You are on page 1of 4

Fenomena Bising Gelombang bunyi (akustik) adalah salah satu jenis fenomena gelombang yang dapat ditemui pada

kehidupan sehari-hari. Gelombang ini dapat ditemui dalam bentuknya yang alami maupun berasal dari aktivitas buatan manusia. Suara binatang, gemuru h gempa bumi, letusan gunung berapi adalah contoh gelombang akustik di alam. Se mentara musik, bising kendaraan, mesin pabrik, adalah contoh fenomena akustik ak ibat adanya aktivitas manusia. Di antara gelombang akustik tersebut, ada yang di sebut sebagai noise atau bising. Bising atau noise dalam konteks akustik memiliki beberapa arti: bunyi atau suara yang keras, tidak disenangi, tidak terprediksi, tidak diing inkan gangguan, dalam bentuk acak dan terus menerus, yang membuat sinyal menjadi t idak jelas atau tereduksi Pada dasarnya, bising berbentuk gelombang suara itu sendiri yang dapat berasal dari mana saja, dan bentuk apa saja. Hanya saja, status bising akan ditentukan o leh konteks situasi gelombang yang diinginkan dan tidak diinginkan. Contoh seder hana yang akan membuat definisi bising lebih jelas adalah sebagai berikut. Di st udio musik, percakapan orang-orang akan menjadi status bising karena pada saat i tu sedang dilakukan perekaman. Sebaliknya, di ruang pertemuan, musik akan menjad i bising karena saat itu gelombang akustik yang diinginkan adalah suara percakap an, selainnya akan mengganggu pertemuan. Fenomena bising itu sendiri mencakup skala yang luas. Salah satunya adalah bisin g berbentuk suara keras yang mengganggu kenyamanan dan keamanan akustik lingkung an bagi kehidupan manusia. Sebagian mesin pabrik yang menghasilkan suara yang sa ngat keras, bisa merusak indra pendengaran karyawan di sekitarnya, dan bahkan bi sa mengganggu ketenangan masyarakat sekitar. Saat ini manusia sedang dan akan terus melakukan penelitian tentang pengendalian bising dalam skala industri, terutama berkaitan dengan instrumen dan proses yan g menghasilkan suara yang tidak diinginkan, semata-mata bertujuan menjaga kenyam anan dan keamanan bagi manusia di sekitarnya. Teknologi Pengendalian Bising Teknologi pengendalian bising (noise control technique) adalah teknik mengendali kan gelombang suara berupa noise (bising) untuk mereduksi bahkan menghilangkan b ising. Sesuai arti terminologinya, bising berarti gelombang akustik yang tidak d iinginkan, sehingga harus direduksi atau dihilangkan. Saat ini telah berkembang banyak teknik pengendalian bising dari skala sinyal maupun pada tingkat intensit as suara yang tinggi. Secara konsep, cara menghilangkan kebisingan adalah dengan terlebih dahulu menge tahui karakteristik propagasi gelombang akustik sendiri, yang terdiri atas refle ksi, refraksi, absorpsi, dan transmisi. Refleksi adalah peristiwa pemantulan gelombang bunyi saat ia bertumbukan dengan sebuah permukaan. Misalkan kita tinjau sebuah titik permukaan yang ditumbuk gelo mbang akustik. Jika gelombang datang dengan sudut datang i maka akan dipantulkan dengan sudut r dengan i = r, sesuai hukum pemantulan. Selanjutnya kita tinjuan permukaan secara lebih besar. Kita akan melihat bahwa p emantulan yang terjadi akan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan tersebu t. Permukaan yang rata sempurna menghasilkan pemantulan yang teratur. Sebaliknya , permukaan yang kasar akan memamtulkan gelombang secara baur/difus.

