You are on page 1of 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah Islam mencatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam
aliran besar dalam Islam.. Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syiah.
Tak dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali
terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita
saksikan di negara-negara seperti Irak dan Lebanon.
Syiah, syiah ini berbeda pendapatnya dengan aliran lain di antaranya
dalam pendirian, bahwa penunjukan imam sesudah wafat Nabi di tentukan
oleh Nabi sendiri dengan nash. Nabi tidak boleh melupakan nash itu terhadap
pengangkatan khalifahnya, sehingga menyerahkan pekerjaan pengangkatan
itu secara bebas kepada umatnya dan halayak ramai. Selanjutnya syi'ah
berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu harus ma'sum atau
terpelihara dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa Nabi Muhammad
dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin Abi thalib
menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah
seorang sahabatnya yang pertama dan utama.
Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak
harmonis, Syiah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas.
Diskursus mengenai Syiah telah banyak dituangkan dalam berbagai
kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, dan
sekte Syiah. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan gambaran yang
utuh, obyektif, dan valid mengenai Syiah, yang pada gilirannya dapat
memperkaya wawasan kita sebagai seorang Muslim.


2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian aliran Syiah?
2. Bagaimana sejarah kemunculan aliran Syiah?
3. Apa pokok ajaran Syiah?
4. Apa saja sekte-sekte dalam aliran Syiah?
5. Siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran Syiah?

C. Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah
Islamic Teology serta bertujuan mengetahui hal-hal yang berkaitan mengenai
aliran syiah, mulai dari pengertian aliran Syiah, sejarah kemunculan aliran
Syiah, pokok ajaran Syiah, sekte dalam aliran Syiah, dan tokoh-tokoh
dalam aliran Syiah.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiah
Syiah secara etimologi (kebahasaan) berarti pengikut, pendukung,
pembela, pencinta, yang kesemuanya mengarah kepada makna dukungan
kepada ide atau individu dan kelompok tertentu.
1
Sedangkan menurut Ahmad
Al-Waili dan Abd al-Qadir Syaib al-Hamdi Guru Besar pada Universitas
Islam Madinah, sebagaimana dikutip oleh Fadil, Syiah menurut bahasa adalah
pengikut atau pembantu.
2

Muhammad Husayn Thabathabai dalam bukunya Islam Syiah,
menyebutkan bahwa Syiah adalah kaum muslimin yang menganggap
pengganti Nabi saw. merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dan mereka
yang dalam bidang pengetahuan dan kebudayaan Islam mengikuti mazhab
Ahl al-Bayt.
3

Muhammad Jawad Maghniyah, seorang ulama beraliran Syiah,
sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab, memberikan definisi tentang
kelompok Syiah, bahwa mereka adalah kelompok yang meyakini bahwa
Nabi Muhammad saw. telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti)
tentang khalifah (pengganti) Beliau dengan menunjuk Imam Ali. Definisi ini
sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ali Muhammad al-Jurjani
(1339-1413), seorang Sunni penganut aliran Asyariyah, yang menulis dalam
bukunya at-Tarifat (defenisi-defenisi) bahwa: Syiah adalah mereka yang
mengikuti Sayyidina Ali ra. dan percaya bahwa beliau adalah imam sesudah
Rasul saw. Dan percaya bahwa imamah tidak keluar dari beliau dan
keturunannya.
4


1
M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan Mungkinkah? Kajian Konsep
Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 60.
2
Fadil SJ, Syiah Dalam Perspektif Sejarah: Dari Hadits al-Indzar Sampai Imamah,
Jurnal STAIN Malang, No. 5 Tahun 1998, hlm. 80.
3
Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathabai, Islam Syiah: Asal-Usul dan
Perkembangannya, diterjemahkan dari, Shiite Islam, penerjemah, Djohan Effendi (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1989), hlm. 32.
4
M. Quraish Shihab, Sunnah-Syiah, hlm. 61.
4

