You are on page 1of 44

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran matematika dapat membentuk pola pikir peserta didik karena matematika dapat melatih siswa untuk berfikir logis dan sistimatis. Bahkan dalam ajaran agama Islam pun keterampilan

matematika sangat dibutuhkan sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Yunus ayat: 5-6:

Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa. Berdasarkan ayat di atas, bahwa matahari dan bulan diciptakan

dengan ketentuan-ketentuan perjalanannya sebagai tolak ukur bagi manusia untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu dengan benar dan

hanya orang yang berpikirlah yang mau untuk mengetahuinya. Begitu pentingnnya ilmu hitung atau ilmu matematika agar manusia itu mudah dalam mendalami ilmu-ilmu lain yang kiranya berguna untuk perkembangan peribadinya. Mengingat pentingnya peranan matematika, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk menigkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam bidang matematika. Usaha yang telah dilakukan diantaranya mengadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), seminar, pelatihan guru, penyempurnaan kurikulum dan lain-lain. Berdasarkanhasil wawancara penulis dengan guru matematika MTsN Model Padusunan Kota Pariaman diperoleh informasi bahwa tujuan pembelajaran matematika belum tercapai secara optimal.Hal ini tampak dari proses pembelajaran matematika di kelas VII yang masih didominasi oleh guru. Proses pembelajaran pada umumnya diawali dengan menjelaskan materi di depan kelas lalu dilanjutkan dengan pemberian contoh soal.Sementara siswa diminta mencatat dan mengerjakan latihan yang ada dalam buku penunjang, sehingga siswa kurang memahami konsep pelajaran yang telah diajarkan. Pada saat memberikan latihan, guru meminta siswa menjawab dan mengerjakan di papan tulis. Siswa yang maju ke depan umumnya adalah siswa yang sama pada setiap pertemuan. Sedangkan guru belum menggunakan cara yang dapat memberikan peluang kepada semua siswa agar mempunyai kesempatan untuk maju ke depan menyelesaikan

latihan. Sehingga siswa yang lainnya malas berfikir dan malas mengeluarkan ide-ide mereka dalam penyelesaian soal matematika, karena telah terbiasa menunggu jawaban yang sudah ada. Akibatnya pembelajaran berlangsung kurang efektif, karena hanya sebagian kecil siswa yang terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu akibatnya adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian mid semester genap siswa kelas VII MTsN Model Padusunan Kota Pariaman tahun ajaran 2010/2011 seperti terlihat pada tabel di bawah ini;

Tabel 1. 1 Ratarata Nilai Ujian Mid Matematika Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 Kelas VII.1 VII.2 VII.3 VII.4

Rata-rata 45,38 40,63 38,85 42,98 Sumber Guru Matematika MTsN Model Padusunan Pariaman Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak dari pada siswa yang sudah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 60.00. Hal ini menunjukkan bahwa secara

keseluruhan penguasaan materi pelajaran yang diperoleh siswa masih rendah. Setelah penulis melihat kondisi di MTsN Model Padusunan Kota Pariaman tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna meningkatakan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar. Guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran harus bersikap lemah lembut dan harus mampu mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan merancang pelaksanaan pembelajaran yang di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran . Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai secara optimal. Strategi merupakan pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar kompetensi siswa dapat tercapai. Pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian dari strategi itu, dalam proses pembelajaran dinamakan dengan metode pembelajaran. Metode yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperoleh keberhasilan dalam proses pembelajaran misalnya metode Round Table yang disertai pemberian Speed Test. Round Table adalah strategi belajar kelompok yang di dalamnya siswa berpartisipasi dalam bentuk tulisan untuk menjawab pertanyaan dalam kelompok secara bergiliran, biasanya ada selembar kertas dan sebuah pena untuk tiap kelompok (Muslim Ibrahim, 2000:52) Untuk menunjang berjalannya proses pembelajaran Round Table dengan baik dan mengetahui sejauhmana pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran atau soal yang didiskusikan maka diadakan tes cepat atau speed tes.

Tes cepat atau speed test bertujuan untuk mangetahui kecepatan siswa menjawab soal dan dapat mengurangi tindak kecurangan dalam test. Ketika speed test berlangsung masing-masing siswa akan sibuk dengan soal mereka karena waktunya dibatasi sehingga siswa tidak akan bisa meminta bantuan kepada temannya . Sesuai dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Hasil Belajar

Matematika Siswa yang Menggunakan Metode Round Table Disertai Speed Test dengan Pembelajaran

Konvensional pada Kelas VII MTsN Model Padusunan Kota Pariaman Tahun Ajaran 2010/2011

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran matematika selama ini yaitu: 1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru. 2. Aktivitas belajar masih rendah. 3. Siswa yang mengerjakan latihan ke depan adalah siswa yang sama tiap pertemuan.