Refraksi atau pembiasan, adalah fenomena gelombang akustik saat ia melewati medi um yang memiliki kerapatan yang berbeda. Akibatnya, terjadi pembelokan arah ramb at gelombang berdasarkan persamaan Snellius. Absorpsi adalah peristiwa konversi energi akustik menjadi energi termal pada zat permukaan, sehingga akan terjadi pengurangan intensitas bunyi setelah ia melewa ti permukaan tersebut. Sementara transmisi berarti diteruskannya gelombang akust ik saat ia melewati sebuah lapisan permukaan. Dari keempat pola propagasi di atas, yaitu refleksi, refraksi, absorpsi, dan tra nsmisi, rekayasa pengendalian bising dapat disusun dengan salah satu atau bebera pa dari pola tersebut. Beban Akustik Struktur (Structure-Borne Sound) Gelombang bunyi atau akustik mempengaruhi medium propagasinya melalui perubahan tekanan terhadap ruang dan waktu. Semua medium, baik gas maupun padat, akan men galami regangan/kompresi torsional akibat perubahan tekanan ini. Struktur padat yang umumnya dianalisis beban akustiknya adalah plat dan batang/tiang. Pengaruh penting pada analisis beban akustik pada struktur adalah gejala gelomba ng berupa pembelokan gelombang yang dapat terjadi pada plat dan batang. Berlawan an dengan ketergantungannya saat propagasi dalam gas dan cairan, panjang gelomba ng flexure pada struktur padat bergantung pada frekuensi, tepatnya proporsional terhadap akar frekuensi. Untuk sinyal gelombang mekanik yang terdiri atas bebera pa frekuensi, setiap komponen spektral merambat pada cepat rambat berbeda yang kemudian menentukan profil sinyal gelombang setelah terjadi dispersi. Pada dispe rsi ini, panjang gelombang yang dibelokkan berbanding terbalik dengan akar kuadr at frekuensi. Hasilnya, panjang gelombang bias di bawah frekuensi kritis berni lai lebih kecil daripada panjang gelombang suara di udara . Sebaliknya, > adal ah benar untuk semua nilai f di atas . Fakta ini memainkan peranan penting dala m peristiwa pembiasan gelombang, terutama gelombang bunyi, saat melewati lapisan pelat seperti dinding, atap, jendela, dan sejenisnya. Ambang frekuensi pada mat erial berbanding terbalik dengan ketebalannya , . Frekuensi kritisnya akan ting gi untuk pelat yang tebal dan akan rendah untuk pelat yang tebal. Resonansi dapat terjadi pada struktur batang dan pelat yang memiliki panjang ter batas, dengan kondisi hanya sedikit energi yang hilang pada daerah sekitar permu kaan material. Frekuensi resonansi bergantung pada beban material (material bear ing). Pada batang, selisih antara peningkatan frekuensi resonansi sebanding deng an peningkatan frekuensi, yang akan mengurangi kerapatan resonansi. Pada struktu r pelat, kerapatan resonansi adalah konstan, tidak terikat terhadap frekuensi. P ola vibrasi resonansi akan tergantung pada profil gelombang yang mengenainya. Isolasi Elastis (Elastic Isolation) Dengan sistem elastis menggunakan pegas atau material lunak, isolasi elastis ant ara sumber bunyi dan fondasi bangunan akan benar-benar mereduksi penjalaran bisi ng menuju struktur fondasi bangunan. Di bawah frekuensi resonansi, insertion los s pada sistem massa-pegas dapat mencapai 0 dB. Pada frekuensi resonansi, perlaku an insertion loss akan memiliki nilai negatif, bergantung pada kerugian pada peg as. Efek peredamah hanya akan terjadi di atas frekuensi resonansi material fonda si bangunan. Di sini, perlakuan insertion loss sebesar 12 dB per oktaf. Sasaran utama pengontrolan bising pada kasus ini adalah bagaimana mengadakan resonansi p ada frekuensi rendah dengan pegas seempuk mungkin. Kita lakukan pendekatan bahwa fondasi struktur hanya dipengaruhi oleh jumlah ins ertion loss. Jika fondasinya berupa karakter massa, frekuensi resonansi bergeser ke tas. Jika fondasinya berupa karakter pegas, insertion loss mencapai ketidakt erikatan pada frekuensi saat melebihi frekuensi resonansi. Nilai ini didefinisik