Sedangkan dalam pandangan Abu Zahrah,
5
bahwa Syiah adalah
mazhab politik yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab mereka tampil pada
akhir masa pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada
masa Ali. Mereka mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya.
Sehingga mereka mengeksploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk
menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya. Ketika keturunan
Ali, yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan zalim yang
semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa Bani Umayyah,
rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka
memandang Ahl al-Bayt sebagai syuhada dan korban kezaliman. Dengan
demikian semakin meluaslah daerah mazhab Syiah dan pendukungnya
semakin banyak.
Dari berbagai pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Syiah adalah golongan yang lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib dari
sahabat lainnya, yang percaya bahwa Ahl al-Bayt lebih berhak untuk
memegang tampuk kekhalifahan sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw atas
dasar wasiat dari Rasul dan kehendak dari Allah.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah syiah-syiah atau
kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah,
sehingga saat itu tidak ada lagi kelompok-kelompok atau syiah. Hal mana
karena Rasulullah diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk
membuat kelompok-kelompok. Allah berfirman : Ali Imran 103
W-O4-;N-4 lO4 *.-
4OgE_ 4 W-O~OE> _
W-NO7^O-4 =eEug^ *.-
7^OU4 ^O) u7+L7 w7.-E;N
E-- 4u-4 7)OU~
7+4l; gOg4ugL)
L^4Ou=) u7+L74 _O>4N EE-
E4O^NO =}g)` jOEL- 7EO^
Ogu+g)` ElgEOE ))-4:NC +.-
7 gOg-4C-47 u7+UE
4p4-g ^@

5
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, penerj.
Abd.Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta: Lpgos, 1996), hlm. 34.
5



6

Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

B. Sejarah Aliran Syiah
Sebagaimana dipahami dari pengertian Syiah di atas, bahwa kelompok
Syiah adalah para pendukung Ali bin Abi Thalib dan mereka percaya bahwa
kepemimpinan setelah Nabi wafat adalah hak Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya. Dari sinilah bermulanya persoalan yang pada akhirnya
menimbulkan suatu polemik yang panjang diantara umat.
Ketika Nabi wafat, persoalan penggantian dipahami sebagai
penggabungan kepemimpinan politik dan religius, suatu prinsip yang dikenal
baik oleh orang Arab, meskipun tentu saja, dengan tingkat penekanan yang
berbeda pada salah satu dari dua aspek ini. Bagi sebagian orang politik lebih
diperhatikan dari pada religius, sedang bagi yang lain religius lebih
diperhatikan ketimbang politik.
6

Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syiah lahir setelah
gagalnya perundingan antara pihak pasukan Khalifah Ali dengan pihak
pemberontak Muawiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang lazim disebut
sebagai peristiwa tahkm atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah
pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari
pasukan Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij. Sebagian besar orang
yang tetap setia terhadap khalifah disebut Syatu Al (pengikut Ali).


6
Sayyid H. Muhammad. Jafri, Origin And Early Development of Shia Islam (New York:
Longman,1979). Terjemahan Indonesia oleh Meth Kieraha, Awal dan Sejarah Perkembangan
Islam Syiah dari Saqifah Sampai Imamah, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989), hlm. 42.
7

Sebagaimana dijelaskan oleh Thabathabai dalam bukunya Islam
Syiah, setelah Nabi wafat, para pengikut dan sahabat Ali percaya bahwa
kekhalifahan dan kekuasaan agama berada di tangan Ali. Kepercayaan ini
berpangkal pada pandangan tentang kedudukan dan tempat Ali dalam
hubungannya dengan Nabi, para sahabat dan kaum muslimin umumnya.
Namun sebelum jasad Nabi dimakamkan, para sahabat yang lain telah
berkumpul di suatu tempat dan bertindak lebih jauh dan tergesa-gesa
menetapkan seorang khalifah pengganti Nabi tanpa berunding dengan Ahl al-
Bayt, keluarga-keluarganya ataupun beberapa sahabatnya, yang sedang sibuk
mengurusi jenazah Nabi.
Setelah selesai pemakaman Nabi, Ali dan para sahabatnya seperti
Abbas, Zubair, Salman, Abu Dzar, Miqdad, dan Ammar mengetahui
tentang pelaksanaan pemilihan khalifah. Mereka mengajukan protes terhadap
cara musyawarah dan pemilihan dalam pengangkatan khalifah tersebut, dan
juga terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemilihan
itu. Akibat protes yang mereka lakukan ini menjadikan mereka dikenal
sebagai kaum partisan atau syiah Ali.
7

