You are on page 1of 1

IRON MAN DI DUNIA NYATA

Derpartemen Fisika Mabit Nurul Fikri 2011


Artikel Fisika, 14 Januari 2011

Peluang untuk mengembangkan rangka luar bersistem robotik yang mampu menjadi satu penopang, menjaga tubuh tetap aktif ketika dalam masa pemulihan dari cidera semakin terbuka lebar. Namun, tidak seperti yang kita lihat pada film Ironman, rangka robotik ini lebih menyerupai spareparts yang dirangkai bersamaan. Perusahaan teknologi dari jepang, CYBERDYNE, Inc. Berharap untuk merubah semua itu dengan eksoskeleton yang mampu mengukur kekuatan tubuh sendiri untuk melakukan setiap pekerjaan. Perusahaan ini pun sangat percaya diri dalam teknologi baru ini, untuk mulai membuat lab baru dengan tujuan produksi massal hingga 500 buah rangka robotic yang akan dimulai pada bulan Oktober 2008 nanti. CYBERDYNE diluncurkan pada bulan Juni 2004 untuk pekerjaan cybernetik secara komersial. Kelompok penelitinya dipimpin oleh Yoshiyuki Sankai, profesor bidang sistem dan teknik informasi di Universitas negeri Tsukuba, Jepang. Produk terbarunya: Robot Suit Hybrid Assistive Limb (HAL) exoskeleton, yang dibuat perusahaannya untuk membantu melatih dokter dan ahli terapi, mambantu orang cacat, mampu membuat para tukang untuk membawa barang-barang berat, dan memberikan pertolongan pertama pada keadaan darurat. Prototipe dari eksoskeleton ini didesain dengan ukuran lima kaki ketika berdiri, beratnya mencapai 23 kilogram, dan menggunakan baterai AC 100 volt (bisa bertahan hingga lima jam, tergantung pada pennggunaannya). Sebagai perbandingan, lower-body eksoskeleton yang dikembangkan oleh grup Media Lab biomechatronics MIT, menggunakan 48 volt baterai dan beratnya sekitar 11,8 kilogram. Eksoskeleton yang dibuat CYBERDYNE ini akan mendeteksi sinyal otak yang dikirimkan kepada otot untuk bergerak (melalui sensor yang dipasang di kulit pengguna). Komputer dari eksoskeleton tersebut akan menganalisa sinyal tersebut dan menterjemahkan bagaimana ia harus bergerak, dan dengan kecepatan gerak berapa untuk membantu si pengguna.

Eksoskeleton HAL ini sudah tersedia di Jepang, namun perusahaan ini mengaku akan menawarkannya ke Uni Eropa. Perusahaannya akan menyewakan alat ini sekitar 1.300 US dolar perbulan termasuk perawatan dan upgrade (belum ada keinginan untuk menjualnya saat ini), tergantung pada tempat pemakaiannya. Fasilitas kesehatan dan bisnis lainnya membutuhkan pembayaran tiga kali lebih banyak dari pemakaian pribadi. CYBERDYNE sendiri bukanlah satu-satunya pengembang teknologi eksoskeleton. US Army dari awal sudah mencoba berbagai eksoskeleton alumunium yang dibuat oleh Sarcos, Salt Lake City robotics and medical device manufacturer, untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan dari tentara. Tapi masih ada beberapa masalah yang harus diselesaikan sebelum HAL menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Eksoskeleton bekerja paralel dengan otot tubuh, dan menjadi sistem buatan yang membantu tubuh mengatasi inersia dan gravitasi, kata Hugh Herr, kepala investigasi untuk MIT Biomechatronics Group. Efisiensi tenaga juga menjadi bahan pembicaraan. Karena pergerakan HAL yang berasal dari sejumlah motor yang diletakan pada beberapa titik di eksoskeleton. Masalah dari tenaga listriknya adalah bahwa kita harus mengisi ulang baterainya, ujar Ray Baughman, Profesor bidang kimia dan direktur Dallas NanoTech Institute, University of Texas. Baughman dan koleganya saat ini tengah mengembangkan komponen yang bisa menjadi otot buatan (mampu mengubah energi kimia menjadi energi listrik) yang nantinya diharapkan mampu menggerakkan bagian-bagian robotik.

Sumber : www.scientificamerican.com

Departemen Fisika Mabit Nurul Fikri 2011

You might also like