You are on page 1of 33

Selasa, 13 Desember 2011

Natrium Benzoat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman isotonik dan makanan kemasan saat ini menjadi kecenderungan konsumsi masyarakat. Publik menilai makanan kemasan dapat membantu tubuh yang kekurangan energi serta mengandung karbohidrat yang dapat mengganti nasi sebagai makanan pokok yang dikonsumsi sedangkanminuman isotonik berfungsi mengganti cairan tubuh yang hilang setelah beraktivitas. Keyakinan itu diperkuat gencarnya produsen makanan dan minuman itu mempromosikan produknya. Cairan tubuh berperan penting dalam metabolisme, di antaranya mengangkut dan menyerap zat-zat gizi di dalam darah, membantu proses pencernaan dan menjaga suhu tubuh. Mengingat fungsinya maka manusia membutuhkan cairan setiap hari untuk mengganti cairan yang keluar melalui pernapasan, keringat, dan urine. Jika cairan yang keluar tidak segera digantikan maka tubuh dapat mengalami dehidrasi. Gejala yang muncul antara lain badan lemas, mata berkunang-kunang hingga konsentrasi menurun. Aktivitas fisik yang

terlampau berat juga bisa menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan yang ditandai dengan gejala mual, lelah, nyeri kepala, muntah, bahkan kejang otot. Perbedaan antara minuman isotonik dan air putih biasa adalah minuman isotonik mengandung berbagai mineral yang diperlukan tubuh, antara lain natrium, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat, vitamin dan sebagainya. Selain itu minuman isotonik dapat segera mengganti cairan tubuh yang hilang (mengganti ion atau elektrolit tubuh). Berdasarkan hasil riset Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet) dan LP3ES menyatakan 70% minuman isotonik mengandung bahan pengawet. Kandungan pengawet yang ditemukan oleh Kombet salah satunya, yaitu natrium benzoat (Suara Karya, 2006). Malasnya masyarakat mengkonsumsi sayur-sayuran dan ikan karena kesibukan kerja serta dapat menghemat biaya, banyak diantaranya lebih memilih mengkonsumsi makanan yang siap saji seperti Mie dan Ikan Kalengan. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak yang diakibatkan jika mengkonsumsi makanan kemasan dan minuman isontonik menyebabkan semakin banyak pula dampak negatif yang didapatkan. Salah satu bahan kimia yang berbahaya

adalah Natrium Benzoat yang digunakan sebagai bahan pengawet untuk makanan atau minuman kemasan.

Dengan adanya fenomena di atas, maka perlu diketahui lebih lanjut tentang pengaruh bahan pengawet natrium benzoat terkait pemakaiannya di dalam makanan kemasan(instan) dan minuman isotonik. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah: 1) Apakah yang dimaksud dengan Natrium Benzoatdan bagaima strukturnya 2) Bagaimanakah peran natrium benzoat dalam makanan kemasan (instan) dan minuman isotonik? 3) Apakah dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian natrium benzoatsebagai bahan pengawet dalam makanan kemasan (instan) dan minuman isotonik? 4) Bagaimana cara menanggulangi dampak yang

diakibatkan oleh pemakaian bahan pengawet natrium benzoat? 5) Bagaimana langkah-langkah dalam memilih makanan kemasan dan minuman isotonikyang aman untuk dikonsumsi? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain adalah: 1) Mengetahui pengertian Natrium Benzoat dan strukturnya 2) Mengetahui peran natrium benzoat dalam minuman isotonik, 3) Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat

pemakaian natrium benzoat sebagai bahan pengawet dalam minuman isotonik, 4) Memperoleh cara penanggulangan terhadap

dampak yang diakibatkan oleh bahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik, dan 5) Mengetahui langkah-langkah dalam memilih makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Struktur Natrium Benzoat Natrium benzoat adalah senyawa yang digunakan sebagai pengawet dalam bentuk garam, dengan ciri-ciriberbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau,dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbaka. Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat atau Natrium Benzoat adalah bahan pengawet untuk yang jus digunakan untuk makanan dan ringan. minuman Sodium serta sangat cocok banyak

buah

maupun

minuman

benzoat

digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai, sirup buah dan lainnya. Sodium benzoat secara alami terdapat pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain. Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang yang tak pada terdisosiasi. pH 2,5-4,0 Memiliki serta fungsi sebagai pertumbuhan anti mikroba dan

optimum

menghambat

kapang

khamir (Nurcahyani, 2005). Struktur Natrium benzoat : C6H5COONa

2.2 Peran Bahan pengawet Natrium Benzoat 2.2.1 Pada makanan Kemasan (instan) Zat Pengawet adalah bahan yang ditambahkan dalam makan dengan tujuan menghambat kerusakan oleh mikroorganisme (bakteri, khamir, kapang) sehingga proses pembusukan atau pengasaman atau penguraian dapat dicegah. Bahan pengawet pada