4. Penguasaan materi pelajaran yang diperoleh siswa masih rendah. 5. Siswa kurang memahami konsep pelajaran yang telah di ajarkan. 6. Masih ada siswa yang malas berfikir dan mengerjakan latihan. 7. Hasil belajar siswa rendah. 8. Pembelajaran berlangsung kurang efektif karena sebagian kecil siswa yang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis memberi pembatasan dalam penelitian ini pada rendahnya aktivitas siswa dalam

pembelajaran menyebabkan hasil belajar siswa rendah.Hal ini diperkirakan dapat diatasi dengan menggunakan metode round table disertai pemberian speed test.

D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa yang

menggunakan metode Round Table disertai Speed Test lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII MTsN Model Padusunan Kota Pariaman Tahun Ajaran

2010/2011

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa dengan

metode Round Table disertai Speed Test lebih baik dari pada hasil belajar Matematika siswa dengan Pembelajaran

Konvensional pada siswa kelas VII MTsN Model Padusunan Kota Pariaman Tahun Ajaran 2010/2011.

F. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai bekal pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis yang akan diterapkan di sekolah tempat penulis mengajar nanti. 2. Sebagai bahan informasi bagi guru di MTsN

Model Padusunan Kota Padang dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

3.

Bahan masukan bagi guru Bidang Studi proses pembelajaran,

matematika untuk meningkatkan

agar siswa dapat memahami pelajaran dengan cepat. BAB II KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoretis 1 Tinjauan Tentang Pembelajaran Belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau peristiwa. Kegiatan aktif seperti ini dapat menimbulkan perubahan tingkah laku siswa. Muhammad Ali (1996 : 14) mengemukakan definisi belajar sebagai proses perubahan tingkah laku siswa akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Orang yang belajar memiliki ciri-ciri perubahan tingkah laku seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2003 : 3) yaitu: 1) Perubahan yang terjadi secara sadar. 2) Perubahan dalam belajar yang terjadi secara kontiniu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat tetap. 4) Perubahan belajar bersifat aktif dan positif. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah.

6) Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek.

Selanjutnya dalam belajar setidaknya muncul beberapa dimensi dan indikator berikut: a. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap

tingkah laku dan keterampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai tujuan yang diharapkan. b. komulatif. c. Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat

mental proses. Mental proses adalah serangkaian proses kognitif yang meliputi persepsi, perhatian, mengingat, berpikir, memecahkan masalah, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, maka belajar merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh perubahan yang meliputi pengetahuan, pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, dan lain sebagainya melalui latihan dan pengalaman. Pembelajaran melibatkan dua pihak yaitu, guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus yaitu mengajar dan belajar (teaching and learning). Pembelajaran menurut Fontana dalam

Suherman (2001:7) Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberikan nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Sementara Hamalik dalam Ismail (2008:9) mendefenisikan:

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut menurut Mulyasa dalam Ismail (2008:10): Pembelajaran pada hakikatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Jadi pembelajaran itu terkait dengan bagaimana guru membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan didorong oleh kemauannya sendiri. 2 Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Pembelajaran Pembelajaran matematika, adalah menurut usaha Muliyardi siswa (2003:3) untuk

matematika

membantu

mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali. Dari pendapat Muliyardi ini terlihat bahwa dalam pembelajaran matematika guru hanya berperan mendorong dan memfasilitasi siswa dalam belajar, sedangkan dalam prosesnya siswa yang

10

berperan aktif sehingga mampu membentuk atau mengkontruksi pengetahuan bagi dirinya sendiri. Proses pembelajaran matematika harus mencerminkan komunikasi yang sejalan dan searah serta bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pembelajaran matematika adalah:

a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta coba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik dalam menjelaskan gagasan tersebut. Supaya proses iteraksi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran berjalan dengan baik, maka seorang guru dalam mengajarkan matematika harus memperhatikan hal-hal yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa, antara lain penguasaan materi dan cara penyampaiannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hudojo (1988:7) sebagai berikut: Seorang pengajar matematika yang tidak menguasai materi matematika yang diajarkan, tidak mungkin ia dapat mengajar matematika dengan baik. Demikian juga yang tidak menguasai berbagai cara