Mereka berpendapat bahwa penunjukan Ali sebagai pengganti Nabi
telah terjadi ketika Nabi Muhammad saw. dalam perjalanan pulang dari
ibadah haji pada waktu haji wada pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 11 H
bertepatan dengan tahun 632 M. Di suatu tempat yang bernama Ghadir Khum
yang terletak antara Mekkah dan Madinah, dikisahkan bahwa Nabi telah
membuat sebuah proklamasi yang amat menentukan, yang telah diriwayatkan
orang dengan berbagai macam versi. Yang paling populer diantara berbagai
riwayat itu adalah perkataan Nabi yang berbunyi: Barang siapa yang
menganggap saya sebagai pemimpinnya, maka harus pula menganggap Ali
adalah pemimpinnya.
8


7
Allamah Sayyid Muhammad Husayn Thabathabai, Islam Syiah, hlm. 39-40.
8
A. Rahman Zainuddin dan M. Hamdan Basyar (Ed.), Syiah dan Politik di Indonesia:
Sebuah Penelitian (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 40.
8

Hasyimi dalam bukunya Syiah dan Ahlusunnah
9
menjelaskan bahwa
bibit partai Syiah yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Ali lah yang berhak
menjadi Khalifah dan untuk selanjutnya adalah para pendukung Ali. Partai
Syiah ini pada mulanya adalah partai politik yang bertujuan merebut
kekuasaan. Paham politik mereka yaitu bahwa khalifah haruslah turun-
menurun dari turunan Ali bin Abi Thalib.
Asas ajaran mereka, bahwa khalifah yang dalam istilah Syiah disebut
imam, adalah Saiyidina Ali , setelah wafat Muhammad, kemudian berturut-
turut imam itu telah ditetapkan oleh Allah dari keturunan Ali. Menurut
mereka, bahwa mengakui imam dan mentaatinya adalah sebagian dari iman.
Muhammad Abu Zahrah mengatakan, Syiah adalah mazhab politik
yang pertama lahir dalam Islam. Mazhab ini tampil pada akhir masa
pemerintahan Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali.
Setiap kali Ali berhubungann dengan masyarakat, mereka semakin
mengagumi bakat-bakat, kekuatan beragama, dan ilmunya. Karena itu para
propagandis Syiah mengekploitasi kekaguman mereka terhadap Ali untuk
menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka tentang dirinya. Di antara
pemikiran itu ada yang menyimpang dan ada pula yang lurus.
Ketika keturunan Ali, yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat
perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada
masa Bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin
mendalam. Mereka memandang Ahl al-Bayt ini sebagai syuhada dan korban
kezaliman. Dengan demikian, semakin meluaslah daerah mazhab Syiah dan
pendukungnya semakin banyak.
10

Partai Syiah ini kemudian pecah menjadi berpuluh-puluh sekte, yang
satu sama lain sangat berbeda. Ada sekte yang sangat ekstrim, yang
mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan dan ada sekte yang tidak perlu ibadat,
hanya ibadat batin saja. Diantara sekte-sekte yang banyak itu yang paling

9
A. Hasyimi, Syiah dan Ahlusunnah: Saling Rebut Pengaruh dan Kekuasaan Sejak Awal
Sejarah Islam di Kepulauan Nusantara ( Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm. 39-40.
10
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran politik dan Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos,
1996), hlm. 34.
9

masyhur adalah sekte Zaidiyah, Kisaniyah, Imamiyah yang juga mempunyai
cabang seperti Ithna Ashariyah, Ismailiyah, dan sebagainya.
Partai Syiah yang mulanya hanya bergerak dalam bidang politik,
kemudian lama kelamaan mereka juga mempunyai mazhab dalam fiqih,
pendapat dalam filsafat, ajaran dalam tasawuf, dan keyakinan dalam aqidah.
Namun dari sekte-sekte partai Syiah yang ekstrimlah yang kemudian
banyak sekali menjelma paham-paham sesat menyesatkan, terutama dalam
bidang aqidah, filsafat dan tasawuf. Pengaruhnya meliputi seluruh dunia
Islam, sampai ke Indonesia, dan juga dalam kalangan mereka banyak lahir
ahli-ahli pikir, ulama-ulama, fuqaha-fuqaha, filosuf-filosuf, ahli-ahli tasawuf
dan penyair.
11


