecelakaan lalu-lintas juga merupakan masalah saya terlepas dari bagaimana jajaran saya sudah mengusahakan pemberian informasi berlalu-lintas yang benar dan sesuai peraturan. Seperti yang bisa didapati dari peristiwa kecelakaan ini, yaitu dari korban yang ternyata masih berusia enam belas tahun tapi sudah mengebut mengendarai motor sendiri, ini menunjukkan bahwa penegakan peraturan lalu-lintas masih sangat longgar. Maka dari itu saya akan menginstruksikan jajaran saya yang berpatroli lalu-lintas untuk selalu memasang perhatian dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, bahwa bila ada pengendara yang mengebut bisa menjadi resiko fatal nantinya. Begitu juga dengan pelanggaran-pelanggaran lainnya sekecil apapun itu.

Memang benar bahwa yang terjadi sudah tak bisa dibah kembali, maka yang selanjutnya bisa dilakukan dengan kemampuan adalah berusaha mengevaluasi diri dan memberikan pencegahan akan peristiwa serupa berdasarkan niat baik untuk kehidupan bersama. d. Solusi Menggalakkan patroli lalu-lintas yang tegas dan bertanggungjawab, serta menggalakkan sosialisasi pentingnya mematuhi peraturan berlalu-lintas kepada masyarakat. Penempatan petugas yang berpatroli akan diberikan secara merata, terutama di jalan-jalan besar dan ramai yang rawan kecelakaan. Perlu pula secara teratur dilakukan pengecekan dokumen kendaraan bermotor pada pengendara, bisa ketika lampu merah ketika kendaraan bisa berhenti cukup lama. Cara lain adalah melakukan pendekatan pada masyarakat sekitar dengan tetap membawa tanggung jawab sebagai aparat kepolisian ketika berbaur dalam lingkungan masyarakat seperti lingkungan kampung atau mesjid, setelah kecelakaan ini mungkin bisa dilakukan semacam proses komunikasi pada masyarakat sekitar tempat korban tinggal dengan mendatangi tahlilan tewasnya korban dan mengingatkan warga yang lain. Tindakan ini juga sekaligus menjadi sarana untuk menunjukkan itikad baik dari kepolisian terhadap masyarakat.

10

You might also like