11

penyampaian, ia harus mengajar terselesainya bahan yang akan diajarkan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan peserta didik. Berdasarkan pendapat di atas bahwa keberhasilan siswa dalam menguasai materi juga menunjukkan keberhasilan guru dalam memberikan pelajaran. Ciri utama pembelajaran matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian,

pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. 3 Perlunya Aktivitas Siswa dalam Belajar Di setiap proses pembelajaran perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, learning by doing. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sardiman (2001: 93) bahwa Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Sejalan dengan itu Sardiman A.M (2001: 1996)

mengemukakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

12

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas sangat penting pada pembelajaran, begitu juga dalam pembelajaran matematika, baik aktivitas kelompok maupun secara individual. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa tidak hanya cukup dengan mendengar dan mencatat kemudian mengerjakan latihan saja. Menurut Paul. B. Diedrich yang dikutip Sardiman (2003: 99) bahwa Terdapat banyak kegiatan siswa dalam belajar. diantaranya : 1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,diskusi dan interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, misalnya, melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain. 7) Mental activities, sebagai contoh menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, membuat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Menurut Suherman (2003: 299) bahwa Belajar matematika tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together. Sedangkan menurut Sardiman A.M (2001: 96) bahwa setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Berdasarkan kutipan di

13

atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika aktivitas siswa sangat penting, siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui, tapi juga berbuat bahkan siswa juga dituntut untuk hidup dengan matematika itu sendiri. Dalam pembelajaran matematika tidak cukup hanya satu aktivitas saja yang dilakukan siswa, melainkan banyak aktivitas yang dapat dilakukan. Merujuk pada pendapat Paul. B. Diedrich di atas maka aktivitas yang sering dilakukan siswa dalam pembelajaran matematika adalah antara lain, oral activities, drawing activities, dan mental activities. Kegiatan itu tidak dapat dilakukan secara terpisah melainkan dilakukan secara beriringan. Karena keterbatasan waktu dan tenaga yang penulis miliki maka aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah : a) Visual activities melalui aktivitas siswa dalam memperhatikan

penjelasan guru. b) Listening activities melalui aktivitas siswa dalam

mendiskusikan jawaban soal. c) Oral activities melalui aktivitas siswa dalam mengajukan

pertanyaan, mengeluarkan ide atau menjawab pertanyaan yang diajukan selama proses pembelajaran berlangsung, mendiskusikan,

mempresentasikan materi. d) Mental activities melalui aktivitas siswa dalam menjawab/

menanggapi pertanyaan.

14

4. Tinjauan tentang Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (1989 : 7) bahwa hasil belajar terbagi kepada tiga macam yaitu: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, dan dan cita-cita. Prayitno (1973 : 33) mengemukakan hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil dari adanya proses belajar. Jadi hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dalam rangka menyelesaikan suatu program pendidikan. Senada dengan pendapat diatas, Winkel (1987 : 36) mengemukakan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam (3) Sikap

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Hasil belajar yang diperoleh melalui proses pembelajaran dapat diketahui dengan menggunakan tes, hasil tes ini kemudian diolah guru. Tujuan penilaian hasil belajar menurut Arikunto (2005 : 10) adalah : Untuk mengetahui apakah materi yang telah diberikan dapat dipahami siswa dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum Selain itu hasil belajar juga dapat digunakan untuk melihat ketuntasan belajar siswa. Penilaian hasil belajar dapat mengetahui sejauh mana

15

keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai konsep atau prinsip dari materi pelajaran yang diberikan. Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diamati dan diukur serta berlaku dalam waktu yang relatif lama dan tercapai dengan usaha sadar, berkat latihan dan pengalaman. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik bahwa hasil belajar merupakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa di sekolah dinyatakan dengan angka-angka, hasil belajar ini diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk menilai berbagai pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, serta sikap siswa selama waktu tertentu dari proses belajar yang diikutinya. 5. Pembelajaran Round Table Round Table adalalah strategi Cooperatif Learning yang dalamnya siswa berpartisipasi dalam bentuk tulisan untuk menjawab pertanyaan dalam kelompok sacara bergiliran, biasanya ada selembar kertas dan sebuah pena untuk setiap kelompok (Muslim Ibrahim,2000:52). Seseorang memberikan jawaban secara tertulis pada kertas yang telah disediakan, setelah itu pena dan kertas tersebut digilirkan pada siswa di sampingnya. Masing-masing siswa memberikan kontribusi jawabannya pada kertas yang telah disediakan.

16

Langkah-langkah yang digunakan dalam bentuk Round Table menurut Muslim Ibrahim (2000:52) adalah: 1) Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang 2) Tiap anggota kelompok diberi nomor 3) Guru atau siswa menyiapkan 1 lembar kertas dan 1 buah pena dalam satu kelompok 4) Guru memberikan tugas kepada siswa 5) Siswa diberi kesempatan belajar dan bekerja 6) Setiap siswa dalam kelompok memberikan jawaban secara tertulis selama tiga menit dimulai dari siswa berkemampuan rendah (nomor 1), dilanjutkan oleh siswa berkemampuan sedang (nomor 2 dan 3) diakhiri oleh siswa yang berkemampuan tinggi (nomor 4) dalam kertas yang telah disediakan 7) Kelompok menentukan jawaban dari hasil diskusi 8) Guru memilih kelompok secara acak untuk memberikan jawaban, guru memanggil anggota kelompok yang bernomor sama dengan nomor soal yang dibahas untuk memberikan jawaban pada seluruh kelompok, sedangkan kelompok lain ditunjuk secara acak sebagai penaggap atas jawaban anggota kelompok yang ditunjuk. Berdasarkan uraian di atas metode pembelajaran bentuk Round Table dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran untuk

mengembangkan kemampuan dan keterampilan akademik siswa.

