You are on page 1of 7

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

in kimia analisis, uji pendahuluan / by S Hamdani / Analisis kimia pada dasarnya terbagi menjadi dua pekerjaan utama yang dikenal dengan analisis secara kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel uji. Metode yang dipakai untuk tujuan ini bisa secara klasik atau instrumen, metoda klasik yang paling utama adalah analisis warna atau reaksi warna, metode ini dipakai untuk senyawa anorganik (kation dan anion), atau juga untuk senyawa organik seperti sering digunakan untuk skrining fitokimia dalam penentuan metabolit sekunder tumbuhan. Metoda lain dalam tujuan ini adalah uji warna nyala, kedua metoda tersebut diawali dengan analisis organoleptis atau uji pendahuluan. Instrumen analisis yang dikenal saat ini sebagian besar dapat melakukan analisis kualitatif tergantung dari spesifikasi instrumen. Contohnya Spektrofotometer UV-Vis untuk senyawa organik yang memiliki gugus kromofor, AAS untuk logam-logam (walau jarang untuk kualitatif), HPLC untuk senyawa-senyawa organik, Spektrofotometer IR untuk analisis gugus fungsi senyawa organik, dll. Analisis kuantitatif adalah pekerjaan yang bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel. Metoda klasik yang paling populer adalah titrasi (metoda volumetri) dan gravimetri. Instrumen analisis yang saat ini paling banyak digunakan adalah HPLC dan spektrofotometer UV-Vis untuk senyawa organik, sedangkan untuk logam AAS masih menjadi pilihan utama, dan instrumen lain tergantung dari sifat senyawa yang akan ditentukan.

analisa kualitatif & kuantitatif


20 May 2012 Leave a Comment by dessdonndinn in Uncategorized BAB I

PENDAHULUAN

Analisis adalah suatu upaya penguraian satu pengertian ilmiah yang bertujuan untuk menentukan susunan bahan baik secara kualitatif, kuantitatif, maupun struktur. Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang menyangkut penetuan jumlah zat tertentu yang ada di dalam suatu sample. Analisis kuantitatif terdiri atas analisa titrimetri, analisa gravimetri dan analisa instrumental. Analisis titrimetri berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Analisis gravimetri merupakan analisa yang menyangkut pengukuran berat. Sedangkan, analisa instrumental adalah merupakan analisa yang menyangkut pengukuran berat. Tujuan dari praktikum Pengenalan Analisa Kuantitatif adalah untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan mengukur kadar asam cuka. Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengenal dan memahami apa yang disebut analisa kuantitatif dan dapat mengetahui kadar asam cuka perdagangan sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan nyata. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Analisa Kuantitatif

Analisa dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan ilmiah (dalam ilmu sosial) atau suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen penyusunnya sehingga dapat dikaji secara langsung (Sudarmadji et al, 1989). Zat yang ditetapkan tersebut seringkali dinyatakan sebagai konstituen/analit yang menyusun sebagian besar atau sebagian kecil dari sample yang dianalisis (Underwood, 2002). Kata analisa (analisis) berasal dari bahasa Yunani kuno yang masuk kedalam bahasa Latin modern yaitu kata analusis yang berarti melepaskan. Kata analusis sendiri terdiri atas dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali dan luein yang berarti melepas sehingga analuein berarti melepas kembali atau mengurai (Sudarmadji et al,. 1989). Analisa kuantitatif adalah analisis kimia yang mencari kadar kandungan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu cuplikan atau sampel (Pudjaatmaka, 2002). Analisa kuantitatif bertujuan menentukan kadar ion atau molekul suatu sampel (Sumardjo, 2006). Data yang diperoleh dapat ditinjau lebih lanjut dan data yang diperoleh juga dapat digunakan untuk menetapkan komponen atau penyusun bahan tersebut (Haryadi, 1993). Prinsipnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada penambahan tiap titrasi, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperkirakan indikator/diperlukan indicator untuk melihat titik akhir titrasi (Khopkar, 2003). 2.2. Macam-macam Analisa Kuantitatif 2.2.1. Analisa Titrimetri Analisis titrimetri dianggap lebih baik dalam menunjukkan proses titrasi dibandingkan dengan analisis volumetri (Pudjaatmaka dan Setiono, 1994). Analisa titrimetri adalah pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan (Rivai, 2006). 2.2.2. Analisa Gravimetri Analisa gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan zat lainnya. Analisa gravimetri adalah analisa yang menyangkut pengukuran berat (Rivai, 2006). Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna hingga kualitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat terdeteksi (Day dan Underwood, 2002). 2.2.3. Analisa Instrumental

Analisa kuantitatif instrumental didasarkan pada interaksi energy dengan materi (matter- energy interaction). Juga didasarkan pada pengukuran besaran fisik untuk menetukan jumlah zat atau komponen yang dicari atau non-stoikhiometri. Diatas disebutkan interaksi materi energy. Energy ada bermacam-macam antara lain cahaya, listrik, panas, maka instrumental ini juga bermacammacam menurut macam energy yang digunakan dan dalam penggunaan energy tertentu. Istilah instrumental merujuk pada suatu instrumen yang khusus dalam tahap-tahap pengukuran suatu sampel (Day dan Underwood, 2002). BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Kimia Dasar Pengenalan Analisa Kuantitatif dilaksanakan pada hari Minggu, 10 Oktober 2010, pada pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