an sebagai perbandinga kekakuan fondasi terhadap pegas. Pemanfaatan efek elastis ini juga sangat dipengaruhi oleh profil dinamis getaran dari sumber bunyi/bisin g. Sebelum mengimplementasikan reduksi elastis ini, sangat disarankan untuk melakuk an pengecekan terhadap transmisi gelombang bising yang merambat dari titik konek si sumber bising dengan fondasi, apakah jalur transmisinya menuju ke daerah isol asi atau jalan lain. Ada beberapa yang harus diperhatikan : Vibrasi struktur padat tidak dibatasi hanya pada satu derajat kebebasan (ger ak translasi pada satu sumbu). Objek sumber getaran dapat dipastikan membentuk g etaran translasional dan rotasional pada tiap sumbu ruang. Untuk menghindari ger ak paralel terhadap fondasi atau getaran mengayun , pusat gravitasi yang rendah aka n sangat baik, yang dapat dicapan dengan tambahan massa. Mesin, peralatan, dan sebagainya, tidak selalu dalam bentuk massa yang padat . Sebaliknya, benda-benda tersebut pun dapat mengalami deformasi elastik saat te rjadi fenomena resonansi pada dirinya sendiri. Massa yang dinamis (selalu berger ak), berlaku untuk frekuensi resonansi beban, karena itu dapat lebih didekati da ripada massa yang diam. Pada kenyataannya, pegas dapat membentuk alunan gelombang pada dirinya sendi ri, dimana gelombang berdiri dapat terjadi pada frekuensi tinggi. Penyerap Bunyi (Sound Absorbers) Saat mendesain ruangan, masalah akustik yang sering terjadi adalah pengaruh pant ulan bunyi pada dinding yang tidak diinginkan. Di bangunan pabrik, contohnya, sa ngat penting untuk mencegah bising yang dipancarkan oleh mesin ke daerah sekitar yang lebih jauh lewat transmisi atau refleksi. Ada ide tentang pembuatan dindin g yang dapat menyerap hingga seluruh gelombang akustik yang menumbuknya. Di sisi yang lain, suara pembicara pada ruang pertemuan terkadang memang diranca ng agar hanya refleksi tertentu yang diizinkan sampai pada pendengar. Pantulan k edua atau pemantulan tak langsung akan dicegah agar tidak terjadi gaung pada jum lah yang diatas batasnya. Perhitungan tingkat penyerapan bunyi bergantung pada sebuah koefisien absorpsi. Koefisien ini bergantung pada dua hal, yaitu frekuensi bunyi dan struktur permuk aan dinding. Permukaan yang kasar dan lunak akan baik menyerap gelombang bising. adalah benar untuk semua nilai f di atas . Fakta ini memainkan peranan penting dalam peristiwa pembiasan gelombang, terutama gelombang bunyi, saat melewati la pisan pelat seperti dinding, atap, jendela, dan sejenisnya. Ambang frekuensi pad a material berbanding terbalik dengan ketebalannya , . Frekuensi kritisnya akan tinggi untuk pelat yang tebal dan akan rendah untuk pelat yang tebal. Resonansi dapat terjadi pada struktur batang dan pelat yang memiliki panjang ter batas, dengan kondisi hanya sedikit energi yang hilang pada daerah sekitar permu kaan material. Frekuensi resonansi bergantung pada beban material (material bear ing). Pada batang, selisih antara peningkatan frekuensi resonansi sebanding deng an peningkatan frekuensi, yang akan mengurangi kerapatan resonansi. Pada struktu r pelat, kerapatan resonansi adalah konstan, tidak terikat terhadap frekuensi. P ola vibrasi resonansi akan tergantung pada profil gelombang yang mengenainya. Isolasi Elastis (Elastic Isolation) Dengan sistem elastis menggunakan pegas atau material lunak, isolasi elastis ant ara sumber bunyi dan fondasi bangunan akan benar-benar mereduksi penjalaran bisi ng menuju struktur fondasi bangunan. Di bawah frekuensi resonansi, insertion los