17

Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Muslim Ibrahim (2005:52). Dengan menggunakan Speed test untuk mengetahui sejauhmana pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran. Guru menunjuk siswa dengan memanggil nomor anggota kelompok yang sesuai untuk memberi kontribusi jawaban pada seluruh kelompok, sedangkan kelompok lain ditunjuk secara acak sebagai penanggapan atas jawaban anggota kelompok yang dipanggil. 6. Speed Test Untuk mengukur kemampuan atau pun prestasi siswa dalam belajar matematika guru memakai tes sebagai alat evaluasinya. Mengenai defenisi tes, Bistok Sirait (1998:136) mengemukakan bahwa: Tes adalah sebuah alat,upaya,atau prosedur yang mengemukakan sejumlah tugas-tugas yang akan dijawab oleh siswa yang hasilnya akan dipakai untuk mengukur sifatsifat kualitas yang sudah dirinci. Kalau tes biasa lebih mengutamakan kekuatan atau kemampuan dari peserta tes maka speed test mengandalkan kecepatan peserta. Menurut Bistok Sorait (1989:154) Speed test adalah tes yang digunakan, direncanakan memastikan seberapa cepat siswa dapat mengerjakan serangkaian tuga-tugas yang mudah. Speed test adalah salah satu alat evaluasi yang berguna untuk mengetahui prestasi atau hasil belajar siswa. Speed test merupakan Tes yang digunakan untuk mengetahui kecepatan seseorang dalam menyelesaikan soal-

18

soal

yang

diberikan

dengan

waktu

terbatas.

Masidjo

(1995:54)

mengemukakan bahwa : Speed test merupakan suatu tes dimana yang dipentingkan adalah kecepatan menjawab,biasanya diukur dalam bentuk banyaknya jumlah soal yang mampu dikerjakan siswa dalam waktu yang tersedia.

Selain untuk mengetahui kecepatan siswa dalam mengerjakan soal, Speed test juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampiam siswa secara umum. Keuntungan Speed test adalah dapat mengurangi tindak kecurangan dalam test karena waktunya yang sedikit, sehingga hasil yang diperoleh murni dari hasil kerja siswa itu sendiri, bukan karena melihat buku atau bertanya pada teman. Jadi dengan adanya Speed test, siswa termotivasi untuk belajar lebih baik, sebab siswa yang kurang pandai atau malas belajar tidak dapat minta bantuan dari teman yang lain selama pelaksanaan Speed test berlangsung karena siswa sibuk dengan pekerjaan masing-masing untuk mengejar waktu. Pada penelitian ini speed test dilaksanakan pada akhir pembelajaran. 7. Pembelajaran Konvensional Istilah konvensional dalam Kamus besar Bahasa Indonesia berarti Pemufakatan atau kelaziman atau sesuatu yang telah menjadi kebiasaan. Menurut Nasution (2000 : 209), ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut :

19

a. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik. b. Penyajian bahan pelajaran disajikan secara berkelompok, tanpa memperhatikan murid secara individual. c. Kegiatan instruksional kebanyakan berbentuk ceramah. d. Pengalaman belajar berorientasi pada kegiatan guru. e. Partisipasi murid kebanyakan pasif. f. Kecepatan belajar ditentukan oleh kecepatan guru mengajar. g. Penugasan tidak menyeluruh. h. Penguatan diberikan setelah ulangan atau ujian. i. Keberhasilan belajar dinilai oleh guru secara subjektif. Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berorientasi pada guru dimana siswa hanya menerima saja apa yang dikatakan guru tanpa berusaha sendiri atau mandiri. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran biasa yang dilaksanakan dengan metode ekspositori. Sebagaimana yang dikemukan oleh Erman (2003: 203) yaitu pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus-menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti, guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal. Berdasarkan kutipan di atas, kegiatan guru meliputi menerangkan materi pelajaran di depan kelas secara langsung dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari. Kemudian, guru memberikan contoh

20

soal dan soal-soal latihan kepada siswa serta diakhiri dengan pemberian tugas atau pekerjaan rumah.

