You are on page 1of 4

POINT OF INTERVENTION OF THE INDONESIAN UPPER HOUSE ( DPD

RI ) ON THE AGENDA ITEMS OF 17TH APPF MEETING


In Vientiane, Lao PDR, 11 – 15 January 2009

Sustainable Tourism.

In Indonesia Development Guidelines 1999, tourism in Indonesia has to be developed through


an integrated system, interdisciplinary, participatory approach, using economical and technical
criteria, ergonomic, sosio cultural sensitivity, energy saving, nature conservation and
minimizing the environmental impact. The old tourism development approach has been
changed to increase the welfare of local people participating in tourism.

Based on this fact, the opportunity to develop ecotourism as a strategy to build sustainable
tourism is huge.

Indonesia considers that ecotourism is a comprehensive tool to conserve biodiversity and to


involve local communities and organize in a participatory approach to drive maximum benefit
in a sustainable way. Ecotourism has a potential to improve the quality of the environment,
cultural values, local community prosperity, and the quality of human relations in general.

All the abovementioned hope in regard with sustainable tourism would become reality if the
following activities can be focused, accelerated and arranged as :

a. Research and planning

Actively conducting research to find a simple solution in creating models of ecotourism


development.

b. Capacity Building

Improving technical capacity is one of the key of success factors in achieving sustainable
tourism management. Empowerment is not only be enhanced at local community level but
more importantly at the level of tourism developers, managers and decision makers. It’s also
necessary to build the capacity of ecotourism planning and management by facilitating
information access, providing human resources development through training and provide
opportunity for internship.

c. Destination Development

Facilitating regional and local partners to develop their areas to become ecotourism
destination becomes a priority. The role of destination development creates a model of
ecotourism development which is appropriate for and can accommodate nature conservation,
cultural heritage and community participation.

1
Some examples in the development of community based ecotourism can be found in West Bali
National Park, Togean Islands - Central Sulawesi, Conservation Education based ecotourism
in Gunung Halimun National Park - West Java, Ecotourism Development in Betung Kerihun
National Park in West Kalimantan, Community Based Ecotourism Development in Menoreh
and Borobudur, Magelang district – Central Java, and Wakatobi Island for marine tourism in
South East Sulawesi.

d. Marketing

Taking the opportunity to promote ecotourism products, in the form of books, newsletters,
policy papers and ecotourism packages. As marketing is one of the biggest obstacles in
community based ecotourism development in Indonesia, it needs a coordinated marketing
efforts and supported marketing through its international networking.

e. Monitoring and Evaluation

To guarantee visitors satisfaction, local economic growth, natural resources protection,


positive cultural exchange, heritage preservation and community involvement in
ecotourism. It needs to develop guidelines to monitoring and evaluation for ecotourism
destinations as part of its responsibility to minimize negative impact. For example,
monitoring system in Bodogol Conservation Education Center in Gunung Gede Pangrango
National Park, implementing environmental programs in number of hotels in Bali under
Bali Focus and supported by Center for Environmental Leadership in Business
Conservation International.

2
Bahasa Indonesia

Pariwisata Berkelanjutan

Dalam Pelita 1999, turisme di Indonesia dikembangkan melalui sistem yang terintegrasi,
interdisiplin, dnegan pendekatan partisipatif, menggunakan kriteria ekonomi dan teknis,
ergonomic, sensitivitas sosio kultural, penghematan energi, konservasi sumber daya alam, dan
meminimalkan dampak lingkungan. Pendekatan lama dari ekoturisme telah diubah untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk local yang berpartisipasi dalam pariwisata.

Berdasarkan pada fakta ini, maka peluang untuk mengembangkan ekoturisme sebagai strategi
untuk membangun pariwisata berkelanjutan adalah besar.

Indonesia berpendapat bahwa ekoturisme merupakan alat yang komprehensif untuk memelihara
keaneka ragaman hayati ( biodiversities ) dan diorganisir dengan pendekatan partisipatif untuk
mencapai benefit maksimal secara berkelanjutan. Ekoturisme mempunyai potensi untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, nilai – nilai budaya, kemakmuran masyarakat, dan kualitas
hubungan antar manusia secara umum.

Semua harapan di atas dalam kaitannya dengan pariwisata berkelanjutan, akan menjadi
kenyataan bila aktivitas beirkut ini dapat difokuskan, dipercepat dan dilakukan sebagai berikut :

a. Penelitian dan perencanaan

Secara aktif melakukan riset untuk menemukan solusi yang mudah dalam menciptakan model
pengembangan ekoturisme.

b. Pembangunan Kapasitas

Peningkatan kapasitas teknis meurpakan salah satu kunci sukses dalam mencapai manajemen
pariwisata berkelanjutan. Pemberdayaan tidak hanya ditingkatkan pada tingkat komunitas local
namun lebih penting lagi untuk dilakukan pada tingkat para pengembang pariwisata, manager
dan para pembuat keputusan. Penting juga sekiranya untuk membangun kapasita sdari
perencanaan ekoturisme dan manajemen dengan memfasilitasi ketersediaan akses informasi,
mengembangkan SDM melalui pelatihan dan memberikan kesempatan untuk magang.

c. Pengembangan Tujuan Wisata

Memfasilitasi partner regional dan local untuk mengembangkan wilayahnya untuk menjadi
destinasi ekoturisme adalah prioritas. Peran pengembangan tujuan wisata menciptakan suatu
model pengembangan ekoturisme yang sesuai dan dapat menampung konservasi sumber daya
alam, warisan budaya dan partisipasi masyarakat.

Beberapa contoh dalam pengembangan komunitas berdasarkan ekoturisme dapat ditemukan di


Taman Nasional Bali Barat, Pulau Togean, Sulawesi Tengah, pendidikan Konservasi berdasarkan
ekoturisme di Taman Nasional Gunung Halimun Jabar, pembangunan Ekoturisme di Taman

3
Nasional Betung Kerihun di Kalbar, pengembangan ekoturisme di Menoreh dan Borobudur,
Magelang, Jateng, dan kepulauan Wakatobi untuk ekowisata bahari di Sultra.

d. Pemasaran

Memperoleh peluang untuk mempromosikan produk – produk ekoturisme, dalam bentukbuku,


newsletter, kebijakan ( policy papers ) dan paket – paket ekoturisme. Mengingat pemasaran
adalah kendala pemasaran dalam pengembangan ekoturisme berdasarkan komunitas di
Indonesia, maka ia memerlukan upaya pemasaran yang terkoordinasi dan dukungan pemasaran
melalui jejaring internasional.

e. Monitoring dan evaluasi

Untuk menjamin kepuasan pengunjung, pertumbuhan ekonomi lokal, perlindungan sumber daya
alam, pertukaran kebudayaan yang positif, pelestarian budaya dan keterlibatan komunitas dalam
ekoturisme. Perlu dibuat suatu pedoman untuk monitoring dan evaluasi untuk tujuan ekoturisme
sebagai bagian dari tanggung jawab untuk meminimalkan dampak negatif. Misalnya,system
monitoring di Pusat pendidikan Konservasi Bodogol di Taman Nasional Gunung Gede-
Pangrango, mengimplementasikan program lingkungan di berbagai hotel di Bali dalam bali Focus
dan didukung oleh Pusat Kepemimpinan Lingkungan dalam Internasional Konservasi Bisnis.

You might also like