Professional Documents
Culture Documents
Lansia adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-
Lansia mengalami
tulang akut :
Nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur Nyeri bertambah bila melakukan aktivitas
Nyeri terutama
Deformitas
tulang
Dapat
terjadi
fraktur
traumatic pada
vertebra
Perubahan
bentuk tubuh
penurunan
Kecenderungan
Etiologi
Faktor resiko yang tidak
dapat diubah :
a) Usia b) Jenis kelamin c) Riwayat keluarga/keturunan d) Bentuk tubuh
a) Defisiensi mineral, vitamin dan gizi b) Rokok dan kopi c) Menopause dini d) Aktivitas fisik (Mickey Stanley, 2006 : 158)
Patofisiologi
Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang sehingga akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk tulang. (Mickey Stanley, 2006 : 158)
Jika beberapa tulang belakang kolaps, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan spasme otot dan nyeri. Tulang belakang yang rapuh memiliki resiko
Klasifikasi
Osteoporosis Primer Osteoporosis primer terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan lagi atas : Tipe 1 (pasca menopause) Tipe 2 (senilis) Osteoporosis Sekunder Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit lain. Osteoporosis Idiopatik Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada : - Usia kanak-kanak (juvenile) - Usia remaja (adolesen) - Wanita pra-menopause - Pria usia pertengahan (Boedhi Darmojo, 1999 : 197)
Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan. (Elizabeth J. Corwin, 2000 : 304)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan x-ray
Bone Mineral Density
Densitometer-USG
Pemeriksaan biopsy
Penatalaksanaan
Diit
Hormon
Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone berupa estrogen diselingi dengan
Terapi testosterone untuk mengurangi osteoporosis pada pria. (Elizabeth J. Corwin, 2000 : 304)
Obat-obatan
Obat-obatan yang membantu pembentukan tulang (steroid anabolic, fluoride). Obat-obatan yang mengurangi
1999 : 200)
Alat Penyangga
Pemasangan penyangga
mengurangi nyeri
punggung.
Pengkajian
Data Umum Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Alamat Suku bangsa
Keluhan Utama : Nyeri tulang belakang Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan, nyeri timbul secara tiba-tiba dan nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas. Klien tampak meringis menahan nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme. Riwayat Psikososial timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri.
Pemeriksaan Fisik
Punggung : Terdapat nyeri tekan atau nyeri pergerakan, posisi klien yang nampak membungkuk (kifosis). Ekstremitas : Ada perubahan gaya berjalan.
Pengkajian KDM
Nutrisi : Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium) Aktivitas : Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun. Klien mengatakan sulit melakukan aktivitas secara mandiri. Terdapat penurunan tinggi badan. Klien terlihat lambat saat melakukan aktivitas. Klien kurang berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan .
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Densitometer-USG = -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang) Hasil Pemeriksaan x-ray : menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah.
Analisa Data
No. 1. Data Senjang Masalah keperawatan Etiologi
DS :
Nyeri akut
akibat deformitas
skeleta (kifosis) Jika beberapa tulang belakang kolaps, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang
belakang (punuk
Dowager), yang menyebabkan spasme otot dan nyeri
2. DS :
Hambatan Disfungsi sekunder mobilitas fisik akibat perubahan skeletal (kifosis). Jumlah tulang yang
menggantikan. Hal
inilah yang mengakibatkan
terjadinya penurunan
massa tulang.
3. DS :
Klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun DO : Posisi klien yang nampak membungkuk (kifosis) Ada perubahan gaya
berjalan
Risiko cedera Dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh. Tulang belakang yang rapuh memiliki resiko mengalami fraktur secara spontan atau karena tekanan ringan yang dapat menimbulkan risiko cedera
Diagnosa Keperawatan
No. 1. Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan dampak spasme otot akibat perubahan skeletal (kifosis)
2.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis)
Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
3.
a. Nyeri akut berhubungan dengan dampak spasme otot akibat perubahan skeletal (kifosis) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : Nyeri berkurang Klien dapat tenang dan istirahat
Intervensi
Rasional
1) Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku) 2) Ajarkan klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
Alternatif lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera 3) Kolaborasi dalam pemberian Diberikan untuk menurunkan obat sesuai indikasi nyeri
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan kriteria hasil : Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan Klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri.
Intervensi 1) Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada 2) Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakan 3) Berikan dorongan melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional Memberikan alternatif dan latihan gerak sesuai kemampuannya Latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan sebatas kebutuhan mendorong kemandirian klien
Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
c.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil : Klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur.
Intervensi
bahaya misal : tempatkan klien pada tempat tidur rendah, berikan
Rasional
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan Pergerakan yang cepat akan kompresi vertebra pada klien osteoporosis
3) Observasi efek samping obat- Obat-obatan seperti diuretik, obatan yang digunakan fenotiazin dapat menyebabkan pusing, mengantuk dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh
Implementasi 1
1) mengevaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, memperhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 110). memperhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku) 2) mengajarkan klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya 3) berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
Implementasi 2
1) mengkaji tingkat kemampuan klien yang masih ada 2) merencanakan tentang pemberian program latihan, mengajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakan 3) memberikan dorongan melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi. memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Evaluasi 1
Hari/tanggal Nomer Diagnos a 1 evaluasi TTD Selasa, 10/10/2012
kesakitan
Evaluasi 2
Hari/tanggal Nomer Diagnos a 2 evaluasi TTD
Selasa, 10/10/2012
O: o TTV : S : 37C N : 84x/menit RR: 30x/menit o mampu melakukan aktivitas dg baik o densitometer USG 1,5
A: masalah teratasi P: hentikan intervensi
Maka akan lebih baik jika disadari sejak dini dan segera melakukan tindakan pencegahan seperti :
Pilihlah
makanan
Menerapkan gaya hidup sehat seperti melakukan olah raga dan berjemur untuk paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore). Serta hindari obatobatan tertentu.
Terimakasih