B. Penelitian Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Reni Oktria (2009), dengan judul Studi Tentang Penggunaan Metode Pembelajaran Round Table disertai pemberian speed test dalam pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 22 Padang Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian ini memfokuskan penggunaan round table disertai pemberian speed test dalam pembelajaran matematika dan pemberian LKS sebagai media pembelajaran dan speed test diakhir pembelajaran untuk melihat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol. Artinya terdapat pengaruh dalam penggunaan metode round table disertai speed test pada pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 22 Padang Tahun Pelajaran 2008/2009. Sedangkan dalam penelitian ini penulis membatasi masalah mengenai aktivitas dan hasil belajar matematika siswa tanpa menggunakan LKS

C. Kerangka Konseptual

21

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif kegiatan lebih banyak dilakukan siswa, guru hanya membimbing dan membantu siswa dalam pencapaian tujuan belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tidak terpusat pada guru. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif dalam bentuk Round Table.Pada pembelajaran round table siswa berpartisipasi dalam bentuk tulisan untuk menjawab pertanyaan dalam kelompok secara bergiliran. Penggunaan metode pembelajaran bentuk Round Table dapat meningkat hasil belajar matematika siswa lebih baik.Secara sistematis pelaksanaan penelitian ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut: Metode Round Table Disertai Speed Test Siswa PBM Matematika Pembelajaran Konvensional D. Hipotesis Tes

Tes Hasil Belajar

22

Berdasarkan

perumusan

masalah

di

atas,

maka

hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa dengan metode pembelajaran Round Table disertai Speed Test lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran Konvensional pada siswa kelas VII MTsN Model Padusunan Kota Pariaman Tahun Ajaran 2010/2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design dengan rancangan sebagai berikut :

23

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kelompok Perlakuan Eksperimen X Kontrol _ Sumber : Sumadi (2003: 104) Keterangan: X = Penggunaan metode round table T = Tes hasil belajar B. Populasi dan Sampel a. Populasi Sebelum melakukan penelitian, maka terlebih dahulu ditetapkan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTsN Model Padusunan Pariaman yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Jumlah populasi ini disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Distribusi Siswa Kelas VII MTsN Model Padusunan Pariaman No Kelas Jumlah siswa 1. VII. 1 30 2 VII. 2 33 3 VII. 3 31 4 VII. 4 35 Sumber : Guru Matematika MTsN Model Padusunan Pariaman b. Sampel Karena besarnya populasi dan keterbatasan peneliti dalam hal biaya, waktu dan tenaga, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibatasi hanya sebanyak dua kelas yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, agar sampel yang diambil representatif Tes akhir T T

24

artinya yang benar-benar mencerminkan populasi maka pengambilan sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data nilai ujian mid semester 1 siswa kelas VII MTsN Model Padusunan Pariaman Kabupaten Agam b. Nilai yang diperoleh kemudian dilakukan analisis berupa uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kelas sample berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. .Adapun langkahlangkahnya menurut Sudjana (2002 : 466) adalah sebagai berikut : 1. Data X1,X2,X3,......Xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data yang terbesar. 2. Data X1,X2,X3,....Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3,.....Zn

dengan rumus Keterangan:

Z1 =

Xi X S

Xi : Skor yang diperoleh siswa ke-i X S : Skor rata-rata : Simpangan baku

3. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P{Z Zi).

25

4. Dengan menggunakan porposi Z1,Z2,Z3,.....Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika porposi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka : S ( Z1 ) = banyaknyaZ1, Z 2 , Z 3 .... yang Z i n

5. Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya. 6. Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang disebut dengan Lo. 7. Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis L yang terdapat pada = 0,05 . Kriteria yaitu hipotesis tersebut normal jika Lo lebih kecil dari L. Harga mutlak tersebut dinyatakan dengan Lo untuk menolak atau menerima hipotesis nol dibandingkan antara Lo dengan nilai kritis L pada uji liliefors. Kriteria pengujiannya : Jika L0 < Ltabel berarti data sampel berdistribusi normal Jika L0 > Ltabel berarti data sampel tidak berdistribusi normal c. Melakukan uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan uji Barlett. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang homogen. Adapun langkah-langkah uji Barlett sebagai berikut: 1. Menghitung variansi gabungan dari semua populasi dengan menggunakan rumus:

26

(n 1)S (n 1)
i i

2 i

Dari langkah-langkah tersebut diperoleh nilai varians

gabungan

dari semua populasi S2 kemudian dilogaritmakan sehingga diperoleh log S2 2. Menentukan harga satuan B dengan rumus : B = (log S 2 ) (ni 1) 3. Menggunakan statistik chi-kuadrat dengan rumus: X 2 = (ln 10) { -