makanan dan minuman berfungsi

menekan

pertumbuhan

mikroorganisme

yang

merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Pada makanan instan seperti Mie, zat pengawet lebih banyak terdapat pada bumbu penyedap. Hal tersebut karena jika pada bumbu penyedap tidak digunakan pengawet dapat menyebabkan bumbu mudah teroksidasi dengan udara, seperti dapat menyebabkan bumbu menjadi menyatu, dan keras. Adanya zat pengawet sangat membantu penundaan pembusukan pada bumbu penyedap, umumnya zat pengawet yang sering digunakan adalah Natrium Benzoat. Berdasarkan hasil riset, hampir semua Mie Instant seperti Indomie, Mie Sedap dan Sarimi menggunakan bahan pengawet Natrium Benzoat. Garam Natrium Benzoat merupakan bahan pengawet yang banyak digunakan secara luas pada bahan makanan yang bersifat asam. Bahan ini efektif untuk mencegah pertumbuhan khamir, kapang dan bakteri pada tingkat keasaman pH 2.5 - 4.0. US FDA (Food Drug Administration) memuat pengawet benzoat dalam sebagai kategori aman atau GRAS (generally recognized as safe). Penggunaan pada produk makanan diperbolehkan tidak melebihi dari 0.1% atau 1000 ppm (Luthana,2008). 2.2.2 Pada Minuman Isotonik Zat Pengawet adalah bahan yang ditambahkan dalam makan dengan tujuan menghambat kerusakan oleh mikroorganisme (bakteri, khamir, kapang) sehingga proses pembusukan atau pengasaman atau penguraian dapat dicegah. Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Penggunaan dibenarkan. Upaya pengawet tersebut harus usaha) mengikuti dalam takaran yang

produsen ( pelaku

memberikan perlindungan

konsumen sehubungan dengan penggunaan bahan pengawet pada makanan adalah dengan memenuhi ketentuan tentang pengaturan penggunaan pengawet terhadap produk makanannya. Penggunaan pengawet yang diizinkan dan takaran yang benar, diharapkan dapat

memberikan perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan penggunaan zat yang mengandung bahaya. Rumus kimia natrium benzoat yaitu C6H5NaCO2 yang banyak

terdapat pada buah-buahan dan sayuran, termasuk ke dalam zat pengawet organik. Produk pangan yang banyak menggunakan natrium benzoat sebagai pengawet adalah minuman ringan serta produk minuman yang terbuat dari buah. Penambahan pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik tidak dilarang

pemerintah. Namun, produsen hendaknya tidak menambahkan pengawet dengan ukuran

sesuka hati, karena bahan pengawet tersebut akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan (Siswoyo, 2007).
http://hijratulfahmah.blogspot.com/2011/12/natrium-benzoat.html

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh GUSTI ALIF PRASSOJO

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 PURWOKERTO 2009 / 2010

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini. Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu

pula dengan karya tulis ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan. Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa saya memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis ini di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik. Dengan menyelesaikan karya tulis ini saya mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Saya juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar. Daftar Isi...... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Perumusan Masalah.. 1.3 Tujuan Penulisan.. 1.4 Metode Penelitian. 1.5 Manfaat..... BAB II BORAKS 1.6 Pengertian boraks ..... 3 1.7 Dampak dari boraks...... 3

Ii iii 1 1 2 2 2

BAB III FORMALIN 1.8 Pengertian formalin...... 4 1.9 Dampak dari formalin...... 4 BAB IV MENGAPA MENGGUNAKAN BORAKS DAN FORMALIN. BAB V TEHNIK MENANGKAL BORAKS DAN FORMALIN..... 6 BAB VI UPAYA PENCEGAHAN OLEH PEMERINTAH...... 7 BAB VII PENUTUP 2.0 Kesimpulan.. 8 2.1 Saran 8 BAB VIII DAFTAR PUSTAKA ... 9

iii BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa sementara dan manfaat. 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal. Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, saya berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?

2. Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya? 3. Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin? 4. Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan? 5. Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1 1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin. Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses pembuatannya. Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan. Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada makanan.

1.4 Metode Penulisan Pada penulisan karya tulis ini saya menggunakan 2 metode yaitu : 1. Studi Pustaka Penyusunan pengumpulan data dengan membaca sebuah buku dan berbagai macam sumber terpercaya dari internet.Saya membaca sumber sumber tersebut secara intensif pada bagian yang akan disusun dalam pembuatan makalah ini. 2. Pengamatan Saya mengamati secara langsung objek yangakan diteliti dengan cara membelinya angsung dari pedagang.

1.5 Manfaat Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya. Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan. Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.

Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.

2 BAB II BORAKS

1.6 Pengertian

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya. Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.

1.7 Dampak - dampak

Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan : #Tanda dan gejala akut : Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat) #Tanda dan gejala kronis - Nafsu makan menurun - Gangguan pencernaan - Gangguan SSP : bingung dan bodoh REVIEW HANYA SAMPAI DI SINI, SILAHKAN DOWNLOAD UNTUK MELANJUTKAN
http://shaylife.blogspot.com/2010/11/makalah-tentang-boraks-dan-formalin.html

