You are on page 1of 20

Laporan Pendahuluan Hipertensi

Laporan Pendahuluan Hipertensi A. PENGERTIAN Hipertensi adalah ditetapkannya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolnya di atas 90 mmHg. (Bongkman, 2000: 216) Hipertensi adalah tekanan darah darah persisten dimana tekanan sistolnya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolnya > 90 mmHg. (Smelzen, 2002: 296) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui Hipertensi adalah tekanan darah bila keadaan istirahat. (Hinderwood, 2000 :33) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Hipertensi adalah didefinisikan oleh (JHC) sebagai tekanan yang lebih tinggi 140/90 mmHg dan diklasifikasikn sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, tinggi sampai hipertensi maligman. (Doengoes, 1999: 39) NO KRITERIA Tekanan Darah (mmHG) Sistol Diastol 1. 2. 3. Normal Perbatasan (High Normal) Hipertensi - Derajad 1 - Derajad 2 - Derajad 3 - Derajad 4 < 130 130 139 140 159 160 179 180 209 > 210 < 85 85 89 90 99 100 109 110 119 > 120 B. ETIOLOGI Penyebab dari hipertensi dibagi menjadi 2 golongan : 1. Hipertensi Essensial / Hipertensi Primer Terdapat sekitar 95% kasus hipertensi yang menyebabkan belum diketahui secara pasti/idiopatik. Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : genetik, usia, obesitas, konsumsi alkohol, merokok. 2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal Terdapat sekitar 3 % kasus hipertensi, penyebab spesifikasinya telah diketahui. Hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Mansjoer, 1999: 548) Penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti namun para ahli mengungkapkan ada 2 faktor yang memiliki terjadinya penyakit hipertensi. a. Faktor yang tidak dapat dikontrol - Keturunan : jenis kelamin umur b. Faktor yang dapat dikontrol

Umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan, antara lain : - Kegemukan - Kurang olah raga - Stress - Konsumsi kopi - Konsumsi alkohol dan merokok - Konsumsi garam yang berlebihan C. TANDA DAN GEJALA Salah satu tanda dan gejala yang ditemukan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah. Gejala yang sering ditemukan : 1. sakit kepala 2. epitaksis 3. pusing 4. cepat marah 5. telinda berdengung 6. sukar tidur 7. rasa berat di tengkuk/leher 8. mata berkunang-kunang 9. mudah lelah (Susalit, 2002: 459-460) D. PATOFISIOLOGI Peningkatan tekanan darah/hipertensi dipengaruhi oleh curah jantung yang meningkat dan tekanan pada dinding perifer yang meningkat sebagai faktor seperti keturunan, obesitas, konsumsi garam yang berlebihan, konsumsi alkohol, merokok. Olahraga yang kurang berperan penting dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meningkatkan dan tekanan perifer normal disebabkan oleh peningkatan aktifitas saraf simpatik. Pada tahap selanjutnya curah jantung dan tekanan perifer meningkat karena reflek antiregulasi (mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal) karena curah jantung meningkat terjadi konstriksi shugfer pre kapiler. Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan struktural pada pembuluh darah terjadi hipertensi dinding pembuluh darah, sedangkan pada jantung terjadi pencegahan dinding ventrikel adanya penyempitan pada dinding pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya vase kontraksi pembuluh darah. Vase kontraksi dari pembuluh darah dapat mengakibatkan aliran darah ke ghinal menyebabkan pelepasan renin, produksi renin di pengaruhi oleh stimulasi syaraf simpatis, renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi Angiotensin II yang merangsang skresraldosteron oleh kortek adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Akibat dari vase kontriksi pembuluh darah mengakibatkan perifer meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini menyebabkan kerusakan vaskuler. Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan vaskuler dapat berupa perubahan vaskuler retina yang dapat mengganggu fungsi penglihatan. (Tembayang, 2000: 899) E. PATHWAY Alkohol, merokok Penggunaan estrogen penyakit Ginjal Vase kontraksi pembuluh darah Penurunan alirah darah

Otak alirah darah ke otak berkurang Peningkatan tekanan vaskuler serebral peningkatan TIK Penekanan reseptor nyeri Nyeri Suplai O2 berkurang ketidakseimbangan O2 dan supaly O2 Menekan hipofisisi anterior peningkatan sekrsi steroi adrenal lambung hiperaktivitas mual, muntah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Curah jantung beban kerja jantung hipertensi vaskuler dilatasi ventrikel kiri payah jantung letih, lesu, lemah dan aktifitas menurun Intoleransi aktifitas Ginjal alirah darah ke ginjal berkurang sekresi renin angiotensin I Angiotensin II Aldosteron me Retensi na dan Qi Volume intravaskuler meningkat penebalan pada dinding pembuluh darah