(n

1) log S i2 }

Dengan kriteria ujian: Terima H O jika 2 hitung < 2tabel . d. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan rumus : Ax F = K 1 Dx ni 1 Dengan kriteria uji : terima H 0 , jika Fhitung < Ftabel . e. Setelah diperiksa populasi yang normal dan homogen diambil dua kelas secara acak sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uji normalitas, uji homogenitas variansi dan uji kesamaan rata-rata diperoleh bahwa data populasi berdistibusi normal, bervariansi sama dan memiliki kesamaan rata-rata. Tahap berikutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak. Sampel diambil dua kelas yaitu

27

satu untuk kelas eksperimen dan satu lagi untuk kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen terpilih kelas VII.1 dan kelas kontrol VII.2

C. Variabel dan Data 1. Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode round table disertai pemberian speed test dan penggunaan pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. 2. Data Data pada penelitian ini adalah : a. Data Primer, yaitu data yang langsung diambil oleh peneliti dan sumbernya. Data yang diambil yaitu Data hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan round table disertai pemberian speed test dan pembelajaran konvensional. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari orang lain. Data nilai ujian mid semester I kelas VII yang diperoleh dari guru matematika MTsN Model Padusunan Pariaman dan data mengenai jumlah siswa

28

kelas VII yang diperoleh dari tata usaha sebagai populasi dan sampel dalam penelitian ini

D. Prosedur penelitian Untuk mendapatkan data penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Mempersiapkan surat izin penelitian. Menentukan sampel penelitian Menyusun jadwal penelitian. Menentukan materi pelajaran, adapun materi yang peneliti pilih Mempersiapkan perangkat pembelajaran, yaitu Rencana

dalam penelitian adalah pokok bahasan Himpunan. Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal-hal yang mendukung pembelajaran seperti pembagian Membuat kisi-kisi soal untuk tes akhir Mempersiapkan dan menyusun soal-soal tes akhir Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas Mempersiapkan observer untuk mengamati aktivitas siswa. kelompok, kertas ide dan media pembelajaran.

siswa.

29

2. Tahap pelaksanaan 1) Kelas Eksperimen

Pada tahap ini yang dilakukan adalah : a. Guru membuka pelajaran dengan

menyampaikan tujuan diajarkan. b. Siswa

pembelajaran dari materi yang akan

dikondisikan

untuk

memusatkan

perhatian pada pelajaran. c. Guru mengajukan pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang akan dibahas. d. Guru melakukan presentasi materi pelajaran dan

melibatkan siswa untuk aktif melakukan tanya jawab. e. Guru membimbing siswa untuk melakukan

latihan terbimbing f. Guru mengecek pemahaman siswa dengan

menggunakan metode round table untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan : 1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan

berapa banyak topik yang diajarkan. Jika topiknya sedikit, maka ada kelompok yang mendapat topik yang sama. 2) Guru memberikan beberapa kertas kosong yang topik yang berbeda kepada masing-masing bertuliskan kelompok.

30

3)

Di dalam kelompok siswa melakukan diskusi dan apa yang mereka ketahui mengenai topik yang

menuliskan ada di kertas. 4) telah

Kelompok yang pertama menyerahkan kertas yang berisi topik ke kelompok kedua, kelompok kedua

menyerahkan kertas yang telah berisi topik kepada kelompok ketiga dan kelompok ketiga menyerahkan kertas yang berisi topik kepada kelompok berikutnya atau kepada kelompok satu. 5) kelas. g. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan Setelah selesai diskusi salah satu kelompok diminta untuk menjelaskan atau hasil diskusi kelompoknya kedepan

dari apa yang sudah dipelajarinya. h. Guru memberikan kuis kepada siswa mengenai

pelajaran yang sudah dipelajari. i. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menerapkan pemahamannya, dengan meminta siswa untuk menjawab soal-soal yang sudah disediakan sebagai pekerjaan rumah. 2) Kelas kontrol

Pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan secara konvensional dengan langkah sebagai berikut: a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

31

b.

Guru menjelaskan materi secara klasikal dan tanya

jawab mengenai materi yang diberikan c. d. Guru membimbing siswa untuk melakukan latihan Pada akhir pertemuan siswa dibagi beberapa kelompok

dan diberikan soal-soal latihan e. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari apa

yang sudah dipelajarinya dan dilanjutkan dengan pemberian tugas rumah. 3. Tahap akhir Setelah melakukan proses pembelajaran, langkah selanjutnya adalah pemberian tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan tes akhir penulis lakukan setelah pokok bahasan Himpunan setelah diajarkan.

E. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan instrumen penelitian sebagai berikut : Lembar observasi dan tes akhir. Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 3.3 Instrumen Penelitian Objek Penelitian Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa Instruyen Penelitian Lembar Observasi Tes Akhir

32

Berikut akan diuraikan instrumen dalam penelitian ini : 1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara mentelly siswa yang melakukan aktivitas tersebut. Format lembar observasi dapat dilihat pada tabel. Adapun aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut :

Tabel 3.4 Aktivitas Siswa yang Diamati dalam Proses Pembelajaran No 1 2 3 4 Aktivitas yang diamati Visual Activities Listening Activities Oral Activities Mental Activities Aplikasi di kelas Memperhatikan penjelasan guru Mendiskusikan jawaban soal Mengajukan pertanyaan pada saat diskusi di kelas Menjawab atau menanggapi pertanyaan

Jadi aktivitas yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan penjelasan guru 2. Memperhatikan presentasi teman 3. Bertanya pada guru 4. Partisipasi dan menanggapi 5. Berdiskusi

33

2.

Hasil Belajar Pada penelitian ini digunakan tes tertulis dalam bentuk essay. Agar

instrumen merupakan alat ukur yang baik maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun tes yang terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay Penulis menyusun tes yang terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan hasil belajar siswa. b. Membuat batasan terhadap bahan yang akan diujikan. c. Menyusun kisi-kisi hasil belajar matematika. d. Menyusun butir-butir soal menjadi bentuk tes yang akan diujikan. 2. Melaksanakan Uji Coba Tes. Hasil dari suatu penelitian dapat dipercaya apabila data yang digunakan betul-betul akurat atau sudah memiliki validitas, reabilitas dan daya pembeda tinggi. Agar yang disusun itu memiliki kriteria tes yang baik, maka tes tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan tes mana yang memenuhi kriteria tersebut. 3. Analisis Soal Uji Coba nilai

34

Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Validitas Tes Validitas tes adalah seberapa jauh alat atu tes itu dapat mengukur, apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu tes cukup dianalisa dengan validasi isi atau validasi kurikulum. Menurut Suharsimi (2008: 67) Menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validasi isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pengajaran yang diberikan. b. Indeks Kesukaran Soal Indeks kesukaran soal adalah penyelidikan terhadap suatu soal apakah soal tersebut termasuk soal yang mudah, senangatau sukar. Soal yang terlalu mudah dan terlalu sukar harus diganti atau direvisi. Untuk mementukan indeks kesukaran dapat digunakan rumus yang dinyatakan oleh Pratikyo (1985: 14) Ik = Keterangan: I k = indeks kesukaran soal Dt = jumlah skor dari kelompok tinggi Dr = jumlah skor dari kelompok rendah Dt Dr x100% 2mn

35

m = skor setiap soal jika benar n = 27% x N N = banyak peserta tes Kriteria indeks kesukaran soal : Sukar jika Ik < 27% Sedang jika 27% I k 73% Mudah jika I k 7 c. Indeks pembeda (Ip) Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu pandai (berkemampuan rendah). Untuk soal untuk kurang menentukan daya

membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan pembeda soal digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985:11) terlebih dahulu dicari degrees of freedom (df) dengan rumus: (df) = (nt -1) + (nr -1) Dengan nt = nr = 27% x Mt Mr maka Ip = 2 Xt Xr2 n(n 1) Keterangan : Ip Mt = Indeks pembeda soal = Rata-rata skor kelompok tinggi

36

Mr

= Rata-rata skor kelompok rendah


2 t

X X
n N nt nr

= Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah = Jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi = 27 %x N = Banyak pengikut tes = Jumlah siswa kelompok tinggi = Jumlah siswa kelompok rendah

2 r

Suatu soal mempunyai daya pembeda soal yang signifikan jika Iphitung Iptabel dengan derajat bebas

df = (nt 1) + (nr 1), dim ana nt = nr = 27% x N .

d. Kriteria penerimaan soal Untuk menentukan soal yang dipakai, maka ditetapkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985: 16) bahwa : 1. Soal yang baik akan tetap dipakai jika soal tersebut, Ip signifikan dan 0 < Ik 100%. 2. Soal diperbaiki jika : Ip signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0% Ip tidak signifikan dan 0 < Ik 100%

37

3. Soal diganti jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0% e. Reabilitas Tes Reliabilitas adalah ukuran ketepatan alat penilaian dalam mengukur sesuatu yang diukur. Untuk mengukur reliabilitas tes essay digunakan rumus alpha yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 109) yaitu :
2 n i 1 r11 = i n 1

dengan

i =
2

( x )
i

i =
2

( x )
t

keterangan : r11 = Reliabilitas yang dicari


2 i

t n

= Jumlah variansi skor tiap-tiap item = Variansi total = Banyaknya butir soal = Jumlah skor tiap butir soal

x x
N

= Jumah kuadrat skor tiap butir soal = Banyak pengikut tes

Dengan kriteria : 0,80 < r11 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi 0,60 < r11 0,80 Reliabilitas Tinggi