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan bagi semua mahluk hidup termasuk manusia. Makanan dibutuhkan untuk memperoleh energi yang digunakan untuk beraktifitas sehari-hari. Pada umumnya makan hanya mampu bertahan dalam waktu beberapa hari atau beberapa jam sampai makan tidak lagi dapat dikonsumsi sehingga harus dibuang. Untuk pelaku bisnis makanan, hal ini merupakan salah satu kendala yang harus diatasi. Untuk itu diperlukan campuran khusus agar makanan yang diproduksi dapat bertahan lebih lama. Salah satu alternatif agar makanan lebih tahan lama adalah dengan menambahkan bahan pengawet dalam makanan ,seperti formalin. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Disektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid mempunyai banyak manfaat untuk pembersih lantai, kapal, gudang-gudang, pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga. Dalam makalah ini akan dikaji mengenai permasalahan pokok tentang formalin. Mengenai masalah formalin, perhatian pemerintah kita kurang baik, karena selain digunakan dalam sektor industri, formalin juga disalahgunakan untuk keperluan lain seperti pengawetan makanan yang sangat tidak baik apabila di konsumsi oleh tubuh manusia. Formalin sangat berbahaya jika dihirup , mengenai kulit dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka formadehid dapat merusak hati, ginjal, limpa, pankreas ,dll. Disinilah Seringkali ada salah pengertian mengenai pengawet untuk makanan yang seolaholah aman digunakan selama tidak menyebabkan keracunan atau kematian (toksisitas akut), tetapi sebenarnya menyebabkan kerusakan organ tubuh manusia apabila di gunakan dalam jangka panjang (toksisitas kronik). Tujuan Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai antimikroba atau antioksidan yang berfungsi mencegah makanan menjadi tengik, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut . namun penggunaannya harus tetap di batasi . 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang di maksud dengan formalin ? 2. Bagaimana cara pembuatan formalin? 3. Apa saja kegunaan formalin ? 4. Bagaimana ciri-ciri makanan yang mengandung formalin ? 5. Apa saja dampak penggunaan formalin untuk tubuh ? 6. Bagaimana cara menyikapi dan menanggulangi formalin ? 7. Bagaimana cara memberi pertolongan jika keracunan formalin? 1.3 TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui apakah yang di maksud dengan formalin. 2. Mengetahui cara pembuatan formalin 3. Mengetahui apa saja kegunaan formalin. 4. Mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung formalin. 5. Mengetahui dampak penggunaan formalin untuk tubuh. 6. Mengetahui cara menyikapi dan menanggulangi bahaya dari formalin. 7. Mengetahui cara menolong korban keracunan formalin. 1.4 MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat dari makalah ini adalah : 1. Memberikan pengetahuan tentang formalin dan cara pembuatannya 2. Kita dapat mengetahui kebaikan dan keburukan formalin. 3. Kita dapat mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung formalin dan makanan yang tidak mengandung formalin

4. Memberikan informasi mengenai dampak formalin bagi kesehatan tubuh. 5. Kita dapat mengetahui tips atau cara menyikapi dan penanggulangan bahaya formalin. BAB II ISI 2.1. Pengenalan Formalin Formalin adalah larutan tak berwarna, mudah larutdalam air, mudah menguap, dan mempunyai bau yang tajam. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 % formaldehid dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15 % sebagai pengawet. Formalin termasuk golongan aldehida suku pertama denganrumus kimia ; H-CH=O. Formalin mempunyai banyak nama kimiadiantaranya adalah : Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform,Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyloxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methyleneglycol. Formalin ini biasa digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan disinfektan untuk peralatan rumahsakit serta untuk pengawet mayat. formalin banyak disalah gunakan untuk pengawet bahan makanan sehari-hari. Beberapa jenis peralatan rumahtangga yang terbuat dari plastik atau melamin, seperti mangkuk, pring dangelas juga menggunakan formalin. Peralatan itu hanya aman digunakan dalam kondisi dingin. Pengaruh formalin terhadap sistem tubuh tergantung pada berapa lama dan berapa kadar yang terakumulasi dalamtubuh. Faktor imunitas tubuh juga ikut menentukan.Namun bagi usia bayidan anak kecenderungan bahaya formalin semakin besar, karena systemimun tubuhnya belum sempurna. Sifat oksidator formalin dapat merusaksel-sel tubuh sehingga menghambat metabolisme, bahkan dapatmengakibatkan pertumbuhan sel yang abnormal (kanker). Akhir-akhir ini banyak di temukan makanan yang mengandung formalin, Temuan terbarumenyatakan bahwa beberapa produk permen susu dan makanan kecilkemasan/bermerk asal China juga mengandung formalin. Fakta ini tentusaja sangat menghawatirkan, karena formalin bukanlah zat aditif makanan,namun justru mengancam kesehatan. Produk-produk yang mengandungformalin itu tanpa sadar dikonsumsi masyarakat luas sehari-hari, karenatidak tahu bagaimana membedakan makanan berformalin ataukah tidak. Disamping itu dapat pula akibat ketidaktahuan dampak penggunaan formalin,zat ini masih luas dipergunakan. Dampak yang tak terlihat secara langsung ini juga membuat para produsen tidak peduli akan akibat jangkapanjangnya. Akumulasi formalin terus-menerus dalam tubuh dapat berakibat fatal yang mengancam sistem keseimbangan tubuh.formalin adalah salah satu jenis pengawet yang sangat berbahaya, Apabila tertelan sebanyak 2 sendok makan saja atau 30 mL formalin bisa menyebabkan kematian. Gejala yang ditimbulkan jika formalin tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu, juga bisa menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. 2.2. Pembuatan Formalin

Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia 2 CH3OH + O2 2 H2CO + 2 H2O. Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi CH3OH H2CO + H2. Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan. 2.3. Kegunaan formalin Penggunaan formalin yang benar :
1. Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian. 2. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. 3. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahanpeledak. 4. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. 5. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. 6. Bahan untuk pembuatan produk parfum. 7. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. 8. Pencegah korosi untuk sumur minyak. 9. Bahan untuk insulasi busa. 10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). 11. Cairan pembalsam ( pengawet mayat ). 12. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.

Penggunaan formalin yang salah : Penggunaan Formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya:
1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. 2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.

3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin. 4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi

2.4 Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin Seperti telah dipaparkan di muka, bahwa terdapat sejumlah produk yang secara sengaja ditambahkan formalin sebagai pengawet. Untuk memastikan apakah sebuah produk pangan mengandung formalin atau tidak memang dibutuhkan uji laboratorium. Kita sebaiknya berhati-hati bila menjumpai produk pangan yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur / rusak / busuk sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), terlampau keras, namun tidak padat, bau agak mengengat; 2. Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin, tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), bau agak menyengat, tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal; 3. Ayam berformalin tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar 25 derajat Celsius, teksturnya kencang dan bau formalin tercium. 4. Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua bukan merah segar, awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk; tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius); bau menyengat; 5. Baso yang tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius), teksturnya sangat kenyal; 6. Ikan asin yang tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius), bersih cerah, tidak berbau khas ikan asin, Tidak dihinggapi lalat di area berlalat.