C. Ajaran-ajaran Aliran Syiah
Kaum Syiah memiliki lima prinsip utama yang wajib dipercayai oleh
penganutnya. Kelima prinsip itu adalah al-tauhid, al-adl, al-nubuwwah, al-
imamah, dan al-maad.
1. Al-Tauhid
Kaum syiah mengimani bahwa Allah itu ada, Maha Esa, tunggal,
tempat bergantung segala makhluk, tidak beranak, dan tidak
diperanakkan, dan tidak seorang pun serupa dengan-Nya.
12
Keyakinan
seperti ini tidak berbeda dengan akidah kaum muslimin pada umumnya
2. Al-Adl
Kaum syiah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil.
Allah tidak menyukai perbuatan zalim dan perbuatan buruk seperti
berdusta dan memberikan beban yang tak dapat dipikul oleh manusia.
Allah juga bersih dari aib, cacat, dan celah.


11
A. Hasyimy, Syiah dan Ahlusunnah, hlm. 40
12
Al-Sayyid Amir Muhammad al-Kazhimi al-Quzwini, Al-Syiah fi Aqaidihim wa
Ahkamihim, Dar al-Zahra, Beirut, 1977, hlm. 26
10

3. Al-Nubuwwah
Kepercayaan syiah terhadap keberadaan Nabi-Nabi juga tidak
berbeda dengan kaum muslimin lain. Menurut mereka, Allah mengutus
sejumlah Nabi dan Rasul ke muka bumi untuk membimbing umat
manusia. Rasul-Rasul itu memberikan kabar gembira bagi orang yang
mentauhidkan Allah dan melakukan amal sholeh dan kabar siksa/ancaman
bagi orang yang mengingkari Allah dan durhaka.
4. Al-Imamah
Imamah merupakan masalah yang penting bagi kaum syiah. Bagi
mereka, imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia
sekaligus. Ia pengganti Rasul dalam memelihara syariat, melaksanakan
hudud (hak/hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan
kebaikan dan ketentraman umat.
13

5. Al-Maad
Secara harfiah Al-Maad berarti tempat kembali. Yang dimaksud di
sini adalah hari akhirat. Kaum syiah percaya sepenuhnya akan adanya
hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti akan terjadi.

D. Sekte-sekte dalam Aliran Syiah
Dari 22 sekte yang ada dalam tubuh Syiah, yang nampaknya masih
ada sampai sekarang ini hanya tiga: Imamiah, Ismailiah, dan Zaidiah.
1. Imamiah
Syiah ini dinamakan imamah karena kepercayaan mereka yang
kuat tentang imam bahwa yang berhak memimpin umat Islam hanyalah
imam. Yang berhak menggantikan Nabi sebagai pemimpin hanyalah Ali
bin Abi Thalib. Hak Ali atas kepemimpinannya itu bukan dilihat dari
sudut kecakapan, sifat, atau lainnya, tapi yang terpenting adalah bahwa
hal itu sudah diwasiatkan oleh Nabi.
14


13
Sayyid Mahbuddin al-Khatib, Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Syiah al-Imamah dan
Perbedaannya Dengan Ahlussunnah, Ahli bahasa Munawwar Putera, PT Bina Ilmu, Surabaya,
1984, hlm. 25.
14
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, PT. Raja Grafindo Persada, 1994, hlm 138
11

2. Ismailiah
Syiah Islamailiah adalah sekte Syiah yang berpendapat bahwa
imam itu hanya tujuh. Penganut aliran Ismailiah sampai sekarang masih
ada, terutama di India. Pemimpinnya adalah Prince Karim Khan, cucu
Agha Khan, yang kini menetap di Jenewa.
15