38

0,40 < r11 0,60 Reliabilitas Sedang 0,20 < r11 0,40 Reliabilitas Rendah 0,00 < r11 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah 3. Pelaksanaan Tes Setelah pokok bahasan Himpunan diajarkan, maka dilaksanakan tes akhir. Butir soal yang diberikan adalah butir soal yang sesuai dengan butir kurikulum, memiliki reliabilitas sangat tinggi dan mempunyai indeks pembeda yang signifikan. Tes akhir dilaksanakan pada kedua kelas sampel dengan jadwal yang sama, hal ini dimaksudkan untuk menghindari saling tukar informasi pada kedua kelas yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

F. Teknik Analisis Data 1. Tes Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik t. 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal, digunakan uji Liliefors. Sudjana (1996:466) merumuskan dengan langkah sebagai berikut: a. Data X 1 , X 2 , X 3 ,... X n yang diperoleh dari data yang terkecil hingga data yang terbesar.

39

b.

X 1 , X 2 , X 3 ,... X n dijadikan bilangan baku Z1 , Z 2 , Z 3 ,...Z n dengan

rumus Z1 =

Xi X S

Keterangan: xi x S : Skor yang diperoleh siswa ke-i : Skor rata-rata : Simpangan baku

c. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F ( Z i ) = P ( Z Z i ). d. Dengan menggunakan proporsi Z1 , Z 2 , Z 3 ... yang Z n yang lebih kecil atau sama dengan Z i , jika proporsi ini dinyatakan dengan S ( Z i ) , maka ; S (Zi ) = banyaknya Z i , Z 2 , Z 3 ,... yang Z i n

e. Menghitung selisih F ( Z i ) S ( Z i ) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya. f. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut yang disebut L0 . g. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol maka L0

dibandingkan dengan nilai L yang diambil dari daftar distribusi

40

normal. Kriteria penolakan adalah hipotesis nol melebihi nilai kritis L. 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel memiliki varian yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya diulakukan uji kesamaan dua varians. Uji ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung harga F

dengan rumus : Keterangan : F


2

S F = 12 S2

: Varians kelompok data

Si : Varians hasil belajar kelompok besar


2 S 2 : Varians hasil belajar kelompok kecil

Jika harga sudah didapatkan maka dibandingkan F tersebut dengan harga F yang terdapat dalam daftar distribusi F dengan taraf signifikan 5% dan dk pembilang n1 1 dan dk penyebut n2 1 . Jika F yang dapat dari perhitungan lebih kecil dari pada F yang ada pada tabel maka kedua kelompok data memiliki varians homogen dan sebaliknya. 3. Uji hipotesis

41

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis statistik ( H 0 ) diterima atau ditolak. Hipotesis statistik ( H 0 ) adalah hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak, sehingga

menagakibatkan penerimaan hipotesis kerja yang dilambangkan dengan H i . Untuk mengetahuinya digunakan uji perbedaan dua ratarata perlu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Diperoleh kedua kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, sehingga statistik penguji yang digunakan dalam uji hipotesis adalah: t= S X 1 X 2 1 1 + n1 n 2 (n 1) s1 + (n2 1) s 2 dan s = 1 n1 + n 2 2
2 2 2

Keterangan: x1 : nilai rata-rata kelas eksperimen x2 : nilai rata-rata kelas kontrol S1 : standar deviasi kelas eksperimen S 2 : standar deviasi kelas kontrol S : standar deviasi gabungan n1 : jumlah siswa kelas eksperimen n2 : jumlah siswa kelas kontrol Kriteria pengujian adalah terima H 0 jika :

42

t11 / 2 < t < t11 / 2 pada taraf signifikan 0.05. Tolak H 0 jika thitung > ttabel
Dengan

dk = n1 = n 2 1 dan hal lainnya H 0 ditolak.


(Sudjana, 1992 : 239)

2. Lembar observasi Observasi bertujuan untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data observasi diperoleh dengan cara menghitung jumlah siswa yang melakukan aktivitas sebagaimana terdapat pada lembar observasi. Data tersebut dianalisis dengan teknik persentase yang dinyatakan oleh Sudjana (1992: 130) sebagai berikut : P= Keterangan : P = Persentase aktivitas F = Frekuensi aktivitas N = Jumlah siswa Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses F x100% N

pembelajaran Dimyati dan Mudjiono (1994: 125) memberikan kriteria seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa

43

Kriteria Sedikit sekali Sedikit Banyak Banyak sekali

Tingkat keberhasilan Tidak berhasil Kurang berhasil Berhasil Sangat berhasil

Range persentase 1-25 26-50 51-75 76-100

44

You might also like