2.5 Bahaya penggunaan formalin untuk tubuh Formalin merupakan zat toksik dan sangat iritatif untuk kulit dan mata. Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagau zat beracun, karsinogen (penyebab kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Uap dari formalin sendiri sangat bebahaya jika terhirup oleh pernafasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan manusia. Untuk mata, seberapa encerpun formalin ini tetap iritatif. Jika tertelan maka seseorang tersebut harus segera diminumkan air banyak-banyak dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya. Dampak buruk bagi kesehatan pada seseorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang langsung kronik (bertahun-tahun), antara lain sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernafasan baik berupa batuk kronis atau sesak nafas kronis. Formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan dikenal dengansebagai zat yang bersifat beracun untuk persyarafan tubuh kita (neurotoksik). Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitive, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan ganguan menstruasi dan infertilas. Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan seperti telah disebutkan diatas juga dapat terhirup oleh pernafasan kita. Oleh karena itu dengan kontak langsung dengan zat tersebut tanpa menelannya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Bahkan pada penelitian binatang menyebabkan kanker kulit dan kanker paru.

Bahaya terpaparnya formalin jangka pendek dan jangka panjang, adalah: 1. Bila terhirup Akut:

Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkaka paru. Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian.

Kronik:

Menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitisasi pada paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrsi dan daya ingat berkurang. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

2. Bila terkena kulit Akut:

Menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

Kronik:

Terasa panas, mati rasa, gatal dan memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan radang kulit yang menyebabkan gelembung.

3. Bila terkena mata Akut:

Menimulkan iritasi mata sehingga mata memerah, terasa sakit, gatal dan penglihatan kabur serta mengeluarkan air mata.

Kronik:

Radang selaput lendir.

4. Bila tertelan: Akut:

Mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang dan koma. Kerusakan pada hati, jantung, otak, limpa, pankreas, SSP dan ginjal.

Kronik:

Iritasi pada saluran pencernaan, muntah-muntah dan kepala pusing, penurunan suhu tubuh dan rasa gatal di dada.

2.6 Cara menyikapi dan menanggulangi bahaya formalin Isu adanya formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehari-hari ini memang harus diwaspadai. Tetapi sebaiknya tidak mensikapi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita. Karena tidak semua bahan makanan atau alat makan tersebut mengandung formalin. Yang penting konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli atau dipakai. Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja industri yang memakai bahan formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain dan alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin kedalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengamanyang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata ditempat kerja yang berguna apabila terjadi kecelakaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan. Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi didalam tubuh, sangat tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. 2.7 Cara menolong korban keracunan formalin Bila terhirup

Jika tidak aman memasuki daerah paparan,pindahkan penderita ketempat yang aman bila perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis unuk melakukan pernafasan buatan Segera hubungi Dokter.

Bila terkena mata

Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen ( seujung sendok the garam dapur dilarutkan dalam segelas air ) secara terus menerus sampai penderita siap dibawa ke Rumah Sakit Segera bawa ke Dokter.

Bila terkena kulit

Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena Formalin,Cuci kulit selama 15- 20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan cair yang banyak dan dipastikan dan dipastikat sudah tidak ada lagi bahan yang tersisa dikulit ,pada bagian yang terbakar ,lindungi luka dengan pakian yang kering ,steril dan longgar,bila perlu segera hubungi dokter.

Bila tertelan

Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.

2.8 Cara menyimpan formalin


Jangan di simpan di lingkungan bertemperatur di bawah150C Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat,alumunium murni,polietilen atau polyester yang dilapisi fiberglass Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi,tembaga,nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi. Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60 derajat celcius

http://tewewe.wordpress.com/2012/08/31/bahaya-penggunaan-pengawet-formalin-dalammakanan-bagi-tubuh-manusia/

Makan Makanan Berwarna

Image by : -

Masing-masing warna dalam bahan makanan alami punya kandungan nutrisi yang berbeda. Misalnya warna hijau pada sayuran mengandung lutein, vitamin dan mineral yang baik untuk menjaga kekebalan tubuh. Atau warna merah pada jambu, anggur dan semangka yang mengandung lycopene dapat membantu melindungi tubuh dari serangan virus. Tanpa warna, makanan memang tidak memiliki daya tarik untuk disantap terutama di mata anak. Namun jika warna yang ada dihasilkan oleh zat pewarna makanan buatan, Bunda harus teliti dan cerdas, karena pewarna buatan tidak sepenuhnya aman. Perjalanan warna. Bahan pewarna untuk makanan sebenarnya terbagi dalam dua jenis:

Pewarna alami aman digunakan. Bisa diperoleh dari ekstrak pigmen tumbuh-tumbuhan. Seperti, kunyit sebagai pewarna alami kuning, daun suji dan daun pandan untuk warna hijau, bunga talang untuk warna biru, wortel untuk warna oranye serta cabai merah atau tomat untuk warna merah pada makanan. Pewarna makanan berbahan kimia. Di negara maju, pewarna jenis ini harus melalui proses sertifikasi sebelum digunakan pada bahan makanan. Bahkan Amerika Serikat sudah punya aturan pemakaian pewarna sintetis sejak tahun 1906. Di Indonesia peraturan baru dibuat tahun 1973. Namun kini, pemakaian zat pewarna sintetis mulai menjadi kekhawatiran besar di beberapa negara, karena jumlah dan pemakaiannya yang terlalu banyak pada makanan anak-anak. Bahkan beberapa produsen makanan memanfaatkan pewarna ilegal sebagai pewarna makanan, salah satunya adalah pewarna tekstil.