3. Zaidiah
Sekte Syiah pengikut Zaid bin Ali Husain bin Ali bin Abi Thalib
ini berkembang di daerah Yaman. Syiah ini lebih moderat disbanding
syiah lainnya. Kalau sekte syiah yang lain, khususnya Imamiah dan
Ismailiah secara tegas menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW.
Menunjuk Ali dan memberi wasiat kepadanya untuk menggantikan
beliau menjadi pemimpin umat Islam setelah beliau wafat, Zaidiah tidak
berpendapat demikian.
Menurut kelompok Zaidiah, Nabi tidak menunjuk Ali secara tegas
dengan menyebutkan namanya, tapi hanya memberikan deskripsi atau
isyarat yang bersifat umum. Karena itu, kelompok ini tidak menganggap
Abu Bakar, Umar dan Usman sebagai orang yang zalm yang merampas
atau merebut hak kekhalifahan Ali. Meskipun demikian, mereka tetap
beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama.
16


E. Tokoh-Tokoh Aliran Syiah
Dalam pertimbangan Syiah, selain terdapat tokoh-tokoh populer
seperti Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husain bin Ali, terdapat pula dua
tokoh Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam
pengembangan paham Syiah, yaitu Zaid bin Ali bin Husain Zainal Abidin
dan Jafar al-Shadiq.
Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya.
Pemikiran Jafar al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh
dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu

15
Ibid, hlm 140
16
Ibid, hlm 142
12

Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara
langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya. Oleh karena itu,
tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor
Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial di
kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnahpen.). Mahmud Syaltut
memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Jafari
Itsna Asyariyah.
17

Adapun Zaid bin Ali bin Husain Zainal Abidin terkenal ahli di
bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin Ali telah
dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu
karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majm (Himpunan/Kumpulan) dalam
bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.
18

Selain dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syiah, di
antaranya:
1. Nashr bin Muhazim
2. Ahmad bin Muhammad bin Isa al-Asyari
3. Ahmad bin Abi Abdillah al-Barqi
4. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
5. Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar
6. Muhammad bin Masud al-Ayasyi al-Samarqandi
7. Ali bin Babawaeh al-Qomi
8. Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
9. Ibn Aqil al-Ummani
10. Muhammad bin Hamam al-Iskafi
11. Muhammad bin Umar al-Kasyi
12. Ibn Qawlawaeh al-Qomi
13. Ayatullah Ruhullah Khomeini
14. Al-Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathabai
15. Sayyid Husseyn Fadhlullah

17
Ibid , hlm. 13-15.
18
Ibid , hlm. 15.
13

16. Murtadha Muthahhari
17. Ali Syariati
18. Jalaluddin Rakhmat
19

19. Hasan Abu Ammar
20



19
Beliau adalah salah seorang tokoh Ahlulbait/Syiah Indonesia. Karya tulisnya dalam
bidang keislaman antara lain Islam Alternatif (1988), Membuka Tirai Kegaiban: Renungan-
renungan Sufistik (1995), Rintihan Suci Ahli Bait Nabi (1997), Catatan Kang Jalal (1998), Islam
Aktual (1998), dan Islam dan Pluralisme (2006). Pakar komunikasi yang juga pengasuh SMA Plus
Muthahhari, Bandung, ini adalah Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi).
Periode 2004-2008. Ijabi sendiri adalah organisasi kemasyarakatan yang berbasiskan pada kaum
Ahlulbait/Syiah Indonesia.
20
Beliau adalah Doktor lulusan CIIS, Qum, Iran, yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur.
Pada 2 Oktober lalu beliau berkesempatan menyampaikan materi pada acara Seminar Lintas
Mazhab Rasionalisme Islam Perspektif Syiah dan Sunni di Ruang Teater Lt. 4 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau hadir sebagai representasi Syiah.
Hadir pula pembicara Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara (Guru Besar Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta) sebagai perwakilan Sunni.
14

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Syiah adalah salah satu
aliran dalam Islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib dan keturunannya
adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad
saw. Doktrin-doktrin yang diyakini para pengikut Syiah secara garis besar ada 5
macam, yaitu al-tauhid, al-adl, al-nubuwwah, al-imamah, dan al-maad. Dalam
Syiah terdapat berbagai macam sekte/kelompok yang memiliki perbedaan satu
sama lain dalam memandang ajaran-ajaran.
Wallhu alam bi al-shawb

You might also like