3.1. Materi

Alat yang digunakan antara lain buret, statif dan klem yang digunakan sebagai alat titrasi, erlenmeyer digunakan untuk tempat pengenceran larutan yang digunakan (100 ml dan 250 ml), labu ukur digunakan untuk mengukur banyaknya larutan yang dibutuhkan (100 ml dan 250 ml), pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan dengan volume sedikit (5ml), timbangan digunakan untuk menimbang Asam Oksalat yang dibutuhkan serta sendok untuk mengambil Asam Oksalat dari tempatnya. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain Asam Oksalat Standar (H2CO4), NaOH 0,1N, Fenolftalein (PP) 1%, Asam cuka Sukasari. 3.2. Metode

3.2.1. Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar

Metode ini digunakan untuk mengetahui harga normalitas NaOH. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menimbang dengan tepat 0,63 gram Asam Oksalat, kemudian memasukkannya

kedalam labu ukur dan mengencerkannya sehingga volumenya 100 ml. Kemudian mengisikan larutan tersebut ke dalam buret. Memipetkan 15 ml NaOH dan masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein. Kemudian larutan NaOH tadi dititrasi dengan larutan Asam Oksalat standar sampai warna merah indikator tepat hilang dan mencatat volume Asam Oksalat yang dibutuhkan. Melakukan titrasi sebanyak dua kali dan kemudian menghitung konsentrasi NaOH sesungguhnya.

3.2.2. Penetapan kadar asam cuka

Mengisikan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret. Kemudian mengencerkannya dengan aquades hingga volumenya 250 ml. Memasukkan 25 ml larutan cuka tadi kedalam erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes Fenolftalein, kemudian diitrasi dengan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya. Mencatat volume NaOH yang dibutuhkan dalam titrasi tersebut dan melakukan titrasi tersebut sebanyak dua kali. Menghitung kadar asam Asam Cuka Sukasari. BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar

Tabel 1. Hasil Standarisasi NaOH Volume Asam Oksalat (ml) 16,3 14,1 15,2

Titrasi I
Titrasi II

Rata-rata Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2010.

Tabel diatas menunjukkan bahwa volume asam oksalat yang dibutuhkan pada titrasi pertama dan kedua berbeda, dan dari perbedaan tersebut diambil rata-rata dari keduanya yang kemudian digunakan untuk menghitung normalitas NaOH. Proses titrasi dihentikan setelah warna merah pada NaOH tepat hilang, maka perhitungan volume asam oksalat yang dibutuhkan untuk titrasi

dilakukan. Setelah dilakukan percobaan sebanyak 2 kali didapat hasil yang tercantum dalam tabel pengamatan. Normalitas NaOH sebesar = 0,10133 N. Hal ini sesuai dengan pendapat Khopkar (2003) yang menyatakan bahwa tercapainya titik akhir titrasi pada percobaan ini pada prinsipnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada penambahan tiap titrasi.

4.2. Pengukuran Kadar Asam Cuka Sukasari

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Asam Cuka Volume NaOH (ml) 5,4 8,5 6,95

Titrasi I Titrasi II Rata-rata

Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2010. Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata volume NaOH yang digunakan pada kedua titrasi dapat digunakan untuk megukur kadar asam cuka yang akan dicari. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryadi (1993) yaitu data yang diperoleh pada standarisasi dengan asam oksalat standar dapat ditinjau lebih lanjut dan data yang diperoleh juga dapat digunakan untuk menetapkan komponen atau penyusun bahan lain. NaOH merupakan larutan standar sekunder, maka sebelum digunakan terlebih dahulu larutan NaOH tersebut distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan suatu standar primer. Dalam percobaan ini digunakan cuka cap Sukasari, yang setelah dititrasi berwarna bening karena terjadi reaksi antara basa lemah (CH3COOH) dengan asam kuat (NaOH). NaOH(aq) + CH3COOH(aq) NaCH3COO(aq) + H2O(l) Reaksi penetralan antara asam lemah dan basa kuat akan menghasilkan garam yang bersifat basa (hidrolisasi sebagian) sehingga indikator PP memberikan warna merah muda pada akhir titrasi. Pengenceran Asam Cuka Sukasari dengan pentritasi larutan NaOH sedikit demi sedikit telah berubah warna menjadi putih. Titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu tua. BAB V

KESIMPULAN

Larutan NaOH yang ditetesi Fenolftalein akan berwarna merah yang menunjukkan bahwa terjadinya reduksi dengan basa. Dan setelah larutan NaOH yang telah ditetesi dengan Fenolftalein dititrasi Asam Oksalat Standar, lama kelamaan berwarna bening karena terjadi reaksi antara basa kuat (NaOH) dan asam lemah (CH3COOH). Praktikum Pengenalan Analisa Kuantitatif dapat menyimpulkan bahwa analisa kuantitatif memberikan informasi mengenai berapa banyak komposisi dari suatu komponen dan praktikan dapat mengetahui cara menentukan kadar asam cuka. DAFTAR PUSTAKA Day, R. A., dan A. L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta. Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta. Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Pudjaatmaka, A.H. dan L. Setiono. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Organik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Pudjaatmaka, A. H. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta. Rivai, H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Press, Jakarta.

You might also like