Sejumlah makanan yang mengandung pewarna ilegal justru banyak ditemukan pada jajanan anak. Sebuah penelitian dari Universitas Indonesia menemukan 68% saus bakso atau mi ayam mengandung zat pewarna Rhodamin B yang merupakan zat warna berbahaya. Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang biasa digunakan oleh industri tekstil dan kertas. Selain itu, beberapa kecap manis juga ditemukan mengandung sulfit yakni zat kimia yang masih diperbolehkan untuk ditambahkan dalam makanan. Namun, pemakaian yang berlebih dapat membahayakan kesehatan. Bahaya zat pewarna kimia. Sebenarnya tidak salah kok pemakaian pewarna makanan buatan, asal dosisnya sesuai dengan aturan dan tidak digunakan secara sembarangan. Beberapa zat pewarna sintetis yang berakibat pada gangguan kesehatan seperti:

Rhodamin-B menyebabkan gangguan fungsi hati atau kanker hati. Tartazine dan Methanil yellow menyebabkan tumor di ginjal dan adrenal. Quinoline yellow dan carmine menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan menimbulkan reaksi alergik. Erythrosine menyebabkan tumor thyroid. Amaranth menyebabkan kanker dan keracunan yang mempercepat kematian.

Waspadai makanan yang mengandung pewarna sintetis dengan ciri-ciri umum seperti warna makanan terlihat cerah dan mencolok, ada sedikit rasa pahit terutama pada sirup atau limun, muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya, baunya tidak alami sesuai makanannya dan apabila dikonsumsi, pewarna makanan menempel pada kulit atau lidah. (me) http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Gizi+dan+Kesehatan/makan.makanan.berwarna/001 /001/2275/1

pewarna
By achmadfathony

TUGAS STRUKTUR FOOD ADDITIVE Pewarna

Di susun oleh:

Kelompok 1 Trah Indri P.A Anggraini Matiinu R Nandarningtiyas Laras P Dwi Jayanti P M.Ahda Dessy Puspitasari Achmad fathony Bias Nur Elmira Susiana Arinda Shinta 105080300111002 105080301111026 105080301111028 105080301111032 105080301111038 105080301111042 105080301111043 105080301111046 105080313111008 105080313111028

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNYA sehingga makalah yang berjudul Pewarna Makanan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah kewarganegaraan yang telah membimbing penulis dalam penulisan makalah ini. Makalah ini merupakan tugas kelompok dalam mata kuliah food aditif. Adapun tujuan diberikannya tugas makalah ini sebagai sumber informasi dan menambah wawasan tentang pewarna makanan yang mana pewarna makanan saat ini identik dengan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan beberapa kesulitan, namun akhirnya dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Khususnya dari dosen mata kuliah food aditif sebagai pedoman pada penulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga penulisan makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam proses pengembangan dan pengalaman tentang ilmu food aditif.

Malang, 30 april 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat

berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan disamping itu harga zat pewarna untuk industry jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan non pangan. Lagi pula warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik. Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang tidak boleh ada.

1.2

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


1. 2. 3. 4. Apa yang dimaksud dengan pewarna makanan? Apa saja pewarna makanan yang aman untuk dikonsumsi? Apa fungsi dari penambahan pewarna pada makanan? Apa dampak dari penambahan pewarna pada makanan?

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. 2. 3. 4. Memahami pengertian pewarna makanan Memahami pewarna makanan yang aman dikonsumsi Mengetahui fungsi dari penambahan pewarna pada makanan Mengetahui dan memahami dampak penambahan pewarna terhadap kesehatan.

1.4

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah: 1 Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pewarna makanan

2 Mengembangkan pola pikir dalam memahami food aditif sehingga mampu memahami dampak, manfaat dan jenis pewarna makanan terhadap sistem biologis manusia. 3 Sebagai penyelesaian tugas terstruktur mata kuliah food aditif

BAB II ISI

2.1

Pengertian pewarna makanan

Salah satu zat aditif yang saat ini menjadi perhatian perhatian adalah zat pewarna makanan. Zat ini memang sengaja ditambahkan kedalam makanan atau minuman. Selain menambah selera juga untuk memberikan kesan bahwa makanan atau minuman tersebut sedap dipandang dan nikmat dikonsumi, khususnya bagi anak-anak yang memang senang dengan makanan yang berwarna-warni.

Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat. Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga, menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air. Pewarna makanan dapat berupa pewarna jenis direct, mordant dan vat, dan penggunaannya secara ketat dikontrol hukum. Pewarna telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.

2.2

Sejarah Penggunaan Pewarna

Penambahan pewaran pada makanan membuat lebih menarik dan lebih diminati, namun bukan hal yang baru saja penggunaannya. Pada tahunh 1500an biasanya didaptkan dari ekstrak buah di india juga biasanya digunakan untuk pewarnaan kulit. Pewarnaan daru bahan alami berasal dari mineral, tumbuhan dan hewan. Sudah ada untuk digunakan sebagai pewarna penting sering berjalannya peradaban. Pada prakteknya pewarnaan menggunakan sulfur, keju dengan vermilion, teh dengan arsen, peremn dengan chromate. Pada tahun 1960an, pewarnaan makanan diamandemen oleh FD dan C menedefinisikan penambahan zat pada makanan yang digunakan, diupayakan berasal dari sayur-sayuran atau buah-buahan pada adalasan 1 penggunaan zat pewarna dapat menimbulkan zat penyebab kanker pada manusia dan hewan. Dan alas an ke 2 harus diadakan pengujian keamanan pangan sebelum digunakan secara terus-menerus.

