You are on page 1of 5

SISTEM ECO-OFFICE UNTUK PENGHEMATAN AIR DI GEDUNG KANTOR

Kantor merupakan bangunan yang banyak tersebar di perkotaan setelah perumahan, namun hampir selalu luput dari perencanaan dalam pengolahan dan pemanfaatan air (baik air hujan dan air limbah) di suatu kota. Hal ini disebabkan karena kantor dianggap sebagai bangunan yang paling sedikit membutuhkan air dan paling sedikit membuang air limbah, sebab para pegawainya tidak tinggal dan tidur selama 24 jam di kantor. Namun sebenarnya, kantor juga menghasilkan air buangan yang cukup besar untuk dapat dimaanfatkan kembali sebagai air bersih. Sistem inilah yang disebut sebagai sistem menutup siklus air, sehingga air buangan dan air hujan digunakan sebagai sumber air bersih dan begitu seterusnya. Area perkantoran yang dominan saat ini adalah sebuah lahan yang memiliki bangunan inti (kantor) dan hampir seluruh sisa lahan yang ada dimanfaatkan sebagai lahan parkir sehingga ditutupi dengan perkerasan atau beton. Hal ini menyebabkan air hujan tidak dapat meresap kembali ke dalam tanah dan tabungan air di dalam tanah semakin menipis di musim kemarau. Padahal ada banyak cara untuk mengisi tabungan air yang dapat dimanfaatkan di saat kemarau, diantaranya dengan memasang paving block atau grass block. Dengan grass block air hujan masih dapat meresap sebagian ke dalam tanah, namun lahan tersebut tetap keras dan tidak becek untuk dijadikan sebagai tempat parkir. Selain itu dapat pula dibuat beberapa biopore yang dapat digunakan untuk membantu proses menyerapnya air ke dalam tanah. Sisa air yang tidak terserap (melimpas) akan masuk ke dalam saluran drainase di pinggir lahan dan akan dialirkan masuk ke dalam kolam resapan A. Air dari kolam resapan A ini akan digunakan kembali untuk menyiram tanaman di taman mini. Sedangkan air hujan yang melimpas disekitar bangunan, dapat ditangkap atau dikumpulkan dengan menggunakan talang air yang dipasang diujung-ujung bawah atap bangunan secara horizontal disepanjang atap dan akhirnya dialirkan melalui pipa vertical untuk dimasukkan ke dalam sumur resapan B yang dapat dibuat di basement bangunan maupun diluar bangunan (di halaman) jika masih ada ruang kosong yang memungkinkan. Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah : 1. Ukuran leader (pipa tegak) dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya. 2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling aman adalah untuk 150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan 1 inci luas leader. Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local.

3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap dan bentuk gutter. 4. Jenis gutter (talang) terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari lebarnya. 5. Gutter (talang) berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling ekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsi yang tepat antara kedalaman dan lebar gutter. Ukuran gutter tidak boleh lebih kecil dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci. 6. Tabel beban maksimum yang diijinkan untuk talang atap (untuk m2 luas atap).
Pipa datar pembuangan air hujan Talang atap datar terbuka Diameter Pipa tegak air pipa Kemiringan (%) Kemiringan (%) hujan inch mm 1 2 4 0,5 1 2 4 2 50 63 2 1/2 65 120 3 80 200 75 105 150 15 20 30 40 4 100 425 170 245 345 30 45 65 90 5 125 800 310 435 620 55 80 115 160 6 150 1290 490 700 990 85 125 175 250 8 200 2690 1065 1510 2135 180 260 365 520 10 250 1920 2710 3845 330 330 665 945 12 300 3090 4365 6185 15 375 5525 7800 11055