Vasokontraksi Tekanan perifer me sebelum darah masuk ke jantung setelah darah masuk ke jantung ? sumber F. KOMPLIKASI 1. Stroke 2. Gagal ginjal 3. Kebutaan 4. Gagal jantung Beberapa komplikasi dari hipertensi : 1. Penyakit jantung koroner 2. Gagal jantung 3. Kerusakan pembuluh darah otak dapat berupa pecahnya pembuluh darah (stroke) dan kerusakan dinding pembuluh darah 4. Gagal ginjal 5. Kerusakan pada masa yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan G. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan Keperawatan - diit rendah lemak - diit rendah garam dapur, soda, baring powder, natrium benzoat, monosodium glutamat. Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol - Lakukan olahraga secara teratur - Hentikan kebiasan merokok (minum kopi) - Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai kegemukan - Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai. (Wijaya Kusuma, 2004: 11) 2. Penatalaksanaan Medis - Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal - Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. - Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup. - Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup. H. FOKUS PENGKAJIAN 1. Aktifitas / istirahat Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek Tanda : frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipinea 2. Sirkulasi Gejala : Arteosklerosis, penyakit jantung koroner Tanda : Kenaikan tekanan darah dan penyakit serebrovaskuler 3. Integritas Ego Gejala : ansietas, ego, depresi, eliforid, riwayat perubahan, kepribadian Tanda : gelisah, penyempitan kontinyu, perhatian otot mulai tegang, gerakan fisik cepat peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan / cairan Tanda : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak tinggi kolesterol, mual muntah, perubahan BB (meningkat/menurun) Tanda : adanya adema, obesitas 6. Neurosensori Gejala : keluhan pusing, gangguan penglihatan epitaksis Tanda : status mental, perubahan keterjagaan proses pikir respon motorik, penurunan kekuatan genggaman tangan/reflek, tandon dalam. 7. Nyeri (ketidaknyamanan) Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala, oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, nyeri abdomen/mussa 8. Pernafasan Gejala : distress, respirasi, bunyi nafas tambahan (krakles/mengisianosis) Tanda : dispenia yang berkaitan dengan aktiftas, takipnea, batu dari tanpa sputum, riwayat merokok. 9. Keamanan Gejala : Ganggung koordinasi/cara berkjalan, hipotensi, postura (Doengoes, 2000: 39) I. FOKUS INTERVENSI 1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan skemia miokard a. I : Pantau tekanan darah ukur pada kedua paha/tangan R : Memikirkan gambaran yang lebih lengkap b. I : Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas R : Untuk mengetahui adanya trakles c. I : Amati warna kulit, kelembapan, suhu dan masa pengisian kapiler R : Untuk mengetahui adanya dekompensasi jantung d. I : Catat adema umum tertentu R : Untuk mengidentifikasi gagal jantung e. I : Kolabroasi dengan dokter dalam pemberian diuretik izud klorotiazid R : Menurunkan tekanan darah pasien 2. Intolernasi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik a. I : Kaji respon pasien R : Membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stres aktifitas b. I : Intruksikan pasien tentang teknik hemat energi R : Mengurangi penggunaan energi serta O2 3. Nyeri : sakit kepala berhubungan dengan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral a. I : Mempertahankan tirah baring selama fase akut R : Meminimalkan stimulus meningkatkan relaksasi b. I : Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala misal : kompres dingin R : Menurunkan tekanan vaskuler serebral c. I : Meminimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meingkatkan sakit kepala R : Agar tidak terjadi sakit kepala 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakitnya a. I : Bahas pentingnya menghentikan merokok. R : Agar klien tidak merokok b. I : Beri penjelasan tentang pentingnya kerja sama dalam pengobatan R : Memudahkan pasien untuk sembuh c. I : Revisi tanda dan gejala R : Deteksi dini terjadinya komplikasi

5. Koping infektif berhubungan dengan relaksasi tidak adekuat a. I : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku R : Mengubah perilaku hidup seseorang b. I : Catat laporan gangguan tidur, keletihan R : Munkin indikator marah yang dapat membuat tekanan darah meningkat c. I : Libatkan pasien dalam perencaan perawatan dan beri dorongan partisipasi R : Memperbaiki ketrampilan koping d. I : Bantu untuk mengidentifikasi dan merencanakan perubahan hidup R : Menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya e. I : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. R : Pengenalan stressor langkah utama mengubah, respon seseorang terhadap stressor. DAFTAR PUSTAKA Doengoes Marylin, E. 2000, Rencana ASUHAN KEPERAWATAN Pedoman Untuk Perencaan dan Pendokumetasian Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. Edisi 3 : EGC, Jakarta. Engram, Bankono, 1999. Rencana ASUHAN KEPERAWATAN Edisi 8, EGC : Jakarta Smeltzer S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2, EGC : Jakarta. Sulalit, E, DKK. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. PKUI : Jakarta. Wijaya Kusuma H. Pembuluh Darah. Dkk. 2004. Ramuan Tradisonal Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Swadaya : Jakarta.
Email This

http://denfirman.blogspot.com/2010/06/laporan-pendahuluan-hipertensi.html

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP HIPERTENSI 1. KONSEP MEDIK A. Pengertian Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ). Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurangkurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Gambar.1. B. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori Normal Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg (atau) 80-89 mmHg (atau) 90-99 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg Stadium 1 Stadium 2 140-159 mmHg >= 160 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan. B. Penyebab Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 ) 1) Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. 2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ) c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o o C.

Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal Stenosis arteri renalis Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal Hiperaldosteronisme Sindroma Cushing Feokromositoma 3. Obat-obatan Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab Lainnya Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porfiria intermiten akut Keracunan timbal akut. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

D.

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ). Tanda dan Gejala Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: Sakit kepala Kelelahan Mual Muntah Sesak nafas Gelisah Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 ) 1. Tidak Ada Gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala Yang Lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. E. Penatalaksanaan Hipertensi Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : 1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh 3) Penurunan berat badan 4) Penurunan asupan etanol 5) Menghentikan merokok 6) Diet tinggi kalium b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 umur c). Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : a). Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. b). Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi : a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan 1) Dosis obat pertama dinaikan 2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama 3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh 1) Obat ke-2 diganti 2) Ditambah obat ke-3 jenis lain d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya 1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 2) Re-evaluasi dan konsultasi 3. Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan

kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut : a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas e. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter f. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu g. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita h. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi i. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah j. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari k. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi l. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin n. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering o. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi. E. Pemeriksaan Penunjang 1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

Gambar.2. 2. Pemeriksaan retina 3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung 4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri 5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
http://ners-asfi-ilmupengetahuan.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-askephipertensi.html

Laporan Pendahuluan Hipertensi


I. PENGERTIAN Menurut WHO (1999), tekanan darah yang berada di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. (Rahardjo,2001) The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan antihipertensi. (Susalit, 2001) Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.(Smeltzer,2001) II. KLASIFIKASI Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg dan hipertensi sistolik terisolasi lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.(Darmojo, 1999). Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) sebagai berikut : (Rahardjo, 2000) No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg) 1. Optimal <120 <80 2. Normal 120 129 80 84 3. High Normal 130 139 85 89 4. Hipertensi Grade 1 (ringan) 140 159 90 99 Grade 2 (sedang) 160 179 100 109 Grade 3 (berat) 180 209 100 119 Grade 4 (sangat berat) >210 >120 III. ETIOLOGI Prevalensi hipertensi bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo, 1999). Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa umur, jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur yang bertambah menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Ras kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibanding dengan orang kulit putih. Kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan akan memicu terjadinya hipertensi. (lany, 2001). Dapat dikatakan kebiasaan yang buruk akan memperberat resiko terjadinya hipertensi. Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya ateroslerosis, hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah. IV. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999). V. TANDA DAN GEJALA Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluhdarah dan pada kasus berat edema pupil. (Smeltzer, 2001). Tetapi pada penderita hipertensi pada umumnya memang tidak mempunyai tanda gejala spesifik. Sedangkan gejala yang lazim dirasakan adalah pusing serta kelelahan (Edward,1995). Hipertensi yang mendadak terjadi pada usia lanjut, memberi sugesti kemungkinan adanya hipertensi sekunder khususnya hipertensi renovaskuler (Darmojo, 1999).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. BUN : memebrikan informasi tentang perfusi ginjal 2. Glukosa : hiperglikemi dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin 3. Kalium serum : hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama 4. Kalsium serum : peningkatan dapat menyebabkan hipertensi 5. Kolesterol dan trigliserid serum : peningkatan dapat membentuk adanya plak ateromatosa 6. pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi 7. kadar aldosteron urin/serum : mengkaji aldosteronisme primer 8. urinalisa :mengisyaratkan disfungsi ginjal 9. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi 10. steroid urin : mengindikasikan hiperadrenalisme 11. IVP : mengetahui penyebab hieprtensi 12. Foto dada : menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung 13. CT skan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati 14. EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)

VII. PENATALAKSANAAN a). Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis. Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi. Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah. b). Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat-obatan. (Smeltzer,2001) Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut : i). Diuretik Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit gout dan kadar gula pada DM sedikit meningkat. ii). Beta Bloker Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll. iii). Antagonis Kalsium Antagonis kalsium bekerja dngan cara mengurangi jumlah kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin. iv). Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor atau ACE Inhibitor) ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal, yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan. v). Vasodilator Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid. vi). Golongan penghambat simpatetik Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001) VIII. PENGKAJIAN

1. Aktivitas / istirahat Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin 3. Integritas Ego Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stress multipel Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara 4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu 5. Makanan / Cairan Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensori Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik 7. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen 8. Pernapasan Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis 9. Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural 10. Pembelajaran / Penyuluhan Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard Hasil yang diharapkan : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD - Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima - Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi : a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler e. Catat edema umum f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas. g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi 2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman Intervensi : a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan c. Batasi aktivitas d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi 3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu Hasil yang diharapkan : - Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. - Haluaran urin 30 ml/ menit - Tanda-tanda vital stabil Intervensi : a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan d. Amati adanya hipotensi mendadak e. Ukur masukan dan pengeluaran f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan 4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

Hasil yang diharapkan : - Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini - Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan Intervensi : a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah. f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

DAFTAR PUSTAKA

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995 Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 1999. Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000 Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001 Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003 Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995 Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996 Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

http://73-xsystem.blogspot.com/2011/01/laporan-pendahuluan-hipertensi.html

You might also like