2.3 Peran dan pengguanan zat Pewarna

Hal yang terpenting dalam pewarna makanan adalah kualitas, bau, rasa, dan tekstur yang dihasilkan. Adapun sebuah observasi menurut Hall, (1958), adalah sebagai berikut:
1. Warna merupakan penilaian yang ditujukan pada kesukaan konsumen, walaupun rasa bukan merupakan pilihan pertama 2. Warana memberikan pengaruh yang besar tidak hanya pada kemampuan identifikasi konsumen dari rasa saja tetapi juga sebuah penilaian dari kekuatan dan kualitas

Pengguanaan pewarna makanan dalam produk produksi penyajian member peranan penting dan menyediakan fungsi yang signifikan. Pewarna yang digunakan:
1. Membantu dalam mengkaya variasi warna dalam perubahan selama proses dan penyimpanan 2. Member keindahan warna untuk member penilaian tentang rasa 3. Membantu penyajian untuk identifikasi karakter makanan yang diinginkan

Adapun data para konsumen yang mengkonsumsi 99% usia lebih dari 2 tahun yang mengkonsumsi 1 atau lebih makanan yang mengandung zat tambahan selama 14 hari. 2.4 Pewarna Makanan Yang Aman Untuk Dikonsumsi Macam macam zat pewarna secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan yaitu : 1. Pewarna Alami

Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan alami, baik nabati, hewani ataupun mineral. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis. Beberapa pewarna alami yang telah banyak dikenal masyarakat misalnya adalah daun suji untuk membuat warna hijau, kunyit untuk warna kuning, daun jati untuk warna merah, dan gula merah untuk warna coklat. Zat pewarna alami ini lebih aman digunakan daripada zat pewarna sintetis. Pewarna alami yang sering digunakan sebagai pewarna makanan adalah sebagai berikut :
1. Antosianin, pewarna ini memberikan pengaruh warna oranye, merah dan biru. Warna ini secara alami tedapat pada buah anggur, strawberry, apel, dan bunga. Betasianin dan Betaxantin, termasuk pewarna nabati yang diperoleh dari marga tanaman centrospermae, diantaranya bit dan bougenvil yang memberikan tampilan warna kuning dan merah. 2. Karotenoid, dapat memberi warna kuning, merah dan oranye. 3. Klorofil, zat warna hijau yang terdapat dalam daun, permukaan batang tanaman, dan kulit buah-buahan. 4. Karamel, adalah cairan atau serbuk berwarna coklat gelap yang diperoleh dari pemanasan karbohidrat secara terkontrol yaitu dektrosa, laktosa, sirup malt. 5. Kurkumin, merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit.

Tabel Contoh Bahan Pewarna Alami

2.

Pewarna Buatan (Sintetis)

Zat pewarna sintetis merupakan zat pewarna buatan manusia. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Disamping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Pewarna sintetis merupakan sumber utama pewarna komersial untuk hampir seluruh industri makanan utama. Karena sifat pewarna sintetis mendasari sifat kelarutannya dalam air, maka sangatlah mutlak diperlukan untuk mewarnai makanan yang mengandung air. Jika kelarutannya dalam air kurang sempurna, tentu saja warna yang diinginkan tidak akan tercapai dengan baik dan menarik. Secara lebih khusus lagi, pewarna sintetik masih dibagi menjadi dua macam yaitu Dyes dan Lakes. Perbedaan keduanya berdasarkan bilanganbilangan rumus kimianya, yaitu kelompok azo, triarilmetana, quinolin dan lainlain. Dyes adalah zat warna yang larut dalam air sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Biasanya diperjual-belikan dalam bentuk granula (butiran), cairan, campuran warna dan pasta. Dyes umumnya digunakan untuk mewarnai minuman berkarbonat, minuman ringan, roti, dan kue-kue produk susu, pembungkus sosis dan lain-lain. Zat warna ini stabil untuk berbagai macam penggunaan dalam bahan pangan. Dalam bentuk kering tidak memperlihatkan adanya kerusakan. Sedangkan Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan dye pada bahan dasar. Produk-produk makanan yang kadar airnya terlalu rendah untuk dapat melarutkan dye biasanya menggunakan lakes, misalnya untuk pelapisan tablet, campuran adonan kue, cake dan donat. Dibandingkan dengan dyes, maka lakes pada umumnya bersifat lebih stabil terhadap cahaya, kimia dan panas sehinga harga lakes umumnya lebih mahal daripada harga dyes. Zat pewarna yang diizinkan penggunaanya dalam makanan dikenal sebagai permitted color atau certified color. Untuk penggunaan zat warna tersebut harus menjalani tes dan prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut.

2.5

Fungsi Bahan Warna Pada Makanan

Zat aditif pewarna digunakan dalam makanan untuk tujuan :


Menambah daya tarik dan meningkatkan selera makan Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.

Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan Menambah ragam makanan, misalnya susu diolah kembali menjadi beberapa bahan makanan seperti keju, yoghurt, mentega dan lain sebagainya Memenuhi keperluan khusus, misalnya membuat bahan makanan dengan warna yang lebih menarik, lebih manis, tahan lama

Beberapa alasan utama penambahan zat pewarna pada makanan, yaitu :


1. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat poses pengolahan dan penyimpanan. 2. Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan di asosiasikan denagn kualitas rendah. Jeruk yang matang di pohon misalnya, sering disemprot pewarna Citrus Red No 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau atau oranye kecoklatan. Tujuan penambahan warna untuk menutupi kualitas yang buruk sebetulnya tidak bisa diterima apalagi menggunakan pewarna yang berbahaya. 3. Membuat identitas produk pangan. Seperti : identitas es krim strawberi adalah merah. 4. Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan. 5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk di simpan.