Tabel ini berdasarkan curah hujan 100 mm/jam. Bila curah hujan lebih besar, nilai luas pada tabel tersebut di atas harus disesuaikan dengan cara mengalikan nilai tersebut dengan 10 lalu dibagi kelebihan curah hujan dalam mm/jam. Agar air dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, akan lebih baik jika pada talang air dipasang saringan berupa kasa untuk mencegah masuknya binatang, kotoran maupun sampah ke saluran talang yang dapat mengotori air tersebut. Dapat pula dipasangi unit filtrasi sebelum air memasuki bak resapan air. Kapasitas dari bak resapan tidak perlu terlalu besar, jika kantor berada di wilayah dengan curah hujan yang cukup tinggi di periode tertentu maka dapat dibuat roof tank untuk mengisi tandon air di atas atap bangunan untuk mengantisipasi meluapnya air hujan di kolam resapan. Sehingga selain meresapkan air ke dalam tanah, air juga dapat dijadikan sebagai cadangan air bersih di atas bangunan. Dalam sistem eco-office dilakukan pula pengelolaan air buangan (grey water) yang berasal dari proses pencucian di dapur maupun toilet (limbah utamanya merupakan surfaktan, fosfat dan kandungan organik). Pengelolaan grey water ini dapat menggunakan sistem filtrasi untuk menyaring lemak dan zat-zat yang tidak dikehendaki untuk berada di dalam air atau menggunakan fitoremediasi, yaitu memanfaatkan tanaman sebagai pengurai alami dalam suatu kolam (kolam C) dari kandungan yang terdapat di dalam grey water hingga aman untuk dibuang atau dapat dimanfaatkan kembali sebagai air bersih. Demikian pula dengan air

buangan yang berasal dari kegiatan wudhu. Air ini jumlahnya cukup banyak dan merupakan sumber buangan yang pasti ada di setiap kantor. Sehingga air ini dapat diolah kembali untuk digunakan kembali sebagai sumber air bersih atau sebagai sumber air untuk wudhu kembali. Secara agama menurut MUI hal ini diperbolehkan selama proses nya sesuai dengan prosedur dan menggunakan unit-unit yang halal dan tidak menimbulkan najis baru. Pengelolaan ini dapat menggunakan membrane maupun unit filtrasi dan mlalui karbon aktif (dalam kolm D) untuk menyaring kotoran-kotoran dan memastikan bahwa air ini benar-benar bersih dan dapat digunakan kembali untuk air wudhu. Terakhir adalah pengelolaan air yang berasal dari buangan kloset atau black water. Selain air, buangan ini juga mengandung limbah padat buangan manusia. Sehingga dalam pengelolaannya perlu septic tank dari bahan beton (biasa disebut septic tank bio filter/STBF) yang benar-benar kedap agar tidak mencemari tanah dan air tanah. Pemilihan septic tank jenis ini dikarenakan proses didalamnya dapat menurunkan kadar COD hingga jauh di bawah standarnya yaitu 100 mg/L, sebab proses yang terjadi merupakn proses biologis yang dikembangkan dalam bio media yang letaknya ada di dalam STBF sendiri. Peletakan STBF ini harus berjarak 10 meter dari sumur resapan, 1,5 meter dari bangunan, serta 3 meter dari pipa air bersih. Besarnya STBF disesuaikan dengan jumlah buangan black water dari bangunan sendiri. Jika kebutuhan air bersih menurut SNI plumbing 03-7065-2005 sebanyak 20 L/orang/hari dan jumlah karyawan di satu kantor adalah 20 orang, maka jumlah air buangan yang dihasilkan adalah sebesar 320 L/hari (diambil 80% dari total kebutuhan air bersih). Volume tangki septik = jumlah air buangan x waktu detensi = 320 L/hari x 3 hari = 960 l = 0,96 m3 STBF ini terbagi menjadi 4 kompartemen yang masing-masingnya memiliki proses yag berbeda-beda. Kompartemen pertama merupakan unit pengendapan awal untuk mengendapkan padatan-padatan yang terkandung di dalamnya. Kompartemen kedua merupakan tempat kontak limbah dengan bakteri yang dikembangkan secara attached growth. Sedangkan kompartemen kedua adalah bak pengendapan akhir dan dilanjutkan ke kompartemen keempat ke sumur karbon aktif untuk menjernihkan air. Sehingga air yang dikeluarkan dari outlet sudah bersih dan dapat dipompa ke roof tank untuk dijadikan sebagai sumber air bersih. Atau digunakan sebagai sumber air penggelontor toilet kembali. Dengan demikian kebutuhan air bersih dapat dihasilkan dari pemafaatan ulang air buangan dan air limpasan hujan yang ada, tanpa membebankan semuanya ke PDAM. Hal inilah prinsip dari sistem menutup siklus air yang dapat diterapkan di eco-office.

atau

Air dari bak resapan air hujan + air wudhu olahan

Air dari STBF + pengoalhan grey water

Untuk Air ke lavatory dan keran wudhu

Untuk air pengisi flush tank toilet.

You might also like