s pada sistem massa-pegas dapat mencapai 0 dB. Pada frekuensi resonansi, perlaku an insertion loss akan memiliki nilai negatif, bergantung pada kerugian pada peg as. Efek peredamah hanya akan terjadi di atas frekuensi resonansi material fonda si bangunan. Di sini, perlakuan insertion loss sebesar 12 dB per oktaf. Sasaran utama pengontrolan bising pada kasus ini adalah bagaimana mengadakan resonansi p ada frekuensi rendah dengan pegas seempuk mungkin. Kita lakukan pendekatan bahwa fondasi struktur hanya dipengaruhi oleh jumlah ins ertion loss. Jika fondasinya berupa karakter massa, frekuensi resonansi bergeser ke tas. Jika fondasinya berupa karakter pegas, insertion loss mencapai ketidakt erikatan pada frekuensi saat melebihi frekuensi resonansi. Nilai ini didefinisik an sebagai perbandinga kekakuan fondasi terhadap pegas. Pemanfaatan efek elastis ini juga sangat dipengaruhi oleh profil dinamis getaran dari sumber bunyi/bisin g. Sebelum mengimplementasikan reduksi elastis ini, sangat disarankan untuk melakuk an pengecekan terhadap transmisi gelombang bising yang merambat dari titik konek si sumber bising dengan fondasi, apakah jalur transmisinya menuju ke daerah isol asi atau jalan lain. Peredam (Silencer) Pembuluh peredam (duct silencer) bekerja berdasarkan prinsip pemantulan dan peny erapan. Semua gelombang bising diarahkan pada pembuluh ini, kemudian memantul di barengi dengan pengurangan intensitas energinya karena penyerapan, terus menerus hingga teredam. Penghalang Bising (Noise Barriers) Penghalang bising biasa diaplikasikan pada tempat tempat umum dengan tujuan meng halangi transmisi bising akibat sumber bising. Derajat absorbsi dan keterhalanga n bising dengan adanya penghalang bising (noise barriers) ini bergantung pada ke tebalan, ketinggian, dan koefisien absorbsi dinding. Namun, faktor lain yang juga mempengaruhi transmisi bising ini adalah : Pemantulan dan transmisi lewat tanah Angin dan cuaca Pembelokan arah rambat pada jarak jauh Geometri wilayah Active Noise Control Active Noise Control atau pengendalian bising aktif adalah metode yang memanfaat kan prinsip interferensi gelombang yang hanya cocok untuk aplikasi pengendalian bising apabila properti ruang atau time dependent pada gelombang akustik dapat d ireduksi secara rasional dalam bentuk yang sederhana. Aplikasi active noise cont rol ini dilakukan pada kehidupan sehari-hari, di mana dibutuhkan daerah sempit y ang bebas dari bising. Contohnya adalah pada pendengaran pilot atau pengendara s epeda motor. Bising yant terjadi di luar dihilangkan secara interferensi destruk tif. Caranya dapat seperti ini: gelombang suara yang ditangkap oleh sensor dipro ses seketika kemudian direplikasi dan dibalikkan amplitudonya, dan dilepaskan ke mbali. Walaupun tidak dapat benar-benar menghilangkan bising, namun dengan tamba han penghilang bising seperti lapisan earphone dan pemantulan bunyi pada permuka an alat tersebut, maka bising dapat diredam dengan baik. Peristiwa ini lebih jau h dipelajari dalam elektro-akustik.

You might also like