2.6

Dampak Penggunaan Bahan Pewarna Pada Makanan

Penggunaan zat pewarna dalam makanan akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif yang bisa dirasakan oleh produsen dan konsumen diantaranya adalah mengendalikan warna asli suatu produk makanan yang rusak atau pudar akibat proses pengolahan, memperbaiki warna yang kurang menarik, memberi warna yang seragam pada produk yang diolah pada waktu yang berlainan serta untuk menarik perhatian konsumen. Selain memberikan dampak positif, penggunaan zat pewarna juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen. Seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti Rusia, M.M. Andrianova, menemukan bahwa pewarna merah No 2 (FD & C Merah No.2) menyebabkan timbulnya kanker pada tikus. Zat warna kuning No. 5 juga dianggap dapat menggangu kesehatan, dengan menjadi penyebab resiko alergi terutama orang-orang yang peka terhadap aspirin. Di Amerika Serikat juga pernah dilaporkan kasus keracunan akibat penggunaan zat pewarna FD & C Orange No.1 dan FD % C Red No. 32 pada kembang gula dan popcorn dengan dosis yang terlalu tinggi. Akibat yang timbul adalah diare pada anak-anak dan efek keracunan kronik pada ternak.

Sedangkan menurut lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen (LP2K), penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan kemunduran kerja otak, sehingga anakanak menjadi malas, sering pusing dan menurunnya konsentrasi belajar. Pada saat ini penggunaan pewarna sintetis sudah meluas di masyarakat tetapi ketidaktahuan masyarakat akan peraturan atau dosis penggunaan zat warna, tak jarang menimbulkan penyalahgunaan, sering dijumpai jenis pewarna non pangan, seperti Metanil Yellow, Auramin dan Rhodamin B ternyata banyak digunakn oleh masyarakat. Padahal hasil penelitian pada hewan percobaan dipastikan bahwa ketiga pewarna diatas dapat menimbulkan efek toksik karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut terjadi bila: (1) pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang, (2) bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jangka waktu yang lama, (3) kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan seharihari dan keadaan fisik, (4) berbagai masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan, (5) penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan. Adapun senyawa-senyawa daripada zat pewarna dibawa ke dalam darah melalui berbagai bentuk antara lain : (1) sebagai molekul yang tersebar bebas dan melarut di dalam plasma, (2) sebagai molekul-molekul yang tersebar terikat dengan protein dalam serum, (3) sebaagi molekul bebas dan terikat dengan eritrosit dan unsur-unsur pembentuk darah. Absorbsi zat pewarna di dalam tubuh diawali dari dalam saluran pencernaan dan sebagian dapat mengalami metabolisme oleh mikro organisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung kehati melalui vena portal atau melalui sistem limpatik ke vena superior. Di hati senyawa dimetabolisme dan atau dikonjugasi, kemudian di transportasikan ke ginjal untuk diekskresikan atau dikeluarkan bersama urine.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan beberapa garis besar sebagai berikut :

Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga, menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air. Pewarna makanan dapat berupa pewarna jenis direct, mordant dan vat, dan penggunaannya secara ketat dikontrol hukum. Pewarna bahan makanan di bagi menjadi 2, yaitu : o Pewarna alami. Pewarna alami merupakan warna yang diperoleh dari bahan alami, baik nabati, hewani ataupun mineral. o Pewarna buatan atau pewarna sintesis. Pewarna sintetis merupakan sumber utama pewarna komersial untuk hampir seluruh industri makanan utama. Karena sifat pewarna sintetis mendasari sifat kelarutannya dalam air, maka sangatlah mutlak diperlukan untuk mewarnai makanan yang mengandung air. Beberapa alasan utama penambahan zat pewarna pada makanan, yaitu : o Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat poses pengolahan dan penyimpanan. o Memperbaiki variasi alami warna. Produk pangan yang salah warna akan di asosiasikan denagn kualitas rendah. Jeruk yang matang di pohon misalnya, sering disemprot pewarna Citrus Red No 2 untuk memperbaiki warnanya yang hijau atau oranye kecoklatan. Tujuan penambahan warna untuk menutupi kualitas yang buruk sebetulnya tidak bisa diterima apalagi menggunakan pewarna yang berbahaya. o Membuat identitas produk pangan. Seperti : identitas es krim strawberi adalah merah. o Menarik minat konsumen dengan pilihan warna yang menyenangkan. o Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk di simpan. o Hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut terjadi bila : Pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jangka waktu yang lama. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan seharihari dan keadaan fisik. berbagai masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan.

3.2

Saran

Saran yang dapat kami berikan dalam penulisan makalah ini adalah diharapkan kepada para pembaca untuk bisa lebih memahami dan mengerti serta menambah wawasan dengan adanya makalah ini, sehingga bisa menjadi konsumen yang lebih selektif dalam memilih makanan sehari-hari.
http://blog.ub.ac.id/achmadfathony/pewarna/

sianida
Posted on December 26, 2011 by mayaniiii

0
BAB I PENDAHULUAN

I.I Pengertian Sianida Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano CN. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian. Walaupun sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang mengakibatkan timbulnya kematian atau timbulnya histotoxic anoxia adalah karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal. I.2 Golongan Sianida Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung (C=N) dengan atom karbon terikattiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Senyawa yang dapat melepasion sianida CN sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dengan buatan manusia. Contohnya adalah HCN (Hidrogen Sianida) dan KCN (Kalium Sianida). Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berbau, bau pahit seperti bau kacang almond. HCN juga disebut formanitrille, dalam bentuk cairan disebut asam prussit dan asam hidrosianik . Dalam bentuk cairan HCN tidak berwarna atau dapat berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat flamable atau mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak, juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga mudah digunakan. BAB II ISI A. Gejala Toksik Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari : 1. Dosis sianida 2. Banyaknya paparan

3. Jenis paparan 4. Tipe komponen dari sianida Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian. Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian anyidotum. Tanda awal dari keracunan sianida adalah : 1. Hiperpnea sementara, 2. Nyeri kepala, 3. Dispnea, 4. Kecemasan, 5. Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, 6. Berkeringat banyak, warna kulit kemerehan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul. Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida. B. Pemeriksaan Laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya penurunan patial oksigen (PO2) dengan adanya adanya asidosis laktata. Pemeriksaan darah dan urine sangat penting pada mereka yang sering terpapar agen ini. Selain itu juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian jenis terapi. Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akanditimbulkannya. Karena sel darah merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka pemeriksaan seluruh komposisi darah sangat diperlilukan. Hal ini cukup sulit dilakukan karena waktu paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah dengan cepat dapat berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat penyimpanan sangat penying dalam menentukan hasil pemeriksaan. C. Terapi Tujuan pertama dari terapi ini adalah mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus mengeluarkan racun sianida. Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung dari tingkat dan jumlah paparan dengan lamanya waktu paparan (Alcorta, 2004). Strategi pertama yang dilakukan saat terdapat gejala keracunan sianida adalah :

Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di dalam ruangan maka segera keluar dari ruangan.

Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya tetap berada di dalam ruangan. Tutup pintu dan jendela, matikan pendingin ruangan, kipas maupun pemanas ruangan sampai bantuan datang. Cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida. Letakkan pakaian itu di dalam kantong plastik, ikat dengan kuat dan rapat. Jauhkan ke tempat aman yang jauh dari manusia, terutama anak-anak. Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang banyak. Jangan gunakan pemutih untuk menghilangkan sianida.

Penatalaksanaan terapi, yang pertama dilakukan adalah segera cari udara segar. Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka dapat diberikan oksigen murni. Berikan antidotum seperti sodium nitrite dan sodium thiosulfat untuk mencegah keracunan yang lebih serius. Cara kerja obat-obatan antidotum adalah dengan menghambat pembentukan ikatan sianida pada sitokrom oksidase dengan bantuan methemoglobin. Methemoglobin akan mengikat sianida dan membuangnya dari dalam sel maupun cairan ekstra seluler. Salah satu keterbatasan mengenai antidotum ini adalah hanya berdasar dari eksperimen menggunakan hewan. Karena itu cukup sulit untuk menilai keberhasilannya pada manusia. D. Sasaran dan tujuan terapi Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan sumber lainnya. Makan dan minum dari makanan yang mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah terpapar, sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12. Bila sianida masuk melalui sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati. Sianida juga mengakibatkan banyak efek pada sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam otak. E. Strategi dan penatalaksanaan terapi Strategi tata laksana keracunan sianida didasari oleh keadaan korban saat akan dimulai terapi, antara lain: 1. Bila korban dalam keadaan betul-betul tidak sadar (unconscious) maka semua upaya tindakan ditujukan untuk menyelamatkan hidup korban. Sesegera mungkin lakukan pemberian oksigen atau tindakan invasif pemasangan laryngeal tube, IVFD dan kateter untuk memantau pernapasan, tekanan darah dan komposisi darah serta urinasi. 2. Lepaskan pakaian yang melekat ditubuh korban untuk mencegah penyerapan sianida tersisa di pakaian lebih lanjut (tindakan dekontaminasi). Awasi secara ketat KU korban. mengandung cobalt karena affinitasnya terhadap sianida lebih kuat dari cytochrome oxidase dan segera membentuk senyawa cyanocobalamin (non-toksik) dan dapat dieksreksikan via urin. Kombinasi thinverdan cyanokit sangat baik dan mampu mencegah keracunan sianida di France. Dosis cyanokit yang dianjurkan adalah ; dewasa 70 mg/kg (5 g) i.v. dalam 15 menit dan diulangi sampai 2 jam. Pemberian 25 mg/jam penting untuk profilaksis terhadap sianida akibat pemberian sodium nitroprusside jangka panjang. BAB III PENUTUP Kesimpulan

1. Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano CN. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. 2. Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung (C=N) dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Sianida ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik 3. Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara progresif. Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Korban dapat terpapar sianida secara inhalasi, kontak langsung melalui kulit dan mata dan dengan menelan atau tertelan sianida. 4. Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia lainnya di dalam darah. Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan ditimbulkannya. DAFTAR PUSTAKA Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Cyanide. Division of Toxicology and Environmental Medicine. Atlanta. 2006. Available from: http://www.atsdr.cdc.gov/tfacts8.pdf. Access on: Oktober 26, 2011. Anonymus. Hydrogen Cyanide (HCN).UN. available from : http://www.atsdr.cdc.gov/mhmi/mmg8.pdf. Access on: Oktober 26, 2011 http://klikharry.wordpress.com/2006/12/14/keracunan-sianida/ Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter. Pharmacology Division. Army Medical Research Institute of Chemical Defense, Aberdeen Proving Ground, Maryland. USA. Available from: http://www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf. Access on: Okt,262011. Frederic Baud; eMedicine, Medscape, 1994-2008 .Dikutip dari Majalah Micro-Plus (http://www.micro-plus.net) http://www.microplus.net/index.php?option=com_content&view=article&id=54&Itmid=56 &showall=1. Diakses tanggal 26 Oktober 2011 S, farahmitha.2011. http://blog.ub.ac.id/mitha/2011/06/30/biokimia-keracunansianida/. Diakses tanggal 26 Oktober 2011.

You might also like